Avolition mungkin terlihat mirip dengan sikap apatis, namun lebih intens. Avolition adalah kurangnya motivasi yang membuat sulit untuk menyelesaikan apa pun. Bagi sebagian orang, sikap acuh tak acuh merupakan hal yang sangat membebani sehingga menjaga kesehatan atau kebersihan menjadi tantangan fisik.
Avolition pada lansia mirip dengan sikap apatis, namun lebih intens. (Sumber: foto Bodrekers) |
Istilah avolition menggambarkan penurunan yang signifikan dalam inisiasi, motivasi, dan perilaku yang diarahkan pada tujuan. Ini bukan suatu kondisi kesehatan medis tertentu, melainkan gejala yang dialami oleh orang-orang dengan kondisi seperti skizofrenia, gangguan bipolar, dan depresi.
Kebanyakan orang yang mengalami avolition tidak menyadari gejalanya sampai keluarga dan teman memberitahukannya. Anda tidak dapat memulai atau menyelesaikan tugas sehari-hari yang sederhana sekalipun. Turun dari sofa untuk mencuci piring atau berkendara ke supermarket terasa seperti mendaki Gunung Everest.
Anda mungkin tidak:
- Tanggapi saat teman menelepon, mengirim SMS, atau email
- Lakukan upaya apa pun di tempat kerja.
- Bayar tagihan atau urus tugas sehari-hari lainnya
- Cuci atau rawat diri Anda sendiri
Avolition pada lansia dapat mencakup sejumlah ciri atau tanda yang mencerminkan ketidakmampuan atau kurangnya motivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Beberapa ciri yang mungkin muncul melibatkan penurunan partisipasi dalam kegiatan sosial, kurangnya inisiatif untuk menjaga diri, dan kesulitan dalam memulai atau menyelesaikan tugas-tugas rutin.
Beberapa ciri avolition pada lansia:
Kurangnya Motivasi:
Lansia yang mengalami avolition mungkin kehilangan motivasi untuk melakukan aktivitas yang sebelumnya dianggap penting atau menyenangkan.
Lansia yang avolition kehilangan motivasi. (Sumber: foto canva.com) |
Penurunan Partisipasi Sosial:
Mereka cenderung mengurangi atau menghindari interaksi sosial, baik dengan keluarga, teman, atau komunitas.
Ketidakmampuan untuk Memulai atau Menyelesaikan Tugas:
Kesulitan dalam memulai tugas sehari-hari seperti membersihkan rumah, berbelanja, atau menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.
Kurangnya Perawatan Diri:
Lansia dengan avolition mungkin kurang peduli terhadap penampilan diri dan kebersihan pribadi. Mereka bisa mengalami kesulitan dalam menjaga kesehatan fisik dan kebersihan diri.
Ketidakmampuan Mengelola Waktu:
Sulit mengatur waktu dan merencanakan kegiatan harian dengan efektif.
Kurangnya Kepedulian terhadap Aktivitas Sosial:
Tidak tertarik atau enggan terlibat dalam kegiatan sosial atau rekreasi yang sebelumnya dianggap menyenangkan.
Kehilangan Minat pada Hobi:
Mungkin kehilangan minat pada kegiatan atau hobi yang sebelumnya dinikmati.
Isolasi:
Mungkin cenderung menyendiri atau mengisolasi diri dari interaksi sosial lebih lanjut.
💬Ciri-ciri ini dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya, dan tidak semua lansia yang mengalami avolition akan menunjukkan semua tanda ini.
Avolition pada lansia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik fisik maupun psikologis. Setiap individu mungkin mengalami kombinasi faktor-faktor yang berbeda.
Beberapa faktor yang mungkin berkontribusi pada avolition pada lansia:
Kesehatan Fisik yang Menurun:
Masalah kesehatan fisik, seperti penyakit kronis, nyeri kronis, atau kelemahan fisik, dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
Gangguan Kesehatan Mental:
Gangguan kejiwaan seperti depresi atau demensia dapat menyebabkan perubahan pada tingkat motivasi dan energi, yang pada gilirannya dapat mengarah pada avolition.
Depresi atau demensia dapat mengarah pada avolition. (Sumber: foto canva.com) |
Isolasi Sosial:
Isolasi sosial, terutama jika seseorang kehilangan teman atau pasangan hidup, dapat menyebabkan perasaan kesepian dan kurangnya motivasi untuk berinteraksi dengan orang lain.
Perubahan Hormonal:
Perubahan hormonal yang terkait dengan penuaan dapat memengaruhi suasana hati dan tingkat energi, mempengaruhi motivasi untuk melakukan aktivitas.
Efek Obat-obatan:
Beberapa obat-obatan yang sering digunakan oleh lansia untuk mengatasi masalah kesehatan tertentu dapat memiliki efek samping yang mempengaruhi motivasi dan energi.
Gaya Hidup dan Aktivitas Sehari-hari:
Perubahan dalam rutinitas sehari-hari, kehilangan pekerjaan atau pensiun, serta kurangnya aktivitas fisik dapat memainkan peran dalam terjadinya avolition.
Kehilangan Makna atau Tujuan Hidup:
Lansia yang kehilangan makna atau tujuan hidup mereka mungkin mengalami kurangnya motivasi untuk melakukan aktivitas tertentu.
Gangguan Kognitif:
Masalah kognitif atau penurunan fungsi kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Tekanan Sosial dan Stigma:
Tekanan sosial atau stigma terkait dengan penuaan dapat memengaruhi persepsi diri dan motivasi untuk berpartisipasi dalam masyarakat.
Kehilangan Kenyamanan Lingkungan:
Perubahan dalam lingkungan, seperti pindah ke tempat baru atau kehilangan rumah tangga, dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan avolition.
Mencegah avolition pada lansia melibatkan pendekatan holistik yang mencakup aspek kesehatan fisik, mental, sosial, dan lingkungan.
Beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu mencegah atau mengatasi avolition pada lansia:
Pertahankan Kesehatan Fisik:
Mendorong gaya hidup sehat dengan olahraga teratur dapat membantu meningkatkan energi dan motivasi.
Stimulasi Kognitif:
Aktivitas yang merangsang otak, seperti teka-teki, membaca, atau belajar hal baru, dapat membantu menjaga kesehatan kognitif dan mencegah avolition.
Aktivitas yang merangsang otak dapat mencegah avolition. (Sumber: foto canva,com) |
Jaga Kesehatan Mental:
Pertahankan kesehatan mental dengan mengelola stres, berbicara dengan orang-orang terdekat, dan mencari bantuan profesional jika diperlukan.
Jaga Koneksi Sosial:
Dorong partisipasi dalam kegiatan sosial dan komunitas untuk meminimalkan isolasi sosial. Interaksi sosial dapat memberikan dukungan emosional dan meningkatkan motivasi.
Rutinitas dan Struktur:
Membangun rutinitas harian dan struktur kehidupan sehari-hari dapat membantu mencegah rasa bingung atau kebingungan yang dapat memicu avolition.
Bantuan dengan Perawatan Diri:
Pastikan lansia menerima bantuan jika diperlukan, terutama dalam hal perawatan pribadi dan aktivitas sehari-hari.
Diskusi Tujuan dan Makna Hidup:
Diskusikan tujuan dan makna hidup dengan lansia untuk membantu menjaga motivasi dan fokus pada hal-hal yang dianggap berarti.
Evaluasi Obat-obatan:
Tinjau obat-obatan yang dikonsumsi oleh lansia dengan dokter untuk memastikan tidak ada efek samping yang mempengaruhi motivasi atau energi.
Ciptakan Lingkungan yang Mendukung:
Pastikan lingkungan tempat tinggal aman, nyaman, dan sesuai dengan kebutuhan lansia. Fasilitas yang mudah diakses dan nyaman dapat membantu mendorong partisipasi dalam aktivitas.
Perhatikan Kesehatan Finansial:
Pastikan kesehatan finansial yang memadai, karena kekhawatiran terkait keuangan dapat mempengaruhi kesejahteraan mental dan motivasi.
Melibatkan Lansia dalam Keputusan:
Libatkan lansia dalam pengambilan keputusan yang memengaruhi kehidupan mereka, memberi mereka rasa kendali dan kepemilikan atas hidup mereka.
Bantu Atasi Rasa Takut atau Kecemasan:
Jika lansia mengalami rasa takut atau kecemasan yang dapat menghambat partisipasi dalam aktivitas, berikan dukungan dan cari solusi bersama.
Pengobatan avolition pada lansia tergantung pada penyebabnya dan sering melibatkan pendekatan yang holistik. Perawatan dapat mencakup kombinasi terapi farmakologis dan non-farmakologis. Penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk menilai kondisi khusus dan merencanakan rencana perawatan yang sesuai.
Beberapa pendekatan umum dalam mengobati avolition pada lansia:
Evaluasi Kesehatan Mental dan Fisik:
Profesional kesehatan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kesehatan mental dan fisik lansia untuk mengidentifikasi penyebab avolition.
Terapi Psikologis:
Terapi kognitif perilaku (CBT) atau terapi bantuan perilaku kognitif (CBT-B) dapat membantu mengatasi pola pikir negatif dan memotivasi lansia untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
Obat-obatan:
Beberapa obat dapat diresepkan untuk mengatasi gejala avolition, terutama jika ada faktor-faktor yang terkait dengan kesehatan mental, seperti depresi atau gangguan kejiwaan lainnya.
Terapi Aktivitas:
Terapis aktivitas atau terapis okupasi dapat membantu merencanakan kegiatan yang sesuai dengan minat dan kemampuan lansia untuk meningkatkan partisipasi dalam aktivitas sehari-hari.
Program Olahraga dan Fisioterapi:
Aktivitas fisik dapat membantu meningkatkan energi dan motivasi. Program olahraga yang sesuai dengan kondisi fisik lansia dan fisioterapi dapat memberikan manfaat positif.
Dukungan Sosial:
Melibatkan lansia dalam kegiatan sosial dan memberikan dukungan emosional dapat membantu mengatasi isolasi sosial dan meningkatkan motivasi.
Konseling Psikososial:
Konseling atau dukungan psikososial dapat membantu lansia untuk mengatasi masalah emosional atau perubahan hidup yang mungkin mempengaruhi motivasi.
Edukasi dan Pengetahuan:
Edukasi tentang kondisi kesehatan dan cara mengelolanya dapat membantu lansia merasa lebih berdaya dan dapat meningkatkan motivasi.
Perawatan Kesehatan Komprehensif:
Melibatkan tim perawatan kesehatan yang terdiri dari dokter, psikolog, perawat, dan terapis dapat memberikan perawatan yang holistik sesuai dengan kebutuhan individu.
Perencanaan dan Struktur:
Membangun rutinitas harian dan memberikan struktur kehidupan sehari-hari dapat membantu lansia untuk lebih terorganisir dan termotivasi.
Setiap individu unik, dan pendekatan perawatan harus disesuaikan dengan kebutuhan spesifik lansia tersebut. Konsultasi dengan profesional kesehatan adalah langkah pertama yang penting untuk memulai proses evaluasi dan perencanaan perawatan yang tepat.
Sumber:
https://www.webmd.com/mental-health/what-is-apathy
https://www.verywellhealth.com/avolition-7372513
https://www.cadabams.org/blog/avolition-causes-and-solutions
No comments:
Post a Comment