Friday, 15 September 2023

Kelelahan Pada lansia, Sering Diabaikan

         Kelelahan sering kali dianggap sebagai kekurangan energi, padahal ini merupakan gejala yang dapat melemahkan dengan cepat. Perasaan lemah atau lelah yang ekstrem ini memengaruhi setiap orang secara berbeda dan memiliki sejumlah penyebab. Terkadang penjelasannya sederhana, seperti kurang tidur. Di sisi lain, kelelahan yang sering terjadi bisa jadi merupakan gejala masalah kesehatan yang lebih serius.

Lelah adalah perasaan kelelahan atau kekurangan energi fisik atau mental. Ini adalah sensasi yang umum dialami oleh banyak orang pada waktu-waktu tertentu. Lelah dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dan tingkat kelelahan dapat bervariasi dari ringan hingga parah. 

Kelelahan dapat muncul karena aktivitas yang berlebihan.
(Sumber: foto LPC- Lansia)

Kelelahan pada lansia, hingga lansia tertua, mempunyai dampak negatif yang signifikan terhadap status kesehatan, fungsi, dan kematian, terkait dengan hubungan kompleks antara kelelahan dengan depresi dan tingkat aktivitas fisik.

Istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan kelelahan adalah "fatigue."  Fatigue adalah perasaan kelelahan atau kekurangan energi, baik secara fisik maupun mental. Ini adalah istilah yang umum digunakan dalam dunia medis untuk merujuk pada keadaan umum ketika seseorang merasa sangat lelah atau tidak memiliki energi.

Fatigue dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurang tidur, penyakit, gangguan tidur, stres, efek samping obat-obatan, kondisi medis kronis, atau aktivitas fisik berlebihan. 

Lelah adalah reaksi alami tubuh terhadap berbagai faktor, dan dalam banyak kasus, istirahat yang cukup, pola makan seimbang, dan manajemen stres dapat membantu mengatasi kelelahan.

Lelah adalah perasaan kelelahan karena kurang energi.
(Sumber: foto canva.com)

Lansia sering mengalami kelelahan karena sejumlah faktor fisik dan psikologis yang dapat mempengaruhi tingkat energi dan daya tahan mereka. Ciri-ciri lansia yang mengalami kelelahan dapat bervariasi dari satu individu ke individu/

Beberapa tanda dan gejala umum yang dapat muncul pada lansia yang merasa lelah meliputi:

😩 Perasaan Umum Lemah: 

Lansia yang merasa lelah sering mengalami perasaan umum lemah atau kekurangan energi.

😩 Penurunan Daya Tahan Fisik: 

Kelelahan dapat menyebabkan penurunan daya tahan fisik, yang dapat membuat aktivitas fisik yang biasanya mudah menjadi lebih sulit.

😩 Kesulitan untuk Bangun Tidur: 

Kesulitan untuk bangun tidur di pagi hari atau perasaan kurang segar setelah tidur adalah tanda umum kelelahan.

😩 Gangguan Tidur: 

Lansia yang merasa lelah mungkin mengalami gangguan tidur seperti insomnia, tidur yang tidak nyenyak, atau sering terbangun di malam hari.

Rasa lelah menimbulkan gangguan tidur.
(Sumber: foto canva.com)

😩 Kesulitan Berkonsentrasi: 

Kelelahan dapat memengaruhi kemampuan untuk 

😩 Perubahan Mood: 

Kelelahan dapat memengaruhi mood, menyebabkan perasaan mudah tersinggung, sedih, atau mudah marah.

😩 Penurunan Aktivitas Fisik: 

Lansia yang merasa lelah cenderung menjadi kurang aktif fisik atau enggan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang biasanya mereka nikmati.

😩 Penurunan Hasrat untuk Berinteraksi Sosial: 

Kelelahan juga dapat memengaruhi hasrat untuk berinteraksi dengan orang lain, menyebabkan isolasi sosial.

😩 Nyeri Tubuh atau Pegal-pegal: 

Beberapa lansia mungkin mengalami nyeri tubuh atau pegal-pegal yang terkait dengan kelelahan.

lansia merasa pegal-pegal terkait dengan kelelahan.
(Sumber: foto canva.com)

😩 Kehilangan Nafsu Makan: 

Kelelahan bisa memengaruhi nafsu makan, yang bisa menyebabkan penurunan berat badan.

😩 Penggunaan Energi yang Berlebihan: 

Lansia yang merasa lelah mungkin merasa bahwa melakukan aktivitas sehari-hari yang biasa mereka lakukan memerlukan upaya yang lebih besar.

😩 Gangguan Emosional: 

Kelelahan dapat menyebabkan gangguan emosional seperti perasaan tertekan atau cemas.

Beberapa alasan umum mengapa lansia mudah lelah meliputi:

😕 Penuaan Fisiologis:

Seiring bertambahnya usia, perubahan fisik dalam tubuh dapat mempengaruhi tingkat energi. Penurunan massa otot, penurunan kapasitas paru-paru, dan penurunan fungsi jantung adalah beberapa perubahan yang dapat mengurangi daya tahan fisik.

😕 Gangguan Tidur: 

Lansia cenderung mengalami perubahan pola tidur, termasuk kesulitan tidur atau tidur yang lebih dangkal. Gangguan tidur seperti insomnia atau sleep apnea dapat menyebabkan tidur yang tidak berkualitas dan membuat mereka merasa lebih lelah di siang hari.

😕 Penurunan Aktivitas Fisik: 

Beberapa lansia mungkin menjadi kurang aktif secara fisik karena keterbatasan fisik atau penyakit tertentu. Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan penurunan kebugaran dan daya tahan tubuh.

Beberapa lansia mengurangi aktivitas fisik karena keterbatasan.
(Sumber: foto canva.com)

😕 Gangguan Medis: 

Lansia sering memiliki kondisi medis kronis seperti penyakit jantung, diabetes, arthritis, atau penyakit paru-paru, yang dapat menyebabkan kelelahan kronis.

😕 Efek Obat-obatan: 

Lansia sering mengonsumsi berbagai jenis obat, dan beberapa obat dapat memiliki efek samping seperti kelelahan atau mengganggu tidur.

😕 Kurangnya Nutrisi: 

Kurangnya konsumsi makanan yang seimbang atau defisiensi nutrisi tertentu dapat menyebabkan kurangnya energi dan kelelahan.

😕 Depresi atau Kecemasan: 

Masalah kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan dapat menyebabkan kelelahan yang signifikan.

😕 Perubahan Hormonal: 

Perubahan hormon yang terjadi selama penuaan, terutama pada wanita setelah menopause, dapat memengaruhi tingkat energi.

😕 Pemrosesan Informasi yang Lebih Lambat: 

Beberapa lansia mungkin mengalami penurunan dalam pemrosesan informasi dan kognisi yang lambat, yang dapat membuat mereka merasa lebih cepat lelah saat melakukan tugas-tugas mental yang intens.

        Kelelahan pada lansia tidak selalu merupakan bagian normal dari penuaan. Kelelahan pada lansia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit atau kondisi medis yang mungkin menyertainya. 

Beberapa penyakit atau kondisi yang sering kali berhubungan dengan kelelahan pada lansia meliputi:

💧 Anemia: 

 Anemia adalah kondisi di mana tubuh kekurangan sel darah merah atau hemoglobin yang cukup untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Ini dapat menyebabkan kelelahan yang signifikan.

💧 Penyakit Jantung: 

Penyakit jantung seperti gagal jantung, penyakit arteri koroner, atau ritme jantung yang tidak normal dapat mengurangi pasokan darah dan oksigen ke jaringan tubuh, yang dapat menyebabkan kelelahan.

💧 Penyakit Paru-paru: 

Kondisi paru-paru seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau pneumonia dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk mengambil oksigen, yang dapat menyebabkan kelelahan.

💧 Diabetes: 

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan fluktuasi gula darah yang ekstrem, yang dapat menyebabkan kelelahan.

💧 Hipotiroidisme:

Hipotiroidisme adalah kondisi di mana kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah cukup. Ini dapat mengakibatkan penurunan energi dan kelelahan.

💧 Penyakit Ginjal: 

Penyakit ginjal yang parah dapat menyebabkan penumpukan racun dalam tubuh, yang dapat menghasilkan kelelahan.

💧 Kanker: 

Kanker dan perawatan kanker seperti kemoterapi atau radioterapi dapat menyebabkan kelelahan yang intens.

💧 Penyakit Infeksi:

Infeksi seperti flu, pneumonia, atau infeksi saluran kemih dapat menyebabkan kelelahan saat tubuh berjuang melawan infeksi.

💧 Gangguan Pencernaan: 

Gangguan seperti sindrom iritasi usus besar (IBS) atau penyakit celiac dapat memengaruhi penyerapan nutrisi dan menyebabkan kelelahan.

💧 Depresi dan Kecemasan: 

Kesehatan mental juga dapat memainkan peran dalam kelelahan. Depresi dan kecemasan yang parah dapat mengakibatkan kelelahan fisik dan mental.

💧 Obat-obatan: 

Beberapa obat-obatan, termasuk obat tekanan darah rendah, obat tidur, atau obat-obatan tertentu, dapat memiliki efek samping yang menyebabkan kelelahan.

💧 Penggunaan Alkohol atau Narkoba:

Penyalahgunaan alkohol atau narkoba dapat menyebabkan kelelahan dan mengganggu kesehatan secara keseluruhan.

💧 Hiperkalsemia :

Hiperkalsemia atau peningkatan kadar kalsium dalam darah, dapat memengaruhi ginjal, jantung, dan sistem saraf Anda. Kondisi ini disebabkan oleh kelenjar paratiroid yang terlalu aktif, dan dapat menimbulkan sejumlah gejala yang mengkhawatirkan selain kelelahan. Tanda-tanda hiperkalsemia lainnya termasuk nyeri otot, kehilangan ingatan, kebingungan, dan mulas.

💧 Infeksi Saluran Kemih (ISK) : 

Meskipun beberapa orang mengalami kegelisahan yang signifikan akibat ISK , yang lain mengalami kelelahan yang ekstrem. Pergeseran tingkat energi yang tidak terduga pada orang lanjut usia harus menjadi perhatian. Kelelahan dan kelesuan adalah tanda-tanda dari banyak masalah mental dan fisik, namun kekurangan energi sering terjadi ketika tubuh Anda sedang melawan infeksi.

Kebiasaan Gaya Hidup dan Kelelahan

😁 Begadang sampai larut malam.:

Tidur malam yang nyenyak penting untuk merasa segar dan energik. Usahakan tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari.

😁 Mengonsumsi terlalu banyak kafein:

Minum soda, teh, atau kopi berkafein, atau bahkan makan coklat, dapat membuat Anda tidak bisa tidur nyenyak. Batasi jumlah kafein yang Anda konsumsi di siang hari dan hindari di malam hari.

😁 Minum terlalu banyak alkohol.:

Alkohol adalah depresan sistem saraf pusat yang mengubah cara Anda berpikir dan bertindak. Ini juga dapat berinteraksi secara negatif dengan obat-obatan tertentu.

😁 Terlalu sedikit atau terlalu banyak berolahraga:

Olahraga teratur dapat membantu meningkatkan tingkat energi Anda. Berlebihan tanpa istirahat yang cukup dapat menyebabkan stres dan berujung pada kelelahan.

😁  Kebosanan:

Jika Anda sibuk selama masa kerja, Anda mungkin merasa bingung bagaimana menghabiskan waktu saat pensiun. Terlibat dalam aktivitas sosial dan produktif yang Anda sukai , seperti menjadi sukarelawan di komunitas, dapat membantu menjaga kesejahteraan Anda.

       Mengobati kelelahan pada lansia melibatkan berbagai langkah yang dapat membantu meningkatkan tingkat energi dan daya tahan mereka. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi kelelahan pada lansia:

👴 Konsultasi dengan Dokter: 

Jika lansia Anda mengalami kelelahan yang berkepanjangan atau parah, langkah pertama yang perlu diambil adalah berkonsultasi dengan dokter atau profesional medis. Dokter dapat melakukan evaluasi menyeluruh untuk menentukan penyebab kelelahan dan merencanakan pengelolaan atau perawatan yang sesuai.

👴 Pola Tidur yang Sehat: 

Pastikan lansia Anda memiliki pola tidur yang baik. Ajarkan mereka untuk tidur dalam suasana yang tenang dan nyaman, hindari kafein atau alkohol sebelum tidur, dan ciptakan rutinitas tidur yang teratur.

👴 Aktivitas Fisik yang Tepat: 

Lansia perlu menjaga kebugaran fisik mereka. Aktivitas fisik teratur, seperti berjalan, berenang, atau senam ringan, dapat membantu meningkatkan energi dan daya tahan. Konsultasikan dengan dokter tentang jenis dan tingkat aktivitas yang aman untuk lansia.

👴 Diet Seimbang: 

Pastikan lansia mengonsumsi makanan yang seimbang dan berkualitas. Diet yang kaya akan nutrisi penting seperti vitamin, mineral, serat, dan protein dapat membantu meningkatkan tingkat energi.

Diet kaya nutrisi dan vitamin sangat penting.
(Sumber: foto canva.com)

👴 Hidrasi yang Cukup: 

Pastikan lansia Anda terhidrasi dengan baik. Kekurangan cairan dapat menyebabkan kelelahan.

👴 Manajemen Stres: 

Bantu lansia Anda dalam mengelola stres dengan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam. Stres yang berlebihan dapat menyebabkan kelelahan.

👴 Hindari Kafein dan Alkohol Berlebihan: 

Batasi konsumsi kafein dan alkohol, terutama jika lansia Anda memiliki masalah tidur atau sensitivitas terhadap zat-zat ini.

👴 Perawatan Medis: 

Jika dokter menemukan penyakit atau kondisi medis yang mendasari kelelahan, mereka akan meresepkan perawatan yang sesuai, seperti obat-obatan atau terapi fisik.

👴 Probiotik: 

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi probiotik tertentu dapat membantu meningkatkan energi dan mengurangi kelelahan dengan memengaruhi kesehatan usus. Konsultasikan dengan dokter sebelum mengambil suplemen probiotik.

👴 Dukungan Sosial: 

Dukungan dari keluarga dan teman-teman dapat memiliki dampak positif pada kelelahan. Mendorong lansia untuk tetap terlibat dalam aktivitas sosial dan memiliki jaringan dukungan yang kuat dapat membantu mengatasi kelelahan.

       Mengatasi kelelahan pada lansia bisa menjadi proses yang memerlukan waktu. Penting untuk berkomunikasi secara terbuka dengan dokter untuk memahami penyebab kelelahan dan merencanakan perawatan yang sesuai. Selain itu, pendekatan yang komprehensif yang mencakup perubahan gaya hidup sehat dan perawatan medis dapat membantu meningkatkan kualitas hidup lansia yang mengalami kelelahan.





Sumber:

https://bluemoonseniorcounseling.com/10-causes-of-fatigue-in-older-adults/ 

https://www.nia.nih.gov/health/fatigue-older-adults

https://www.dispatchhealth.com/blog/common-causes-of-fatigue-in-seniors/

https://www.washingtonpost.com/health/2023/03/31/fatigue-older-adults-causes/

https://academic.oup.com/biomedgerontology/article/65A/8/887/571355

Thursday, 14 September 2023

Flatus Terus, Apakah Ada Penyakit Pada Lansia

       Kentut adalah proses keluarnya gas dari dalam usus besar melalui anus. Gas ini terdiri dari berbagai jenis gas, termasuk nitrogen, karbon dioksida, hidrogen, dan metana, yang dihasilkan sebagai produk sampingan dalam proses pencernaan makanan. Kentut adalah proses alami dalam tubuh manusia dan hewan lainnya.

Gas-gas ini terbentuk ketika mikroorganisme dalam usus mencerna makanan yang tidak sepenuhnya dicerna dalam perut. Ketika gas-gas ini menumpuk dalam usus besar, mereka dapat dikeluarkan melalui anus dalam bentuk suara dan bau yang khas.

Kentut dapat terjadi sebagai respons terhadap berbagai faktor, seperti jenis makanan yang dikonsumsi, aktivitas fisik, dan pola makan. Beberapa makanan tertentu, seperti kacang-kacangan, kol, dan minuman berkarbonasi, dapat meningkatkan produksi gas dalam usus dan menyebabkan kentut yang lebih banyak.

Beberapa makanan tertentu memproduksi gas.
(Sumber: foto LPC- Lansia)
Namun, jika seseorang mengalami perubahan drastis dalam pola kentutnya, terutama jika disertai dengan gejala lain seperti nyeri perut yang parah, perubahan dalam pola buang air besar, atau masalah pencernaan yang lain, maka sebaiknya mereka berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut, karena hal ini mungkin mengindikasikan masalah kesehatan yang lebih serius.

Flatus  adalah istilah medis untuk kentut, flatus merujuk pada gas-gas yang dikeluarkan dari dalam usus besar melalui anus. Istilah ini digunakan dalam konteks medis untuk merujuk pada proses keluarnya gas dari dalam saluran pencernaan.

Lansia, seperti orang dewasa pada umumnya, dapat mengalami kentut karena berbagai alasan. Kentut adalah proses alami yang terjadi saat gas-gas dalam usus besar dikeluarkan melalui anus. 

Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan lansia mengalami kentut lebih sering atau secara berlebihan termasuk:

💢 Perubahan dalam Pencernaan: 

Proses pencernaan dapat menjadi kurang efisien seiring bertambahnya usia. Ini bisa berarti bahwa makanan dicerna dengan lebih lambat, dan gas dapat menumpuk dalam usus lebih lama sebelum dikeluarkan.

💢 Polusi Udara: 

Beberapa lansia mungkin memiliki paparan yang lebih tinggi terhadap polusi udara atau bahan kimia yang dapat mempengaruhi saluran pencernaan, yang dapat memengaruhi produksi gas dalam usus.

Kentut dapat terjadi akibat paparan yang tinggi dari polusi udara.
(Sumber: foto canva.com)

💢 Pola Makan: 

Pola makan yang berubah seiring bertambahnya usia atau perubahan dalam kebiasaan makan bisa mempengaruhi produksi gas. Makanan tertentu, seperti kacang-kacangan, brokoli, kubis, dan minuman berkarbonasi, dapat menyebabkan peningkatan produksi gas.

💢 Intoleransi Makanan: 

Beberapa lansia mungkin mengembangkan intoleransi makanan tertentu seiring bertambahnya usia. Misalnya, intoleransi laktosa (kesulitan mencerna laktosa, gula dalam susu) dapat menyebabkan peningkatan gas dan kentut setelah mengonsumsi produk susu.

💢 Infeksi Usus:

Infeksi usus atau masalah kesehatan lain yang memengaruhi saluran pencernaan bisa menyebabkan gangguan dalam proses pencernaan dan menghasilkan lebih banyak gas.

💢 Konsumsi Serat yang Tinggi:

Lansia yang mengonsumsi diet tinggi serat mungkin lebih cenderung mengalami kentut karena serat dapat merangsang produksi gas dalam usus.

💢 Penggunaan Obat-obatan: 

Beberapa obat-obatan, terutama antibiotik atau obat-obatan tertentu yang memengaruhi sistem pencernaan, dapat mempengaruhi mikroorganisme dalam usus dan menyebabkan peningkatan gas.

       Kentut pada lansia, seperti pada orang dewasa pada umumnya, biasanya bukan gejala penyakit serius. Kentut adalah proses alami dalam tubuh dan dapat terjadi karena berbagai alasan, termasuk pola makan, konsumsi makanan tertentu, atau perubahan dalam pencernaan seiring bertambahnya usia.  

Beberapa kondisi yang mungkin menyertai kentut pada lansia jika terkait dengan masalah kesehatan adalah:

💣 Sindrom Irritasi Usus Besar (Irritable Bowel Syndrome, IBS):

IBS adalah gangguan pencernaan yang dapat menyebabkan kentut yang berlebihan, bersama dengan gejala seperti perubahan pola buang air besar, nyeri perut, dan perut kembung.

Gangguan pencernaan menyebabkan kentut berlebihan.
(Sumber: foto canva,com)

💣 Sindrom Dispepsia (Sindrom Gangguan Pencernaan):

Ini adalah kondisi yang dapat menyertai gejala seperti kentut berlebihan, mulas, mual, dan ketidaknyamanan perut.

💣 Intoleransi Makanan: 

Lansia yang memiliki intoleransi makanan tertentu, seperti intoleransi laktosa atau intoleransi gluten, dapat mengalami kentut lebih sering jika mereka mengonsumsi makanan yang memicu intoleransi mereka.

💣 Refluks Gastroesofageal (GERD):

GERD adalah kondisi di mana asam lambung naik ke kerongkongan, dan beberapa orang dengan GERD juga dapat mengalami kentut yang lebih sering.

💣 Infeksi Usus atau Gangguan Usus: 

Infeksi usus atau gangguan usus lainnya dapat mempengaruhi proses pencernaan dan menyebabkan kentut yang lebih sering.

💣 Gangguan Bakteri Usus: 

Ketidakseimbangan dalam bakteri usus normal dapat memengaruhi pencernaan dan menghasilkan gas yang dapat menyebabkan kentut.

          💬 Kentut itu sendiri bukan penyakit, melainkan gejala yang mungkin terkait dengan berbagai kondisi medis atau pola makan. 

Makanan tertentu dapat meningkatkan produksi gas dalam usus dan menyebabkan lansia mengalami kentut lebih sering. Namun, perlu diingat bahwa respons tubuh terhadap makanan dapat bervariasi dari individu ke individu, dan apa yang menyebabkan kentut pada satu orang tidak selalu berlaku untuk yang lain. 

Beberapa makanan yang umumnya diketahui dapat meningkatkan produksi gas dan menyebabkan kentut termasuk:

🍁 Kacang-kacangan: 

Seperti kacang merah, kacang hijau, dan kacang kedelai.

🍁 Kubis dan Kembang Kol: 

Termasuk brokoli, kubis, kembang kol, dan kubis Brussel.

Kubis dan kol meningkatkan produksi gas menyebabkan kentut.
(Sumber: foto canva.com)

🍁 Minuman Berkarbonasi: 

Seperti soda atau minuman bersoda.

🍁 Makanan Pedas:

Makanan pedas seperti cabai dapat merangsang produksi gas.

🍁 Produk Susu:

Produk susu bisa menjadi masalah jika lansia memiliki intoleransi laktosa.

🍁 Makanan Tinggi Serat: 

Sementara serat adalah bagian penting dari diet sehat, beberapa orang mungkin mengalami lebih banyak gas saat mengonsumsi serat dalam jumlah besar. Ini termasuk makanan seperti gandum utuh, oat, dan sayuran hijau.

🍁 Gula Alkohol: 

Sorbitol, mannitol, dan xylitol adalah jenis gula alkohol yang ditemukan dalam beberapa permen karet dan permen yang dapat menyebabkan gas dan kentut jika dikonsumsi dalam jumlah besar.

🍁 Minyak Ikan dan Suplemen Minyak Ikan:

Beberapa orang mungkin mengalami kentut yang lebih sering setelah mengonsumsi suplemen minyak ikan.

🍁 Gorengan dan Makanan Berlemak Tinggi: 

Makanan berlemak tinggi atau makanan yang digoreng dapat membuat pencernaan menjadi lebih lambat, yang memungkinkan gas menumpuk dalam usus.

🍁 Sayuran seperti Bawang dan Bawang Putih:

Beberapa sayuran seperti bawang dan bawang putih dapat menyebabkan gas.

Bawang merah dapat memproduksi gas menyebabkan kentut.
(Sumber: foto canva.com)

        Makanan yang menghasilkan gas adalah bagian normal dari proses pencernaan dan dapat bervariasi dari individu ke individu.

Untuk mengurangi kentut yang berlebihan, terutama pada lansia, Anda dapat mencoba beberapa langkah berikut ini:

🍏 Perhatikan Pola Makan: 

Makanlah dengan tenang dan perlahan. Hindari makan terlalu cepat atau berbicara saat makan. Mengunyah makanan dengan baik juga dapat membantu mengurangi risiko menelan udara saat makan.

🍏 Hindari Makanan Pemicu Gas: 

Identifikasi makanan yang sering menyebabkan Anda kentut dan coba kurangi konsumsinya. Makanan seperti kacang-kacangan, brokoli, kubis, kembang kol, minuman berkarbonasi, makanan pedas, dan produk susu mungkin perlu dibatasi.

🍏 Konsumsi Makanan Rendah Serat:

Jika Anda mengalami gas berlebihan karena serat tinggi dalam diet, pertimbangkan untuk sementara waktu mengurangi konsumsi makanan tinggi serat dan kemudian secara perlahan meningkatkannya kembali.

🍏 Perhatikan Minuman: 

Hindari minum dengan cepat atau dalam jumlah yang besar, terutama jika Anda mengonsumsi minuman berkarbonasi. Minum dengan perlahan dan dalam jumlah kecil dapat membantu mengurangi risiko menelan udara.

🍏 Hindari Penggunaan Sedotan:

Penggunaan sedotan saat minum dapat menyebabkan lebih banyak udara tertelan. Hindari sedotan atau gunakan sedotan yang lebih lebar jika diperlukan.

🍏 Kurangi Gula Alkohol: 

Gula alkohol seperti sorbitol, mannitol, dan xylitol dapat menyebabkan gas dan kentut jika dikonsumsi dalam jumlah besar. Periksa label makanan untuk menghindari makanan yang mengandung gula alkohol ini.

🍏 Hindari Makanan Berlemak Tinggi:

Makanan berlemak tinggi atau makanan yang digoreng dapat memperlambat pencernaan dan menyebabkan peningkatan gas. Pertimbangkan untuk mengurangi konsumsi makanan ini.

Makanan yang digoreng memperlambat pencernaan.
(Sumber: foto canva.com)

🍏 Konsumsi Probiotik:

Probiotik adalah suplemen atau makanan yang mengandung bakteri baik yang dapat membantu menjaga keseimbangan flora usus dan mungkin membantu mengurangi gas berlebihan. Konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan probiotik.

🍏 Perhatikan Batas Konsumsi Karbonasi: 

Minuman berkarbonasi seperti soda dapat menyebabkan gas dalam perut. Batasi konsumsi minuman ini.

🍏 Aktivitas Fisik:

Berolahraga secara teratur dapat membantu merangsang peristaltik usus dan membantu dalam proses pencernaan.

🍏 Konsultasi dengan Dokter: 

Jika kentut berlebihan terus berlanjut atau disertai dengan gejala lain yang mengkhawatirkan seperti nyeri perut yang parah, perubahan pola buang air besar, atau masalah pencernaan yang lain, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebab dan memberikan perawatan yang sesuai jika diperlukan.

       Selalu penting untuk berbicara dengan profesional medis jika Anda memiliki kekhawatiran tentang masalah kesehatan Anda. Mereka dapat memberikan panduan dan perawatan yang sesuai berdasarkan kondisi Anda.




Sumber:

https://www.webmd.com/healthy-aging/does-flatulence-increase-as-you-age

https://www.aarp.org/disrupt-aging/stories/info-2020/passing-gas.html

https://www.uclahealth.org/news/many-people-become-more-flatulent-as-they-age

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2280790/


Wednesday, 13 September 2023

Lansia Cuci Tangan terus, Melakukan Kegiatan Berulang Kali, OCD

        Setiap orang pasti pernah mengalami obsesi dan kompulsi. Misalnya, sesekali memeriksa ulang kompor atau kuncinya adalah hal yang lumrah. Orang juga sering menggunakan ungkapan “terobsesi” dan “kompulsi” dengan santai dalam percakapan sehari-hari. Tapi OCD lebih ekstrem. Ini bisa memakan waktu berjam-jam dalam sehari seseorang. Itu mengganggu kehidupan dan aktivitas normal. Obsesi pada OCD tidak diinginkan, dan penderita OCD tidak suka melakukan perilaku kompulsif.

Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) adalah gangguan psikiatrik yang ditandai dengan adanya pikiran yang mengganggu, mengulang-ulang, dan meresahkan, yang disebut obsesi, serta perilaku atau tindakan mental yang berulang kali dilakukan, yang disebut kompulsi, sebagai respons terhadap obsesi ini. Gejala-gejala ini sering kali menyebabkan penderita mengalami stres yang signifikan dan mengganggu berbagai aspek kehidupannya.

Setiap orang pernah mengalami obsesi dan kompulsi.
(Sumber: foto LPC- Lansia)

Kelainan di mana orang memiliki pikiran, ide, atau sensasi (obsesi) yang berulang dan tidak diinginkan. Untuk menghilangkan pikiran-pikiran tersebut, mereka merasa terdorong untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang (kompulsif). Misalnya cuci tangan berulang-ulang sampai tangan menjadi mentah.

OCD diperkirakan memengaruhi sekitar 1-2% populasi, menjadikannya salah satu gangguan kesehatan mental yang paling umum.

Cuci tangan berulang-ulang sampai tangan menjadi sangat bersih.
(Sumber: foto canva.com)

Kriteria Diagnostik  OCD :

👉 Obsesi: 

Pikiran, dorongan, atau gambaran berulang dan menetap yang bersifat mengganggu dan tidak diinginkan, menyebabkan stres yang signifikan. Obsesi umumnya mencakup ketakutan akan kontaminasi, keraguan, dan pikiran yang mengganggu, seperti pikiran kekerasan atau seksual.

Contoh tanda dan gejala obsesi meliputi:

  • Takut terkontaminasi dengan menyentuh benda yang disentuh orang lain
  • Ragu bahwa Anda telah mengunci pintu atau mematikan kompor
  • Stres yang hebat ketika objek tidak teratur atau menghadap ke arah tertentu
  • Gambar mengendarai mobil Anda ke tengah kerumunan orang
  • Pikiran tentang meneriakkan kata-kata kotor atau bertindak tidak pantas di depan umum
  • Gambaran seksual yang tidak menyenangkan
  • Menghindari situasi yang dapat memicu obsesi, seperti berjabat tangan

👉 Kompulsi: 

Perilaku berulang atau tindakan mental yang seseorang merasa terdorong untuk lakukan sebagai respons terhadap obsesi atau sesuai dengan aturan yang ketat. Kompulsi bertujuan untuk mengurangi stres atau mencegah kejadian yang ditakuti. 

Contoh tanda dan gejala kompulsif meliputi:

  • Cuci tangan sampai kulit Anda menjadi mentah
  • Memeriksa pintu berulang kali untuk memastikan terkunci

  • Tanda dan gejala kompulsif memeriksa pintu berulang kali.
    (Sumber: foto canva.com)

  • Mengecek kompor berulang kali untuk memastikan sudah mati
  • Menghitung dalam pola tertentu
  • Mengulangi doa, kata, atau frasa secara diam-diam
  • Atur makanan kaleng Anda menghadap ke arah yang sama

👉 Menghabiskan Waktu: 

Obsesi dan kompulsi menghabiskan waktu yang signifikan (biasanya lebih dari satu jam sehari), mengakibatkan gangguan pada fungsi sehari-hari, pekerjaan, atau hubungan sosial.

👉 Stres dan Gangguan: 

Obsesi dan kompulsi menyebabkan stres atau gangguan yang signifikan secara klinis dalam berbagai aspek kehidupan seseorang, seperti sosial, pekerjaan, atau hubungan.

👉 Tidak Dapat Diatribusikan pada Kondisi Lain: 

Gejala OCD tidak dapat dijelaskan oleh efek fisiologis zat atau kondisi medis lainnya.

     💬 OCD adalah kelainan umum yang menyerang orang dewasa, remaja, dan anak-anak di seluruh dunia. Kebanyakan orang terdiagnosis pada usia sekitar 19 tahun, biasanya dengan usia lebih awal pada anak laki-laki dibandingkan pada anak perempuan, namun serangan setelah usia 35 tahun juga bisa terjadi.

Beberapa faktor risiko, meliputi :

Para peneliti belum mengetahui secara pasti apa penyebab OCD. Namun menurut mereka ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap perkembangannya, antara lain:

👪 Genetika

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki kerabat tingkat pertama (orang tua kandung atau saudara kandung) yang menderita OCD mempunyai risiko lebih tinggi terkena kondisi tersebut. Risikonya meningkat jika kerabatnya menderita OCD saat masih anak-anak atau remaja.

👪 Perubahan otak : 

Studi pencitraan menunjukkan perbedaan pada korteks frontal dan struktur subkortikal otak pada orang yang menderita OCD. OCD juga dikaitkan dengan kondisi neurologis lain yang memengaruhi area serupa di otak Anda, termasuk penyakit Parkinson , sindrom Tourette , dan epilepsi .

👪 Sindrom PANDAS : 

PANDAS (Pediatric Autoimmune Neuropsychiatric Disorders Associated with Streptococcal infections ) yaitu: gangguan neuropsikiatri autoimun pediatrik yang berhubungan dengan infeksi streptokokus. Ini menggambarkan sekelompok kondisi yang dapat mempengaruhi anak-anak yang pernah mengalami infeksi radang, seperti radang tenggorokan atau demam berdarah . OCD adalah salah satu kondisi tersebut.

👪 Trauma masa kanak-kanak :

Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara trauma masa kanak-kanak, seperti pelecehan atau penelantaran, dan perkembangan OCD.

Pelecehan dan penelantaran membuat anak trauma.
(Sumber: foto canva.com)

Perawatan dan Terapi untuk Penderita OCD.

OCD biasanya diobati dengan pengobatan, psikoterapi, atau kombinasi keduanya. Meskipun sebagian besar pasien OCD merespons pengobatan, beberapa pasien terus mengalami gejala. Terkadang penderita OCD juga memiliki gangguan mental lain, seperti kecemasan, depresi, dan gangguan dismorfik tubuh, Dismorfik yaitu kelainan di mana seseorang secara keliru percaya bahwa ada bagian tubuhnya yang tidak normal.

👍 Pengobatan

Serotonin Reuptake Inhibitors (SRI), yang mencakup Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) digunakan untuk membantu mengurangi gejala OCD. SRI sering kali memerlukan dosis harian yang lebih tinggi dalam pengobatan OCD dibandingkan depresi dan mungkin memerlukan waktu 8 hingga 12 minggu untuk mulai bekerja, namun beberapa pasien mengalami perbaikan yang lebih cepat.

👍 Psikoterapi

Psikoterapi dapat menjadi pengobatan yang efektif untuk orang dewasa dan anak-anak penderita OCD. Penelitian menunjukkan bahwa jenis psikoterapi tertentu, termasuk terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi terkait lainnya (misalnya pelatihan pembalikan kebiasaan) bisa sama efektifnya dengan pengobatan bagi banyak individu. 

       Orang dengan OCD yang menerima pengobatan yang tepat sering kali mengalami peningkatan kualitas hidup dan peningkatan fungsi sosial, sekolah dan /atau pekerjaan.

Jika Anda tidak menerima pengobatan, siklus obsesi dan kompulsi akan lebih sulit diputus dan diobati, karena terjadi perubahan struktural di otak Anda. Oleh karena itu, penting untuk mencari perawatan medis sesegera mungkin jika Anda atau anak Anda mengalami gejala.







Sumber:

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/obsessive-compulsive-disorder/symptoms-causes/syc-20354432

https://www.psychiatry.org/patients-families/obsessive-compulsive-disorder/what-is-obsessive-compulsive-disorder

https://www.nimh.nih.gov/health/topics/obsessive-compulsive-disorder-ocd

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9490-ocd-obsessive-compulsive-disorder