Friday, 22 September 2023

Lemak Trans, Menimbulkan Dampak Kesehatan Untuk Lansia

        Lemak adalah salah satu dari tiga jenis makronutrien yang esensial bagi tubuh manusia, yang lainnya adalah karbohidrat dan protein. Lemak adalah senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen. Molekul lemak terdiri dari rantai panjang asam lemak yang terikat pada gugus gliserol.  

Ada beberapa macam lemak yang dapat diidentifikasi berdasarkan struktur kimianya dan sifat-sifat fisikonya. 

Tiga kategori utama lemak adalah:

1. Lemak Jenuh (Saturated Fat):

Lemak jenuh memiliki ikatan tunggal antara atom-atom hidrogen dalam rantai karbonnya. Ini membuat lemak jenuh memiliki struktur yang padat pada suhu kamar. Lemak jenuh banyak ditemukan dalam produk hewani, seperti daging, susu, dan mentega. Konsumsi berlebihan lemak jenuh dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

2. Lemak Tak Jenuh (Unsaturated Fat): 

Lemak tak jenuh memiliki setidaknya satu ikatan rangkap antara atom-atom hidrogen dalam rantai karbonnya. Ada dua jenis utama lemak tak jenuh:

  • Lemak Tak Jenuh Tunggal (Monounsaturated Fat): Ini adalah lemak tak jenuh dengan satu ikatan rangkap dalam rantai karbonnya. Lemak tak jenuh tunggal banyak ditemukan dalam minyak zaitun, alpukat, dan kacang-kacangan. Mereka dianggap lebih sehat untuk jantung daripada lemak jenuh.
  • Lemak Tak Jenuh Ganda (Polyunsaturated Fat): Lemak tak jenuh ganda memiliki dua atau lebih ikatan rangkap dalam rantai karbonnya. Lemak tak jenuh ganda ditemukan dalam minyak ikan, minyak biji bunga matahari, dan minyak jagung. Mereka juga memiliki manfaat kesehatan, terutama karena mereka mengandung asam lemak esensial seperti omega-3 dan omega-6.

3. Lemak Trans (Trans Fat): 

Lemak trans adalah jenis lemak yang memiliki ikatan tunggal antara atom-atom hidrogen dalam rantai karbonnya, tetapi atom hidrogen tersebut berada dalam konfigurasi trans (berlawanan) satu sama lain. Lemak trans dapat ditemukan dalam produk makanan yang mengalami hidrogenasi parsial atau penuh, seperti margarin dan banyak makanan olahan. Lemak trans telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.

Lansia menghindari lemak trans untuk sehat.
(Sumber: foto LPC- Lansia)

      Dari semua lemak, lemak trans adalah yang terburuk bagi kesehatan. Terlalu banyak lemak trans dalam makanan meningkatkan risiko penyakit jantung dan masalah kesehatan lainnya. Lemak trans adalah jenis lemak yang memiliki struktur kimia yang tidak umum dalam alam. Ini terbentuk melalui proses hidrogenasi, di mana minyak cair berubah menjadi lemak padat atau semi-padat dengan menambahkan hidrogen ke minyak dalam kondisi tertentu. 

Lemak trans dapat ditemukan dalam berbagai produk makanan yang mengalami proses hidrogenasi parsial atau penuh, yang mengubah minyak cair menjadi lemak padat atau semi-padat. 

Beberapa contoh produk yang mengandung lemak trans meliputi:

🍔 Margarin: 

Sebagian besar margarin yang diproduksi sebelumnya mengandung lemak trans, meskipun banyak produsen telah beralih ke formulasi yang lebih rendah lemak trans atau bebas lemak trans dalam beberapa tahun terakhir.

🍔 Produk Roti Kering: 

Banyak jenis roti kering, seperti biskuit, kerupuk, dan camilan lainnya, dapat mengandung lemak trans, terutama jika mereka dibuat dengan menggunakan minyak nabati yang mengalami hidrogenasi.

🍔 Makanan Cepat Saji: 

Makanan cepat saji sering kali digoreng dalam minyak yang mengandung lemak trans. Produk seperti kentang goreng, nugget ayam, dan makanan ringan sering kali mengandung lemak trans.

Makanan siap saji digoreng dengan minyak mengandung lemak trans.
(Sumber: foto canva.com)

🍔 Kue Kering dan Kue Krim:

Beberapa kue kering, kue, dan kue krim mengandung lemak trans dalam bahan seperti mentega atau margarin yang digunakan dalam pembuatan mereka.

🍔 Produk Makanan Beku: 

Makanan beku tertentu, seperti pastry beku dan adonan untuk tart, bisa mengandung lemak trans jika mengandung margarin atau lemak hidrogenasi.

       Risiko konsumsi minyak trans terhadap lansia (orang tua) serupa dengan risiko yang terkait dengan konsumsi minyak trans pada kelompok usia lainnya. Oleh karena itu, orang lanjut usia juga berisiko mengalami dampak negatif kesehatan akibat konsumsi minyak trans. 

Beberapa dampak kesehatan yang dapat menjadi perhatian khusus bagi lansia:

💥 Penyakit Jantung: 

Lansia memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung. Konsumsi minyak trans dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dengan meningkatkan kadar kolesterol LDL dalam darah dan menyebabkan peradangan yang dapat merusak pembuluh darah.

💥 Obesitas: 

Konsumsi minyak trans yang berlebihan dapat berkontribusi pada peningkatan berat badan dan risiko obesitas, yang dapat memperburuk masalah kesehatan lainnya, termasuk masalah persendian, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung.

💥 Peningkatan Kolesterol: 

Minyak trans telah dikaitkan dengan peningkatan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan penurunan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik). Peningkatan kadar kolesterol LDL dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

💥 Peradangan: 

Konsumsi minyak trans dapat menyebabkan peradangan dalam tubuh, yang dapat memperburuk gejala penyakit seperti arthritis atau kondisi inflamasi lainnya yang umum terjadi pada lansia.

Konsumsi minyak trans timbul peradangan dalam tubuh.
(Sumber: foto canva.com)

💥 Kesehatan Mental:

Beberapa penelitian telah menghubungkan diet tinggi lemak trans dengan peningkatan risiko gangguan kesehatan mental, seperti depresi. Gangguan mental dapat memengaruhi kualitas hidup lansia.

       Menghindari konsumsi minyak trans pada lansia adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan mereka. 

Beberapa cara untuk menghindari atau meminimalkan konsumsi minyak trans:

📋 Baca Label Makanan: 

Ketika berbelanja makanan, perhatikan label nutrisi pada kemasan produk. Cari kata-kata seperti "lemak trans" atau "minyak nabati terhidrogenasi" dalam daftar bahan. Produk yang mengandung minyak trans biasanya harus dihindari.

📋 Hindari Makanan Olahan:

Makanan olahan, seperti makanan cepat saji, camilan, makanan ringan, kue kering, dan makanan beku, sering mengandung minyak trans. Sebisa mungkin, hindari atau batasi konsumsi makanan jenis ini.

📋 Pilih Produk yang Menggunakan Minyak Sehat: 

Ketika membeli produk seperti margarin atau produk yang mengandung minyak, pilih yang menggunakan minyak sehat, seperti minyak zaitun, minyak kanola, atau minyak bunga matahari yang tidak mengandung minyak trans. Produk dengan minyak nabati terhidrogenasi parsial biasanya mengandung minyak trans.

📋 Masak Sendiri: 

Lebih baik memasak makanan di rumah daripada membeli makanan siap saji atau makanan cepat saji. Dengan memasak sendiri, Anda dapat mengontrol jenis minyak yang digunakan dalam proses memasak.

📋 Pilih Makanan yang Sehat:

Pilih makanan yang lebih sehat yang mengandung lemak sehat, seperti lemak tak jenuh tunggal dan ganda. Ini termasuk ikan berlemak (seperti salmon dan sarden), kacang-kacangan, biji-bijian, alpukat, dan minyak zaitun.

📋 Konsultasi dengan Ahli Gizi:

Jika Anda tidak yakin tentang makanan atau produk tertentu, konsultasikan dengan ahli gizi atau profesional kesehatan. Mereka dapat memberikan panduan yang lebih khusus sesuai dengan kebutuhan kesehatan individu Anda.

📋 Perhatikan Portion Control: 

Meskipun mungkin aman sesekali mengonsumsi makanan yang mengandung minyak trans dalam jumlah kecil, pastikan untuk membatasi asupan ini dan menjaga kontrol porsi.

Merebus makanan adalah metode memasak yang sehat.
(Sumber: foto canva.com)

Masak Makanan Direbus.

       Makanan yang direbus adalah metode memasak yang sehat, terutama jika Anda ingin menghindari minyak trans dan lemak jenuh tambahan. Ini adalah cara yang baik untuk memasak sayuran, kentang, pasta, dan sebagian besar makanan lainnya tanpa penambahan lemak berlebihan. Merebus makanan adalah cara sehat untuk memasak tanpa memerlukan penggunaan minyak trans.

Beberapa kiat untuk merebus makanan agar enak dan tanpa minyak trans:

🌾 Pilih Bahan yang Berkualitas: 

Mulailah dengan bahan yang segar dan berkualitas baik. Bahan yang berkualitas baik cenderung memiliki rasa yang lebih baik daripada bahan yang sudah tua atau rusak.

🌾 Potong dengan Benar: 

Potong bahan makanan dengan ukuran yang sesuai. Ini akan membantu memastikan bahwa semuanya matang dengan merata dan sesuai dengan waktu yang diinginkan.

🌾 Gunakan Kaldu atau Air Bersih: 

Untuk merebus makanan, Anda bisa menggunakan kaldu yang rendah lemak atau hanya air bersih. Kaldu yang rendah lemak akan memberikan rasa tambahan, tetapi jika Anda ingin benar-benar menghindari minyak trans, air bersih adalah pilihan yang baik.

🌾 Tambahkan Rasa dengan Bumbu:

 Untuk memberikan rasa pada makanan yang direbus, gunakan bumbu dan rempah-rempah seperti garam, lada, bawang putih, bawang merah, jahe, dan herba segar seperti peterseli atau rosemary. Bumbui sesuai dengan selera Anda.

🌾 Jangan Terlalu Lama Merebus: 

Jangan merebus makanan terlalu lama, karena ini dapat membuat tekstur makanan menjadi terlalu lembek dan kehilangan nutrisi. Pastikan untuk mengikuti waktu merebus yang tepat sesuai dengan jenis bahan makanan yang Anda masak.

🌾 Gunakan Api yang Tepat: 

Gunakan api yang cukup besar untuk mendidihkan air atau kaldu, tetapi setelah bahan makanan masuk, ubah api menjadi sedang hingga kecil untuk menjaga agar makanan matang dengan merata tanpa terlalu cepat.

🌾 Cicipi dan Koreksi Rasa: 

Selalu cicipi makanan Anda saat memasak untuk memeriksa rasa. Anda bisa menyesuaikan bumbu sesuai dengan selera Anda. Pastikan untuk tidak menambahkan garam berlebihan.

🌾 Simpan Kaldu: 

Jika Anda menggunakan kaldu, simpan sisa kaldu untuk digunakan kembali dalam masakan lain atau sebagai dasar sup atau saus. Ini dapat meningkatkan rasa hidangan lain tanpa menambahkan minyak trans.

        Dengan mengikuti kiat ini, Anda dapat merasakan manfaat dari makanan yang direbus yang enak, sehat, dan tanpa minyak trans. Anda juga dapat mengkreasikan berbagai resep berbasis rebusan yang sesuai dengan preferensi rasa Anda.





Sumber:

https://medlineplus.gov/ency/patientinstructions 

https://www.health.com/food/the-22-worst-foods-for-trans-fat

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/high-blood-cholesterol/in-depth/trans-fat/art-20046114

https://health.clevelandclinic.org/why-trans-fats-are-bad-for-you/

https://en.wikipedia.org/wiki/Trans_fat



Wednesday, 20 September 2023

Beberapa Penyakit Membentuk Batu, Pada Organ Dan Saluran Dalam Tubuh

       Organ dan saluran dalam tubuh manusia memiliki fungsi yang beragam dan penting untuk menjaga kelangsungan hidup dan kesehatan tubuh. Semua organ dan saluran ini bekerja bersama dalam sistem yang kompleks untuk menjaga fungsi tubuh yang sehat dan keseimbangan internal. 

Setiap organ dan saluran memiliki peran khusus yang mendukung kelangsungan hidup manusia dan memungkinkan tubuh berfungsi dengan baik. Namun dalam perjalanan, organ dan saluran terganggu oleh berbagai penyebab karena gaya hidup, pola makan dan sebagainya, sehingga timbul penyakit yang memunculkan batu. 

Faktor usia membuat organ mengalami penurunan.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Dalam istilah medis, untuk batu yang muncul dalam organ atau saluran dalam tubuh manusia, dapat bervariasi tergantung pada lokasi batu tersebut. 

Beberapa penyakit yang sering dikaitkan dengan pembentukan batu, meliputi:

💎 Batu Ginjal (Nefrolitiasis): 

Batu ginjal adalah salah satu penyakit yang paling umum terkait dengan pembentukan batu. Batu ini terbentuk dalam ginjal dan dapat menyebabkan nyeri hebat saat batu tersebut bergerak melalui saluran kemih.

💎 Batu Empedu (Kolelitiasis):

Batu empedu adalah batu yang terbentuk dalam kandung empedu. Mereka dapat menyebabkan gejala seperti nyeri perut yang tajam dan berulang, terutama setelah makan makanan berlemak.

💎 Batu Kandung Kemih (Kistolithiasis): 

Batu kandung kemih adalah batu yang terbentuk dalam kandung kemih. Mereka dapat menyebabkan nyeri pada saat buang air kecil dan masalah lainnya terkait kandung kemih.

💎 Batu Saluran Kemih (Urolitiasis):

Batu saluran kemih adalah batu yang terbentuk dalam saluran kemih, yang mencakup ureter (saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih) dan uretra (saluran yang membawa urin dari kandung kemih keluar dari tubuh). Batu ini dapat menyebabkan nyeri hebat dan masalah urinasi.

💎 Batu Tonsil (Tonsiloliths): 

Batu tonsil adalah massa keras yang terbentuk di tonsil (amandel) dalam tenggorokan. Mereka dapat menyebabkan bau mulut yang tidak sedap dan kadang-kadang ketidaknyamanan tenggorokan.

💎 Batu Empedu Bersatu (Choledocholithiasis):

Batu ini terbentuk dalam saluran empedu umum yang menghubungkan kandung empedu dengan usus. Mereka dapat menyebabkan penyumbatan aliran empedu dan gejala seperti ikterus (kulit dan mata kuning), nyeri perut, dan mual.

💎 Batu Sialolitiasis:

Ini adalah batu yang terbentuk dalam saluran air liur (kelenjar liur). Mereka dapat menyebabkan masalah pada produksi air liur dan nyeri mulut.

Batu dapat muncul dalan organ dan saluran tubuh manusia.
(Sumber: foto canva.com)

       Pembentukan batu dalam organ atau saluran tertentu dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang berbeda. Faktor-faktor ini bervariasi tergantung pada lokasi batu tersebut. 

Beberapa faktor umum yang dapat berkontribusi pada pembentukan batu meliputi:

💍 Komposisi Kimia: 

Komposisi kimia dari zat dalam organ atau saluran tertentu dapat memainkan peran penting dalam pembentukan batu. Contohnya, batu ginjal terutama terdiri dari kalsium, oksalat, asam urat, atau beberapa jenis garam lainnya yang dapat mengendap dan membentuk batu jika terlalu banyak.

💍 Genetika: 

Faktor genetika dapat mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk mengembangkan batu dalam organ tertentu. Jika ada riwayat keluarga yang mengalami masalah batu, seseorang mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi.

💍 Diet: 

Diet yang kaya akan beberapa zat seperti oksalat (ditemukan dalam sayuran hijau, teh, dan cokelat), garam, protein hewani, dan gula dapat meningkatkan risiko pembentukan batu dalam beberapa organ, termasuk ginjal dan kandung empedu. Di sisi lain, diet rendah oksalat dan cukup hidrasi dapat membantu mencegah pembentukan batu.

💍 Dehidrasi: 

Kurangnya asupan cairan atau dehidrasi dapat meningkatkan risiko pembentukan batu dalam banyak organ dan saluran, termasuk ginjal, kandung kemih, dan saluran empedu. Cairan yang cukup membantu menjaga zat-zat berpotensi membentuk batu tetap larut dalam cairan tubuh.

Dehidrasi berisiko pembentuk batu dalam banyak organ.
(Sumber: foto canva.com)

💍 Infeksi:

Infeksi dalam organ atau saluran tertentu dapat menyebabkan perubahan kimia yang mempromosikan pembentukan batu. Misalnya, batu kandung kemih kadang-kadang berkembang sebagai akibat dari infeksi.

💍 Masalah Metabolisme:

Beberapa kondisi medis, seperti hiperparatiroidisme (produksi hormon paratiroid yang berlebihan), asam urat tinggi, dan gangguan metabolik lainnya, dapat meningkatkan risiko pembentukan batu dalam organ tertentu.

💍 Obstruksi Saluran: 

Jika saluran organ tertentu terhalang atau berfungsi tidak normal, ini dapat menciptakan kondisi yang mendukung pembentukan batu. Misalnya, batu empedu seringkali berkembang ketika kandung empedu tidak berkontraksi dengan baik untuk mengosongkan empedu.

Penting untuk dicatat bahwa faktor-faktor ini dapat berinteraksi satu sama lain, dan risiko pembentukan batu dapat bervariasi dari individu ke individu.

       Mencegah pembentukan batu pada organ atau saluran dapat dilakukan dengan mengadopsi beberapa perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan yang sehat. Cara-cara mencegah pembentukan batu ini dapat bervariasi tergantung pada lokasi batu yang ingin dicegah (seperti batu ginjal, batu empedu, atau batu kandung kemih). 

Beberapa langkah yang dapat membantu mencegah pembentukan batu:

👉 Mencegah Pembentukan Batu Ginjal:

Minumlah Banyak Cairan: 

Mengonsumsi jumlah cairan yang cukup adalah salah satu cara terpenting untuk mencegah batu ginjal. Ini membantu menjaga zat-zat yang dapat membentuk batu tetap larut dalam urin.

Pilih Diet Seimbang: 

Hindari konsumsi makanan yang tinggi oksalat seperti bayam, bit, cokelat, dan teh hitam. Batasi konsumsi garam dan protein hewani. Makan makanan yang kaya serat seperti buah-buahan dan sayuran juga dapat membantu.

Kontrol Berat Badan:

  • Berusaha untuk menjaga berat badan yang sehat dan menghindari obesitas dapat membantu mengurangi risiko pembentukan batu ginjal.
  • Pantau Asupan Kalsium: 
  • Jangan mengurangi asupan kalsium secara drastis. Kalsium dari makanan sebenarnya dapat membantu mengurangi risiko pembentukan batu oksalat.

Hindari Dehidrasi: 

Pastikan Anda cukup minum, terutama saat cuaca panas atau saat beraktivitas fisik.

👉Mencegah Pembentukan Batu Empedu:

Pola Makan Sehat:

Hindari diet tinggi lemak jenuh dan makanan tinggi kolesterol. Pilih makanan rendah lemak dan tinggi serat.

Jaga Berat Badan Seimbang: 

Mengelola berat badan yang sehat dapat membantu mencegah batu empedu.

Kurangi Konsumsi Alkohol:

Minum alkohol dalam jumlah moderat atau menghindarinya sama sekali dapat membantu mencegah batu empedu.

Pola Makan Teratur: 

Hindari puasa ekstrem atau penurunan berat badan yang drastis, karena ini dapat meningkatkan risiko pembentukan batu empedu.

👉Mencegah Pembentukan Batu Kandung Kemih:

Minum Banyak Air:

  • Pastikan Anda cukup minum air setiap hari untuk menjaga urin terencerkan dan mencegah pembentukan batu.
  • Kurangi Konsumsi Gula dan Garam:
  • Terlalu banyak gula dan garam dalam diet dapat meningkatkan risiko pembentukan batu kandung kemih.
  • Hindari Konsumsi Alkohol dan Merokok: 
  • Keduanya dapat meningkatkan risiko pembentukan batu kandung kemih.

Pola Buang Air Kecil Teratur: 

  • Jangan menahan buang air kecil terlalu lama. Urin yang sering dapat membantu mencegah pembentukan batu.
  • Konsultasikan dengan Dokter: 
  • Jika Anda memiliki riwayat batu kandung kemih, bicarakan dengan dokter mengenai langkah-langkah pencegahan yang sesuai.

Pengobatan batu yang muncul pada organ atau saluran bergantung pada jenis batu, lokasi batu tersebut, sejauh mana batu itu telah berkembang, serta gejala yang terkait dengan batu tersebut. 

Beberapa metode umum yang digunakan dalam pengobatan batu pada organ atau saluran tertentu:

1. Batu Ginjal (Nefrolitiasis):

  • Batu kecil yang tidak menyebabkan gejala dapat dikelola dengan minum banyak air untuk membantu batu keluar dengan sendirinya.
  • Batu yang lebih besar atau menyebabkan gejala seperti nyeri yang parah atau infeksi dapat memerlukan intervensi medis. Metode yang digunakan meliputi extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL), ureteroscopy, atau operasi untuk mengangkat batu tersebut.

2. Batu Empedu (Kolelitiasis):

  • Batu empedu yang tidak menyebabkan gejala biasanya tidak memerlukan pengobatan. Namun, pengelolaan diet sehat dan menjaga berat badan seimbang bisa membantu mencegah pembentukan batu baru.
  • Jika batu empedu menyebabkan gejala seperti nyeri perut yang parah atau infeksi, maka kandung empedu biasanya diangkat melalui prosedur yang disebut kolesistektomi.

3. Batu Saluran Kemih (Urolitiasis):

  • Batu kecil dalam saluran kemih dapat keluar dengan sendirinya melalui urin.
  • Batu yang lebih besar atau yang menyumbat saluran kemih mungkin memerlukan prosedur seperti lithotripsy, ureteroscopy, atau operasi untuk menghilangkan batu tersebut.

4. Batu Kandung Kemih (Kistolithiasis):

Batu kandung kemih yang tidak menyebabkan gejala mungkin tidak memerlukan pengobatan. Namun, jika batu tersebut menyebabkan gejala seperti nyeri atau masalah dengan buang air kecil, maka bisa memerlukan pembedahan atau prosedur untuk mengangkat batu tersebut.

5. Batu Tonsil (Tonsiloliths):

  • Batu tonsil yang kecil dan tidak menyebabkan gejala mungkin bisa dikelola dengan menjaga kebersihan mulut yang baik.
  • Batu yang lebih besar atau menyebabkan ketidaknyamanan dapat diangkat oleh dokter THT melalui prosedur tertentu.

         Pengobatan yang tepat untuk batu bergantung pada evaluasi dokter terhadap kondisi spesifik pasien. Jika Anda memiliki batu yang menyebabkan gejala atau masalah kesehatan, segera berkonsultasi dengan dokter atau spesialis untuk mendapatkan diagnosis dan rencana pengobatan yang sesuai. Jangan mencoba menghilangkan batu sendiri tanpa supervisi medis karena hal ini dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius.




Sumber:

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/kidney-stones/symptoms-causes/syc-20355755

https://en.wikipedia.org/wiki/Kidney_stone_disease

https://urology.ufl.edu/patient-care/stone-disease/

https://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/gallstones/definition- 

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21505-tonsil-stones

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441944/

https://www.kidney.org/atoz/content/kidneystones

Demensia, Berdampak Fisik, Psikologi, Sosial dan Ekonomi Pada lansia

         Demensia (Dementia) adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok gejala yang terkait dengan penurunan fungsi kognitif dan gangguan dalam kemampuan sehari-hari seseorang. Ini bukan suatu penyakit tunggal, melainkan sindroma atau kondisi yang disebabkan oleh berbagai gangguan yang merusak otak dan mengganggu fungsi mental. Demensia dapat mempengaruhi berbagai aspek fungsi mental, termasuk kemampuan untuk mengingat, berpikir, berbicara, serta melakukan tugas-tugas sehari-hari

Saat ini lebih dari 55 juta orang menderita demensia di seluruh dunia, lebih dari 60% di antaranya tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Setiap tahunnya, terdapat hampir 10 juta kasus baru. Demensia saat ini menduduki peringkat ketujuh penyebab kematian dan salah satu penyebab utama kecacatan dan ketergantungan pada lansia secara global.

Demensia mempunyai dampak fisik, psikologis, sosial dan ekonomi, tidak hanya bagi penderita demensia, namun juga bagi orang yang merawatnya, keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Seringkali terdapat kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang demensia, yang mengakibatkan stigmatisasi dan hambatan dalam diagnosis dan perawatan.

Demensia mempunyai dampak fisik, psikologis, sosial dan ekonomi.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Demensia menyerang jutaan orang dan lebih umum terjadi seiring bertambahnya usia namun hal ini bukan merupakan bagian normal dari penuaan. Banyak orang yang hidup hingga usia 90-an atau lebih tanpa tanda-tanda demensia.

Tanda dan gejala demensia terjadi ketika neuron (sel saraf) yang tadinya sehat di otak berhenti bekerja, kehilangan koneksi dengan sel otak lainnya, dan mati. Meskipun setiap orang kehilangan beberapa neuron seiring bertambahnya usia, penderita demensia mengalami kehilangan yang jauh lebih besar.

       Ada berbagai jenis penyakit dan gangguan yang dapat menyebabkan demensia atau gejala yang mirip dengan demensia. 

Beberapa di antaranya meliputi: 

💩 Alzheimer's Disease (Penyakit Alzheimer):

Ini adalah penyebab paling umum dari dementia. Alzheimer's disease menyebabkan perubahan pada struktur dan fungsi otak, termasuk penumpukan plak beta-amiloid dan kerusakan pada sel-sel saraf.

💩 Dementia Vaskular:

Penyakit ini terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu, sering kali karena penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan kerusakan otak dan gejala dementia.

💩 Dementia Lewy Body: 

Penyakit ini terkait dengan penumpukan protein abnormal yang disebut Lewy bodies di dalam otak. Gejala utamanya meliputi gangguan dalam perhatian, halusinasi visual, dan perubahan perilaku.

Halusinasi visual dan perubahan tingkah laku;
(Sumber: foto canva,com)

💩 Penyakit Parkinson: 

Pada tahap lanjut, penyakit Parkinson dapat menyebabkan gangguan kognitif yang mirip dengan dementia, yang dikenal sebagai "dementia Parkinson."

💩 Demensia Frontotemporal: 

Ini adalah kelompok penyakit langka yang mengakibatkan kerusakan pada lobus frontal dan temporal otak. Gejalanya termasuk perubahan kepribadian, penurunan fungsi eksekutif, dan gangguan perilaku.

💩 Demensia Mixed: 

Beberapa orang dapat mengalami kombinasi dua atau lebih jenis dementia, seperti Alzheimer's disease dan dementia vaskular.

💩 Demensia pada Penyakit Huntington: 

Penyakit ini adalah gangguan genetik yang dapat menyebabkan gejala seperti demensia, bersama dengan pergerakan abnormal.

💩 Demensia pada Penyakit Creutzfeldt-Jakob: 

Ini adalah penyakit prion yang langka dan mematikan yang mempengaruhi otak dan menyebabkan gejala dementia.

💩 Demensia pada HIV/AIDS: 

Infeksi HIV yang tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan otak dan gejala demensia yang disebut demensia terkait HIV.

💩 Demensia pada Penyakit Traumatik Otak:

Cedera kepala berat atau trauma otak berulang dapat menyebabkan gangguan kognitif yang disebut demensia traumatis.

Cedera kepala berat  menyebabkan demensia traumatis.
(Sumber: foto canva.com)

💩 Demensia pada Penyakit Metabolik: 

Beberapa gangguan metabolisme, seperti penyakit Wilson, dapat menyebabkan kerusakan otak dan gejala demensia.

💩 Demensia pada Penyakit Autoimun: 

Beberapa penyakit autoimun, seperti penyakit lupus sistemik, dapat memengaruhi sistem saraf pusat dan menyebabkan gejala demensia.

💩 Demensia pada Penyakit Kronis Paru-paru (Penyakit Obstruktif Paru Kronik - PPOK): 

PPOK yang berat dapat mengurangi aliran oksigen ke otak, yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif.

       💭 Penyebab dan gejala dementia dapat bervariasi tergantung pada jenis penyakit atau gangguan yang mendasarinya.

Dementia pada lansia dapat memunculkan berbagai ciri-ciri dan gejala, yang dapat bervariasi tergantung pada jenis dementia dan individu yang terkena. 

Beberapa gejala umum yang sering terkait dengan demensia pada lansia:

😱 Kehilangan Kemampuan Ingatan: 

Salah satu gejala paling mencolok adalah kesulitan dalam mengingat informasi baru atau mengingat peristiwa masa lalu. Lansia dengan dementia sering kali mengalami lupa yang signifikan.

Kehilangan ingatan atau lupa yang signifikan.
(Sumber: foto canva.com)

😱 Kesulitan dalam Berbicara dan Mengekspresikan Diri: 

Penderita dementia mungkin mengalami kesulitan dalam menemukan kata-kata yang tepat, menggabungkan kalimat dengan baik, atau berbicara secara lancar. Hal ini bisa membuat komunikasi sehari-hari menjadi sulit.

😱 Kerancuan dan Kelelahan dalam Berpikir: 

Kemampuan berpikir abstrak dan menyelesaikan masalah mungkin menurun. Mereka juga mungkin mengalami kebingungan, terutama dalam situasi yang tidak familiar.

😱 Kesulitan dalam Melakukan Tugas Sehari-hari: 

Lansia dengan dementia mungkin kesulitan dalam melakukan tugas-tugas sehari-hari yang biasa, seperti berpakaian, mandi, memasak, atau mengurus keuangan.

😱 Perubahan Perilaku: 

Perubahan perilaku seperti kecemasan, depresi, kebingungan, dan bahkan agresi dapat terjadi pada orang dengan dementia. Mereka juga mungkin menjadi lebih mudah marah atau cemas.

😱 Kehilangan Orientasi: 

Penderita dementia dapat kesulitan dalam mengenali tempat dan waktu. Mereka mungkin bertanya-tanya tentang hari, tanggal, atau lokasi saat ini.

😱 Gangguan Penglihatan dan Penginderaan: 

Dalam beberapa jenis dementia, seperti dementia Lewy body, penderita dapat mengalami halusinasi visual atau gangguan penginderaan lainnya.

😱 Kesulitan dalam Pengambilan Keputusan:

Kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat dapat menurun, dan ini dapat mengarah pada kesulitan dalam mengelola keuangan atau menjaga diri mereka sendiri.

😱 Penurunan Kemampuan Motorik: 

Dalam beberapa kasus, gangguan motorik seperti kesulitan berjalan atau kesulitan mengkoordinasikan gerakan tubuh dapat muncul.

😱 Perubahan Kepribadian: 

Orang dengan dementia mungkin mengalami perubahan dalam kepribadian mereka. Misalnya, seseorang yang dulunya tenang bisa menjadi gelisah atau seseorang yang biasanya ramah bisa menjadi lebih dingin.

😱 Isolasi Sosial: 

Penderita dementia mungkin menjadi semakin terisolasi sosial karena kesulitan berkomunikasi dan kebingungannya.

        💭 Gejala-gejala ini dapat berkembang secara perlahan dan beragam dari satu individu ke individu lainnya.

        Mencegah atau mengurangi risiko dementia pada lansia melibatkan pengambilan langkah-langkah untuk menjaga kesehatan fisik dan mental secara keseluruhan. Meskipun tidak ada jaminan bahwa tindakan-tindakan ini akan sepenuhnya mencegah dementia, mereka dapat membantu mengurangi risiko atau mengatasi perkembangan penyakit. 

Beberapa cara yang dapat membantu mencegah demenaia pada lansia:

🌳 Aktivitas Fisik Teratur: 

Olahraga dan aktivitas fisik teratur dapat meningkatkan aliran darah ke otak dan mempromosikan kesehatan otak. Cobalah untuk berjalan, bersepeda, berenang, atau berpartisipasi dalam kegiatan fisik lainnya setidaknya beberapa kali seminggu.

🌳 Pola Makan Seimbang: 

Makan makanan yang sehat dan seimbang berperan penting dalam menjaga kesehatan otak. Konsumsi banyak buah, sayuran, ikan berlemak (seperti salmon), kacang-kacangan, biji-bijian, dan minyak zaitun yang kaya akan nutrisi yang baik untuk otak.

🌳 Kendalikan Tekanan Darah dan Kolesterol:

Hipertensi (tekanan darah tinggi) dan kadar kolesterol yang tinggi dapat meningkatkan risiko dementia. Kendalikan tekanan darah dan periksa kadar kolesterol secara teratur dengan bantuan dokter.

🌳 Kegiatan Mental Aktif: 

Berpikir dan belajar secara teratur dapat membantu menjaga otak tetap tajam. Bermain teka-teki, menulis jurnal, membaca, atau mengikuti kursus adalah contoh kegiatan mental yang baik.

🌳 Sosialisasi: 

Tetap terhubung dengan teman, keluarga, dan komunitas Anda. Aktivitas sosial dapat merangsang otak dan membantu mengurangi risiko sosial isolation.

🌳 Kelola Stres: 

Stres yang berkepanjangan dapat merusak otak. Cari cara untuk mengelola stres Anda, seperti meditasi, yoga, atau terapi.

🌳 Tidur yang Cukup: 

Tidur yang baik dan cukup penting untuk pemulihan otak yang sehat. Pastikan Anda memiliki pola tidur yang konsisten dan berkualitas.

🌳 Hindari Merokok dan Konsumsi Alkohol Berlebihan: 

Merokok dan alkohol berlebihan dapat merusak otak dan meningkatkan risiko dementia. Berhenti merokok dan konsumsi alkohol dengan bijak.

🌳 Pertimbangkan Suplemen: 

Beberapa suplemen seperti vitamin B, vitamin D, dan asam lemak omega-3 telah dikaitkan dengan kesehatan otak. Konsultasikan dengan dokter Anda sebelum mengambil suplemen.

🌳 Kendalikan Penyakit Kronis: 

Jika Anda memiliki penyakit kronis seperti diabetes, pastikan Anda mengelolanya dengan baik. Penyakit kronis dapat meningkatkan risiko dementia jika tidak dikendalikan.

🌳 Jaga Kesehatan Jantung: 

Kesehatan jantung yang baik berkontribusi pada kesehatan otak. Pola makan sehat, olahraga, dan menghindari merokok dapat membantu menjaga kesehatan jantung.

🌳 Kontrol Berat Badan: 

Obesitas dapat meningkatkan risiko demensia. Pertahankan berat badan yang sehat melalui pola makan seimbang dan aktivitas fisik.

🌳 Kegiatan Menarik Minat: 

Terlibat dalam aktivitas yang menarik minat Anda dapat memberikan stimulus positif pada otak dan meningkatkan kualitas hidup Anda.

🌳 Konsultasi Medis Rutin: 

Penting untuk menjalani pemeriksaan medis rutin dengan dokter Anda untuk memantau kesehatan Anda secara keseluruhan dan mendeteksi masalah kesehatan lebih awal.

🌳 Jangan Isolasi Diri: 

Jika Anda merasa cenderung terisolasi atau kesepian, cari dukungan sosial dan berbicara dengan seseorang yang Anda percayai tentang perasaan Anda.

      💭 Mencegah dementia melibatkan perubahan gaya hidup dan kebiasaan sehat yang berkelanjutan. Kombinasi berbagai faktor ini dapat membantu mengurangi risiko terjadinya dementia pada lansia dan meningkatkan kualitas hidup Anda secara keseluruhan.

        Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan dementia sepenuhnya atau mengembalikan fungsi kognitif yang telah hilang. Beberapa pendekatan perawatan dan manajemen yang dapat membantu mengelola gejala dan memperlambat kemajuan penyakit pada lansia dengan dementia. Perawatan dan manajemen ini dapat disesuaikan dengan jenis dan tingkat keparahan dementia. 

Beberapa komponen utama dari pengobatan dan manajemen demensia:

💎 Terapi Obat: 

Beberapa jenis obat dapat digunakan untuk mengelola gejala dementia, terutama dalam kasus Alzheimer. Beberapa contoh obat yang digunakan termasuk inhibitor kolinesterase (seperti donepezil, rivastigmine, dan galantamine) dan memantauan N-metil-D-aspartat (NMDA) (seperti memantau NMDA). Obat ini dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif dan mengelola gejala seperti kebingungan dan gangguan perilaku.

💎 Terapi Non-Obat: 

Terapi non-obat juga penting dalam manajemen dementia. Ini termasuk terapi bicara, terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi musik. Terapi ini dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dan membantu individu dengan dementia berinteraksi lebih baik dengan lingkungan mereka.

💎 Manajemen Perilaku: 

Pemahaman dan manajemen perilaku yang muncul akibat dementia, seperti kecemasan, agresi, atau halusinasi, penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi penderita. Ini bisa mencakup teknik pengalihan perhatian, pendekatan yang tenang dan sabar, serta penggunaan rutinitas yang konsisten.

💎 Perubahan Gaya Hidup: 

Memelihara gaya hidup sehat dapat membantu mengurangi risiko kemunduran lebih lanjut pada lansia dengan dementia. Aktivitas fisik yang sesuai, diet seimbang, dan tidur yang cukup penting untuk kesehatan otak.

💎 Dukungan Sosial: 

Dukungan dari keluarga, teman, dan caregiver sangat penting dalam merawat individu dengan dementia. Terlibat dalam kelompok dukungan atau mencari bantuan dari profesional kesehatan mental dapat membantu caregiver mengatasi stres dan belajar cara merawat dengan lebih baik.

💎 Perawatan Kesehatan Lainnya: 

Penting untuk mengelola penyakit kronis lainnya yang mungkin dialami oleh individu dengan dementia, seperti diabetes atau hipertensi. Ini dapat membantu memperlambat kemajuan gejala.

💎 Konsultasi dengan Spesialis:

Beberapa jenis dementia mungkin memiliki perawatan atau pendekatan yang lebih spesifik, jadi penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis, seperti neurolog atau psikiater, untuk mendapatkan evaluasi dan rekomendasi yang sesuai.

        Perawatan dan manajemen dementia harus disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kondisi klinisnya. Dalam beberapa kasus, perawatan hanya akan berfokus pada pengelolaan gejala dan peningkatan kualitas hidup, sedangkan pada kasus lain, mungkin ada upaya untuk memperlambat kemajuan penyakit. Diagnosa dini dan intervensi yang tepat dapat membantu dalam manajemen dementia.




Sumber:

https://www.cdc.gov/aging/dementia/index.html#:~:text=Dementia 

https://www.nia.nih.gov/health/what-is-dementia

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/dementia/symptoms-causes/syc-20352013

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dementia

https://www.nhs.uk/conditions/dementia/about-dementia/what-is-dementia/