Tuesday, 3 October 2023

Kanker Otak, Risiko Tinggi Pada lansia

       Kanker otak adalah jenis kanker yang terjadi ketika sel-sel abnormal tumbuh di dalam otak. Sel-sel ini bisa menjadi ganas (kanker) dan merusak jaringan otak sehat. Kanker otak dapat berkembang di otak itu sendiri atau berasal dari bagian tubuh lain dan menyebar ke otak, yang disebut sebagai metastasis otak. Kanker otak dapat mengganggu fungsi otak dan menyebabkan berbagai gejala yang bervariasi tergantung pada lokasi, ukuran, dan jenis tumor.

Lansia menjaga kesehatan dengan menghindari paparan radiasi.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Kanker otak mencakup tumor otak primer, yang bermula di otak dan hampir tidak pernah menyebar ke bagian tubuh lain, dan tumor sekunder (atau metastasis), yang disebabkan oleh kanker yang bermula di bagian tubuh lain. 

Terdapat lebih dari 40 jenis utama tumor otak, yang dikelompokkan menjadi dua jenis utama:

👉Tumor Otak Jinak:

Beberapa tumor otak tidak bersifat kanker. Ini disebut tumor otak non-kanker atau tumor otak jinak. Tumor otak non-kanker dapat tumbuh seiring waktu dan menekan jaringan otak. Tumbuh lambat dan tidak mungkin menyebar. Jenis yang umum adalah meningioma, neuroma, tumor hipofisis, dan kraniofaringioma.

👉Tumor Otak Ganas :

Tumor otak ganas, dapat tumbuh dengan cepat. Sel kanker dapat menyerang dan menghancurkan jaringan otak. Bersifat kanker dan dapat menyebar ke bagian lain otak atau sumsum tulang belakang. Jenis yang umum termasuk astrositoma, oligodendroglioma, glioblastoma, dan glioma campuran.

Beberapa jenis kanker otak yang umum meliputi:

💣Glioma: 

Ini adalah kanker otak yang berasal dari sel-sel glia, yang adalah sel-sel pendukung otak. Contoh-contoh glioma termasuk glioblastoma multiforme, astrocytoma, dan oligodendroglioma.

Jenis kanker otak antara lain glioma.
(Sumber: foto canva.com)

💣Meningioma: 

Tumor ini tumbuh dari selaput pelindung otak dan sumsum tulang belakang yang disebut meninges. Meningioma adalah jenis kanker otak yang lebih umum pada wanita daripada pria.

💣Neuroma akustik (Vestibular Schwannoma):

Tumor ini berkembang di saraf kranial VIII, yang mengendalikan pendengaran dan keseimbangan. Neuroma akustik bisa menyebabkan gangguan pendengaran dan masalah keseimbangan.

💣Metastasis otak:

Ini adalah kanker yang berasal dari organ lain dalam tubuh dan menyebar ke otak. Metastasis otak umumnya lebih sering terjadi daripada kanker otak primer.

💬 Gejala kanker otak dapat bervariasi tergantung pada lokasi, ukuran, dan jenis tumor. 

Beberapa gejala umum yang dapat terkait dengan kanker otak meliputi:

😨Sakit Kepala: 

Salah satu gejala paling umum adalah sakit kepala yang berkepanjangan, parah, dan mungkin memburuk di pagi hari atau dengan perubahan posisi tubuh.

😨Mual dan Muntah:

Ini sering kali disebabkan oleh peningkatan tekanan dalam tengkorak karena pembengkakan tumor. Mual dan muntah mungkin lebih buruk di pagi hari.

Mual dan muntah di pagi hari.
(Sumber: foto canva.com)

😨Perubahan Perilaku atau Kognitif:

Kanker otak dapat menyebabkan perubahan kepribadian, perubahan mood, kebingungan, kesulitan berkonsentrasi, atau masalah memori.

😨Gangguan Penglihatan: 

Masalah penglihatan seperti penglihatan ganda, penglihatan kabur, atau hilangnya bidang penglihatan tertentu dapat terjadi.

😨 Gangguan Gerakan:

Ini bisa termasuk kelemahan pada satu sisi tubuh (hemiparesis), masalah koordinasi, atau gangguan keseimbangan.

😨Kram atau Kejang: 

Sebagian orang dengan kanker otak dapat mengalami kejang, yang dapat bervariasi dalam intensitas.

😨Gangguan Sensorik: 

Perubahan pada indra seperti kehilangan sensasi atau perasaan abnormal di area tertentu tubuh.

😨Kehilangan Kesadaran: 

Ini dapat terjadi dalam kasus yang sangat serius, terutama jika tekanan dalam tengkorak meningkat secara signifikan.

 Kehilangan kesadaran bila tekanan dalam tengkorak meningkat.
(Sumber: foto canva.com)

😨Gangguan Berbicara atau Bahasa:

Kesulitan berbicara atau memahami bahasa dapat terjadi.

😨Masalah Koordinasi:

Kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari yang memerlukan koordinasi motorik seperti berjalan atau menulis.

💬 Gejala ini bisa menjadi tanda-tanda banyak kondisi selain kanker otak.

Penyebab pasti kanker otak masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan kanker otak. 

Faktor-faktor risiko ini termasuk:

👴Usia: 

Risiko kanker otak meningkat seiring bertambahnya usia. Kanker otak lebih sering terjadi pada orang dewasa dan lansia.

👴Riwayat Keluarga: 

Jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat kanker otak, risiko Anda mungkin sedikit lebih tinggi. Namun, kanker otak bukan penyakit yang secara signifikan diturunkan dalam keluarga seperti beberapa jenis kanker lainnya.

👴Paparan Radiasi: 

Paparan radiasi ionisasi dalam pengobatan medis sebelumnya, seperti radioterapi kepala dan leher, dapat meningkatkan risiko kanker otak. Paparan radiasi dari sumber lain, seperti paparan radiasi di tempat kerja, juga dapat menjadi faktor risiko.

👴Paparan Zat Kimia Beracun: 

Paparan jangka panjang terhadap zat-zat kimia beracun tertentu, seperti formaldehida, aspartam, atau senyawa organik yang ditemukan di lingkungan tertentu, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker otak dalam beberapa studi.

👴Riwayat Kanker: 

Orang yang telah didiagnosis dengan kanker di bagian tubuh lain dan kemudian mengalami metastasis ke otak juga memiliki risiko untuk kanker otak sekunder.

👴Paparan Radiasi Non-ionisasi: 

Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan potensial antara paparan radiasi non-ionisasi, seperti radiasi ponsel seluler atau pemancar radio, dan risiko kanker otak. Namun, bukti ini masih menjadi perdebatan dan perlu penelitian lebih lanjut.

👴Kelainan Genetik dan Kelainan Herediter:

Beberapa kelainan genetik dan kondisi herediter tertentu, seperti sindrom Li-Fraumeni dan neurofibromatosis tipe 1 (NF1), dapat meningkatkan risiko kanker otak.

👴Kebiasaan Merokok: 

Ada beberapa bukti yang mendukung hubungan antara merokok dan peningkatan risiko glioma, salah satu jenis kanker otak. Namun, hubungan ini masih menjadi subjek penelitian lebih lanjut.

👴Obesitas: 

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa obesitas mungkin juga terkait dengan peningkatan risiko kanker otak, meskipun mekanisme pastinya belum sepenuhnya dipahami.

💬 Mencegah kanker otak sepenuhnya tidak selalu mungkin karena banyak faktor risiko kanker otak sulit untuk dikendalikan atau diubah. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terkena kanker otak atau meminimalkan faktor risiko :

💢Hindari Paparan Radiasi Berlebihan: 

Jika Anda perlu menjalani pengobatan radioterapi di kepala dan leher atau jenis radiasi lainnya, pastikan untuk berbicara dengan dokter Anda tentang manfaat dan risikonya. Lakukan pengobatan radiasi hanya jika benar-benar diperlukan.

Bicarakan dengan dokter manfaat pengobatan radiasi.
(Sumber: foto canva.com)

💢Terapkan Perlindungan Terhadap Paparan Radiasi: 

Jika Anda bekerja di lingkungan dengan paparan radiasi, pastikan untuk mengikuti prosedur keamanan yang ditetapkan dan mengenakan perlindungan radiasi yang sesuai.

💢Hindari Paparan Zat Kimia Beracun: 

Lindungi diri Anda dari paparan zat kimia beracun yang berhubungan dengan risiko kanker otak. Ini termasuk mengikuti pedoman keamanan di tempat kerja dan menghindari penggunaan zat kimia beracun secara tidak aman di rumah.

💢Jaga Berat Badan yang Sehat: 

Upaya untuk menjaga berat badan yang sehat melalui pola makan seimbang dan olahraga teratur dapat membantu mengurangi risiko kanker, termasuk beberapa jenis kanker otak.

💢Hindari Kebiasaan Merokok dan Alkohol Berlebihan:

Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko beberapa jenis kanker otak. Berhenti merokok dan minum alkohol secara moderat atau bahkan berhenti sepenuhnya bisa membantu.

💢Lindungi Diri dari Radiasi Ponsel Seluler: 

Meskipun bukti masih terbatas, beberapa studi telah mengusulkan adanya hubungan antara radiasi ponsel seluler dan risiko kanker otak. Anda dapat mengurangi paparan dengan menggunakan perangkat hands-free atau headset saat berbicara, membatasi durasi panggilan, dan menghindari pemakaian yang berlebihan.

💢Perhatikan Faktor Genetik: 

Jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan kanker otak atau kelainan genetik yang berhubungan, bicarakan dengan dokter atau ahli genetika tentang langkah-langkah pencegahan yang sesuai untuk situasi Anda.

💢Jaga Kesehatan Mental:

Beberapa studi menunjukkan bahwa stres kronis atau depresi dapat berhubungan dengan peningkatan risiko kanker otak. Mengelola stres dan menjaga kesehatan mental Anda adalah langkah penting dalam pencegahan kanker otak.

💢Konsumsi Makanan Sehat: 

Diet yang seimbang dengan banyak buah, sayuran, biji-bijian utuh, dan lemak sehat dapat membantu mendukung kesehatan otak dan sistem kekebalan tubuh Anda.

💢Rutin Pemeriksaan Kesehatan: 

Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan berkonsultasi dengan dokter Anda secara teratur dapat membantu mendeteksi masalah kesehatan lebih awal, termasuk tanda-tanda awal kanker otak.

        Pengobatan kanker otak akan bergantung pada beberapa faktor, termasuk jenis tumor, lokasi, ukuran, dan stadium penyakit. Tim medis Anda, yang mungkin terdiri dari ahli bedah, onkolog, radioterapis, dan spesialis lainnya, akan merancang rencana perawatan yang sesuai dengan kondisi Anda. 

Beberapa metode pengobatan yang dapat digunakan untuk mengobati kanker otak meliputi:

💦Bedah: 

Pembedahan adalah salah satu pilihan pengobatan utama untuk kanker otak. Tujuannya adalah mengangkat sebanyak mungkin tumor tanpa merusak jaringan otak sehat di sekitarnya. Jika tumor tidak dapat diangkat sepenuhnya, dokter mungkin akan melakukan debulking tumor (mengurangi ukuran tumor) untuk mengurangi tekanan pada otak.

💦Radioterapi: 

Radioterapi menggunakan sinar-X atau partikel lain untuk menghancurkan sel kanker atau menghambat pertumbuhannya. Ini sering digunakan setelah operasi atau sebagai pengobatan utama jika tumor tidak dapat dioperasi. Radioterapi dapat dilakukan secara eksternal (dari luar tubuh) atau dengan metode brakiterapi (penempatan sumber radiasi langsung di dalam atau dekat tumor).

💦Kemoterapi: 

Kemoterapi melibatkan penggunaan obat-obatan yang menghancurkan sel kanker atau menghambat pertumbuhannya. Ini bisa menjadi pilihan pengobatan utama untuk beberapa jenis kanker otak atau digunakan bersamaan dengan radioterapi.

💦Terapi Target: 

Beberapa jenis kanker otak memiliki mutasi genetik tertentu yang memungkinkan penggunaan obat-obatan yang ditargetkan secara khusus pada sel-sel kanker. Terapi target ini dirancang untuk merusak sel kanker tanpa merusak sel sehat di sekitarnya.

💦Imunoterapi:

Imunoterapi adalah pengobatan yang merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker. Ini adalah pendekatan yang relatif baru dalam pengobatan kanker otak dan masih dalam pengembangan aktif.

💦Kemoterapi Intraventrikular:

Beberapa pasien dengan kanker otak tertentu mungkin mendapatkan kemoterapi langsung ke dalam ventrikel otak (ruang di dalam otak) melalui kateter. Ini disebut kemoterapi intraventrikular.

💦Terapi Hormon: 

Pada beberapa jenis kanker otak, seperti meningioma, terapi hormon dapat digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan tumor.

💦Palliative Care:

Untuk pasien dengan kanker otak yang tidak dapat diobati sepenuhnya, perawatan paliatif dapat membantu mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup. Ini termasuk pengobatan untuk mengurangi sakit kepala, mual, dan gejala lainnya.

         Setiap kasus kanker otak adalah unik, dan rencana perawatan akan disesuaikan dengan kebutuhan individu pasien. Penting juga untuk memiliki dukungan medis dan psikologis yang kuat selama perawatan kanker otak, dan berbicara dengan tim perawatan Anda tentang pertanyaan atau kekhawatiran yang mungkin Anda miliki tentang pengobatan Anda. Deteksi dini dan penanganan secepat mungkin dapat sangat meningkatkan peluang kesembuhan atau mengelola kanker otak dengan baik.




Sumber:

https://www.cancer.org.au/cancer-information/types-of-cancer/brain-cancer

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/brain-tumor/symptoms-causes/syc-20350084

https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/brain-tumor

https://www.aans.org/en/Patients/Neurosurgical-Conditions-and-Treatments/Brain-Tumors

https://www.nhs.uk/conditions/malignant-brain-tumour/





Sunday, 1 October 2023

Dermatitis Atopik, Penyakit Kulit Yang Mengganggu Lansia.

             Dermatitis atopik, juga dikenal sebagai eksema atopik, adalah kondisi kulit kronis yang umum terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Ini adalah salah satu bentuk dermatitis (peradangan kulit) yang paling umum. Dermatitis atopik menyebabkan kulit menjadi sangat gatal. 

Menggaruk menyebabkan kemerahan lebih lanjut, bengkak, pecah-pecah, cairan bening, pengerasan kulit, dan pengeroposan. Dalam kebanyakan kasus, ada periode ketika penyakit menjadi lebih buruk, yang disebut flare (kambuhnya penyakit), diikuti oleh periode ketika kulit membaik atau membaik sepenuhnya, yang disebut remisi.

Dalam bahasa medis, dermatitis atopik juga dikenal sebagai "eczema atopik." Istilah medis ini merujuk pada kondisi peradangan kulit kronis yang terjadi pada individu dengan kecenderungan genetik untuk mengembangkan kondisi ini. 

Dermatitis atopik ,satu bentuk peradangan kulit yang paling umum.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Beberapa istilah medis yang dapat digunakan terkait dengan dermatitis atopik meliputi:

☝Dermatitis Atopik (Atopic Dermatitis): 

Istilah umum yang digunakan untuk merujuk kepada kondisi ini.

Eksim Atopik (Atopic Eczema): 

Istilah alternatif yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ini, terutama ketika gejalanya mencakup ruam kulit, gatal-gatal, dan peradangan.

Dermatitis Neurodermatitis (Neurodermatitis):

Istilah yang digunakan untuk menggambarkan dermatitis atopik yang berkaitan dengan respons neurologis dan gatal-gatal yang kuat.

Eksim Infantil (Infantile Eczema): 

Merujuk kepada kasus dermatitis atopik pada bayi dan anak-anak.

Eksim Dewasa (Adult Eczema):

Merujuk kepada kasus dermatitis atopik pada orang dewasa.

Eksim dewasa sangat mengganggu dan gatal
(Sumber: foto canva.com)

Dermatitis Aliran Tangan (Hand Eczema):

Merujuk kepada eksim yang terutama terjadi pada tangan.

Dermatitis Berat (Severe Dermatitis): 

Mengacu pada kasus dermatitis atopik yang parah, yang mungkin memerlukan perawatan medis intensif.

Dermatitis Atopik Remisi (Atopic Dermatitis Remission):

Merujuk kepada periode ketika gejala dermatitis atopik mereda atau tidak aktif.

Beberapa ciri khas dermatitis atopik meliputi:

👐Gatal-gatal yang intens: 

Gatal adalah gejala yang paling khas dan mengganggu pada dermatitis atopik. Gatal ini dapat sangat parah, sehingga mengganggu tidur dan kualitas hidup pasien.

👐Ruam kulit:

 Pasien dengan dermatitis atopik sering mengalami ruam kulit, yang dapat muncul di berbagai bagian tubuh, seperti wajah, leher, siku, lutut, pergelangan tangan, dan kaki.

👐Kulit kering: 

Kulit pada orang dengan dermatitis atopik cenderung kering dan bersisik. Ini disebabkan oleh kurangnya kelembaban alami di kulit.

👐Peradangan: 

Kulit yang terkena dermatitis atopik sering kali tampak merah dan meradang.

👐Berkala: 

Dermatitis atopik biasanya memiliki periode eksaserbasi (perburukan gejala) dan periode remisi (gejala mereda).

💬 Dermatitis atopik adalah kondisi kulit yang kompleks, dan penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami. 

Beberapa faktor yang diyakini berperan dalam perkembangan dermatitis atopik, termasuk:

💢Faktor Genetik:

Faktor genetik memiliki peran penting dalam dermatitis atopik. Jika salah satu atau kedua orang tua Anda memiliki riwayat dermatitis atopik, alergi, atau asma, maka Anda memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi ini. Ada sejumlah gen yang terkait dengan dermatitis atopik.

💢Gangguan Sistem Kekebalan:

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan sistem kekebalan tubuh dapat berperan dalam dermatitis atopik. Sistem kekebalan yang tidak normal dapat mengakibatkan reaksi kulit yang lebih sensitif terhadap alergen dan iritan tertentu.

Gangguan sistem kekebalan berperan dalam dermatitis atopik.
(Sumber: foto canva.com)

💢Peradangan: 

Dermatitis atopik melibatkan peradangan kulit yang kronis. Respon peradangan ini bisa menjadi salah satu faktor yang memicu gejala seperti gatal, kemerahan, dan pembengkakan

💢Kekeringan Kulit:

Orang dengan dermatitis atopik seringkali memiliki kulit yang lebih kering dan cenderung kehilangan kelembaban lebih cepat. Kulit yang kering menjadi lebih rentan terhadap kerusakan dan infeksi.

💢Alergen: 

Paparan alergen seperti debu tungau, serbuk sari, bulu hewan peliharaan, dan spora jamur tertentu dapat memicu gejala dermatitis atopik pada beberapa individu.

💢Iritan Kulit: 

Beberapa bahan kimia dan zat iritan tertentu, seperti sabun keras, deterjen, parfum, dan pakaian yang terbuat dari bahan sintetis, dapat memperburuk gejala dermatitis atopik.

💢Faktor Lingkungan: 

Cuaca dingin dan kering, kelembaban rendah, serta perubahan suhu dapat mempengaruhi kulit dan memicu eksaserbasi gejala.

💢Infeksi Kulit: 

Infeksi bakteri, jamur, atau virus pada kulit dapat memperburuk kondisi dermatitis atopik.

         Mencegah dermatitis atopik tidak selalu mungkin sepenuhnya karena faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan tidak dapat diubah. 

Beberapa kiat untuk mencegah atau mengurangi eksaserbasi dermatitis atopik:

👉Jaga Kelembaban Kulit:

  • Gunakan pelembap secara teratur untuk menjaga kulit tetap lembap. Pilih pelembap yang lembut dan bebas dari pewangi atau bahan kimia yang dapat memicu iritasi.
  • Oleskan pelembap segera setelah mandi untuk menjaga kelembaban kulit.

  • Jaga kelembaban kulit karena kulit kering menimbulkan dermatitis.
    (Sumber: foto canva.com)

👉Hindari Pemicu:

  • Identifikasi dan hindari pemicu yang memicu gejala dermatitis atopik, seperti alergen (debu tungau, serbuk sari, bulu hewan peliharaan) dan iritan (sabun keras, deterjen).
  • Gunakan deterjen dan produk perawatan kulit yang lembut dan bebas pewangi.

👉Pertimbangkan Gaya Hidup Sehat:

  • Hindari merokok dan paparan asap rokok karena asap rokok dapat memperburuk gejala.
  • Pertimbangkan untuk menjalani gaya hidup yang sehat dengan makan makanan bergizi, berolahraga secara teratur, dan tidur yang cukup untuk menjaga sistem kekebalan tubuh dan kesehatan kulit yang baik.

👉Perhatikan Lingkungan:

  • Pertimbangkan penggunaan pelembap udara di dalam ruangan untuk menjaga kelembaban udara, terutama selama musim dingin yang kering.
  • Gunakan pakaian berbahan katun atau serat alami lainnya yang lembut dan tidak menyebabkan iritasi kulit.

👉Batasi Mandi Panas:

  • Hindari mandi dengan air panas, yang dapat mengeringkan kulit. Gunakan air hangat dan singkat saat mandi.

👉Hindari Gigitan Serangga:

  • Gigitan serangga dapat memperburuk dermatitis atopik. Gunakan perlindungan seperti pakaian panjang dan repelan serangga saat berada di daerah dengan risiko gigitan serangga.

👉Konsultasikan dengan Dokter:

  • Jika Anda mengalami dermatitis atopik, konsultasikan dengan dokter atau dermatologis. Mereka dapat membantu dengan diagnosis yang tepat dan memberikan saran perawatan yang sesuai.

       Setiap individu mungkin memiliki pemicu dan kebutuhan yang berbeda, jadi yang terbaik adalah berbicara dengan dokter atau ahli kulit untuk merencanakan pendekatan perawatan yang paling sesuai sesuai dengan kondisi kulit Anda atau orang yang Anda kenal yang menderita dermatitis atopik.




Sumber:

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/atopic-dermatitis-eczema/symptoms-causes/syc-20353273

https://www.niams.nih.gov/health-topics/atopic-dermatitis

https://nationaleczema.org/eczema/types-of-eczema/atopic-dermatitis/

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/24299-atopic-dermatitis

https://www.aad.org/public/diseases/eczema/types/atopic-dermatitis





Saturday, 30 September 2023

LBD, Sangat Fluktuatif Gangguan Motorik dan Kognitif

        Lewy Body Dementia (LBD) adalah jenis penyakit neurodegeneratif yang mengakibatkan penurunan kemampuan kognitif dan gangguan motorik. Penyakit ini disebabkan oleh akumulasi abnormal protein yang disebut Lewy bodies di dalam otak. Lewy bodies adalah agregat protein alfa-sinuklein yang mengganggu fungsi normal sel-sel otak.

Pada tahap awal LBD, gejalanya mungkin ringan, dan penderitanya dapat berfungsi normal. Seiring berkembangnya penyakit, penderita LBD memerlukan lebih banyak pertolongan karena menurunnya kemampuan berpikir dan bergerak. Ini adalah penyakit progresif, artinya gejalanya muncul secara perlahan dan memburuk seiring berjalannya waktu.

LBD gejala awal ringan dan kembali normal.
(Sumber : foto LPC- Lansia)

Penyakit ini berlangsung rata-rata lima hingga delapan tahun sejak diagnosis hingga kematian, namun dapat berkisar antara dua hingga 20 tahun pada beberapa orang. Pada tahap akhir penyakit, mereka sering kali bergantung sepenuhnya pada orang lain untuk mendapatkan bantuan dan perawatan.

Menurunnya kemampuan berpikir dan bergerak.
(Sumber: foto canva.com)

Beberapa ciri umum yang mungkin terlihat pada lansia yang menderita LBD:

😛 Gangguan Kognitif: 

Lansia dengan LBD mengalami penurunan kemampuan kognitif yang progresif. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mengingat informasi, berpikir abstrak, dan memecahkan masalah. Fluktuasi dalam tingkat kesadaran dan kewaspadaan juga sering terjadi.

😛 Halusinasi Visual: 

Ciri khas LBD adalah munculnya halusinasi visual, di mana lansia melihat objek atau orang yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi ini dapat menyebabkan kebingungan dan kecemasan.  Halusinasi visual terjadi pada 80 persen penderita LBD, sering kali terjadi sejak dini. Halusinasi non visual, seperti mendengar atau mencium sesuatu yang tidak ada, lebih jarang terjadi dibandingkan halusinasi visual, namun bisa juga terjadi.

😛 Gangguan Motorik: 

Lansia dengan LBD sering mengalami gangguan motorik yang mirip dengan penyakit Parkinson. Ini termasuk kekakuan otot, tremor (getaran), dan kesulitan berjalan. Perubahan perilaku motorik seperti berjalan tanpa tujuan atau melompat-lompat juga bisa terjadi.

😛 Perubahan Emosi dan Perilaku: 

LBD dapat menyebabkan perubahan emosi dan perilaku pada lansia. Mereka mungkin mengalami depresi, kecemasan, mudah marah, atau mudah terbingung. Kadang-kadang, perubahan ini dapat bersifat drastis dan memengaruhi hubungan sosial.

Perubahan emosi dan perilaku pada lansia.
(Sumber: foto canva.com)

😛 Gangguan Sistem Autonom: 

Penyakit ini dapat memengaruhi sistem autonom tubuh, yang mengatur fungsi-fungsi tubuh yang tidak kita kendalikan secara sadar. Ini dapat menyebabkan perubahan tekanan darah, masalah dengan suhu tubuh, dan gangguan pencernaan.

😛 Masalah Tidur: 

Lansia dengan LBD sering mengalami masalah tidur, seperti insomnia (kesulitan tidur) atau tidur berlebihan pada siang hari. Orang dengan demensia tubuh Lewy mungkin mengalami gangguan perilaku tidur gerakan mata cepat (REM). Gangguan ini menyebabkan orang secara fisik mewujudkan mimpinya saat tidur. Orang dengan gangguan perilaku tidur REM mungkin akan memukul, menendang, membentak, atau menjerit saat tidur.

😛 Kehilangan Kemampuan Fungsi Sehari-hari:

Seiring perkembangan penyakit, lansia dengan LBD dapat mengalami kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari seperti berpakaian, mandi, dan makan.

😛 Gangguan Persepsi Ruang dan Waktu:

Beberapa penderita LBD dapat mengalami kesulitan dalam memahami konsep ruang dan waktu. Mereka mungkin bingung tentang tempat dan waktu

       Gejala LBD dapat bervariasi antara individu, dan tidak semua lansia dengan LBD akan mengalami semua ciri-ciri ini

Penyebab pasti dari Lewy Body Dementia (LBD) belum sepenuhnya dipahami, dan penyakit ini mungkin disebabkan oleh sejumlah faktor yang kompleks. 

Beberapa faktor yang telah diidentifikasi sebagai berpotensi terkait dengan perkembangan LBD pada lansia:

😇 Ketidakseimbangan Protein:

LBD terkait dengan akumulasi protein abnormal yang disebut Lewy bodies di dalam otak. Protein utama yang terlibat adalah alfa-sinuklein. Akumulasi dan penumpukan protein ini dapat merusak sel-sel otak dan mengganggu fungsi normalnya.

😇 Genetik: 

Faktor-faktor genetik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko dalam perkembangan LBD. Beberapa mutasi genetik tertentu telah dikaitkan dengan peningkatan risiko mengembangkan LBD. Namun, bukan berarti penyakit ini secara ketat diturunkan secara genetik; faktor-faktor lingkungan juga memainkan peran penting.

😇 Usia: 

LBD adalah penyakit yang lebih umum terjadi pada lansia, terutama setelah usia 60 tahun. Seiring bertambahnya usia, risiko perkembangan LBD meningkat.

Setelah usia 60 tahun LBD meningkat.
(Sumber: foto canva.com)

😇 Faktor Lingkungan:

Paparan jangka panjang terhadap beberapa faktor lingkungan tertentu, seperti toksin atau zat kimia tertentu, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko perkembangan penyakit neurodegeneratif, termasuk LBD. Namun, bukti-bukti konkret masih terbatas dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi hubungan ini.

😇 Gangguan Neurologis Lainnya:

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa keterkaitan antara LBD dengan gangguan neurologis lain, seperti penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer. Ini bisa menjadi bagian dari spektrum penyakit neurodegeneratif yang berbeda-beda tetapi terkait.

😇 Kesehatan dan Gaya Hidup:

Faktor-faktor kesehatan seperti diabetes, tekanan darah tinggi, obesitas, dan merokok juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko perkembangan penyakit neurodegeneratif, termasuk LBD. Gaya hidup sehat, seperti pola makan yang seimbang dan aktivitas fisik yang teratur, dapat membantu mengurangi risiko ini.

Saat ini, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan Lewy Body Dementia (LBD). Ada berbagai pendekatan terapeutik yang dapat membantu mengelola gejala LBD, meningkatkan kualitas hidup penderita, dan memberikan dukungan kepada keluarga. Pengobatan LBD biasanya berfokus pada mengendalikan gejala kognitif, motorik, dan perilaku. 

Beberapa komponen yang termasuk dalam manajemen pengobatan LBD:

📍 Obat-Obatan: 

Dokter dapat meresepkan obat-obatan untuk mengelola gejala LBD, seperti: Obat Kolinesterase Inhibitor: Obat seperti donepezil, rivastigmine, atau galantamine dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif dan mengurangi gejala seperti penurunan memori dan disorientasi.

📍 Obat Parkinson:

Untuk mengatasi gejala motorik seperti tremor, kekakuan otot, dan masalah berjalan, dokter dapat meresepkan obat yang digunakan dalam pengobatan penyakit Parkinson, seperti levodopa atau karbidopa.

📍 Obat Untuk Gangguan Mood dan Perilaku: 

Penderita LBD yang mengalami depresi, kecemasan, atau halusinasi dapat mendapatkan manfaat dari obat-obatan yang dirancang untuk mengatasi gejala ini.

📍 Terapi Fisik dan Terapi Okupasi:

Terapi fisik dan terapi okupasi dapat membantu meningkatkan kemampuan motorik dan fungsi sehari-hari penderita LBD. Terapis fisik dapat membantu dengan latihan dan gerakan fisik, sedangkan terapis okupasi dapat membantu dengan keterampilan sehari-hari seperti berpakaian dan mandi.

📍 Terapi Bicara dan Bahasa: 

Jika penderita mengalami masalah berbicara atau berkomunikasi, terapis bicara dan bahasa dapat memberikan latihan dan strategi untuk meningkatkan komunikasi.

📍 Dukungan Psikososial: 

Dukungan dari konselor atau kelompok dukungan dapat membantu penderita LBD dan keluarganya dalam menghadapi penyakit ini secara emosional dan praktis.

📍 Perubahan Gaya Hidup: 

Promosi gaya hidup sehat, termasuk pola makan seimbang dan aktivitas fisik yang teratur, dapat membantu mengelola gejala dan memperbaiki kesejahteraan umum.

📍 Perawatan Kesehatan Umum:

Merawat kesehatan secara keseluruhan sangat penting. Ini termasuk mengelola penyakit penyerta seperti diabetes atau tekanan darah tinggi, menghindari penggunaan alkohol dan obat-obatan yang dapat memperburuk gejala, serta mengikuti jadwal perawatan medis yang direkomendasikan oleh dokter.

📍 Pengawasan Teratur: 

Penderita LBD memerlukan pengawasan teratur dan perencanaan perawatan jangka panjang. Ini dapat termasuk penyediaan lingkungan yang aman, dukungan perawat, dan perencanaan keuangan untuk mengatasi perubahan dalam kebutuhan perawatan.

        Bekerja sama dengan tim perawatan medis yang berpengalaman dalam mengelola LBD, termasuk neurologis, psikiater, terapis, dan pekerja sosial. Manajemen LBD biasanya akan disesuaikan dengan setiap individu, karena gejala dan kebutuhan dapat bervariasi. Dukungan keluarga juga sangat penting untuk membantu penderita LBD menghadapi perubahan yang terjadi akibat penyakit ini.



Sumber:

https://www.nia.nih.gov/health/what-lewy-body-dementia-causes-symptoms-and-treatments 

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lewy-body-dementia/symptoms-causes/syc-20352025

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17815-lewy-body-dementia

https://www.alzheimers.gov/alzheimers-dementias/lewy-body-dementia