Thursday, 5 October 2023

Hipotiroidisme, Timbulkan Masalah Jantung

      Hipotiroidisme (Hypothyroidism) terjadi ketika kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup hormon tiroid. Kondisi ini juga disebut tiroid kurang aktif. Hipotiroidisme mungkin tidak menimbulkan gejala yang nyata pada tahap awal. 

Seiring waktu, hipotiroidisme yang tidak diobati dapat menyebabkan masalah kesehatan lain, seperti membuat merasa lelah, menambah berat badan, dan tidak mampu mentoleransi suhu dingin, kolesterol tinggi dan masalah jantung. 

Hipotiroidisme adalah kondisi medis yang terjadi ketika kelenjar tiroid di leher tidak memproduksi cukup hormon tiroid yang diperlukan oleh tubuh. Hormon tiroid, seperti tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3), memiliki peran penting dalam mengatur metabolisme tubuh, pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi berbagai organ. Ketika produksi hormon tiroid menurun, banyak sistem tubuh dapat terpengaruh.

Gangguan kelenjar tiroid menyebabkan penyakit.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Hipotiroidisme dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk penyakit autoimun seperti penyakit Hashimoto (yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar tiroid), pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid melalui pembedahan atau radiasi, gangguan kelenjar pituitari yang mengatur kelenjar tiroid, atau defisiensi yodium yang parah.

Hipotiroidisme pada lansia bisa memiliki gejala yang mirip dengan hipotiroidisme pada kelompok usia yang lebih muda, tetapi ada beberapa perubahan yang dapat terjadi pada tubuh lansia yang mungkin mempengaruhi cara gejala tersebut muncul. 

Beberapa gejala hipotiroidisme yang bisa muncul pada lansia:

😰 Kelelahan yang berlebihan: 

Lansia mungkin mengalami kelelahan lebih dari biasanya, dan ini bisa dianggap sebagai gejala penuaan alami. Tetapi, jika kelelahan berlebihan terus berlanjut, ini bisa menjadi tanda hipotiroidisme.

😰 Gangguan kognitif:

Lansia dengan hipotiroidisme bisa mengalami penurunan kemampuan kognitif, seperti kesulitan dalam berpikir, konsentrasi, dan ingatan. Ini bisa disalahartikan sebagai gejala penuaan normal atau mungkin bahkan sebagai demensia dalam beberapa kasus.

😰 Kedinginan berlebihan:

Lansia cenderung lebih sensitif terhadap suhu dingin, dan hipotiroidisme dapat memperburuk gejala ini. Mereka mungkin sering merasa kedinginan, bahkan di lingkungan yang tidak terlalu dingin.

😰 Kulit dan rambut kering: 

Kulit kering, gatal, dan rambut yang rontok atau kering adalah gejala umum hipotiroidisme, dan ini dapat mempengaruhi kenyamanan dan tampilan fisik lansia.

😰 Gangguan tidur: 

Hipotiroidisme bisa memengaruhi pola tidur, sehingga lansia dengan kondisi ini mungkin mengalami masalah tidur seperti insomnia atau tidur yang terganggu.

😰 Penurunan berat badan:

Meskipun kebanyakan orang dengan hipotiroidisme mengalami peningkatan berat badan, beberapa lansia mungkin mengalami penurunan berat badan yang tidak diinginkan karena berkurangnya nafsu makan.

Penurunan berat badan kurang nafsu makan.
(Sumber: foto canva.com)

😰 Gangguan pencernaan: 

Hipotiroidisme dapat menyebabkan konstipasi yang berkepanjangan, dan ini bisa menjadi masalah khusus bagi lansia.

😰 Perubahan suasana hati:

Lansia dengan hipotiroidisme dapat mengalami perubahan suasana hati seperti depresi atau kecemasan.

       Gejala hipotiroidisme pada lansia bisa bervariasi, dan beberapa gejala tersebut dapat disalahartikan sebagai bagian dari proses penuaan alami.

Hipotiroidisme pada lansia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dan beberapa di antaranya dapat lebih berkaitan dengan penuaan itu sendiri. 

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi munculnya hipotiroidisme pada lansia:

👴 Penuaan alami:

Kelenjar tiroid cenderung mengalami perubahan seiring penuaan. Pada beberapa orang, ini dapat mengakibatkan penurunan produksi hormon tiroid secara alami. Ini sering disebut sebagai hipotiroidisme subklinis atau fisiologis yang terkait dengan usia.

👴 Penyakit autoimun:

Penyakit Hashimoto, suatu bentuk penyakit autoimun yang mengakibatkan sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar tiroid, adalah penyebab umum hipotiroidisme pada orang lanjut usia.

👴 Riwayat pengobatan radiasi atau pembedahan:

Jika seseorang pernah menjalani pengobatan radiasi atau pembedahan pada kelenjar tiroid, ini dapat menyebabkan hipotiroidisme pada masa lanjut usia.

👴 Konsumsi yodium yang tidak mencukupi:

Terkadang, defisiensi yodium yang parah dalam diet bisa menyebabkan hipotiroidisme. Meskipun ini jarang terjadi di daerah-daerah yang memiliki akses cukup ke yodium dalam makanan dan air minum.

👴 Penggunaan obat-obatan tertentu: 

Beberapa obat, seperti lithium dan amiodarone, dapat mempengaruhi fungsi tiroid dan menyebabkan hipotiroidisme.

Penggunaan obat-obatan mempengaruhi tiroid.
(Sumber: foto canva.com)

👴 Faktor genetik:

Faktor keturunan juga dapat berperan dalam munculnya hipotiroidisme pada lansia. Jika ada riwayat keluarga dengan masalah tiroid, seseorang mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi.

👴 Gondok toksik multinodular:

Ini adalah kondisi di mana kelenjar tiroid tumbuh nodul atau benjolan yang menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid (hipertiroidisme). Pada beberapa kasus, kondisi ini dapat berkembang menjadi hipotiroidisme.

Gejala hipotiroidisme lansia mirip dengan kelompok usia muda.
(Sumber: foto canva.com)

👴 Efek samping dari pengobatan hipertiroidisme: 

Jika seseorang telah menjalani pengobatan untuk hipertiroidisme, seperti radiasi atau obat anti-tiroid, itu dapat mengakibatkan hipotiroidisme sebagai efek samping.

       Gejala hipotiroidisme pada lansia bisa bervariasi dan sering kali mirip dengan tanda-tanda penuaan alami, sehingga diagnosis dan pengobatan yang tepat sangat penting.

Tidak ada cara pasti untuk mencegah hipotiroidisme pada lansia karena beberapa faktor risiko, seperti faktor genetik dan penuaan alami, tidak dapat dihindari. 

Beberapa langkah yang dapat membantu menjaga kesehatan tiroid dan meminimalkan risiko hipotiroidisme pada lansia:

🍣 Pola Makan Sehat:

Konsumsi makanan yang kaya akan yodium dan selenium dapat mendukung kesehatan tiroid. Produk-produk laut seperti ikan, udang, dan rumput laut adalah sumber yang baik dari yodium. Selenium dapat ditemukan dalam kacang-kacangan, biji-bijian, dan daging tanpa lemak.

🍣 Batasi Konsumsi Goitrogen:

Beberapa makanan, seperti kubis, brokoli, kembang kol, dan singkong, mengandung senyawa goitrogen yang dapat mengganggu fungsi tiroid jika dikonsumsi dalam jumlah besar. Namun, memasak makanan tersebut dapat mengurangi efek goitrogeniknya.

🍣 Yodium Suplemen: 

Jika Anda tinggal di daerah dengan defisiensi yodium, pertimbangkan untuk mengonsumsi suplemen yodium sesuai petunjuk dokter atau ahli gizi.

🍣 Olahraga Teratur: 

Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu menjaga kesehatan umum dan berkontribusi pada fungsi tiroid yang lebih baik.

🍣 Hindari Radiasi Berlebih:

Jika Anda perlu menjalani radioterapi atau pemeriksaan sinar-X berulang kali pada daerah leher, bicarakan dengan dokter tentang cara melindungi kelenjar tiroid.

🍣 Pantau Kesehatan Tiroid:

Jika ada riwayat penyakit tiroid dalam keluarga Anda atau jika Anda mengalami gejala yang mencurigakan seperti kelelahan berlebihan atau peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, konsultasikan dengan dokter untuk pemeriksaan rutin tiroid.

🍣 Kelola Penyakit Autoimun:

Jika Anda memiliki penyakit autoimun seperti penyakit Hashimoto, penting untuk menjalani perawatan yang sesuai dengan mengikuti instruksi dokter.

🍣 Jangan Merokok:

Merokok dapat berdampak negatif pada kesehatan tiroid. Berhenti merokok dapat membantu menjaga kesehatan tiroid dan umum.

🍣 Konsumsi Alkohol dengan Bijak: 

Minum alkohol secara berlebihan dapat mempengaruhi fungsi tiroid. Konsumsilah alkohol dengan bijak.

🍣 Perhatikan Efek Samping Obat: 

Beberapa obat, seperti lithium, dapat memengaruhi fungsi tiroid. Jika Anda mengonsumsi obat-obatan yang dapat memengaruhi tiroid, bicarakan dengan dokter Anda tentang risiko dan manajemennya.

       Mengobati hipotiroidisme pada lansia melibatkan penggantian hormon tiroid yang kurang dalam tubuh dengan obat hormon tiroid sintetis. Levotiroksin adalah obat yang paling umum digunakan untuk mengobati hipotiroidisme, dan dosisnya disesuaikan sesuai kebutuhan individu. 

Beberapa langkah umum dalam mengobati hipotiroidisme pada lansia:

👳 Konsultasi dengan Dokter: 

Jika ada kecurigaan bahwa seseorang menderita hipotiroidisme, langkah pertama adalah menghubungi dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin melakukan tes darah untuk mengukur tingkat hormon tiroid dalam tubuh.

👳 Diagnosa: 

Berdasarkan hasil tes darah, dokter akan mendiagnosis hipotiroidisme dan menentukan tingkat keparahan kondisi tersebut. Ini akan membantu dalam menentukan dosis yang sesuai untuk pengobatan.

👳 Resepkan Levotiroksin:

Levotiroksin adalah obat yang mengandung hormon tiroid sintetis T4. Dokter akan meresepkan levotiroksin sesuai dengan dosis yang diperlukan untuk menggantikan hormon tiroid yang kurang dalam tubuh.

👳 Pantau dan Sesuaikan Dosis:

Setelah memulai pengobatan, penting untuk melakukan pemantauan teratur dengan dokter untuk memeriksa respons terhadap obat. Dosis levotiroksin mungkin perlu disesuaikan berdasarkan hasil tes darah yang mengukur tingkat hormon tiroid.

👳 Kepatuhan pada Pengobatan: 

Penting untuk mengikuti petunjuk dokter dengan ketat dalam mengonsumsi levotiroksin. Biasanya, obat ini diambil dengan perut kosong, setidaknya 30 menit sebelum sarapan pagi, untuk memaksimalkan penyerapan.

👳 Hindari Interaksi dengan Obat Lain: 

Berbicaralah dengan dokter tentang semua obat dan suplemen yang Anda konsumsi, karena beberapa obat atau suplemen dapat mempengaruhi penyerapan levotiroksin.

👳 Pantau Gejala dan Efek Samping: 

Lansia yang sedang menjalani pengobatan hipotiroidisme harus memantau gejala dan efek samping yang mungkin muncul. Jika ada masalah atau gejala yang mencurigakan, segera beri tahu dokter.

👳 Periksa Rutin:

Dokter akan merencanakan kunjungan rutin untuk memeriksa tingkat hormon tiroid dalam darah dan memastikan pengobatan berjalan dengan baik.

       Hipotiroidisme adalah kondisi yang dapat dikelola dengan baik dengan perawatan yang tepat. Mengikuti rekomendasi dokter dan menjalani perawatan rutin adalah kunci untuk mengendalikan hipotiroidisme pada lansia dan menjaga kesehatan umum yang baik. Selain itu, berbicaralah dengan dokter jika Anda memiliki pertanyaan atau kekhawatiran tentang pengobatan atau manajemen kondisi ini.





Sumber:

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hypothyroidism/symptoms-causes/syc-20350284

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/12120-hypothyroidism

https://www.niddk.nih.gov/health-information/endocrine-diseases/hypothyroidism

https://www.webmd.com/women/hypothyroidism-underactive-thyroid-symptoms-causes-treatments

https://medlineplus.gov/hypothyroidism.html


Wednesday, 4 October 2023

Hipertiroidisme, Gangguan Tiroid Kesehatan Lansia

       Hipertiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid. Kondisi ini juga disebut tiroid yang terlalu aktif. Hipertiroidisme mempercepat metabolisme tubuh. Hal ini dapat menyebabkan banyak gejala, seperti penurunan berat badan, tangan gemetar, dan detak jantung yang cepat atau tidak teratur.

Hipertiroidisme adalah kondisi medis yang terjadi ketika kelenjar tiroid seseorang menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid. Hormon tiroid, seperti tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3), memegang peran penting dalam mengatur metabolisme tubuh. Ketika produksi hormon tiroid berlebihan, tubuh menjadi terlalu aktif, dan ini dapat menghasilkan sejumlah gejala dan masalah kesehatan.

Ketika kelenjar tiroid menghasilkan banyak hormon, timbul masalah.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Penyebab hipertiroidisme paling umum adalah penyakit Graves, yang merupakan penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar tiroid dan merangsang produksi hormon tiroid yang berlebihan. Selain itu, hipertiroidisme juga bisa disebabkan oleh adenoma toksik tiroid (benjolan jinak yang menghasilkan hormon tiroid berlebihan), tiroiditis (radang tiroid), atau penggunaan obat-obatan tertentu.

Kondisi ketika kelenjar tiroid menghasilkan banyak hormon tiroid. 
(Sumber: foto canva.com)

Gejala hipertiroidisme pada lansia bisa mirip dengan gejala hipertiroidisme pada orang dewasa pada umumnya. Namun, pada lansia, gejala hipertiroidisme dapat menjadi lebih sulit dikenali atau diidentifikasi karena kemiripannya dengan gejala penuaan alami atau masalah kesehatan lain yang sering dialami oleh lansia. 

Beberapa gejala hipertiroidisme yang dapat muncul pada lansia meliputi:

😌 Kelelahan: 

Lansia mungkin mengalami kelelahan yang berlebihan, tetapi ini juga bisa merupakan tanda dari masalah kesehatan lainnya.

😌 Menurunnya berat badan: 

Meskipun penurunan berat badan yang tidak diinginkan adalah salah satu gejala umum hipertiroidisme, pada lansia, penurunan berat badan juga bisa disebabkan oleh faktor lain, seperti masalah pencernaan atau penurunan nafsu makan.

😌 Kelemahan otot: 

Kelemahan otot dapat terjadi pada lansia yang mengalami hipertiroidisme, tetapi hal ini juga bisa terjadi karena penuaan alami.

Hipertiroidisme menimbulkan kelemahan otot.
(Sumber: foto canva.com)

😌 Peningkatan denyut jantung:

Lansia yang mengalami hipertiroidisme mungkin memiliki detak jantung yang lebih cepat dari biasanya, tetapi ini juga bisa dipengaruhi oleh kondisi jantung lainnya yang sering terjadi pada lansia.

😌 Perubahan mood: 

Hipertiroidisme dapat menyebabkan perasaan cemas, gelisah, atau iritabilitas. Namun, perubahan mood juga dapat terjadi sebagai bagian dari proses penuaan.

😌 Gangguan tidur: 

Kesulitan tidur atau insomnia bisa menjadi gejala hipertiroidisme pada lansia.

😌 Masalah pencernaan:

Diare atau masalah pencernaan lainnya dapat terjadi pada lansia dengan hipertiroidisme, tetapi juga bisa menjadi gejala masalah pencernaan lain.

        Gejala di atas bukanlah indikator pasti hipertiroidisme pada lansia. Untuk mendiagnosis hipertiroidisme, diperlukan pemeriksaan medis yang komprehensif, termasuk tes darah untuk mengukur kadar hormon tiroid dan konsultasi dengan dokter

Hipertiroidisme pada lansia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor-faktor yang sama dengan yang mempengaruhi orang dewasa pada umumnya. 

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan hipertiroidisme pada lansia:

😈 Penyakit Graves:

Graves' disease adalah penyakit autoimun yang dapat memengaruhi siapa pun, termasuk lansia. Pada penyakit Graves, sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar tiroid dan merangsang produksi hormon tiroid yang berlebihan.

😈 Adenoma toksik tiroid:

Ini adalah benjolan jinak yang tumbuh di dalam kelenjar tiroid dan menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah yang berlebihan. Adenoma toksik tiroid dapat terjadi pada lansia dan merupakan penyebab umum hipertiroidisme.

Benjolan jinak muncul didalam kelenjar tiroid.
(sumber: foto canva.com)

😈 Tiroiditis:

Radang tiroid atau tiroiditis dapat menyebabkan pelepasan hormon tiroid yang tersimpan dalam kelenjar, menyebabkan peningkatan sementara hormon tiroid dalam darah. Tiroiditis bisa terjadi pada lansia.

😈 Penggunaan obat-obatan: Beberapa obat, seperti amiodarone, yang digunakan untuk mengatasi masalah jantung, atau obat yang mengandung hormon tiroid dalam jumlah tinggi, bisa menyebabkan hipertiroidisme pada lansia.

😈 Penuaan alami: 

Proses penuaan alami juga dapat memengaruhi kelenjar tiroid dan menghasilkan gangguan hormon tiroid. Meskipun ini tidak selalu menghasilkan hipertiroidisme, perubahan fungsi tiroid karena penuaan dapat memengaruhi keseimbangan hormon.

😈 Riwayat keluarga:

Faktor keturunan juga dapat memainkan peran dalam risiko seseorang terkena hipertiroidisme. Jika ada anggota keluarga yang menderita hipertiroidisme, risiko dapat meningkat.

😈 Stres dan trauma:

Beberapa kondisi medis, termasuk stres fisik atau trauma, dapat memicu perkembangan hipertiroidisme pada lansia.

😈 Radioterapi atau pengobatan radiasi sebelumnya: 

Jika seseorang telah menjalani radioterapi atau pengobatan radiasi pada area leher atau kepala di masa lalu, ini dapat meningkatkan risiko hipertiroidisme

       Hipertiroidisme pada lansia tidak selalu dapat dicegah sepenuhnya, terutama jika penyebabnya bersifat genetik atau autoimun. Namun, ada beberapa langkah yang dapat membantu mengurangi risiko hipertiroidisme atau mencegah komplikasi yang lebih serius.

Beberapa kiat yang dapat membantu mencegah :

👳 Periksakan Kesehatan Teratur:

Penting untuk menjalani pemeriksaan kesehatan secara teratur, termasuk pemeriksaan tiroid, terutama jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan masalah tiroid. Pemeriksaan rutin dapat membantu mendeteksi masalah tiroid lebih awal.

Periksa kesehatan lansia secara teratur.
(Sumber: foto canva.com)

👳 Mengelola Stres: 

Stres dapat memicu masalah tiroid. Belajar mengelola stres melalui teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam dapat membantu menjaga kesehatan tiroid.

👳 Menghindari Paparan Radiasi Berlebih: 

Jika memungkinkan, hindari paparan radiasi berlebih, terutama pada daerah leher dan kepala. Radioterapi atau radiasi yang berlebihan dapat meningkatkan risiko masalah tiroid.

👳 Gizi Seimbang: Makanan yang seimbang dan kaya akan yodium, selenium, dan zinc dapat membantu menjaga kesehatan tiroid. Pastikan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung nutrisi ini, seperti ikan laut, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan biji-bijian.

👳 Hindari Rokok dan Asap Rokok:

Merokok atau terpapar asap rokok secara pasif dapat meningkatkan risiko penyakit tiroid. Jika Anda merokok, pertimbangkan untuk berhenti, dan hindari asap rokok.

👳 Minimalkan Paparan Lingkungan yang Berpotensi Beracun: 

Beberapa bahan kimia dan polutan lingkungan dapat memengaruhi kesehatan tiroid. Cobalah untuk mengurangi paparan terhadap bahan-bahan beracun tersebut sebisa mungkin.

👳 Pentingnya Tindak Lanjut:

Jika Anda memiliki masalah tiroid yang telah diidentifikasi sebelumnya atau sudah menjalani pengobatan, penting untuk melakukan tindak lanjut dengan dokter secara teratur sesuai rekomendasi dokter.

👳 Pentingnya Pendidikan:

Jika Anda adalah seorang lansia atau merawat orang yang lebih tua, penting untuk memiliki pemahaman yang baik tentang gejala hipertiroidisme dan kondisi tiroid lainnya. Ini dapat membantu dalam mendeteksi masalah lebih awal.

         Pencegahan tidak selalu efektif dalam menghindari hipertiroidisme karena beberapa kasus bersifat genetik atau tidak dapat diprediksi. 

Pengobatan hipertiroidisme pada lansia dapat bervariasi tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan kondisinya. 

Beberapa pilihan pengobatan yang dapat digunakan untuk mengobati hipertiroidisme pada lansia:

⌛ Obat-obatan Anti tiroid: 

Dokter dapat meresepkan obat-obatan antitiroid, seperti metimazol atau propiltiourasil, untuk menghentikan produksi berlebihan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Penggunaan obat ini akan memerlukan pemantauan rutin untuk memantau kadar hormon tiroid dalam darah.

⌛ Terapi Radioaktif: 

Terapi radioaktif dengan yodium radioaktif (RAI) dapat digunakan untuk menghancurkan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid yang berfungsi berlebihan. Ini adalah salah satu metode yang umum digunakan untuk mengobati penyakit Graves. Setelah RAI diberikan, pasien mungkin akan memerlukan terapi penggantian hormon tiroid seumur hidup.

⌛ Operasi Tiroid (Tiroidectomy):

Dalam beberapa kasus, terutama jika terdapat benjolan toksik di kelenjar tiroid yang tidak merespons obat-obatan atau terapi radioaktif, operasi untuk mengangkat sebagian atau seluruh kelenjar tiroid dapat diperlukan. Setelah operasi, pasien akan memerlukan terapi penggantian hormon tiroid seumur hidup.

⌛ Terapi Hormon Pengganti:

Jika pengobatan atau tindakan lain mengakibatkan hipotiroidisme (kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup hormon tiroid), pasien akan memerlukan terapi hormon tiroid pengganti, seperti levothyroxine, untuk menggantikan hormon yang hilang.

       Pilihan pengobatan tergantung pada kondisi dan preferensi pasien, serta rekomendasi dari dokter yang merawat. Perlu diingat bahwa pengobatan hipertiroidisme sering kali adalah proses jangka panjang, dan pemantauan rutin oleh dokter sangat penting untuk memastikan tingkat hormon tiroid tetap dalam rentang yang normal dan untuk mengelola perubahan dosis obat yang mungkin diperlukan.

       Selain pengobatan medis, penting juga untuk menjalani gaya hidup sehat, termasuk makan gizi seimbang, mengelola stres, dan berhenti merokok jika merokok. Semua ini dapat membantu dalam pengobatan dan manajemen hipertiroidisme pada lansia. Konsultasikan selalu dengan dokter untuk merencanakan pengobatan yang tepat sesuai dengan situasi khusus Anda.





Sumber:

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hyperthyroidism/symptoms-causes/syc-20373659

https://www.pennmedicine.org/for-patients-and-visitors/patient-information/conditions-treated-a-to-z/hyperthyroidism-overactive-thyroid

https://www.nhs.uk/conditions/overactive-thyroid-hyperthyroidism/

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/14129-hyperthyroidism

https://www.niddk.nih.gov/health-information/endocrine-diseases/hyperthyroidism


Tuesday, 3 October 2023

Kanker Otak, Risiko Tinggi Pada lansia

       Kanker otak adalah jenis kanker yang terjadi ketika sel-sel abnormal tumbuh di dalam otak. Sel-sel ini bisa menjadi ganas (kanker) dan merusak jaringan otak sehat. Kanker otak dapat berkembang di otak itu sendiri atau berasal dari bagian tubuh lain dan menyebar ke otak, yang disebut sebagai metastasis otak. Kanker otak dapat mengganggu fungsi otak dan menyebabkan berbagai gejala yang bervariasi tergantung pada lokasi, ukuran, dan jenis tumor.

Lansia menjaga kesehatan dengan menghindari paparan radiasi.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Kanker otak mencakup tumor otak primer, yang bermula di otak dan hampir tidak pernah menyebar ke bagian tubuh lain, dan tumor sekunder (atau metastasis), yang disebabkan oleh kanker yang bermula di bagian tubuh lain. 

Terdapat lebih dari 40 jenis utama tumor otak, yang dikelompokkan menjadi dua jenis utama:

👉Tumor Otak Jinak:

Beberapa tumor otak tidak bersifat kanker. Ini disebut tumor otak non-kanker atau tumor otak jinak. Tumor otak non-kanker dapat tumbuh seiring waktu dan menekan jaringan otak. Tumbuh lambat dan tidak mungkin menyebar. Jenis yang umum adalah meningioma, neuroma, tumor hipofisis, dan kraniofaringioma.

👉Tumor Otak Ganas :

Tumor otak ganas, dapat tumbuh dengan cepat. Sel kanker dapat menyerang dan menghancurkan jaringan otak. Bersifat kanker dan dapat menyebar ke bagian lain otak atau sumsum tulang belakang. Jenis yang umum termasuk astrositoma, oligodendroglioma, glioblastoma, dan glioma campuran.

Beberapa jenis kanker otak yang umum meliputi:

💣Glioma: 

Ini adalah kanker otak yang berasal dari sel-sel glia, yang adalah sel-sel pendukung otak. Contoh-contoh glioma termasuk glioblastoma multiforme, astrocytoma, dan oligodendroglioma.

Jenis kanker otak antara lain glioma.
(Sumber: foto canva.com)

💣Meningioma: 

Tumor ini tumbuh dari selaput pelindung otak dan sumsum tulang belakang yang disebut meninges. Meningioma adalah jenis kanker otak yang lebih umum pada wanita daripada pria.

💣Neuroma akustik (Vestibular Schwannoma):

Tumor ini berkembang di saraf kranial VIII, yang mengendalikan pendengaran dan keseimbangan. Neuroma akustik bisa menyebabkan gangguan pendengaran dan masalah keseimbangan.

💣Metastasis otak:

Ini adalah kanker yang berasal dari organ lain dalam tubuh dan menyebar ke otak. Metastasis otak umumnya lebih sering terjadi daripada kanker otak primer.

💬 Gejala kanker otak dapat bervariasi tergantung pada lokasi, ukuran, dan jenis tumor. 

Beberapa gejala umum yang dapat terkait dengan kanker otak meliputi:

😨Sakit Kepala: 

Salah satu gejala paling umum adalah sakit kepala yang berkepanjangan, parah, dan mungkin memburuk di pagi hari atau dengan perubahan posisi tubuh.

😨Mual dan Muntah:

Ini sering kali disebabkan oleh peningkatan tekanan dalam tengkorak karena pembengkakan tumor. Mual dan muntah mungkin lebih buruk di pagi hari.

Mual dan muntah di pagi hari.
(Sumber: foto canva.com)

😨Perubahan Perilaku atau Kognitif:

Kanker otak dapat menyebabkan perubahan kepribadian, perubahan mood, kebingungan, kesulitan berkonsentrasi, atau masalah memori.

😨Gangguan Penglihatan: 

Masalah penglihatan seperti penglihatan ganda, penglihatan kabur, atau hilangnya bidang penglihatan tertentu dapat terjadi.

😨 Gangguan Gerakan:

Ini bisa termasuk kelemahan pada satu sisi tubuh (hemiparesis), masalah koordinasi, atau gangguan keseimbangan.

😨Kram atau Kejang: 

Sebagian orang dengan kanker otak dapat mengalami kejang, yang dapat bervariasi dalam intensitas.

😨Gangguan Sensorik: 

Perubahan pada indra seperti kehilangan sensasi atau perasaan abnormal di area tertentu tubuh.

😨Kehilangan Kesadaran: 

Ini dapat terjadi dalam kasus yang sangat serius, terutama jika tekanan dalam tengkorak meningkat secara signifikan.

 Kehilangan kesadaran bila tekanan dalam tengkorak meningkat.
(Sumber: foto canva.com)

😨Gangguan Berbicara atau Bahasa:

Kesulitan berbicara atau memahami bahasa dapat terjadi.

😨Masalah Koordinasi:

Kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari yang memerlukan koordinasi motorik seperti berjalan atau menulis.

💬 Gejala ini bisa menjadi tanda-tanda banyak kondisi selain kanker otak.

Penyebab pasti kanker otak masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan kanker otak. 

Faktor-faktor risiko ini termasuk:

👴Usia: 

Risiko kanker otak meningkat seiring bertambahnya usia. Kanker otak lebih sering terjadi pada orang dewasa dan lansia.

👴Riwayat Keluarga: 

Jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat kanker otak, risiko Anda mungkin sedikit lebih tinggi. Namun, kanker otak bukan penyakit yang secara signifikan diturunkan dalam keluarga seperti beberapa jenis kanker lainnya.

👴Paparan Radiasi: 

Paparan radiasi ionisasi dalam pengobatan medis sebelumnya, seperti radioterapi kepala dan leher, dapat meningkatkan risiko kanker otak. Paparan radiasi dari sumber lain, seperti paparan radiasi di tempat kerja, juga dapat menjadi faktor risiko.

👴Paparan Zat Kimia Beracun: 

Paparan jangka panjang terhadap zat-zat kimia beracun tertentu, seperti formaldehida, aspartam, atau senyawa organik yang ditemukan di lingkungan tertentu, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker otak dalam beberapa studi.

👴Riwayat Kanker: 

Orang yang telah didiagnosis dengan kanker di bagian tubuh lain dan kemudian mengalami metastasis ke otak juga memiliki risiko untuk kanker otak sekunder.

👴Paparan Radiasi Non-ionisasi: 

Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan potensial antara paparan radiasi non-ionisasi, seperti radiasi ponsel seluler atau pemancar radio, dan risiko kanker otak. Namun, bukti ini masih menjadi perdebatan dan perlu penelitian lebih lanjut.

👴Kelainan Genetik dan Kelainan Herediter:

Beberapa kelainan genetik dan kondisi herediter tertentu, seperti sindrom Li-Fraumeni dan neurofibromatosis tipe 1 (NF1), dapat meningkatkan risiko kanker otak.

👴Kebiasaan Merokok: 

Ada beberapa bukti yang mendukung hubungan antara merokok dan peningkatan risiko glioma, salah satu jenis kanker otak. Namun, hubungan ini masih menjadi subjek penelitian lebih lanjut.

👴Obesitas: 

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa obesitas mungkin juga terkait dengan peningkatan risiko kanker otak, meskipun mekanisme pastinya belum sepenuhnya dipahami.

💬 Mencegah kanker otak sepenuhnya tidak selalu mungkin karena banyak faktor risiko kanker otak sulit untuk dikendalikan atau diubah. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terkena kanker otak atau meminimalkan faktor risiko :

💢Hindari Paparan Radiasi Berlebihan: 

Jika Anda perlu menjalani pengobatan radioterapi di kepala dan leher atau jenis radiasi lainnya, pastikan untuk berbicara dengan dokter Anda tentang manfaat dan risikonya. Lakukan pengobatan radiasi hanya jika benar-benar diperlukan.

Bicarakan dengan dokter manfaat pengobatan radiasi.
(Sumber: foto canva.com)

💢Terapkan Perlindungan Terhadap Paparan Radiasi: 

Jika Anda bekerja di lingkungan dengan paparan radiasi, pastikan untuk mengikuti prosedur keamanan yang ditetapkan dan mengenakan perlindungan radiasi yang sesuai.

💢Hindari Paparan Zat Kimia Beracun: 

Lindungi diri Anda dari paparan zat kimia beracun yang berhubungan dengan risiko kanker otak. Ini termasuk mengikuti pedoman keamanan di tempat kerja dan menghindari penggunaan zat kimia beracun secara tidak aman di rumah.

💢Jaga Berat Badan yang Sehat: 

Upaya untuk menjaga berat badan yang sehat melalui pola makan seimbang dan olahraga teratur dapat membantu mengurangi risiko kanker, termasuk beberapa jenis kanker otak.

💢Hindari Kebiasaan Merokok dan Alkohol Berlebihan:

Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko beberapa jenis kanker otak. Berhenti merokok dan minum alkohol secara moderat atau bahkan berhenti sepenuhnya bisa membantu.

💢Lindungi Diri dari Radiasi Ponsel Seluler: 

Meskipun bukti masih terbatas, beberapa studi telah mengusulkan adanya hubungan antara radiasi ponsel seluler dan risiko kanker otak. Anda dapat mengurangi paparan dengan menggunakan perangkat hands-free atau headset saat berbicara, membatasi durasi panggilan, dan menghindari pemakaian yang berlebihan.

💢Perhatikan Faktor Genetik: 

Jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan kanker otak atau kelainan genetik yang berhubungan, bicarakan dengan dokter atau ahli genetika tentang langkah-langkah pencegahan yang sesuai untuk situasi Anda.

💢Jaga Kesehatan Mental:

Beberapa studi menunjukkan bahwa stres kronis atau depresi dapat berhubungan dengan peningkatan risiko kanker otak. Mengelola stres dan menjaga kesehatan mental Anda adalah langkah penting dalam pencegahan kanker otak.

💢Konsumsi Makanan Sehat: 

Diet yang seimbang dengan banyak buah, sayuran, biji-bijian utuh, dan lemak sehat dapat membantu mendukung kesehatan otak dan sistem kekebalan tubuh Anda.

💢Rutin Pemeriksaan Kesehatan: 

Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan berkonsultasi dengan dokter Anda secara teratur dapat membantu mendeteksi masalah kesehatan lebih awal, termasuk tanda-tanda awal kanker otak.

        Pengobatan kanker otak akan bergantung pada beberapa faktor, termasuk jenis tumor, lokasi, ukuran, dan stadium penyakit. Tim medis Anda, yang mungkin terdiri dari ahli bedah, onkolog, radioterapis, dan spesialis lainnya, akan merancang rencana perawatan yang sesuai dengan kondisi Anda. 

Beberapa metode pengobatan yang dapat digunakan untuk mengobati kanker otak meliputi:

💦Bedah: 

Pembedahan adalah salah satu pilihan pengobatan utama untuk kanker otak. Tujuannya adalah mengangkat sebanyak mungkin tumor tanpa merusak jaringan otak sehat di sekitarnya. Jika tumor tidak dapat diangkat sepenuhnya, dokter mungkin akan melakukan debulking tumor (mengurangi ukuran tumor) untuk mengurangi tekanan pada otak.

💦Radioterapi: 

Radioterapi menggunakan sinar-X atau partikel lain untuk menghancurkan sel kanker atau menghambat pertumbuhannya. Ini sering digunakan setelah operasi atau sebagai pengobatan utama jika tumor tidak dapat dioperasi. Radioterapi dapat dilakukan secara eksternal (dari luar tubuh) atau dengan metode brakiterapi (penempatan sumber radiasi langsung di dalam atau dekat tumor).

💦Kemoterapi: 

Kemoterapi melibatkan penggunaan obat-obatan yang menghancurkan sel kanker atau menghambat pertumbuhannya. Ini bisa menjadi pilihan pengobatan utama untuk beberapa jenis kanker otak atau digunakan bersamaan dengan radioterapi.

💦Terapi Target: 

Beberapa jenis kanker otak memiliki mutasi genetik tertentu yang memungkinkan penggunaan obat-obatan yang ditargetkan secara khusus pada sel-sel kanker. Terapi target ini dirancang untuk merusak sel kanker tanpa merusak sel sehat di sekitarnya.

💦Imunoterapi:

Imunoterapi adalah pengobatan yang merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker. Ini adalah pendekatan yang relatif baru dalam pengobatan kanker otak dan masih dalam pengembangan aktif.

💦Kemoterapi Intraventrikular:

Beberapa pasien dengan kanker otak tertentu mungkin mendapatkan kemoterapi langsung ke dalam ventrikel otak (ruang di dalam otak) melalui kateter. Ini disebut kemoterapi intraventrikular.

💦Terapi Hormon: 

Pada beberapa jenis kanker otak, seperti meningioma, terapi hormon dapat digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan tumor.

💦Palliative Care:

Untuk pasien dengan kanker otak yang tidak dapat diobati sepenuhnya, perawatan paliatif dapat membantu mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup. Ini termasuk pengobatan untuk mengurangi sakit kepala, mual, dan gejala lainnya.

         Setiap kasus kanker otak adalah unik, dan rencana perawatan akan disesuaikan dengan kebutuhan individu pasien. Penting juga untuk memiliki dukungan medis dan psikologis yang kuat selama perawatan kanker otak, dan berbicara dengan tim perawatan Anda tentang pertanyaan atau kekhawatiran yang mungkin Anda miliki tentang pengobatan Anda. Deteksi dini dan penanganan secepat mungkin dapat sangat meningkatkan peluang kesembuhan atau mengelola kanker otak dengan baik.




Sumber:

https://www.cancer.org.au/cancer-information/types-of-cancer/brain-cancer

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/brain-tumor/symptoms-causes/syc-20350084

https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/brain-tumor

https://www.aans.org/en/Patients/Neurosurgical-Conditions-and-Treatments/Brain-Tumors

https://www.nhs.uk/conditions/malignant-brain-tumour/