Istilah medis untuk putus asa adalah "desperasi." Istilah ini digunakan dalam konteks kesehatan mental dan psikologi untuk merujuk pada perasaan keputusasaan yang intens dan kronis, yang dapat menyertai berbagai kondisi psikologis seperti depresi, kecemasan, atau gangguan suasana hati lainnya. Desperasi melibatkan perasaan kehilangan harapan dan mungkin juga mencakup perasaan tidak berdaya dan kurangnya semangat untuk menghadapi kehidupan.
Aktif dalam kegiatan agama menjauhkan lansia dari putu asa. (Sumber: foto pens 49 ceria) |
Putus asa pada lansia merujuk pada perasaan intens dan kronis dari kehilangan harapan atau keyakinan bahwa kehidupan akan membaik. Hal ini dapat mencakup perasaan tidak berdaya, keputusasaan, dan kurangnya semangat untuk menghadapi tantangan hidup.
Lansia yang merasa putus asa mungkin menunjukkan beberapa ciri-ciri atau perilaku yang mengindikasikan perasaan keputusasaan.
Beberapa ciri umum yang dapat muncul pada lansia yang merasa putus asa:
Isolasi Sosial:
Menghindari interaksi sosial atau menarik diri dari kegiatan yang melibatkan orang lain.
Kurangnya Motivasi:
Kehilangan minat atau motivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari atau aktivitas yang sebelumnya dianggap menyenangkan.
Ekspresi Wajah Muram:
Wajah tampak sedih, muram, atau kehilangan ekspresi positif.
Putus asa membuat wajah lansia menjadi muram. (Sumber: foto canva.com) |
Gangguan Tidur:
Kesulitan tidur, seperti insomnia atau tidur berlebihan.
Penurunan Energi:
Perasaan kelelahan atau kelesuan yang berlebihan, bahkan setelah istirahat yang cukup.
Kurangnya Inisiatif:
Kesulitan memulai atau menyelesaikan tugas-tugas sehari-hari.
Perubahan Pola Makan:
Penurunan nafsu makan atau konsumsi makanan berlebihan.
Perasaan Putus Asa:
Pernyataan langsung tentang perasaan keputusasaan atau kehilangan harapan.
Rasa Tidak Berguna atau Tidak Berarti:
Keyakinan bahwa diri mereka tidak berharga atau tidak memiliki arti dalam kehidupan.
Pengabaian Diri Sendiri:
Kurangnya perawatan diri, seperti tidak merawat penampilan atau kesehatan secara umum.
Pemikiran Tentang Kematian atau Bunuh Diri:
Pemikiran atau perasaan yang intens tentang kematian atau keinginan untuk mengakhiri hidup.
Kehilangan Minat pada Hobi:
Kehilangan minat pada kegiatan atau hobi yang sebelumnya memberikan kegembiraan.
Kesulitan Berkonsentrasi:
Kesulitan memusatkan perhatian atau kebingungan mental.
Pergeseran Perilaku:
Perubahan drastis dalam perilaku yang mungkin mencakup penarikan diri atau perilaku impulsif.
Penurunan Kemandirian:
Kesulitan dalam menjaga kemandirian atau merawat diri sendiri.
Gangguan Fisik yang Tidak Jelas Sebabnya:
Mengalami gejala fisik tanpa penyebab medis yang jelas, seperti nyeri tubuh atau gangguan pencernaan.
Ketakutan akan Masa Depan:
Rasa takut dan kecemasan yang mendalam terkait dengan masa depan.
Perasaan putus asa dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk masalah kesehatan fisik, kehilangan orang yang dicintai, isolasi sosial, atau masalah kesehatan mental. Penting untuk mengakui dan mengatasi perasaan putus asa dengan dukungan sosial, perawatan kesehatan mental, dan pendekatan holistik untuk kesejahteraan lansia.
Beberapa faktor dapat menyebabkan lansia merasa putus asa, seiring bertambahnya usia:
Kesehatan Fisik yang Menurun:
Masalah kesehatan fisik seperti penyakit kronis, kelemahan, atau nyeri kronis dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas yang diinginkan. Penyakit yang tak kunjung sembuh.
Kehilangan Orang yang Dicintai:
Kematian pasangan hidup atau teman dekat dapat menyebabkan perasaan kehilangan dan kesepian, meningkatkan risiko putus asa.
Kehilangan orang yang dicintai membuat lansia putus asa. (Sumber: foto canva.com) |
Isolasi Sosial:
Rasa isolasi dan kehilangan hubungan sosial dapat memicu perasaan putus asa pada lansia.
Keterbatasan Keuangan:
Kesulitan keuangan atau ketidakpastian finansial dapat menjadi sumber stres dan putus asa. Lansia di negara dunia ketiga tidak terjamin finansialnya.
Gangguan Mental:
Depresi, kecemasan, atau gangguan mental lainnya dapat meningkatkan risiko lansia merasa putus asa.
Kehilangan Fungsi Kognitif:
Penurunan fungsi kognitif atau diagnosis demensia dapat membuat lansia merasa putus asa karena perubahan signifikan dalam kemampuan berpikir dan mengingat.
Ketakutan Akan Ketergantungan:
Lansia yang merasa tidak dapat mandiri dan khawatir menjadi beban bagi keluarga atau masyarakat dapat merasa putus asa.
Ketiadaan Tujuan Hidup:
Kehilangan tujuan hidup atau kurangnya aktivitas yang memotivasi dapat menyebabkan perasaan putus asa.
Pensiun yang Tidak Dipersiapkan:
Pensiun yang tidak terencana atau kurangnya persiapan untuk mengisi waktu luang setelah pensiun dapat menyebabkan kekosongan dan putus asa.
Perasaan Tidak Diperlukan:
Perasaan bahwa mereka tidak lagi dibutuhkan atau dihargai oleh keluarga atau masyarakat dapat meningkatkan risiko putus asa.
Mencegah perasaan putus asa pada lansia melibatkan pendekatan holistik yang mencakup aspek fisik, sosial, dan emosional.
Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah atau mengurangi risiko putus asa pada lansia:
Jaga Kesehatan Fisik:
Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan, menjaga pola makan seimbang, berolahraga secara teratur, dan memastikan adanya perawatan medis yang tepat dapat membantu menjaga kesehatan fisik.
Rutin memeriksa kesehatan untuk menjaga tubuh tetap sehat. (Sumber: foto canva.com) |
Aktivitas Fisik dan Mental:
Mendorong lansia untuk tetap aktif secara fisik dan mental dapat membantu menjaga keseimbangan dan meningkatkan kesejahteraan.
Pertahankan Koneksi Sosial:
Aktif terlibat dalam kegiatan sosial dan menjaga hubungan dengan teman, keluarga, dan komunitas dapat membantu mencegah isolasi sosial.
Dukungan Keluarga dan Teman:
Mendorong keluarga dan teman untuk memberikan dukungan emosional dan praktis dapat membantu lansia merasa dihargai dan tidak sendirian.
Tujuan dan Makna Hidup:
Bantu lansia menemukan tujuan dan makna dalam kehidupan mereka, termasuk melalui kegiatan sukarela, hobi, atau proyek-proyek pribadi.
Fleksibilitas dalam Penyesuaian Diri:
Bantu lansia menghadapi perubahan hidup dengan fleksibel dan membantu mereka menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
Perencanaan Pensiun yang Sehat:
Berencana untuk pensiun dengan baik, termasuk menjaga hubungan sosial dan merencanakan aktivitas yang menyenangkan, dapat membantu mengurangi dampak transisi ini.
Perawatan Kesehatan Mental:
Jika ada gejala kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya, penting untuk mencari bantuan profesional dari psikolog, psikiater, atau konselor.
Aktivitas Kreatif dan Seni:
Mengikutsertakan lansia dalam aktivitas kreatif atau seni dapat menjadi sarana ekspresi diri dan membantu meningkatkan suasana hati.
Edukasi dan Pengetahuan:
Memberikan kesempatan untuk terus belajar dan mengembangkan keterampilan baru dapat memberikan rasa pencapaian dan meningkatkan kepercayaan diri.
Relaksasi dan Mindfulness:
Mengajarkan teknik relaksasi, meditasi, atau latihan mindfulness dapat membantu mengatasi stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional.
Sumber Inspirasi:
Mendorong lansia untuk menemukan sumber inspirasi, seperti membaca, menonton, atau mendengarkan cerita yang memberikan motivasi.
Partisipasi dalam Program Komunitas:
Melibatkan lansia dalam program komunitas, klub, atau organisasi lokal dapat meningkatkan rasa keterlibatan dan koneksi.
Mencegah putus asa pada lansia memerlukan perhatian yang berkelanjutan dan dukungan dari berbagai aspek kehidupan mereka. Pendekatan yang empati dan holistik dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan lansia.
Mengobati putus asa pada lansia melibatkan pendekatan yang holistik dan seringkali memerlukan bantuan profesional.
Beberapa strategi yang dapat membantu mengatasi perasaan putus asa pada lansia:
Konseling atau Terapi:
Terapis atau konselor dapat membantu lansia untuk berbicara tentang perasaan mereka, memahami penyebab putus asa, dan mengembangkan strategi untuk mengatasi masalah tersebut.
Dukungan Keluarga dan Teman:
Mempertahankan hubungan yang positif dengan keluarga dan teman-teman serta mendapatkan dukungan emosional dapat membantu mengatasi perasaan putus asa.
Pertahankan hubungan yang positif dengan keluarga. (Sumber: foto canva.com) |
Grup Dukungan:
Bergabung dengan kelompok dukungan, baik secara fisik maupun daring, dapat memberikan rasa koneksi dengan orang lain yang mengalami hal serupa.
Aktivitas Sosial:
Mendorong lansia untuk terlibat dalam aktivitas sosial dan kelompok komunitas dapat membantu mengurangi isolasi dan meningkatkan kesejahteraan.
Aktivitas Pemeliharaan Diri:
Membantu lansia merawat diri sendiri, termasuk kebersihan pribadi, berpakaian rapi, dan menjaga kesehatan fisik, dapat meningkatkan rasa harga diri.
Intervensi Medis:
Jika perasaan putus asa terkait dengan masalah kesehatan fisik atau mental, perawatan medis atau terapi obat mungkin diperlukan.
Program Kesehatan Mental Komunitas:
Program atau layanan kesehatan mental di komunitas dapat menyediakan sumber daya dan dukungan untuk lansia yang mengalami kesulitan emosional.
Aktivitas yang Meningkatkan Hobi atau Keterampilan:
Mendorong lansia untuk mengambil bagian dalam aktivitas yang meningkatkan hobi atau keterampilan dapat memberikan rasa pencapaian dan kegembiraan.
Peningkatan Kesejahteraan Emosional:
Fokus pada kegiatan atau praktik yang meningkatkan kesejahteraan emosional, seperti meditasi, yoga, atau olahraga ringan, dapat membantu mengelola stres dan meningkatkan mood.
Pembentukan Tujuan Kecil:
Membantu lansia menetapkan tujuan kecil yang dapat dicapai dapat memberikan perasaan pencapaian dan meningkatkan motivasi.
Pertimbangkan Dukungan Agama atau Spiritual:
Jika relevan, mendukung partisipasi dalam kegiatan atau praktik spiritual dapat memberikan dukungan yang signifikan.
Edukasi tentang Proses Penuaan:
Memberikan edukasi tentang proses penuaan dan membantu lansia untuk menyesuaikan harapan mereka dapat membantu mengurangi ketidakpuasan.
Perawatan Diri Secara Holistik:
Mendorong perawatan diri secara holistik, termasuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan sosial, dapat membantu lansia merasa lebih seimbang dan berdaya.
Mengatasi perasaan putus asa sering kali memerlukan waktu dan upaya yang berkelanjutan. Mencari bantuan dari profesional kesehatan mental dan melibatkan dukungan sosial dapat memberikan solusi yang efektif dalam menghadapi tantangan ini.
Sumber:
https://louisemorse.com/desperate-71-year-old-sets-himself-alight-on-train/
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0277953615002889