Saturday, 16 September 2023

Gangguan Kepribadian Borderline, Hubungan Tidak Stabil Pada Lansia.

      Orang dengan gangguan kepribadian borderline dengan perubahan suasana hati yang intens dan merasa tidak yakin tentang cara mereka memandang diri sendiri. Perasaan mereka terhadap orang lain dapat berubah dengan cepat, dan berubah dari sangat dekat menjadi sangat tidak suka. Perubahan perasaan ini dapat menyebabkan hubungan tidak stabil dan penderitaan emosional.

Gangguan Kepribadian Borderline (GKB) adalah suatu kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan fluktuasi suasana hati yang ekstrem, ketidakstabilan dalam hubungan interpersonal, dan impulsif. Penderita GKB mempunyai rasa takut yang sangat besar akan ditinggalkan dan kesulitan mengatur emosinya, terutama kemarahan. Mereka juga cenderung menunjukkan perilaku impulsif dan berbahaya, seperti mengemudi sembarangan dan mengancam akan melukai diri sendiri. 

Lansia sering fluktuatif  suasana hati yang ekstrem.
(Sumber: foto LPC- Lansia)

 Gangguan Kepribadian Borderline (GKB), atau dalam bahasa Inggris "Borderline Personality Disorder" (BPD). GKB adalah gangguan mental yang memengaruhi pola pikiran, emosi, dan perilaku seseorang.

Beberapa ciri utama dari Gangguan Kepribadian Borderline termasuk:

😒 Ketidakstabilan Emosi: 

Orang dengan GKB mungkin mengalami perubahan mendadak dalam perasaan mereka terhadap orang lain, diri mereka sendiri, dan dunia di sekitar mereka. Emosi irasional, termasuk kemarahan, ketakutan, kecemasan, kebencian, kesedihan, dan cinta yang tidak terkendali, sering berubah dan tiba-tiba. Perubahan ini biasanya hanya berlangsung beberapa jam dan jarang lebih dari beberapa hari.

😒 Hubungan yang Tidak Stabil: 

Mereka cenderung memiliki hubungan interpersonal yang intens, tetapi sering bergejolak dan terasa tidak stabil.  Penderita GKB merasa sulit menjaga hubungan pribadi yang sehat karena mereka cenderung mengubah pandangannya terhadap orang lain secara tiba-tiba dan dramatis. Mereka bisa berubah dari mengidealkan orang lain menjadi merendahkan mereka dengan cepat dan sebaliknya. Persahabatan, pernikahan, dan hubungan dengan anggota keluarga mereka sering kali kacau dan tidak stabil.

😒 Identitas yang Tidak Stabil: 

Kesulitan dalam merasa memiliki identitas yang tetap atau merasa tidak yakin tentang siapa mereka sebenarnya. Orang dengan GKB sering kali memiliki citra diri yang terdistorsi atau tidak jelas dan sering merasa bersalah atau malu serta menganggap dirinya “buruk”. Mereka mungkin juga mengubah citra diri mereka secara tiba-tiba dan dramatis, yang ditunjukkan dengan tiba-tiba mengubah tujuan, opini, karier, atau teman. Mereka juga cenderung menyabot kemajuan mereka sendiri. Misalnya, mereka mungkin sengaja gagal dalam ujian, merusak hubungan, atau dipecat dari pekerjaan.

😒 Impulsivitas: 

Kebiasaan melakukan tindakan impulsif yang mungkin berisiko, seperti penggunaan narkoba, perilaku seksual berisiko, atau pengeluaran uang yang tidak terkendali. Perilaku mengemudi sembrono, berkelahi, berjudi, penggunaan narkoba, makan berlebihan dan/atau aktivitas seksual yang tidak aman sering terjadi pada penderita BPD.

Melakukan tindakan impulsif yang berisiko.
(Sumber: foto canva.com)

😒 Ketakutan akan Pengabaian: 

Orang dengan GKB sering sangat takut akan ditolak atau ditinggalkan oleh orang yang mereka cintai. Penderita GKB biasanya merasa tidak nyaman sendirian, ketika merasa ditinggalkan atau diabaikan, mereka akan merasakan ketakutan atau kemarahan yang luar biasa. Mereka mungkin melacak keberadaan orang yang mereka cintai atau menghentikan mereka untuk pergi. Atau mereka mungkin mendorong orang menjauh sebelum menjadi terlalu dekat untuk menghindari penolakan.

😒 Perasaan Kehampaan:

Mereka mungkin merasa hampa atau kosong secara emosional. Banyak penderita GKB merasa sedih, bosan, tidak terpenuhi, atau “kosong”. Perasaan tidak berharga dan membenci diri sendiri juga sering terjadi.

😒 Riwayat Tindakan Yang Merugikan Diri: 

Beberapa orang dengan GKB mungkin melakukan tindakan merugikan diri seperti pemotongan diri atau percobaan bunuh diri. Membakar atau melukai dirinya sendiri atau mengancam untuk melakukannya. Mereka mungkin juga memiliki pikiran untuk bunuh diri. Tindakan merusak diri ini biasanya dipicu oleh penolakan, kemungkinan pengabaian, atau kekecewaan terhadap pengasuh atau kekasih.

       💬 Gangguan Kepribadian Borderline adalah kondisi yang kompleks dan dapat memengaruhi kehidupan seseorang secara signifikan

Ketidakstabilan dalam hubungan inter personal, dan impulsif
(Sumber: foto canva.com )

Gangguan Kepribadian Borderline (GKB) adalah kondisi yang kompleks, dan penyebab pastinya tidak dapat diidentifikasi dengan jelas. Namun, ada beberapa faktor risiko yang telah diidentifikasi yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan GKB. 

Faktor-faktor risiko GKB ini termasuk:

💧 Faktor Genetik: 

Ada bukti bahwa GKB dapat memiliki komponen genetik. Jika Anda memiliki anggota keluarga yang menderita GKB, Anda mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan gangguan ini.

💧 Faktor Lingkungan: 

Beberapa pengalaman lingkungan selama masa kanak-kanak dan masa remaja dapat meningkatkan risiko GKB, seperti:

💧 Trauma atau Pelecehan: 

Pengalaman traumatis seperti pelecehan seksual, fisik, atau emosional selama masa kanak-kanak dapat meningkatkan risiko GKB.

Pengalaman traumatis dapat meningkatkan risiko GKB
(Sumber: foto canva.com)

💧 Ketidakstabilan Keluarga: 

Tumbuh dalam keluarga yang tidak stabil, konflik, atau disfungsional dapat memengaruhi perkembangan kepribadian dan meningkatkan risiko GKB.

💧 Kehilangan Orang Tua atau Penolakan: 

Kehilangan orang tua karena perceraian, kematian, atau penolakan bisa menjadi faktor risiko.

💧 Faktor Neurobiologis: 

Gangguan aktivitas otak atau ketidakseimbangan neurotransmiter tertentu (zat kimia di otak yang mengatur mood dan perilaku) juga dapat memainkan peran dalam perkembangan GKB.

💧 Riwayat Gangguan Jiwa Lainnya: 

Jika seseorang memiliki riwayat gangguan jiwa lainnya seperti depresi, kecemasan, atau gangguan makan, risiko mereka untuk mengembangkan GKB juga dapat meningkat.

Riwayat gangguan jiwa dapat meningkatkan GKB.
(Sumber: foto canva.com)

💧 Stres Kronis: 

Paparan terus-menerus terhadap stres kronis dalam hidup, termasuk konflik antarpribadi yang berkepanjangan, dapat berkontribusi pada perkembangan GKB.

💧 Kurangnya Dukungan Sosial: 

Tidak memiliki sistem dukungan sosial yang kuat atau hubungan yang sehat dengan orang lain dapat meningkatkan risiko GKB.

       Pengobatan Gangguan Kepribadian Borderline (GKB) melibatkan pendekatan yang komprehensif dan individual. Terapi psikoterapi adalah komponen utama dalam pengobatan GKB.

Beberapa terapi yang telah terbukti efektif dalam mengelola gejala GKB termasuk:

📼 Terapi Dialektikal Perilaku (Dialectical Behavior Therapy, DBT):

DBT adalah terapi yang paling sering direkomendasikan untuk pengobatan GKB. Terapi ini membantu individu mengatasi impulsivitas, mengelola emosi yang kuat, dan membangun keterampilan interpersonal yang sehat.

📼 Terapi Kognitif Perilaku (Cognitive-Behavioral Therapy, CBT): 

CBT dapat membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak sehat yang mungkin berkontribusi pada gejala GKB.

📼 Terapi Psikodinamik: 

Terapi ini dapat membantu individu memahami akar masalah emosional mereka dan bekerja melalui konflik emosional yang mungkin mendasari gejala GKB.

📼 Terapi Kelompok: 

Terapi dalam kelompok dapat membantu individu dengan GKB berinteraksi dengan orang lain, belajar dari pengalaman orang lain, dan mengembangkan keterampilan sosial yang lebih baik.

📼 Terapi Keterampilan Antarpersonal: 

Terapi ini fokus pada pengembangan keterampilan interpersonal yang sehat dan membangun hubungan yang lebih stabil.

📼 Terapi Farmakologi: 

Meskipun obat-obatan tidak digunakan sebagai pengobatan utama GKB, mereka kadang-kadang digunakan untuk mengatasi gejala tertentu seperti depresi, kecemasan, atau impulsivitas. Pemilihan obat harus dilakukan oleh seorang psikiater yang berpengalaman.

      💬 Selain terapi, manajemen stres dan self-care sangat penting dalam pengobatan GKB. Ini termasuk latihan fisik teratur, pola tidur yang sehat, nutrisi yang baik, dan penghindaran penggunaan alkohol atau obat-obatan.

Pengobatan GKB sering kali memerlukan waktu yang lama dan komitmen yang kuat. Penting untuk bekerja sama dengan seorang profesional kesehatan mental yang memiliki pengalaman dalam merawat GKB. Terapi harus diarahkan oleh tujuan individu dan perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kemajuan yang terjadi.

 



Sumber:

https://www.nimh.nih.gov/health/topics/borderline-personality-disorder 

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/borderline-personality-disorder/symptoms-causes/syc-20370237

https://www.nhs.uk/mental-health/conditions/borderline-personality-disorder/overview/

https://www.samhsa.gov/mental-health/borderline-personality-disorder


Friday, 15 September 2023

Kelelahan Pada lansia, Sering Diabaikan

         Kelelahan sering kali dianggap sebagai kekurangan energi, padahal ini merupakan gejala yang dapat melemahkan dengan cepat. Perasaan lemah atau lelah yang ekstrem ini memengaruhi setiap orang secara berbeda dan memiliki sejumlah penyebab. Terkadang penjelasannya sederhana, seperti kurang tidur. Di sisi lain, kelelahan yang sering terjadi bisa jadi merupakan gejala masalah kesehatan yang lebih serius.

Lelah adalah perasaan kelelahan atau kekurangan energi fisik atau mental. Ini adalah sensasi yang umum dialami oleh banyak orang pada waktu-waktu tertentu. Lelah dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dan tingkat kelelahan dapat bervariasi dari ringan hingga parah. 

Kelelahan dapat muncul karena aktivitas yang berlebihan.
(Sumber: foto LPC- Lansia)

Kelelahan pada lansia, hingga lansia tertua, mempunyai dampak negatif yang signifikan terhadap status kesehatan, fungsi, dan kematian, terkait dengan hubungan kompleks antara kelelahan dengan depresi dan tingkat aktivitas fisik.

Istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan kelelahan adalah "fatigue."  Fatigue adalah perasaan kelelahan atau kekurangan energi, baik secara fisik maupun mental. Ini adalah istilah yang umum digunakan dalam dunia medis untuk merujuk pada keadaan umum ketika seseorang merasa sangat lelah atau tidak memiliki energi.

Fatigue dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurang tidur, penyakit, gangguan tidur, stres, efek samping obat-obatan, kondisi medis kronis, atau aktivitas fisik berlebihan. 

Lelah adalah reaksi alami tubuh terhadap berbagai faktor, dan dalam banyak kasus, istirahat yang cukup, pola makan seimbang, dan manajemen stres dapat membantu mengatasi kelelahan.

Lelah adalah perasaan kelelahan karena kurang energi.
(Sumber: foto canva.com)

Lansia sering mengalami kelelahan karena sejumlah faktor fisik dan psikologis yang dapat mempengaruhi tingkat energi dan daya tahan mereka. Ciri-ciri lansia yang mengalami kelelahan dapat bervariasi dari satu individu ke individu/

Beberapa tanda dan gejala umum yang dapat muncul pada lansia yang merasa lelah meliputi:

😩 Perasaan Umum Lemah: 

Lansia yang merasa lelah sering mengalami perasaan umum lemah atau kekurangan energi.

😩 Penurunan Daya Tahan Fisik: 

Kelelahan dapat menyebabkan penurunan daya tahan fisik, yang dapat membuat aktivitas fisik yang biasanya mudah menjadi lebih sulit.

😩 Kesulitan untuk Bangun Tidur: 

Kesulitan untuk bangun tidur di pagi hari atau perasaan kurang segar setelah tidur adalah tanda umum kelelahan.

😩 Gangguan Tidur: 

Lansia yang merasa lelah mungkin mengalami gangguan tidur seperti insomnia, tidur yang tidak nyenyak, atau sering terbangun di malam hari.

Rasa lelah menimbulkan gangguan tidur.
(Sumber: foto canva.com)

😩 Kesulitan Berkonsentrasi: 

Kelelahan dapat memengaruhi kemampuan untuk 

😩 Perubahan Mood: 

Kelelahan dapat memengaruhi mood, menyebabkan perasaan mudah tersinggung, sedih, atau mudah marah.

😩 Penurunan Aktivitas Fisik: 

Lansia yang merasa lelah cenderung menjadi kurang aktif fisik atau enggan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang biasanya mereka nikmati.

😩 Penurunan Hasrat untuk Berinteraksi Sosial: 

Kelelahan juga dapat memengaruhi hasrat untuk berinteraksi dengan orang lain, menyebabkan isolasi sosial.

😩 Nyeri Tubuh atau Pegal-pegal: 

Beberapa lansia mungkin mengalami nyeri tubuh atau pegal-pegal yang terkait dengan kelelahan.

lansia merasa pegal-pegal terkait dengan kelelahan.
(Sumber: foto canva.com)

😩 Kehilangan Nafsu Makan: 

Kelelahan bisa memengaruhi nafsu makan, yang bisa menyebabkan penurunan berat badan.

😩 Penggunaan Energi yang Berlebihan: 

Lansia yang merasa lelah mungkin merasa bahwa melakukan aktivitas sehari-hari yang biasa mereka lakukan memerlukan upaya yang lebih besar.

😩 Gangguan Emosional: 

Kelelahan dapat menyebabkan gangguan emosional seperti perasaan tertekan atau cemas.

Beberapa alasan umum mengapa lansia mudah lelah meliputi:

😕 Penuaan Fisiologis:

Seiring bertambahnya usia, perubahan fisik dalam tubuh dapat mempengaruhi tingkat energi. Penurunan massa otot, penurunan kapasitas paru-paru, dan penurunan fungsi jantung adalah beberapa perubahan yang dapat mengurangi daya tahan fisik.

😕 Gangguan Tidur: 

Lansia cenderung mengalami perubahan pola tidur, termasuk kesulitan tidur atau tidur yang lebih dangkal. Gangguan tidur seperti insomnia atau sleep apnea dapat menyebabkan tidur yang tidak berkualitas dan membuat mereka merasa lebih lelah di siang hari.

😕 Penurunan Aktivitas Fisik: 

Beberapa lansia mungkin menjadi kurang aktif secara fisik karena keterbatasan fisik atau penyakit tertentu. Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan penurunan kebugaran dan daya tahan tubuh.

Beberapa lansia mengurangi aktivitas fisik karena keterbatasan.
(Sumber: foto canva.com)

😕 Gangguan Medis: 

Lansia sering memiliki kondisi medis kronis seperti penyakit jantung, diabetes, arthritis, atau penyakit paru-paru, yang dapat menyebabkan kelelahan kronis.

😕 Efek Obat-obatan: 

Lansia sering mengonsumsi berbagai jenis obat, dan beberapa obat dapat memiliki efek samping seperti kelelahan atau mengganggu tidur.

😕 Kurangnya Nutrisi: 

Kurangnya konsumsi makanan yang seimbang atau defisiensi nutrisi tertentu dapat menyebabkan kurangnya energi dan kelelahan.

😕 Depresi atau Kecemasan: 

Masalah kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan dapat menyebabkan kelelahan yang signifikan.

😕 Perubahan Hormonal: 

Perubahan hormon yang terjadi selama penuaan, terutama pada wanita setelah menopause, dapat memengaruhi tingkat energi.

😕 Pemrosesan Informasi yang Lebih Lambat: 

Beberapa lansia mungkin mengalami penurunan dalam pemrosesan informasi dan kognisi yang lambat, yang dapat membuat mereka merasa lebih cepat lelah saat melakukan tugas-tugas mental yang intens.

        Kelelahan pada lansia tidak selalu merupakan bagian normal dari penuaan. Kelelahan pada lansia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit atau kondisi medis yang mungkin menyertainya. 

Beberapa penyakit atau kondisi yang sering kali berhubungan dengan kelelahan pada lansia meliputi:

💧 Anemia: 

 Anemia adalah kondisi di mana tubuh kekurangan sel darah merah atau hemoglobin yang cukup untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Ini dapat menyebabkan kelelahan yang signifikan.

💧 Penyakit Jantung: 

Penyakit jantung seperti gagal jantung, penyakit arteri koroner, atau ritme jantung yang tidak normal dapat mengurangi pasokan darah dan oksigen ke jaringan tubuh, yang dapat menyebabkan kelelahan.

💧 Penyakit Paru-paru: 

Kondisi paru-paru seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau pneumonia dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk mengambil oksigen, yang dapat menyebabkan kelelahan.

💧 Diabetes: 

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan fluktuasi gula darah yang ekstrem, yang dapat menyebabkan kelelahan.

💧 Hipotiroidisme:

Hipotiroidisme adalah kondisi di mana kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah cukup. Ini dapat mengakibatkan penurunan energi dan kelelahan.

💧 Penyakit Ginjal: 

Penyakit ginjal yang parah dapat menyebabkan penumpukan racun dalam tubuh, yang dapat menghasilkan kelelahan.

💧 Kanker: 

Kanker dan perawatan kanker seperti kemoterapi atau radioterapi dapat menyebabkan kelelahan yang intens.

💧 Penyakit Infeksi:

Infeksi seperti flu, pneumonia, atau infeksi saluran kemih dapat menyebabkan kelelahan saat tubuh berjuang melawan infeksi.

💧 Gangguan Pencernaan: 

Gangguan seperti sindrom iritasi usus besar (IBS) atau penyakit celiac dapat memengaruhi penyerapan nutrisi dan menyebabkan kelelahan.

💧 Depresi dan Kecemasan: 

Kesehatan mental juga dapat memainkan peran dalam kelelahan. Depresi dan kecemasan yang parah dapat mengakibatkan kelelahan fisik dan mental.

💧 Obat-obatan: 

Beberapa obat-obatan, termasuk obat tekanan darah rendah, obat tidur, atau obat-obatan tertentu, dapat memiliki efek samping yang menyebabkan kelelahan.

💧 Penggunaan Alkohol atau Narkoba:

Penyalahgunaan alkohol atau narkoba dapat menyebabkan kelelahan dan mengganggu kesehatan secara keseluruhan.

💧 Hiperkalsemia :

Hiperkalsemia atau peningkatan kadar kalsium dalam darah, dapat memengaruhi ginjal, jantung, dan sistem saraf Anda. Kondisi ini disebabkan oleh kelenjar paratiroid yang terlalu aktif, dan dapat menimbulkan sejumlah gejala yang mengkhawatirkan selain kelelahan. Tanda-tanda hiperkalsemia lainnya termasuk nyeri otot, kehilangan ingatan, kebingungan, dan mulas.

💧 Infeksi Saluran Kemih (ISK) : 

Meskipun beberapa orang mengalami kegelisahan yang signifikan akibat ISK , yang lain mengalami kelelahan yang ekstrem. Pergeseran tingkat energi yang tidak terduga pada orang lanjut usia harus menjadi perhatian. Kelelahan dan kelesuan adalah tanda-tanda dari banyak masalah mental dan fisik, namun kekurangan energi sering terjadi ketika tubuh Anda sedang melawan infeksi.

Kebiasaan Gaya Hidup dan Kelelahan

😁 Begadang sampai larut malam.:

Tidur malam yang nyenyak penting untuk merasa segar dan energik. Usahakan tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari.

😁 Mengonsumsi terlalu banyak kafein:

Minum soda, teh, atau kopi berkafein, atau bahkan makan coklat, dapat membuat Anda tidak bisa tidur nyenyak. Batasi jumlah kafein yang Anda konsumsi di siang hari dan hindari di malam hari.

😁 Minum terlalu banyak alkohol.:

Alkohol adalah depresan sistem saraf pusat yang mengubah cara Anda berpikir dan bertindak. Ini juga dapat berinteraksi secara negatif dengan obat-obatan tertentu.

😁 Terlalu sedikit atau terlalu banyak berolahraga:

Olahraga teratur dapat membantu meningkatkan tingkat energi Anda. Berlebihan tanpa istirahat yang cukup dapat menyebabkan stres dan berujung pada kelelahan.

😁  Kebosanan:

Jika Anda sibuk selama masa kerja, Anda mungkin merasa bingung bagaimana menghabiskan waktu saat pensiun. Terlibat dalam aktivitas sosial dan produktif yang Anda sukai , seperti menjadi sukarelawan di komunitas, dapat membantu menjaga kesejahteraan Anda.

       Mengobati kelelahan pada lansia melibatkan berbagai langkah yang dapat membantu meningkatkan tingkat energi dan daya tahan mereka. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi kelelahan pada lansia:

👴 Konsultasi dengan Dokter: 

Jika lansia Anda mengalami kelelahan yang berkepanjangan atau parah, langkah pertama yang perlu diambil adalah berkonsultasi dengan dokter atau profesional medis. Dokter dapat melakukan evaluasi menyeluruh untuk menentukan penyebab kelelahan dan merencanakan pengelolaan atau perawatan yang sesuai.

👴 Pola Tidur yang Sehat: 

Pastikan lansia Anda memiliki pola tidur yang baik. Ajarkan mereka untuk tidur dalam suasana yang tenang dan nyaman, hindari kafein atau alkohol sebelum tidur, dan ciptakan rutinitas tidur yang teratur.

👴 Aktivitas Fisik yang Tepat: 

Lansia perlu menjaga kebugaran fisik mereka. Aktivitas fisik teratur, seperti berjalan, berenang, atau senam ringan, dapat membantu meningkatkan energi dan daya tahan. Konsultasikan dengan dokter tentang jenis dan tingkat aktivitas yang aman untuk lansia.

👴 Diet Seimbang: 

Pastikan lansia mengonsumsi makanan yang seimbang dan berkualitas. Diet yang kaya akan nutrisi penting seperti vitamin, mineral, serat, dan protein dapat membantu meningkatkan tingkat energi.

Diet kaya nutrisi dan vitamin sangat penting.
(Sumber: foto canva.com)

👴 Hidrasi yang Cukup: 

Pastikan lansia Anda terhidrasi dengan baik. Kekurangan cairan dapat menyebabkan kelelahan.

👴 Manajemen Stres: 

Bantu lansia Anda dalam mengelola stres dengan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam. Stres yang berlebihan dapat menyebabkan kelelahan.

👴 Hindari Kafein dan Alkohol Berlebihan: 

Batasi konsumsi kafein dan alkohol, terutama jika lansia Anda memiliki masalah tidur atau sensitivitas terhadap zat-zat ini.

👴 Perawatan Medis: 

Jika dokter menemukan penyakit atau kondisi medis yang mendasari kelelahan, mereka akan meresepkan perawatan yang sesuai, seperti obat-obatan atau terapi fisik.

👴 Probiotik: 

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi probiotik tertentu dapat membantu meningkatkan energi dan mengurangi kelelahan dengan memengaruhi kesehatan usus. Konsultasikan dengan dokter sebelum mengambil suplemen probiotik.

👴 Dukungan Sosial: 

Dukungan dari keluarga dan teman-teman dapat memiliki dampak positif pada kelelahan. Mendorong lansia untuk tetap terlibat dalam aktivitas sosial dan memiliki jaringan dukungan yang kuat dapat membantu mengatasi kelelahan.

       Mengatasi kelelahan pada lansia bisa menjadi proses yang memerlukan waktu. Penting untuk berkomunikasi secara terbuka dengan dokter untuk memahami penyebab kelelahan dan merencanakan perawatan yang sesuai. Selain itu, pendekatan yang komprehensif yang mencakup perubahan gaya hidup sehat dan perawatan medis dapat membantu meningkatkan kualitas hidup lansia yang mengalami kelelahan.





Sumber:

https://bluemoonseniorcounseling.com/10-causes-of-fatigue-in-older-adults/ 

https://www.nia.nih.gov/health/fatigue-older-adults

https://www.dispatchhealth.com/blog/common-causes-of-fatigue-in-seniors/

https://www.washingtonpost.com/health/2023/03/31/fatigue-older-adults-causes/

https://academic.oup.com/biomedgerontology/article/65A/8/887/571355

Thursday, 14 September 2023

Flatus Terus, Apakah Ada Penyakit Pada Lansia

       Kentut adalah proses keluarnya gas dari dalam usus besar melalui anus. Gas ini terdiri dari berbagai jenis gas, termasuk nitrogen, karbon dioksida, hidrogen, dan metana, yang dihasilkan sebagai produk sampingan dalam proses pencernaan makanan. Kentut adalah proses alami dalam tubuh manusia dan hewan lainnya.

Gas-gas ini terbentuk ketika mikroorganisme dalam usus mencerna makanan yang tidak sepenuhnya dicerna dalam perut. Ketika gas-gas ini menumpuk dalam usus besar, mereka dapat dikeluarkan melalui anus dalam bentuk suara dan bau yang khas.

Kentut dapat terjadi sebagai respons terhadap berbagai faktor, seperti jenis makanan yang dikonsumsi, aktivitas fisik, dan pola makan. Beberapa makanan tertentu, seperti kacang-kacangan, kol, dan minuman berkarbonasi, dapat meningkatkan produksi gas dalam usus dan menyebabkan kentut yang lebih banyak.

Beberapa makanan tertentu memproduksi gas.
(Sumber: foto LPC- Lansia)
Namun, jika seseorang mengalami perubahan drastis dalam pola kentutnya, terutama jika disertai dengan gejala lain seperti nyeri perut yang parah, perubahan dalam pola buang air besar, atau masalah pencernaan yang lain, maka sebaiknya mereka berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut, karena hal ini mungkin mengindikasikan masalah kesehatan yang lebih serius.

Flatus  adalah istilah medis untuk kentut, flatus merujuk pada gas-gas yang dikeluarkan dari dalam usus besar melalui anus. Istilah ini digunakan dalam konteks medis untuk merujuk pada proses keluarnya gas dari dalam saluran pencernaan.

Lansia, seperti orang dewasa pada umumnya, dapat mengalami kentut karena berbagai alasan. Kentut adalah proses alami yang terjadi saat gas-gas dalam usus besar dikeluarkan melalui anus. 

Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan lansia mengalami kentut lebih sering atau secara berlebihan termasuk:

💢 Perubahan dalam Pencernaan: 

Proses pencernaan dapat menjadi kurang efisien seiring bertambahnya usia. Ini bisa berarti bahwa makanan dicerna dengan lebih lambat, dan gas dapat menumpuk dalam usus lebih lama sebelum dikeluarkan.

💢 Polusi Udara: 

Beberapa lansia mungkin memiliki paparan yang lebih tinggi terhadap polusi udara atau bahan kimia yang dapat mempengaruhi saluran pencernaan, yang dapat memengaruhi produksi gas dalam usus.

Kentut dapat terjadi akibat paparan yang tinggi dari polusi udara.
(Sumber: foto canva.com)

💢 Pola Makan: 

Pola makan yang berubah seiring bertambahnya usia atau perubahan dalam kebiasaan makan bisa mempengaruhi produksi gas. Makanan tertentu, seperti kacang-kacangan, brokoli, kubis, dan minuman berkarbonasi, dapat menyebabkan peningkatan produksi gas.

💢 Intoleransi Makanan: 

Beberapa lansia mungkin mengembangkan intoleransi makanan tertentu seiring bertambahnya usia. Misalnya, intoleransi laktosa (kesulitan mencerna laktosa, gula dalam susu) dapat menyebabkan peningkatan gas dan kentut setelah mengonsumsi produk susu.

💢 Infeksi Usus:

Infeksi usus atau masalah kesehatan lain yang memengaruhi saluran pencernaan bisa menyebabkan gangguan dalam proses pencernaan dan menghasilkan lebih banyak gas.

💢 Konsumsi Serat yang Tinggi:

Lansia yang mengonsumsi diet tinggi serat mungkin lebih cenderung mengalami kentut karena serat dapat merangsang produksi gas dalam usus.

💢 Penggunaan Obat-obatan: 

Beberapa obat-obatan, terutama antibiotik atau obat-obatan tertentu yang memengaruhi sistem pencernaan, dapat mempengaruhi mikroorganisme dalam usus dan menyebabkan peningkatan gas.

       Kentut pada lansia, seperti pada orang dewasa pada umumnya, biasanya bukan gejala penyakit serius. Kentut adalah proses alami dalam tubuh dan dapat terjadi karena berbagai alasan, termasuk pola makan, konsumsi makanan tertentu, atau perubahan dalam pencernaan seiring bertambahnya usia.  

Beberapa kondisi yang mungkin menyertai kentut pada lansia jika terkait dengan masalah kesehatan adalah:

💣 Sindrom Irritasi Usus Besar (Irritable Bowel Syndrome, IBS):

IBS adalah gangguan pencernaan yang dapat menyebabkan kentut yang berlebihan, bersama dengan gejala seperti perubahan pola buang air besar, nyeri perut, dan perut kembung.

Gangguan pencernaan menyebabkan kentut berlebihan.
(Sumber: foto canva,com)

💣 Sindrom Dispepsia (Sindrom Gangguan Pencernaan):

Ini adalah kondisi yang dapat menyertai gejala seperti kentut berlebihan, mulas, mual, dan ketidaknyamanan perut.

💣 Intoleransi Makanan: 

Lansia yang memiliki intoleransi makanan tertentu, seperti intoleransi laktosa atau intoleransi gluten, dapat mengalami kentut lebih sering jika mereka mengonsumsi makanan yang memicu intoleransi mereka.

💣 Refluks Gastroesofageal (GERD):

GERD adalah kondisi di mana asam lambung naik ke kerongkongan, dan beberapa orang dengan GERD juga dapat mengalami kentut yang lebih sering.

💣 Infeksi Usus atau Gangguan Usus: 

Infeksi usus atau gangguan usus lainnya dapat mempengaruhi proses pencernaan dan menyebabkan kentut yang lebih sering.

💣 Gangguan Bakteri Usus: 

Ketidakseimbangan dalam bakteri usus normal dapat memengaruhi pencernaan dan menghasilkan gas yang dapat menyebabkan kentut.

          💬 Kentut itu sendiri bukan penyakit, melainkan gejala yang mungkin terkait dengan berbagai kondisi medis atau pola makan. 

Makanan tertentu dapat meningkatkan produksi gas dalam usus dan menyebabkan lansia mengalami kentut lebih sering. Namun, perlu diingat bahwa respons tubuh terhadap makanan dapat bervariasi dari individu ke individu, dan apa yang menyebabkan kentut pada satu orang tidak selalu berlaku untuk yang lain. 

Beberapa makanan yang umumnya diketahui dapat meningkatkan produksi gas dan menyebabkan kentut termasuk:

🍁 Kacang-kacangan: 

Seperti kacang merah, kacang hijau, dan kacang kedelai.

🍁 Kubis dan Kembang Kol: 

Termasuk brokoli, kubis, kembang kol, dan kubis Brussel.

Kubis dan kol meningkatkan produksi gas menyebabkan kentut.
(Sumber: foto canva.com)

🍁 Minuman Berkarbonasi: 

Seperti soda atau minuman bersoda.

🍁 Makanan Pedas:

Makanan pedas seperti cabai dapat merangsang produksi gas.

🍁 Produk Susu:

Produk susu bisa menjadi masalah jika lansia memiliki intoleransi laktosa.

🍁 Makanan Tinggi Serat: 

Sementara serat adalah bagian penting dari diet sehat, beberapa orang mungkin mengalami lebih banyak gas saat mengonsumsi serat dalam jumlah besar. Ini termasuk makanan seperti gandum utuh, oat, dan sayuran hijau.

🍁 Gula Alkohol: 

Sorbitol, mannitol, dan xylitol adalah jenis gula alkohol yang ditemukan dalam beberapa permen karet dan permen yang dapat menyebabkan gas dan kentut jika dikonsumsi dalam jumlah besar.

🍁 Minyak Ikan dan Suplemen Minyak Ikan:

Beberapa orang mungkin mengalami kentut yang lebih sering setelah mengonsumsi suplemen minyak ikan.

🍁 Gorengan dan Makanan Berlemak Tinggi: 

Makanan berlemak tinggi atau makanan yang digoreng dapat membuat pencernaan menjadi lebih lambat, yang memungkinkan gas menumpuk dalam usus.

🍁 Sayuran seperti Bawang dan Bawang Putih:

Beberapa sayuran seperti bawang dan bawang putih dapat menyebabkan gas.

Bawang merah dapat memproduksi gas menyebabkan kentut.
(Sumber: foto canva.com)

        Makanan yang menghasilkan gas adalah bagian normal dari proses pencernaan dan dapat bervariasi dari individu ke individu.

Untuk mengurangi kentut yang berlebihan, terutama pada lansia, Anda dapat mencoba beberapa langkah berikut ini:

🍏 Perhatikan Pola Makan: 

Makanlah dengan tenang dan perlahan. Hindari makan terlalu cepat atau berbicara saat makan. Mengunyah makanan dengan baik juga dapat membantu mengurangi risiko menelan udara saat makan.

🍏 Hindari Makanan Pemicu Gas: 

Identifikasi makanan yang sering menyebabkan Anda kentut dan coba kurangi konsumsinya. Makanan seperti kacang-kacangan, brokoli, kubis, kembang kol, minuman berkarbonasi, makanan pedas, dan produk susu mungkin perlu dibatasi.

🍏 Konsumsi Makanan Rendah Serat:

Jika Anda mengalami gas berlebihan karena serat tinggi dalam diet, pertimbangkan untuk sementara waktu mengurangi konsumsi makanan tinggi serat dan kemudian secara perlahan meningkatkannya kembali.

🍏 Perhatikan Minuman: 

Hindari minum dengan cepat atau dalam jumlah yang besar, terutama jika Anda mengonsumsi minuman berkarbonasi. Minum dengan perlahan dan dalam jumlah kecil dapat membantu mengurangi risiko menelan udara.

🍏 Hindari Penggunaan Sedotan:

Penggunaan sedotan saat minum dapat menyebabkan lebih banyak udara tertelan. Hindari sedotan atau gunakan sedotan yang lebih lebar jika diperlukan.

🍏 Kurangi Gula Alkohol: 

Gula alkohol seperti sorbitol, mannitol, dan xylitol dapat menyebabkan gas dan kentut jika dikonsumsi dalam jumlah besar. Periksa label makanan untuk menghindari makanan yang mengandung gula alkohol ini.

🍏 Hindari Makanan Berlemak Tinggi:

Makanan berlemak tinggi atau makanan yang digoreng dapat memperlambat pencernaan dan menyebabkan peningkatan gas. Pertimbangkan untuk mengurangi konsumsi makanan ini.

Makanan yang digoreng memperlambat pencernaan.
(Sumber: foto canva.com)

🍏 Konsumsi Probiotik:

Probiotik adalah suplemen atau makanan yang mengandung bakteri baik yang dapat membantu menjaga keseimbangan flora usus dan mungkin membantu mengurangi gas berlebihan. Konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan probiotik.

🍏 Perhatikan Batas Konsumsi Karbonasi: 

Minuman berkarbonasi seperti soda dapat menyebabkan gas dalam perut. Batasi konsumsi minuman ini.

🍏 Aktivitas Fisik:

Berolahraga secara teratur dapat membantu merangsang peristaltik usus dan membantu dalam proses pencernaan.

🍏 Konsultasi dengan Dokter: 

Jika kentut berlebihan terus berlanjut atau disertai dengan gejala lain yang mengkhawatirkan seperti nyeri perut yang parah, perubahan pola buang air besar, atau masalah pencernaan yang lain, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebab dan memberikan perawatan yang sesuai jika diperlukan.

       Selalu penting untuk berbicara dengan profesional medis jika Anda memiliki kekhawatiran tentang masalah kesehatan Anda. Mereka dapat memberikan panduan dan perawatan yang sesuai berdasarkan kondisi Anda.




Sumber:

https://www.webmd.com/healthy-aging/does-flatulence-increase-as-you-age

https://www.aarp.org/disrupt-aging/stories/info-2020/passing-gas.html

https://www.uclahealth.org/news/many-people-become-more-flatulent-as-they-age

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2280790/