Thursday, 28 September 2023

Prostat, Kanker Lansia Asli Milik Pria

       Kanker prostat adalah jenis kanker kedua yang paling umum terjadi pada pria di dunia (kanker kulit menempati urutan pertama, dan kanker paru-paru menempati urutan ketiga). Laki-laki adalah satu-satunya orang yang dapat terkena kanker prostat, karena hanya merekalah yang memiliki prostat

Jenis kanker yang berkembang dalam kelenjar prostat pada pria yang berusia lanjut. Prostat adalah kelenjar kecil yang terletak di bawah kandung kemih pria dan berfungsi menghasilkan cairan yang menyusun sebagian dari cairan semen. Kanker prostat adalah salah satu jenis kanker yang paling umum terjadi pada pria di usia lanjut.

Kanker prostat sebagian besar menyerang pria lanjut usia. Usia rata-rata saat didiagnosis adalah 66 tahun, dan 60% pasien didiagnosis pada pria berusia lebih dari 65 tahun, dan 20% didiagnosis pada pria berusia lebih dari 75 tahun. 

Kanker prostat sebagian besar menyerang orang lanjut usia.
(Sumber: foto LPC- Lansia)

Pengertian kanker prostat pada lansia mencakup beberapa poin penting:

πŸ’’ Kanker Prostat:

Ini adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak terkontrol di dalam kelenjar prostat. Sel-sel kanker ini dapat berkembang biak dengan cepat dan menyebabkan pembentukan tumor di dalam prostat.

Kanker prostat pada lansia, terutama pada tahap awal, mungkin tidak menimbulkan gejala yang jelas. Namun, pada tahap yang lebih lanjut, beberapa gejala dapat muncul. Penting untuk diingat bahwa gejala-gejala ini juga dapat disebabkan oleh kondisi prostat lainnya seperti pembesaran prostat jinak (benign prostatic hyperplasia, BPH), dan mereka tidak selalu menunjukkan kanker prostat.  

πŸ’’ Masalah Buang Air Kecil: 

Beberapa gejala yang berkaitan dengan masalah buang air kecil dapat muncul, termasuk:

  • Kesulitan memulai atau menghentikan aliran urine.
  • Aliran urine yang lemah atau terputus-putus.
  • Perasaan bahwa kandung kemih tidak kosong sepenuhnya setelah buang air kecil.
  • Perlu buang air kecil lebih sering, terutama di malam hari (sering kali disebut nokturia).

πŸ’’ Nyeri atau Ketidaknyamanan: 

Kanker prostat yang lebih lanjut dapat menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan di daerah panggul, perut bagian bawah, atau punggung bawah.

πŸ’’ Gangguan Ereksi:

Kanker prostat yang lebih lanjut dapat mempengaruhi fungsi ereksi dan menyebabkan masalah ereksi atau disfungsi ereksi.

πŸ’’ Darah dalam Urine atau Sperma:

Pada beberapa kasus, pendarahan kecil dapat terjadi, yang dapat menyebabkan darah terlihat dalam urine atau sperma.

πŸ’’ Gejala Lanjut: 

Pada tahap yang lebih lanjut, jika kanker prostat telah menyebar ke organ-organ lain dalam tubuh, gejala tambahan seperti nyeri tulang, penurunan berat badan yang tidak diinginkan, dan kelelahan dapat terjadi.

Tahapan lanjutan setelah kena prostat adalah kelelahan.
(Sumber: foto canva.com)

       πŸ’­Gejala-gejala ini juga bisa terjadi pada masalah prostat lainnya, seperti BPH. 

Beberapa faktor penyebab yang berpotensi berkontribusi pada risiko kanker prostat pada lansia meliputi:

πŸ‘΄ Usia: 

Salah satu faktor risiko terbesar untuk kanker prostat adalah usia. Risiko kanker prostat meningkat secara signifikan seiring bertambahnya usia. Pria yang lebih tua, terutama di atas usia 65 tahun, memiliki risiko yang lebih tinggi.

πŸ‘΄ Faktor Genetik dan Riwayat Keluarga:

Kanker prostat memiliki komponen genetik yang kuat. Jika ada anggota keluarga (seperti ayah, saudara, atau kakek) yang pernah menderita kanker prostat, risiko Anda untuk mengembangkan kanker prostat juga dapat meningkat. Jika memiliki riwayat keluarga, Anda mungkin perlu memantau kesehatan prostat Anda secara lebih ketat.

πŸ‘΄ Ras dan Etnisitas: 

Beberapa kelompok etnis memiliki risiko lebih tinggi untuk kanker prostat. Misalnya, pria Afrika-Amerika memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan pria kulit putih atau Asia. Ras dan faktor genetik tertentu mungkin memainkan peran dalam perbedaan ini.

πŸ‘΄ Diet dan Gaya Hidup:

Pola makan yang tinggi lemak jenuh, kurangnya konsumsi sayuran dan buah-buahan, serta obesitas dapat meningkatkan risiko kanker prostat. Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan juga dapat berkontribusi pada peningkatan risiko.

Hindari banyak konsumsi alkohol.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ‘΄ Pajanan Lingkungan: 

Beberapa penelitian telah menghubungkan pajanan terhadap zat kimia tertentu atau polusi lingkungan dengan peningkatan risiko kanker prostat. Namun, hubungan ini masih dalam penelitian lebih lanjut.

πŸ‘΄ Histori Kesehatan Pribadi: 

Pemakaian hormon testosteron sintetis dalam bentuk terapi penggantian hormon (Hormone Replacement Therapy, HRT) atau obat-obatan tertentu mungkin berhubungan dengan risiko kanker prostat.

πŸ‘΄ Infeksi dan Peradangan: 

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa peradangan kronis pada prostat (prostatitis) mungkin berhubungan dengan peningkatan risiko kanker prostat. Namun, hubungan ini masih dalam penelitian lebih lanjut.

πŸ’¬ Faktor-faktor ini hanya berkontribusi pada peningkatan risiko, dan tidak ada satu penyebab tunggal yang dapat menjelaskan mengapa seseorang mengembangkan kanker prostat. 

       Mencegah kanker prostat pada lansia melibatkan perubahan gaya hidup dan pemantauan kesehatan yang baik. Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah kanker prostat sepenuhnya.

Beberapa langkah berikut ini untuk mengurangi risiko kanker prostat :

🍣 Pola Makan Sehat:

  • Konsumsi lebih banyak sayuran, terutama sayuran hijau, wortel, tomat, brokoli, dan kubis.
  • Kurangi konsumsi makanan tinggi lemak jenuh dan daging merah.
  • Pertimbangkan untuk mengonsumsi lemak sehat, seperti lemak tak jenuh tunggal dan polinesia yang ditemukan dalam minyak zaitun, kacang-kacangan, dan ikan.
  • Hindari makanan olahan dan makanan cepat saji yang tinggi garam dan gula.
Pola makan sehat adalah konsumsi sayuran dan buah.
(Sumber: foto canva.com) 
🍣 Jaga Berat Badan Ideal:

  • Upayakan untuk mempertahankan berat badan yang sehat sesuai dengan tinggi badan dan usia Anda.
  • Obesitas telah terkait dengan peningkatan risiko kanker prostat, jadi usahakan untuk menjaga berat badan yang sehat melalui pola makan seimbang dan olahraga teratur.

🍣 Olahraga Teratur:

  • Lakukan aktivitas fisik secara teratur. Aktivitas fisik seperti berjalan, berenang, bersepeda, dan latihan aerobik lainnya dapat membantu menjaga kesehatan prostat.
  • Latihan kekuatan (resistance training) juga dapat bermanfaat.

🍣 Kurangi Konsumsi Alkohol dan Hindari Merokok:

  • Konsumsi alkohol dalam batas yang wajar atau hindari sama sekali.
  • Jangan merokok atau hentikan kebiasaan merokok jika Anda merokok.

🍣 Pertimbangkan Suplemen dan Diet Seimbang:

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplemen seperti vitamin D, vitamin E, dan selenium dapat memiliki efek protektif terhadap kanker prostat. Namun, sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum mengambil suplemen, karena dosis yang tidak tepat dapat berbahaya.

🍣 Pemeriksaan Kesehatan Teratur:

  • Lakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan konsultasikan dengan dokter Anda tentang tes dan skrining yang sesuai untuk usia dan risiko Anda.
  • Pemeriksaan kesehatan prostat, seperti tes darah PSA dan pemeriksaan fisik prostat, harus dibicarakan dengan dokter. Penggunaan tes PSA dan manfaatnya perlu dipertimbangkan secara individual.

🍣 Minimalkan Risiko Pajanan Lingkungan:

Kurangi pajanan (suatu upaya pencegahan bahaya dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan suatu penyakit pada manusia khususnya pekerja di suatu perusahaan.) Anda terhadap zat-zat kimia beracun atau polusi lingkungan yang dapat berkontribusi pada risiko kanker prostat.

πŸ’¬ Faktor risiko seperti usia dan faktor genetik tidak dapat diubah. Namun, dengan mengadopsi gaya hidup sehat dan menjalani pemeriksaan kesehatan secara teratur, Anda dapat membantu mengurangi risiko Anda untuk mengembangkan kanker prostat

       Penyembuhan kanker prostat pada lansia, terutama jika kanker tersebut sudah mencapai tahap lanjut, bisa menjadi sangat sulit atau bahkan tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa pendekatan terbaik adalah deteksi dini dan pengobatan sejak dini. 

Pengobatan kanker prostat pada lansia akan bergantung pada sejumlah faktor, termasuk usia, kesehatan umum, stadium kanker, dan preferensi pasien.

Beberapa opsi pengobatan yang dapat dipertimbangkan, dengan catatan bahwa hanya dokter yang dapat meresepkan rencana pengobatan yang tepat:

🚧 Observasi Aktif: 

Pada beberapa kasus, terutama jika kanker prostat adalah jenis yang lambat tumbuh dan berisiko rendah, dokter mungkin merekomendasikan pendekatan observasi aktif. Ini melibatkan pemantauan ketat dan pemeriksaan reguler untuk memastikan kanker tidak berkembang lebih jauh. Pengobatan aktif hanya akan dimulai jika ada tanda-tanda pertumbuhan kanker yang signifikan.

🚧 Operasi: 

Prostatectomy adalah operasi yang mengangkat seluruh prostat. Ini dapat dilakukan dengan berbagai metode, termasuk operasi terbuka, laparoskopi, atau robotik. Operasi biasanya disarankan untuk kanker prostat pada tahap awal yang terlokalisasi dalam prostat.

🚧 Radioterapi: 

Radioterapi melibatkan penggunaan sinar radiasi tinggi untuk menghancurkan sel-sel kanker prostat. Ini dapat digunakan sebagai pengobatan primer atau setelah operasi jika ada risiko kanker prostat berulang.

🚧 Terapi Hormon: 

Terapi hormon bertujuan untuk menekan produksi hormon testosteron, yang dapat mempercepat pertumbuhan kanker prostat. Terapi ini sering digunakan pada kanker prostat yang sudah menyebar atau pada kasus yang tidak dapat dioperasi.

🚧 Terapi Target: 

Terapi target adalah jenis pengobatan yang menargetkan sel-sel kanker prostat secara khusus. Ini mungkin menjadi pilihan jika kanker prostat resisten terhadap terapi hormon atau telah menyebar ke bagian lain tubuh.

🚧 Kemoterapi: 

Kemoterapi dapat digunakan untuk kanker prostat yang telah menyebar jauh. Ini melibatkan penggunaan obat-obatan kemoterapi untuk menghancurkan sel-sel kanker.

       Pilihan pengobatan akan bergantung pada evaluasi dokter tentang tingkat keparahan dan penyebaran kanker prostat pada pasien tertentu. Penting untuk berbicara dengan tim medis Anda untuk memahami opsi pengobatan yang tersedia dan potensi efek sampingnya. Selain itu, dukungan psikologis dan perawatan paliatif juga bisa menjadi bagian penting dari perawatan bagi pria yang menghadapi kanker prostat pada usia lanjut.



Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2483315/

https://aging.com/prostate-cancer-a-guide-for-aging-men/

https://www.cancer.org.au/cancer-information/types-of-cancer/prostate-cancer

https://academic.oup.com/jnci/article/92/8/613/2909471

https://www.nhs.uk/conditions/prostate-cancer/

Limfoma, Berbahaya Untuk Lansia

       Kanker limfoma, juga dikenal sebagai limfoma, adalah jenis kanker yang berasal dari sel-sel sistem limfatik. Sistem limfatik adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh yang berperan dalam melawan infeksi dan penyakit. Kanker limfoma terjadi ketika sel-sel limfosit (jenis sel darah putih) mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali dan menjadi ganas.

Istilah medis yang umum digunakan untuk kanker limfoma adalah "lymphoma." Lymphoma adalah istilah yang merujuk pada kanker yang berasal dari sel-sel sistem limfatik, yang melibatkan kelenjar getah bening, limpa, dan jaringan limfatik lainnya.

Ada dua jenis utama limfoma:

πŸ‘‰Limfoma Hodgkin (LH):

Limfoma Hodgkin ditandai oleh kehadiran sel-sel khas yang disebut sel Reed-Sternberg di dalam kelenjar getah bening. Jenis limfoma ini lebih langka daripada limfoma non-Hodgkin. Limfoma Hodgkin biasanya memiliki tingkat kesembuhan yang lebih tinggi daripada limfoma non-Hodgkin.

πŸ‘‰Limfoma non-Hodgkin (LNH):

Limfoma non-Hodgkin mencakup berbagai jenis limfoma yang berbeda-beda, yang dapat terjadi di berbagai bagian tubuh. Jenis-jenis limfoma non-Hodgkin ini dapat bervariasi dalam tingkat keganasan dan cara perawatannya.

Limfoma Hodgkin tingkat kesembuhan lebih tinggi dari limfoma non-Hodgkin
(Sumber: foto LPC- Lansia)

Gejala kanker limfoma pada lansia bisa mirip dengan gejala pada orang dewasa pada umumnya. Namun, perlu diingat bahwa gejala kanker limfoma dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya, tergantung pada jenis limfoma, tingkat keparahan, dan sejauh mana kanker telah menyebar.

Beberapa gejala umum kanker limfoma pada lansia yang perlu diwaspadai meliputi:

πŸ’’ Pembesaran kelenjar getah bening: 

Salah satu gejala yang sering muncul adalah pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha. Kelenjar getah bening yang terasa keras atau tidak nyaman perlu diperiksa oleh dokter.

πŸ’’ Demam: 

Demam yang tidak jelas penyebabnya dan berlangsung dalam waktu lama bisa menjadi tanda kanker limfoma.

πŸ’’ Berkeringat berlebihan di malam hari: 

Keringat yang sangat berlebihan di malam hari, yang sering disebut sebagai "keringat malam," bisa menjadi tanda kanker limfoma.

πŸ’’ Penurunan berat badan yang tidak diinginkan: 

Penurunan berat badan yang signifikan tanpa alasan yang jelas adalah gejala yang umum terjadi pada kanker limfoma.

πŸ’’ Kelelahan yang berkepanjangan: 

Kelelahan yang tidak dapat dijelaskan dengan istirahat yang cukup bisa menjadi tanda kanker limfoma.

Kelelahan terus-menerus tanda limfoma.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’’ Gatal-gatal kulit:

Beberapa orang dengan kanker limfoma mengalami gatal-gatal pada kulit tanpa adanya ruam atau kondisi kulit lainnya.

πŸ’’ Infeksi berulang: 

Lansia yang sering mengalami infeksi yang sulit sembuh atau berulang juga perlu memeriksakan diri ke dokter.

πŸ’­ Gejala-gejala ini tidak selalu menunjukkan adanya kanker limfoma

Penyebab pasti kanker limfoma pada lansia, seperti pada kelompok usia lainnya, belum sepenuhnya dipahami. Kanker limfoma adalah kondisi yang kompleks dan multifaktor.

Beberapa faktor berkontribusi pada risiko limfoma :

πŸ‘΄ Penuaan: 

Salah satu faktor risiko utama untuk kanker limfoma adalah usia. Kanker limfoma lebih sering terjadi pada orang yang lebih tua, termasuk lansia. Hal ini mungkin karena perubahan genetik atau kerusakan selama bertahun-tahun yang meningkatkan risiko pertumbuhan sel ganas.

πŸ‘΄ Faktor Genetik: 

Beberapa bentuk kanker limfoma dapat terjadi dalam keluarga. Jika ada riwayat kanker limfoma dalam keluarga, risiko seseorang untuk mengembangkan kondisi ini mungkin lebih tinggi. Terdapat juga beberapa kelainan genetik yang terkait dengan risiko kanker limfoma.

Kanker limfoma dapat terjadi dalam keluarga.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ‘΄ Infeksi: 

Beberapa infeksi virus tertentu, seperti virus Epstein-Barr (EBV) dan virus human T-cell leukemia/lymphoma virus (HTLV-1), telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker limfoma. Infeksi HIV (virus immunodeficiency manusia) juga meningkatkan risiko limfoma pada lansia dengan sistem kekebalan yang melemah.

πŸ‘΄ Imunosupresi:

Pada lansia, sistem kekebalan tubuh dapat melemah, dan ini dapat meningkatkan risiko kanker limfoma. Penggunaan obat-obatan yang menekan sistem kekebalan, seperti dalam kasus transplantasi organ, juga dapat meningkatkan risiko.

πŸ‘΄ Paparan Zat-Zat Berbahaya: 

Paparan zat-zat kimia tertentu atau radiasi dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker limfoma.

πŸ‘΄ Riwayat Penyakit Autoimun:

Beberapa kondisi autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker limfoma pada lansia.

 πŸ’­ Banyak orang dengan faktor risiko yang sama tidak akan mengembangkan kanker limfoma, dan banyak yang mengembangkan kanker limfoma tidak memiliki faktor risiko yang jelas

        Sampai saat ini, tidak ada cara pasti untuk mencegah kanker limfoma, termasuk pada lansia, karena penyebab pasti kanker limfoma belum sepenuhnya dipahami. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko pengembangan kanker limfoma:

πŸ‘³ Hindari Faktor Risiko yang Diketahui: 

Beberapa faktor risiko, seperti merokok, terpapar zat-zat kimia berbahaya, atau infeksi tertentu, dapat meningkatkan risiko kanker limfoma. Hindari paparan terhadap faktor-faktor risiko ini ketika memungkinkan.

Hindari paparan asap rokok.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ‘³ Menerapkan Gaya Hidup Sehat:

Menerapkan gaya hidup sehat dapat membantu menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat. Ini mencakup makan makanan sehat, menjaga berat badan yang sehat, berolahraga secara teratur, dan menghindari alkohol berlebihan.

πŸ‘³ Imunisasi: 

Beberapa kasus kanker limfoma terkait dengan infeksi virus tertentu. Mengikuti program imunisasi yang direkomendasikan oleh dokter, seperti vaksinasi hepatitis B atau vaksinasi HPV, dapat membantu mengurangi risiko infeksi virus yang dapat meningkatkan risiko kanker limfoma.

πŸ‘³ Pemeriksaan Kesehatan Rutin:

Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan dan skrining kanker yang disarankan oleh dokter dapat membantu mendeteksi kanker limfoma pada tahap awal, jika ada. Pengobatan kanker pada tahap awal biasanya memiliki tingkat kesembuhan yang lebih baik.

πŸ‘³ Kelola Stres: 

Stres yang berkepanjangan dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Menerapkan teknik pengelolaan stres seperti meditasi, yoga, atau terapi bisa membantu menjaga kesehatan mental dan fisik.

πŸ‘³ Perhatikan Riwayat Keluarga:

Jika ada riwayat kanker limfoma dalam keluarga Anda, diskusikan dengan dokter Anda tentang langkah-langkah yang dapat diambil untuk memantau dan mengurangi risiko.

πŸ‘³ Ikuti Pedoman Kesehatan Khusus: 

Jika Anda memiliki kondisi medis tertentu atau sedang menjalani pengobatan yang dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh, penting untuk mengikuti pedoman kesehatan yang direkomendasikan oleh dokter Anda.

πŸ’¬ langkah-langkah tersebut dapat membantu mengurangi risiko pengembangan kanker limfoma, tidak ada jaminan bahwa tidak akan mengembangkan kanker ini. Kanker limfoma bisa terjadi pada siapa saja.

         Perawatan kanker limfoma pada lansia akan sangat tergantung pada berbagai faktor, termasuk jenis limfoma, stadium penyakit, kesehatan umum lansia, dan preferensi individu. Perawatan biasanya akan disusun oleh tim medis yang terdiri dari berbagai spesialis, seperti ahli onkologi, ahli radiasi, dan ahli bedah, berdasarkan kondisi pasien.

Beberapa pilihan perawatan yang umum digunakan untuk mengobati kanker limfoma pada lansia termasuk:

πŸ‘‰ Kemoterapi:

Ini adalah metode pengobatan yang paling umum digunakan untuk kanker limfoma. Kemoterapi melibatkan penggunaan obat-obatan khusus yang bertujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker. Sering kali, kombinasi beberapa obat digunakan dalam regimen kemoterapi. Lansia mungkin memerlukan penyesuaian dosis atau jenis obat yang digunakan karena kondisi kesehatan yang mungkin lebih rapuh.

Kemoterapi pengobatan paling umum untuk limfoma.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ‘‰ Radioterapi: 

Radioterapi menggunakan sinar-X tinggi energi untuk menghancurkan sel-sel kanker. Ini sering digunakan dalam kasus limfoma Hodgkin dan kadang-kadang pada limfoma non-Hodgkin. Radioterapi dapat ditargetkan pada area yang terinfeksi kanker dengan presisi.

πŸ‘‰ Terapi Target:

Terapi target adalah pengobatan yang ditargetkan secara khusus pada molekul-molekul atau jalur-jalur biologis yang terlibat dalam pertumbuhan sel kanker. Beberapa obat terapi target telah dikembangkan untuk beberapa jenis limfoma.

πŸ‘‰ Terapi Imunologi:

Terapi imunologi, seperti terapi sel T CAR (Chimeric Antigen Receptor T-cell), adalah metode baru yang mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel-sel kanker. Ini adalah pengobatan yang berkembang pesat dan mungkin merupakan pilihan bagi beberapa pasien dengan limfoma.

πŸ‘‰ Transplantasi Sumsum Tulang:

Transplantasi sumsum tulang dapat menjadi pilihan untuk beberapa pasien dengan kanker limfoma yang lebih agresif. Prosedur ini melibatkan penggunaan sumsum tulang atau sel-sel induk darah yang sehat untuk menggantikan yang rusak oleh pengobatan kanker.

πŸ‘‰ Pemantauan Aktif: 

Untuk beberapa kasus limfoma yang lebih lambat tumbuh atau pada lansia dengan kondisi kesehatan yang lemah, pemantauan aktif mungkin merupakan pilihan. Ini melibatkan pemantauan ketat terhadap perkembangan penyakit tanpa mengobati aktif kecuali jika ada tanda-tanda progresi.

        πŸ’¬ Setiap rencana perawatan akan disesuaikan dengan kebutuhan individu, dan pasien lansia mungkin memerlukan perhatian khusus karena berbagai faktor, seperti kondisi kesehatan yang mungkin lebih rapuh dan respons terhadap perawatan yang mungkin berbeda.

Konsultasikan dengan tim perawatan medis untuk membahas pilihan perawatan yang paling sesuai dengan kondisi atau orang yang Anda cintai. Pemantauan teratur dan komunikasi terbuka dengan tim perawatan sangat penting dalam manajemen kanker limfoma pada lansia.




Sumber:

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lymphoma/symptoms-causes/syc-20352638

https://www.cancer.org.au/cancer-information/types-of-cancer/lymphoma

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22225-lymphoma

https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/lymphoma

https://www.cancer.org/cancer/types/lymphoma.html

Wednesday, 27 September 2023

Perasaan Cemas Pada Lansia, Fobia Sosial.

        Fobia sosial adalah ketika seseorang merasa sangat cemas dan minder dalam situasi sosial sehari-hari. Orang dewasa yang lebih tua mungkin merasakan ketakutan yang intens, terus-menerus, dan kronis akan dihakimi oleh orang lain dan melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan rasa malu. 

Beberapa orang lanjut usia menderita fobia sosial karena mereka malu karena tidak dapat mengingat nama atau malu dengan penampilannya karena sakit. Gangguan kecemasan sosial membuat Anda sulit menjalin dan mempertahankan teman. 

Beberapa lansia memiliki fobia sosial.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Penderita fobia sosial mungkin berada di dekat orang lain, namun merasa cemas sebelumnya, sangat tidak nyaman selama pertemuan tersebut, dan, setelah itu, khawatir bagaimana mereka dihakimi. Gejala fisiknya bisa berupa wajah memerah, berkeringat banyak, gemetar, mual, dan kesulitan berbicara.

Malu dengan penampilannya karena sakit.
(Sumber: foto canva.com)

Perasaan malu dapat dialami oleh individu dari segala usia, termasuk lansia. Malu adalah perasaan tidak nyaman atau rasa tidak percaya diri yang muncul ketika seseorang merasa bahwa perilaku atau tindakan mereka dianggap tidak pantas atau salah oleh orang lain atau oleh norma sosial tertentu.

Dalam dunia medis yang umum digunakan untuk menggambarkan perasaan malu yang mengganggu adalah Sosial Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan Sosial) atau Social Phobia.  Ini adalah gangguan kecemasan yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang karena ketakutan yang berlebihan terhadap situasi sosial atau performa di depan orang lain. 

Individu dengan gangguan kecemasan sosial sering kali merasa sangat malu, gugup, dan cemas dalam situasi seperti berbicara di depan umum, berpartisipasi dalam pertemuan sosial, atau bahkan berinteraksi dengan orang lain.

Gejala umum dari Gangguan Kecemasan Sosial meliputi:

  • Ketakutan intens sebelum atau selama situasi sosial atau performa.
  • Perasaan malu atau rendah diri yang mendalam.
  • Menghindari situasi sosial atau performa.
  • Gejala fisik seperti keringat berlebihan, gemetar, detak jantung yang cepat, atau mual saat dalam situasi tersebut.

Gangguan Kecemasan Sosial adalah gangguan kesehatan mental yang serius dan dapat mengganggu kehidupan seseorang secara signifikan.

Beberapa alasan mengapa lansia mungkin mengalami perasaan malu meliputi:

πŸ’ͺ Ketidakmampuan Fisik: 

Lansia mungkin mengalami penurunan kemampuan fisik seiring bertambahnya usia, seperti kesulitan berjalan, kehilangan daya penglihatan atau pendengaran. Hal ini bisa membuat mereka merasa malu karena merasa kurang terampil atau bergantung pada bantuan orang lain.

Kesulitan berjalan membuat lansia malu dan cemas.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’ͺ Kehilangan Memori: 

Beberapa lansia mengalami penurunan daya ingat atau kebingungan, yang bisa membuat mereka merasa malu saat mereka lupa hal-hal yang sebelumnya dapat mereka ingat.

πŸ’ͺ Isolasi Sosial:

Lansia yang menghadapi isolasi sosial, seperti kehilangan teman atau kerabat yang dekat, bisa merasa malu karena merasa kesepian atau tidak memiliki dukungan sosial.

πŸ’ͺ Perubahan Dalam Penampilan: 

Perubahan dalam penampilan fisik, seperti keriput, rambut beruban, atau berat badan yang berubah, dapat menyebabkan perasaan malu pada beberapa lansia.

πŸ’ͺ Ketergantungan pada Orang Lain: 

Jika lansia menjadi lebih tergantung pada perawatan atau dukungan orang lain, mereka mungkin merasa malu karena merasa menjadi beban bagi orang lain.

Merasa malu karena menjadi beban orang lain.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’ͺ Perubahan dalam Peran Sosial:

Ketika lansia pensiun dari pekerjaan atau peran sosial lainnya, mereka mungkin mengalami perasaan kehilangan identitas atau perasaan tidak berguna.

           πŸ’¬ Perasaan malu adalah emosi manusia yang alami dan bisa dialami oleh siapa saja.

Dalam konteks kesehatan mental, perasaan malu atau ketidakpercayaan diri yang berkepanjangan dan berat dapat menjadi gejala dari berbagai gangguan psikologis, seperti:

😱 Gangguan Kecemasan Sosial: 

Ini adalah gangguan di mana seseorang mengalami perasaan cemas yang luar biasa dalam situasi sosial dan dapat merasa malu atau takut akan penilaian orang lain.

😱 Gangguan Makan: 

Individu dengan gangguan makan seperti anoreksia nervosa atau bulimia nervosa mungkin mengalami perasaan malu terkait dengan hubungan mereka dengan makanan, berat badan, atau penampilan fisik.

😱 Depresi:

Orang dengan depresi sering mengalami perasaan rendah diri yang mendalam dan dapat merasa malu terkait dengan perasaan ini.

😱 Gangguan Kecemasan Umum: 

Orang dengan gangguan kecemasan umum dapat merasa malu karena perasaan ketidakpastian atau kekhawatiran berlebihan.

😱 Gangguan Kepribadian:

Beberapa jenis gangguan kepribadian, seperti gangguan kepribadian menghindar atau gangguan kepribadian dependen, dapat dikaitkan dengan perasaan malu atau ketidakpercayaan diri yang kronis.

        Mengatasi perasaan malu pada lansia dapat menjadi tantangan, tetapi ada berbagai strategi yang dapat membantu mereka menghadapinya dengan lebih baik. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu lansia mengatasi rasa malu:

πŸ‘„ Berbicara dan Mendengarkan: 

Ajak lansia untuk berbicara tentang perasaan mereka. Dengarkan dengan penuh perhatian dan tanpa menghakimi. Terkadang, berbicara tentang perasaan dapat membantu mengurangi tekanan emosional.

πŸ‘„ Bantu Identifikasi Akar Masalah:

Cobalah untuk membantu lansia mengidentifikasi penyebab perasaan malu mereka. Apakah itu terkait dengan perubahan fisik, perubahan dalam peran sosial, atau pengalaman masa lalu? Identifikasi akar masalah dapat membantu dalam penanganan.

πŸ‘„ Jaga Dukungan Sosial:

Dukungan dari teman, keluarga, atau kelompok dukungan bisa sangat membantu. Pastikan lansia merasa didukung dan dicintai.

πŸ‘„ Promosikan Kesehatan Mental:

Dorong lansia untuk menjaga kesehatan mental mereka. Ini bisa termasuk berpartisipasi dalam aktivitas yang mereka nikmati, seperti seni, olahraga, atau musik. Terkadang terapi psikologis atau konseling juga diperlukan.

πŸ‘„ Latihan dan Perawatan Fisik:

Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu meningkatkan suasana hati dan rasa percaya diri. Ini juga dapat membantu mengatasi beberapa penyebab perasaan malu terkait dengan perubahan fisik.

πŸ‘„ Terapi dan Konseling: 

Jika perasaan malu bersifat kronis atau mengganggu, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari seorang profesional kesehatan mental, seperti seorang psikolog atau psikiater. Terapi kognitif perilaku (CBT) adalah salah satu bentuk terapi yang sering digunakan untuk mengatasi perasaan malu.

πŸ‘„ Edukasi: 

Edukasi tentang proses penuaan dan perubahan yang alami dalam tubuh dapat membantu lansia mengatasi perasaan malu terkait dengan perubahan fisik.

πŸ‘„ Latih Keterampilan Sosial:

Lansia mungkin merasa lebih percaya diri dalam berinteraksi sosial jika mereka memiliki keterampilan sosial yang baik. Program pelatihan keterampilan sosial dapat membantu dalam hal ini.

πŸ‘„ Rencana Perawatan: 

Jika perasaan malu terkait dengan masalah medis tertentu, pastikan lansia mendapatkan perawatan medis yang sesuai.

πŸ‘„ Pendekatan Positif:

Dorong lansia untuk fokus pada aspek-aspek positif dalam hidup mereka. Membuat daftar pencapaian, mengejar hobi, dan merencanakan aktivitas yang membuat mereka bahagia dapat membantu mengalihkan perhatian dari perasaan malu.

       Mengatasi perasaan malu bisa memerlukan waktu, dan tidak ada solusi instan. Dukungan dari orang-orang terdekat dan profesional kesehatan mental dapat sangat membantu lansia dalam mengatasi perasaan ini dan meningkatkan kesejahteraan mereka.






Sumber:

https://www.overcome.org.uk/programs/fear? 

https://www.aagponline.org/patient-article/anxiety-and-older-adults-overcoming-worry-and-fear/

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/14998739/

https://www.ncoa.org/article/anxiety-and-older-adults-a-guide-to-getting-the-relief-you-need

https://www.psychiatrist.com/pcc/anxiety/anxiety-disorders-in-older-patients/