Tuesday, 19 September 2023

Kebingungan Melanda Lansia, Waspada

        "Bingung" adalah sebuah kata yang menggambarkan perasaan ketidakpastian, kebingungan, atau ketidakmengertian terhadap sesuatu. Ini bisa merujuk pada situasi ketika seseorang merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan, tidak mengerti informasi yang diberikan, atau merasa terlalu banyak pilihan yang membuat sulit untuk membuat keputusan.

Bingung bisa menjadi reaksi alami ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang kompleks atau ambigu. Untuk mengatasi perasaan bingung, orang sering kali mencari informasi tambahan, berbicara dengan orang lain untuk mendapatkan pandangan mereka, atau mengambil waktu untuk merenung dan memproses informasi dengan lebih baik.

Lansia untuk mengatasi bingung cari informasi tambahan.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Lansia atau orang yang telah mencapai usia tua, sering mengalami kebingungan (confused) atau kesulitan kognitif karena sejumlah faktor. 

Beberapa penyebab umum kebingungan pada lansia meliputi:

😰 Penurunan Fungsi Kognitif Alami: 

Dalam penuaan normal, ada penurunan alami dalam fungsi kognitif, seperti daya ingat dan kemampuan pemrosesan informasi. Ini dapat menyebabkan kebingungan pada beberapa orang.

😰 Mild Cognitive Impairment (MCI): 

Menggambarkan tingkat kebingungan yang lebih ringan daripada demensia pada lansia. Orang dengan MCI mungkin mengalami kesulitan dalam ingatan atau fungsi kognitif lainnya, tetapi kebingungannya tidak seburuk orang dengan demensia.

😰 Penyakit Demensia: 

Demensia adalah penyakit yang umum pada lansia, dan Alzheimer adalah salah satu jenis demensia yang paling sering terjadi. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan yang signifikan dalam kemampuan berpikir, ingatan, dan orientasi, yang menyebabkan kebingungan.

😰 Delirium:

Ini adalah kondisi medis darurat yang dapat menyebabkan kebingungan akut dan perubahan perilaku pada orang dewasa, termasuk lansia. Delirium biasanya terjadi secara tiba-tiba dan sering kali disebabkan oleh penyakit serius, infeksi, perubahan obat, atau dehidrasi.

 Delirium perubahan dan kebingungan akut.
(Sumber: foto canva.com)

😰 Perubahan Fisik pada Otak:

Proses penuaan dapat menyebabkan perubahan fisik pada otak, seperti penurunan volume otak dan perubahan pada jaringan saraf. Ini dapat memengaruhi kemampuan otak untuk berfungsi sebagaimana mestinya.

😰 Penyakit Medis: 

Beberapa penyakit medis, seperti infeksi, gangguan elektrolit, penyakit jantung, atau penyakit tiroid yang tidak terkontrol, dapat memengaruhi fungsi otak dan menyebabkan kebingungan.

😰 Efek Samping Obat: 

Lansia sering mengonsumsi lebih banyak obat daripada kelompok usia lainnya. Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat memengaruhi fungsi kognitif dan menyebabkan kebingungan.

😰 Stres dan Depresi:

Kondisi emosional seperti stres dan depresi dapat memengaruhi kemampuan berpikir dan merasa bingung.

Stres dan depresi membuat bingung.
(Sumber: foto canva.com)

😰 Gangguan Pendengaran atau Penglihatan:

Gangguan pendengaran atau penglihatan dapat membuat seseorang merasa bingung karena mereka mungkin kesulitan mendengar atau melihat informasi dengan jelas.

😰 Kehilangan Sosial dan Aktivitas Sosial yang Terbatas: 

Kehilangan interaksi sosial dan kurangnya stimulasi kognitif dapat menyebabkan kebingungan pada lansia. 

Beberapa ciri yang sering terkait dengan kebingungan pada lansia meliputi:

😟 Kesulitan dalam Mengingat Informasi:

Lansia yang bingung mungkin mengalami kesulitan dalam mengingat nama orang, tanggal, atau peristiwa yang baru-baru ini terjadi.

😟 Kesulitan Berbicara dan Menyusun Kalimat:

Pada tingkat kebingungan yang lebih parah, seseorang mungkin kesulitan berbicara dengan jelas atau menyusun kalimat yang koheren.

😟 Orientasi yang Buruk: 

Lansia yang bingung mungkin kesulitan untuk mengetahui waktu, tempat, atau situasi saat ini. Mereka mungkin tidak tahu hari, tanggal, atau bahkan lokasi mereka berada.

Orientasi yang buruk sulit mengetahui waktu dan tempat.
(Sumber: foto canva.com)

😟 Perubahan dalam Kemampuan Fungsi Sehari-hari:

Keberhasilan dalam melakukan tugas-tugas sehari-hari seperti berpakaian, mandi, atau makan dapat terpengaruh. Seseorang mungkin mengalami kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari ini.

😟 Kesulitan dalam Pengambilan Keputusan: 

Pengambilan keputusan menjadi sulit, bahkan dalam hal-hal yang sebelumnya dianggap sederhana.

😟 Perubahan Emosi:

Kebingungan juga dapat disertai dengan perubahan emosi seperti kebingungan, kecemasan, atau depresi.

😟 Perubahan Perilaku: 

Seseorang yang bingung mungkin menunjukkan perubahan perilaku yang tidak biasa, seperti menjadi agresif, gelisah, atau terpisah dari lingkungan sosial.

😟 Kehilangan Kepala:

Pada kasus-kasus delirium (kebingungan akut), seseorang dapat mengalami kebingungan yang parah dan perubahan cepat dalam tingkat kesadaran.

       Mencegah kebingungan pada lansia adalah penting untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dan menjaga kesehatan mental mereka. 

Beberapa langkah yang dapat membantu mencegah kebingungan pada lansia:

🍄 Gaya Hidup Sehat:

Mendorong lansia untuk menjalani gaya hidup sehat dengan makanan bergizi, olahraga teratur, tidur yang cukup, dan menghindari konsumsi alkohol yang berlebihan serta merokok dapat membantu menjaga kesehatan fisik dan mental.

🍄 Stimulasi Kognitif: 

Merangsang otak dengan berbagai aktivitas mental seperti teka-teki, membaca, menulis, atau bermain game yang memerlukan pemikiran strategis dapat membantu menjaga kognisi.

🍄 Sosialisasi: 

Berinteraksi dengan teman, keluarga, dan komunitas adalah cara yang baik untuk menjaga fungsi kognitif. Rasa terhubung dengan orang lain dapat memperkuat fungsi otak.

🍄 Latihan Fisik:

Latihan fisik teratur, bahkan yang ringan seperti berjalan, dapat membantu meningkatkan aliran darah ke otak dan memelihara fungsi kognitif.

latihan fisik teratur meningkatkan aliran darah.
(sumber: foto pens 49 ceria)

🍄 Pemantauan Kesehatan:

Mengontrol penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, atau penyakit jantung adalah penting karena kondisi medis yang tidak terkontrol dapat memengaruhi kesehatan mental.

🍄 Manajemen Obat:

Pastikan bahwa obat-obatan yang digunakan sesuai dengan petunjuk dokter dan memahami efek samping yang mungkin timbul.

🍄 Rutinitas yang Konsisten: 

Mempertahankan rutinitas harian yang konsisten dapat membantu lansia merasa lebih terkendali dan terhindar dari kebingungan.

🍄 Lingkungan yang Aman: 

Membuat lingkungan fisik yang aman, seperti menghindari hambatan atau bahaya, dapat mencegah cedera dan kebingungan.

🍄 Edukasi dan Kesadaran: 

Edukasi dan kesadaran tentang tanda-tanda penyakit seperti demensia atau penyakit lain yang dapat menyebabkan kebingungan penting untuk mendeteksinya lebih awal.

🍄 Konsultasi Medis Teratur: 

Penting untuk menjalani pemeriksaan medis teratur untuk mendeteksi penyakit atau perubahan kognitif pada tahap awal. Ini memungkinkan untuk tindakan lebih lanjut jika diperlukan.

        Mencegah kebingungan pada lansia melibatkan perawatan komprehensif yang mencakup aspek fisik, mental, dan sosial.

Pengobatan kebingungan pada lansia tergantung pada penyebabnya. Penting untuk mengidentifikasi penyebabnya sebelum merumuskan rencana perawatan yang tepat. 

Beberapa langkah yang dapat diambil dalam mengobati kebingungan pada lansia:

👵 Konsultasi dengan Profesional Medis: 

Langkah pertama yang harus diambil adalah berkonsultasi dengan dokter atau profesional medis. Mereka akan melakukan evaluasi komprehensif untuk menentukan penyebab kebingungan. Ini mungkin melibatkan tes fisik, tes laboratorium, dan evaluasi mental.

👵 Penanganan Kondisi Medis yang Mendasarinya:

Jika kebingungan disebabkan oleh penyakit medis seperti infeksi, penyakit jantung, atau penyakit tiroid, perawatan harus difokuskan pada mengatasi kondisi medis tersebut. Ini bisa melibatkan penggunaan antibiotik, perubahan dalam pengobatan, atau pengobatan spesifik sesuai dengan diagnosis.

👵 Manajemen Obat:

Jika efek samping obat yang digunakan menjadi penyebab kebingungan, dokter dapat meninjau obat-obatan yang dikonsumsi dan meresepkan alternatif yang lebih sesuai atau menyesuaikan dosis obat.

👵 Terapi Kognitif:

Jika kebingungan disebabkan oleh penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer, terapi kognitif bisa membantu dalam memperlambat penurunan fungsi kognitif. Ini bisa melibatkan latihan kognitif, terapi bicara, atau aktivitas pemeliharaan otak lainnya.

👵 Manajemen Perilaku:

Untuk mengatasi perubahan perilaku yang muncul bersamaan dengan kebingungan, terapis atau konselor klinis dapat membantu dengan manajemen perilaku. Ini dapat melibatkan teknik-teknik seperti terapi perilaku kognitif.

👵 Perubahan Gaya Hidup: 

Mendorong gaya hidup sehat dengan makanan bergizi, olahraga teratur, tidur yang cukup, dan menjaga aktivitas sosial dapat membantu dalam mengelola kebingungan.

👵 Dukungan Keluarga: 

Memberikan dukungan emosional dan praktis kepada lansia yang mengalami kebingungan sangat penting. Keluarga dan teman-teman dapat membantu menjaga lingkungan yang aman dan memberikan dukungan dalam aktivitas sehari-hari.

👵 Lingkungan yang Aman: 

Membuat lingkungan yang aman, seperti menghindari hambatan fisik, dapat mengurangi risiko cedera dan kebingungan.

👵 Perawatan yang Terkoordinasi:

Pada beberapa kasus, terapi dan perawatan yang terkoordinasi oleh tim medis yang terdiri dari berbagai spesialis, seperti dokter, ahli psikologi, dan terapis fisik atau okupasi, dapat memberikan manfaat yang lebih besar.

       Pengobatan kebingungan pada lansia akan bervariasi tergantung pada penyebab dan kondisi masing-masing individu. Penting untuk bekerja sama dengan tim medis yang dapat membantu merencanakan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan spesifik lansia yang mengalami kebingungan.





Sumber:

https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/1998/0315/p1358.html 

https://www.nhs.uk/conditions/confusion/

https://aci.health.nsw.gov.au/chops/chops-key-principles/assessment-of-older-people-with-confusion

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3371633/

https://mhfa.com.au/sites/default/files/MHFA-helping-the-confused-older-person.pdf

Monday, 18 September 2023

Eructation Pada Lansia, Teliti, Mungkin Ada Penyakit

        Bersendawa (Eructation) adalah hal yang wajar dan umum terjadi. Sendawa yang berlebihan, disertai rasa kembung, nyeri, atau bengkak pada perut (distensi), terkadang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari atau menimbulkan rasa malu. Namun tanda dan gejala ini biasanya tidak menunjukkan kondisi serius yang mendasarinya dan sering kali dapat dikurangi dengan perubahan gaya hidup sederhana. 

Sendawa adalah proses keluarnya gas dari dalam lambung melalui mulut. Proses ini terjadi ketika udara yang terperangkap dalam lambung dilepaskan. Sendawa adalah salah satu cara tubuh manusia untuk mengatasi penumpukan gas yang mungkin terjadi setelah mengonsumsi makanan atau minuman. Proses sendawa juga dapat terjadi secara alami sebagai bagian dari pencernaan normal.

Dalam medis, istilah untuk sendawa adalah "eructation" atau "belching". Istilah-istilah ini digunakan oleh tenaga medis untuk merujuk pada proses keluarnya gas dari dalam lambung melalui mulut.

Sendawa adalah cara untuk mengatasi penumpukan gas .
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

Biasanya, sendawa terjadi karena udara yang tertelan saat makan atau minum. Udara ini kemudian naik ke kerongkongan dan keluar melalui mulut dalam bentuk suara "sendawa". Sendawa juga dapat terjadi setelah mengonsumsi minuman berkarbonasi atau makanan yang menghasilkan gas dalam lambung.

Sendawa adalah proses yang normal dan biasanya tidak memerlukan perhatian medis, kecuali jika terjadi secara berlebihan atau terkait dengan gejala lain yang lebih serius. Sendawa adalah proses alami yang dapat dialami oleh siapa pun, termasuk lansia (orang tua). 

Ada beberapa alasan mengapa lansia dapat mengalami sendawa, dan alasan-alasan ini mirip dengan yang dialami oleh orang dewasa lainnya. 

Beberapa alasan mengapa lansia mengalami sendawa meliputi:

✨ Udara tertelan: 

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sendawa sering terjadi karena udara tertelan saat makan atau minum. Lansia, seperti orang dewasa lainnya, juga bisa secara tidak sengaja menelan udara saat makan atau minum, yang kemudian bisa menyebabkan sendawa.

✨ Gangguan pencernaan: 

Lansia mungkin memiliki masalah pencernaan tertentu, seperti refluks asam lambung atau gangguan pencernaan lainnya, yang dapat menyebabkan penumpukan gas dalam perut. Gas ini bisa dikeluarkan melalui sendawa.

✨ Pola makan: 

Pola makan yang cepat atau tidak teratur dapat menyebabkan lansia menelan udara lebih banyak saat makan. Ini bisa terjadi jika mereka makan terlalu cepat, mengunyah makanan dengan buru-buru, atau berbicara saat makan.

Makan yang cepat atau terburu-buru dapat menelan udara.
( Sumber: foto canva.com) 

✨ Diet tertentu: 

Makanan tertentu dalam diet lansia, seperti makanan yang mengandung banyak karbonasi (misalnya, minuman berkarbonasi) atau makanan yang menghasilkan gas dalam lambung (misalnya, kubis atau kacang-kacangan), juga dapat menyebabkan penumpukan gas dan sendawa.

✨ Kondisi medis:

Beberapa kondisi medis tertentu yang lebih umum pada lansia, seperti sindrom iritasi usus besar atau intoleransi laktosa, dapat memengaruhi pencernaan dan menyebabkan sendawa.

       Sendawa pada lansia biasanya adalah hal yang normal dan tidak perlu dikhawatirkan, terutama jika tidak disertai dengan gejala lain yang lebih serius.

Sendawa itu sendiri bukanlah penyakit, melainkan proses alami keluarnya gas dari dalam lambung melalui mulut. Namun, dalam beberapa kasus, sendawa dapat menjadi gejala atau tanda dari kondisi medis atau gangguan tertentu. 

Beberapa kondisi yang mungkin menyertai atau berhubungan dengan sendawa meliputi:

⛅ Refluks Gastroesofageal (GERD): 

GERD adalah kondisi di mana asam lambung naik ke kerongkongan dan dapat menyebabkan gejala seperti nyeri dada, mulas, atau sendawa yang tidak biasa.

⛅ Sindrom Irritasi Usus Besar (Irritable Bowel Syndrome, IBS): 

IBS adalah gangguan pencernaan yang dapat disertai dengan perubahan dalam pola buang air besar, nyeri perut, dan gas, yang dapat menyebabkan sendawa.

IBS menimbulkan perubahan pola buang air besar.
(Sumber: foto canva.com)

⛅ Sindrom Dispepsia (Sindrom Gangguan Pencernaan): 

Ini adalah kondisi di mana seseorang mengalami berbagai gejala pencernaan seperti rasa kembung, mulas, dan sendawa.

⛅ Intoleransi Laktosa: 

Intoleransi laktosa adalah kondisi di mana seseorang memiliki kesulitan mencerna laktosa, gula yang terdapat dalam produk susu. Ini dapat menyebabkan gejala seperti gas dan sendawa setelah mengonsumsi produk susu.

⛅ Kembung Abdominal: 

Kembung adalah kondisi di mana perut terasa penuh dan buncit akibat penumpukan gas dalam perut. Ini dapat disertai dengan sendawa yang lebih sering.

⛅ Ketidakcocokan Makanan: 

Makanan tertentu dalam diet seseorang dapat menyebabkan gas yang berlebihan dalam lambung, yang kemudian dikeluarkan melalui sendawa. Contohnya adalah makanan berkarbonasi, kacang-kacangan, atau makanan pedas.

⛅ Infeksi Saluran Pencernaan: 

Beberapa infeksi yang memengaruhi saluran pencernaan, seperti gastroenteritis, juga dapat menyebabkan gejala seperti sendawa, biasanya bersamaan dengan diare dan mual.

⛅ Ketidakseimbangan Bakteri Usus:

 Perubahan dalam komposisi bakteri dalam usus (disbiosis usus) dapat memengaruhi pencernaan dan menghasilkan gas berlebihan yang kemudian dikeluarkan melalui sendawa.

       Lansia, seperti orang dewasa pada umumnya, dapat mengalami sendawa karena berbagai alasan, termasuk penyakit. Ciri-ciri lansia yang bersendawa karena penyakit mungkin melibatkan gejala-gejala lain yang dapat memberikan petunjuk bahwa ada masalah kesehatan yang mendasarinya. 

Beberapa ciri sendawa karena penyakit :

💨 Sendawa yang Berlebihan: 

Jika lansia mengalami sendawa secara berlebihan dan tidak biasa, ini dapat menjadi tanda bahwa ada masalah dalam saluran pencernaan atau gangguan lain yang memengaruhi proses pencernaan.

Sendawa berlebihan tanda ada masalah pencernaan.
(Sumber: foto canva.com)

💨 Nyeri Perut atau Gangguan Pencernaan: 

Lansia yang bersendawa karena penyakit mungkin juga mengalami nyeri perut yang tidak biasa, mulas, perut kembung, mual, muntah, atau gangguan pencernaan lainnya.

💨 Perubahan Berat Badan yang Tidak Wajar: 

Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan dengan mudah atau perubahan dalam pola makan dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang mendasari, termasuk masalah pencernaan.

💨 Perubahan dalam Pola Buang Air Besar: 

Perubahan dalam pola buang air besar, seperti diare atau sembelit yang parah dan persisten, dapat menjadi tanda gangguan pencernaan atau masalah usus.

💨 Gejala Pencernaan Lainnya: 

Selain sendawa, lansia yang memiliki gangguan pencernaan mungkin juga mengalami gejala lain seperti buang gas yang lebih sering, perut buncit, atau perasaan tidak nyaman dalam perut.

💨 Perubahan dalam Kebiasaan Makan:

Lansia yang mengalami masalah pencernaan atau penyakit terkait pencernaan mungkin mengalami perubahan dalam kebiasaan makan, seperti hilangnya selera makan atau menghindari makanan tertentu karena gejala yang memburuk setelah mengonsumsinya.

💨 Keluhan Umum yang Berkaitan dengan Pencernaan: 

Lansia yang bersendawa karena penyakit dapat mengeluhkan gejala umum yang berkaitan dengan pencernaan, seperti rasa penuh cepat saat makan, sensasi terbakar di dada (yang dapat mengindikasikan refluks asam lambung), atau perasaan tidak enak di perut.

       Sendawa itu sendiri bukanlah gejala kesehatan yang serius, tetapi gejala yang mungkin mengindikasikan masalah pencernaan atau penyakit lainnya. 

Sendawa pada lansia, seperti pada orang dewasa lainnya, biasanya bukan masalah serius dan dapat diatasi dengan mengikuti beberapa langkah sederhana. Namun, perlu diingat bahwa jika sendawa disebabkan oleh masalah medis yang lebih serius, pengobatan yang lebih mendalam mungkin diperlukan. 

Di bawah ini adalah beberapa langkah yang dapat membantu mengurangi sendawa pada lansia:

😜 Perhatikan Pola Makan: 

Pastikan lansia makan dengan tenang dan perlahan, mengunyah makanan dengan baik, dan tidak menelan udara saat makan. Hindari makan terlalu cepat atau berbicara saat makan.

😜 Hindari Makanan dan Minuman yang Menyebabkan Gas: 

Beberapa makanan dan minuman, seperti makanan pedas, kacang-kacangan, brokoli, kembang kol, dan minuman berkarbonasi, dapat menyebabkan penumpukan gas dalam lambung. Membatasi konsumsi makanan ini dapat membantu mengurangi sendawa. Minuman berkarbonasi dan menelan udara adalah alasan paling umum orang bersendawa. Sering kali, gas tersebut tidak sampai ke perut Anda. Sebaliknya, ia tetap terjebak di kerongkongan sampai muncul kembali.

Hindari minum minuman yang berkarbonasi.
(Sumber: foto canva.com)

😜 Hindari Menggunakan Sedotan:

Penggunaan sedotan saat minum dapat menyebabkan lebih banyak udara tertelan, yang dapat menyebabkan sendawa. Menghindari sedotan atau menggunakan sedotan yang lebih lebar bisa membantu mengurangi masalah ini.

😜 Makan dengan Posisi Tegak:

Makan dengan posisi tubuh yang tegak dapat membantu mencegah udara tertelan saat makan.

😜 Minum Air dengan Benar: 

Hindari minum dengan cepat atau dalam jumlah yang besar, karena ini dapat menyebabkan udara tertelan bersama dengan air. Minum air dengan perlahan dan dalam jumlah kecil bisa membantu menghindari sendawa.

😜 Jalani Gaya Hidup yang Sehat:

Menjaga berat badan yang sehat, berolahraga secara teratur, dan menghindari merokok dapat membantu mengurangi risiko gangguan pencernaan yang dapat menyebabkan sendawa.

😜 Hindari Pakaian yang Terlalu Ketat:

Pakaian yang terlalu ketat di sekitar perut dapat memberikan tekanan tambahan pada perut dan mengakibatkan penumpukan gas.

Sendawa proses keluar gas dari dalam lambung melalui mulut.
(Sumber: foto canva.com)

😜 Konsultasi dengan Dokter: 

Jika sendawa pada lansia sangat mengganggu atau disertai dengan gejala lain yang mengkhawatirkan seperti nyeri perut yang parah, gangguan pencernaan yang persisten, atau perubahan berat badan yang tidak wajar, sebaiknya konsultasikan dengan dokter. Dokter dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebab sendawa dan memberikan perawatan yang sesuai jika diperlukan.

Kiat lain mengurangi sendawa, jika Anda:

  • Makan dan minum perlahan; Meluangkan waktu dapat membantu Anda menelan lebih sedikit udara. Cobalah untuk membuat waktu makan menjadi santai; makan saat Anda stres atau dalam pelarian meningkatkan jumlah udara yang Anda telan.
  • Hindari minuman berkarbonasi dan bir; Mereka melepaskan gas karbon dioksida.
  • Hindari permen karet dan permen keras; Saat Anda mengunyah permen karet atau menghisap permen keras, Anda menelan lebih sering dari biasanya. Bagian dari apa yang Anda telan adalah udara.
  • Jangan merokok; Saat Anda menghirup asap, Anda juga menghirup dan menelan udara.
  • Periksa gigi palsu Anda. Gigi palsu yang tidak pas dapat menyebabkan Anda menelan udara berlebih saat makan dan minum.
  • Bergeraklah; Mungkin ada gunanya berjalan-jalan sebentar setelah makan.
  • Mengobati sakit maag; Untuk nyeri ulu hati ringan yang terjadi sesekali, antasida yang dijual bebas atau obat lain mungkin bisa membantu. GERD mungkin memerlukan obat resep atau perawatan lain.

       Sendawa adalah respons tubuh yang normal terhadap udara yang tertelan selama makan atau minum. Namun, jika sendawa menjadi masalah yang berulang atau mengganggu aktivitas sehari-hari lansia, sebaiknya cari bantuan medis untuk menilai penyebab dan mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk mengatasi masalah ini.

Jika seseorang mengalami sendawa yang terus-menerus atau disertai dengan gejala seperti nyeri perut yang parah, gangguan pencernaan, atau perubahan berat badan yang tidak wajar, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.





Sumber:

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gas-and-gas-pains/in-depth/gas-and-gas-pains/art-20044739

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2280790/

https://www.medicalnewstoday.com/articles/325121

https://www.webmd.com/digestive-disorders/burping-reasons

https://www.uclahealth.org/medical-services/gastro/esophageal-health/diseases-we-treat/belching-disorders

Sunday, 17 September 2023

Pikiran Negatif Pada Lansia, Berbahaya

       Pikiran negatif adalah jenis pemikiran yang cenderung fokus pada aspek-aspek negatif, pesimis, atau merugikan dari suatu situasi, diri sendiri, atau dunia secara umum. Pikiran negatif dapat memengaruhi emosi, perilaku, dan persepsi seseorang tentang diri sendiri dan lingkungan mereka. 

Orang yang mengalami penyakit mental sering kali terlibat dalam gaya berpikir yang disebut “Berpikir Negatif Berulang”. Gaya berpikir ini melibatkan kecenderungan untuk mempunyai pikiran negatif tentang masa depan (khawatir) atau tentang masa lalu (ruminasi).

Ruminasi merupakan pikiran berulang mengenai pengalaman masa lalu dan sebagai bentuk dari refleksi maladaptif.  Jika seseorang terus mengalami ruminasi maka akan menghambat kemampuan problem solving, produktivitas dan intervensi. dan pikiran-pikiran ini bisa terasa tidak terkendali.

Istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan pikiran negatif yang berkelanjutan dan mendalam adalah "pikiran negatif yang persisten" atau "pikiran negatif yang kronis." 

 Pikiran negatif tentang masa depan (khawatir) atau tentang masa lalu (ruminasi).
(Sumber: foto canva.com)

Pikiran negatif yang persisten adalah gejala yang sering terkait dengan gangguan kesehatan mental seperti depresi dan gangguan kecemasan. 

Pikiran negatif yang kronis dapat merujuk pada pemikiran yang pesimis, merugikan, atau membingungkan yang terjadi secara terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari seseorang dan tidak mudah berubah.

Berikut adalah beberapa contoh pikiran negatif:

😇 Pikiran Berlebihan tentang Kegagalan: 

Pikiran negatif ini mungkin melibatkan terlalu fokus pada kesalahan atau kegagalan yang telah terjadi, tanpa melihat prestasi atau keberhasilan yang mungkin juga telah dicapai.

😇 Merasa Tidak Berharga: 

Pikiran negatif bisa membuat seseorang merasa tidak berharga atau rendah diri. Contohnya, berpikir bahwa diri mereka tidak cukup baik, pintar, atau berharga.

Pikiran negatif yang kronis, pemikiran yang merugikan
(Sumber: foto canva.com)

😇 Pesimisme Berlebihan: 

Melihat segala sesuatu dengan cara yang pesimis atau melihat potensi kegagalan daripada potensi keberhasilan.

😇 Mengkatakan Hal-hal Negatif tentang Diri Sendiri: 

Merasa bersalah atau menyalahkan diri sendiri secara berlebihan, bahkan dalam situasi di mana mereka tidak bertanggung jawab atas masalah tersebut.

😇 Kata-Kata dan Pemikiran Kritik Terhadap Orang Lain: 

Pikiran negatif tidak selalu hanya tentang diri sendiri; mereka juga bisa melibatkan pemikiran kritik atau negatif terhadap orang lain.

😇 Antisipasi Buruk: 

Membayangkan atau mengantisipasi hal-hal buruk yang mungkin terjadi di masa depan, bahkan tanpa bukti yang kuat.

😇 Generalisasi yang Negatif: 

Melihat satu kejadian atau situasi negatif sebagai sesuatu yang mencerminkan keseluruhan hidup atau keberhasilan seseorang.

Membayangkan satu kejadian, keseluruhan buruk.
(Sumber: foto canva.com)

       Pikiran negatif bisa menjadi bagian alami dari pengalaman manusia, tetapi jika mereka menjadi dominan atau berkelanjutan, mereka dapat berkontribusi pada masalah kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan. 

Lansia juga dapat mengalami pikiran negatif, mirip dengan individu dari berbagai kelompok usia lainnya. Pikiran negatif pada lansia dapat berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan mereka dan dapat memengaruhi kesejahteraan mental mereka.

Beberapa ciri yang mungkin muncul ketika lansia memiliki pikiran negatif meliputi:

😈 Pikiran yang Pesimis tentang Masa Depan: 

Lansia dengan pikiran negatif mungkin cenderung memikirkan masa depan dengan pesimisme. Mereka mungkin merasa bahwa masa depan mereka akan menjadi sulit atau tidak menyenangkan.

😈 Merasa Tidak Berharga atau Tidak Diperhatikan: 

Lansia dengan pikiran negatif dapat merasa tidak berharga atau tidak diperhatikan oleh orang lain. Mereka mungkin merasa bahwa kontribusi mereka diabaikan.

😈 Ketakutan Akan Kelemahan atau Penurunan Fungsi: 

Lansia sering menghadapi perubahan fisik yang terkait dengan usia, dan pikiran negatif dapat membuat mereka merasa takut akan kelemahan atau penurunan fungsi fisik mereka.

😈 Pikiran Berlebihan tentang Kegagalan: 

Mereka mungkin cenderung memikirkan kegagalan atau kesalahan yang telah mereka buat dalam hidup mereka, tanpa memperhitungkan prestasi atau keberhasilan mereka.

Cenderung selalu memikirkan tentang kegagalan.
(Sumber: foto canva.com)

😈 Isolasi Sosial: 

Pikiran negatif dapat membuat lansia merasa cenderung untuk menghindari interaksi sosial atau mengisolasi diri dari orang lain. Mereka mungkin merasa bahwa orang lain tidak ingin berhubungan dengan mereka.

😈 Gangguan Tidur: 

Pikiran negatif dapat menyebabkan gangguan tidur, seperti insomnia atau terbangun dalam tidur malam dengan pikiran yang tidak menyenangkan.

😈 Ketakutan Akan Kehilangan:

Lansia yang memiliki pikiran negatif mungkin cenderung merasa takut akan kehilangan teman, keluarga, atau dukungan sosial mereka.

😈 Ketakutan Akan Meninggal: 

Pikiran negatif juga dapat mencakup kekhawatiran atau ketakutan akan kematian. Lansia mungkin merasa cemas tentang masa depan dan apa yang akan terjadi setelah mereka meninggal.

Penting untuk mengenali tanda-tanda pikiran negatif pada lansia dan memberikan dukungan serta perhatian yang sesuai.

Beberapa penyakit dan masalah kesehatan yang mungkin menjadi penyerta lansia yang berpikir negatif :

💜 Penyakit Jantung: 

Depresi dapat memengaruhi kesehatan jantung dan meningkatkan risiko penyakit jantung. Orang yang mengalami depresi seringkali memiliki perilaku yang kurang sehat, seperti merokok dan kurang berolahraga, yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

💜 Diabetes: 

Lansia dengan depresi cenderung memiliki masalah dalam mengelola diabetes mereka, seperti mengikuti diet yang tepat atau minum obat secara teratur. Ini dapat menyebabkan perburukan kontrol gula darah.

Lansia depresi dengan penyakit diabetes.
(Sumber: foto canva.com)

💜 Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi): 

Depresi dapat memengaruhi tekanan darah, dan tekanan darah tinggi adalah faktor risiko untuk berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit jantung dan stroke.

💜 Masalah Kesehatan Mental Lainnya: 

Selain depresi, lansia yang memiliki pikiran negatif dapat berisiko mengalami gangguan kecemasan atau masalah kesehatan mental lainnya.

💜 Penurunan Fungsi Kognitif: 

Depresi dan pikiran negatif yang berkelanjutan juga dapat berkontribusi pada penurunan fungsi kognitif atau risiko demensia.

💜 Penurunan Kualitas Hidup: 

Pikiran negatif yang berkelanjutan dan depresi dapat mengurangi kualitas hidup lansia dan membuat mereka merasa kurang bersemangat dalam menjalani hidup.

       Pikiran negatif pada lansia bisa disebabkan oleh berbagai faktor, dan sering kali ada kombinasi dari beberapa faktor yang berkontribusi pada pikiran negatif. 

Beberapa faktor penyebab pikiran negatif pada lansia meliputi:

😱 Perubahan Fisik: 

Proses penuaan sering kali disertai dengan perubahan fisik, seperti penurunan kesehatan, penurunan kekuatan fisik, atau kondisi medis yang lebih serius. Perubahan fisik ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan, keterbatasan fisik, dan perasaan kurang berdaya, yang dapat memicu pikiran negatif.

😱 Kehilangan Teman dan Keluarga: 

Lansia mungkin mengalami kehilangan teman, pasangan hidup, atau anggota keluarga karena kematian atau perpisahan. Kehilangan sosial ini bisa sangat berat dan memicu perasaan kesepian dan sedih.

😱 Isolasi Sosial: 

Keterbatasan mobilitas atau kurangnya kesempatan untuk berinteraksi sosial dapat menyebabkan isolasi sosial pada lansia. Rasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial dapat memicu pikiran negatif.

😱 Masalah Kesehatan: 

Masalah kesehatan fisik atau mental, seperti penyakit kronis, nyeri kronis, atau gangguan kesehatan mental, dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia. Gejala fisik atau mental yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perasaan sedih dan frustrasi.

😱 Stres Finansial: 

Masalah keuangan atau ketidakpastian finansial pada lansia bisa menjadi sumber stres dan kecemasan yang signifikan, yang dapat memicu pikiran negatif tentang masa depan.

Ketidakpastian finansial membuat lansia stres
(Sumber: foto canva.com)

😱 Pensiun: 

Pensiun dari pekerjaan atau kegiatan yang sebelumnya memberi makna pada hidup seseorang bisa membuat seseorang merasa kehilangan tujuan atau identitas yang jelas.

😱 Perasaan Tidak Diperhatikan atau Diabaikan:

Lansia mungkin merasa diabaikan atau kurang diperhatikan oleh masyarakat atau keluarga mereka, terutama jika mereka tinggal sendiri atau memiliki dukungan sosial yang terbatas.

😱 Gangguan Kesehatan Kognitif: 

Lansia dengan gangguan kesehatan kognitif seperti demensia dapat mengalami pikiran negatif dan kebingungan akibat perubahan dalam kemampuan berpikir mereka.

😱 Pengalaman Trauma: 

Pengalaman traumatis di masa lalu atau peristiwa sulit dalam hidup lansia dapat menyebabkan pikiran negatif yang berulang tentang pengalaman tersebut.

😱 Perubahan Lingkungan: 

Perubahan dalam lingkungan fisik atau sosial, seperti pindah ke tempat tinggal yang baru atau kehilangan lingkungan sosial yang stabil, dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan pikiran negatif tentang perubahan tersebut.

Beberapa strategi yang dapat membantu mengurangi dan mengatasi pikiran negatif pada lansia:

😵 Konseling atau Terapi:

Konseling atau terapi kognitif perilaku (CBT) dapat membantu lansia mengidentifikasi dan mengatasi pikiran negatif mereka. Terapis dapat membantu menggantikan pikiran negatif dengan pemikiran yang lebih positif dan seimbang. Terapi juga memberikan wadah yang aman untuk berbicara tentang perasaan dan kekhawatiran.

😵 Dukungan Sosial: 

Interaksi sosial dan dukungan dari teman, keluarga, atau kelompok dukungan dapat memiliki dampak positif pada kesejahteraan emosional lansia. Terlibat dalam kegiatan sosial, seperti klub, kelompok komunitas, atau program seni, dapat membantu mengurangi isolasi sosial dan memperkuat hubungan.

😵 Aktivitas Fisik: 

Olahraga dan aktivitas fisik dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi gejala depresi. Ini juga dapat membantu lansia merasa lebih bugar secara fisik, yang dapat mempengaruhi perasaan positif tentang diri mereka sendiri.

😵 Perawatan Kesehatan yang Tepat: 

Memastikan bahwa lansia menerima perawatan kesehatan yang tepat untuk kondisi fisik dan mental mereka penting. Dalam beberapa kasus, obat-obatan atau intervensi medis mungkin diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatan mental yang mendasari.

😵 Hobi dan Aktivitas Menyenangkan:

Mendorong lansia untuk mengejar hobi dan aktivitas yang mereka nikmati dapat memberikan rasa pencapaian dan kebahagiaan. Ini dapat membantu mengalihkan perhatian dari pikiran negatif.

😵 Mindfulness dan Meditasi: 

Praktik mindfulness dan meditasi dapat membantu lansia merasa lebih tenang dan meningkatkan koneksi dengan diri mereka sendiri. Ini dapat membantu mengatasi pikiran negatif dan mengurangi stres. Mindfullness adalah jenis meditasi di mana Anda fokus untuk menyadari secara intens apa yang Anda rasakan dan rasakan pada saat itu, tanpa interpretasi atau penilaian 

😵 Pendidikan dan Informasi: 

Kadang-kadang, menginformasikan lansia tentang perubahan yang terjadi dalam tubuh mereka seiring bertambahnya usia dapat mengurangi kecemasan dan pikiran negatif yang berkaitan dengan perubahan tersebut.

😵 Pengaturan Tujuan: 

Membantu lansia menetapkan tujuan kecil dan realistis dapat memberikan rasa pencapaian dan arah dalam hidup mereka. Ini bisa menjadi sesuatu yang membuat mereka termotivasi dan bersemangat.

😵 Berbicara dengan Profesional Kesehatan Mental: 

Jika pikiran negatif berlanjut atau memburuk, berkonsultasilah dengan seorang profesional kesehatan mental yang berkualifikasi. Mereka dapat memberikan perawatan dan bimbingan yang lebih khusus sesuai dengan kebutuhan individu.

       Mengatasi pikiran negatif bisa memakan waktu, dan hasilnya mungkin berbeda untuk setiap individu. Penting untuk memberikan dukungan yang berkelanjutan dan memahami bahwa perubahan positif bisa memerlukan waktu. Jika Anda peduli dengan seseorang yang mengalami pikiran negatif, penting untuk mendengarkan mereka dengan empati dan menawarkan dukungan yang mereka butuhkan.






Sumber:

https://applewoodourhouse.com/7-ways-turn-around-negative-thinking-elderly/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7547434/

https://www.washingtonpost.com/wellness/2023/08/17/internalized-ageism-health-effects-solutions/

https://www.ucl.ac.uk/news/2020/jun/analysis-negative-thinking-linked-more-rapid-cognitive-decline-study-indicates