Gangguan mood orang dewasa yang mungkin terjadi setelah masa kanak-kanak yang berjuang melawan gangguan disregulasi suasana hati, terutama pada anak-anak dan remaja,("Disruptive Mood Dysregulation Disorder", DMDD).
Gangguan disregulasi suasana hati dapat memengaruhi lansia. (Sumber: foto pens 49 ceria) |
DMDD adalah gangguan depresi mayor, kecemasan, atau gangguan lain yang mungkin berasal dari DMDD sebagai kondisi masa kanak-kanak yang mungkin menyebabkan gangguan dewasa yang ditunjukkan oleh beberapa pasien kesehatan mental.
Gangguan disregulasi suasana hati dapat memengaruhi lansia, meskipun terkadang gejalanya dapat muncul atau diinterpretasikan dengan cara yang berbeda pada kelompok usia ini. Beberapa gangguan suasana hati yang umum pada lansia melibatkan fluktuasi suasana hati atau gejala depresi.
Beberapa gangguan disregulasi suasana hati pada lansia, di antaranya termasuk:
Gangguan Depresi Mayor pada Lansia:
Lansia dapat mengalami episode depresi mayor dengan gejala seperti perasaan sedih yang berkepanjangan, kehilangan minat atau kegembiraan dalam aktivitas sehari-hari, gangguan tidur, perubahan berat badan, kelelahan, dan pemikiran bunuh diri.
Gangguan Bipolar pada Lansia:
Meskipun gangguan bipolar lebih sering terjadi pada orang muda, dapat terjadi pada lansia juga. Pada lansia, gejala mania atau hipomania mungkin kurang jelas atau diinterpretasikan sebagai masalah kesehatan fisik atau kognitif.
Gangguan Kecemasan pada Lansia:
Lansia juga dapat mengalami gangguan kecemasan seperti gangguan kecemasan umum (GAD) atau gangguan panik. Kecemasan dapat menyebabkan fluktuasi suasana hati dan dampak negatif pada kesejahteraan umum.
Demenita dan Gangguan suasana Hati:
Beberapa jenis demensia, seperti demensia vaskular atau demensia Lewy body, dapat menyebabkan perubahan suasana hati pada lansia. Penderita demensia mungkin mengalami gejala seperti kebingungan, marah, atau kecemasan.
Perubahan suasana hati pada lansia karena demensia. (Sumber: foto paguyuban 209) |
Gangguan suasana Hati Terkait Penyakit Medis:
Beberapa penyakit medis yang umum pada lansia, seperti penyakit jantung, diabetes, atau penyakit tiroid, dapat berkontribusi pada perubahan suasana hati.
Lansia yang mengalami gangguan disregulasi suasana hati mungkin menunjukkan berbagai gejala yang bisa mencakup perubahan suasana hati, energi, perilaku, dan pola tidur.
Beberapa ciri umum gangguan disregulasi suasana hati pada lansia meliputi:
Perubahan Suasana Hati:
Lansia dengan gangguan disregulasi suasana hati mungkin mengalami fluktuasi suasana hati yang ekstrem, termasuk periode kegembiraan yang tinggi diikuti oleh periode depresi yang mendalam.
Energi yang Tidak Stabil:
Terjadi perubahan energi yang signifikan. Selama episode mania atau hipomania, lansia mungkin merasa sangat energik, kurang tidur, dan memiliki dorongan aktivitas yang tidak wajar. Pada episode depresi, energi mereka dapat sangat rendah, dan mereka mungkin merasa lelah sepanjang waktu.
Perubahan energi yang signifikan pada lansia. (Sumber: foto paguyuban 209) |
Perubahan Pola Tidur:
Gangguan disregulasi suasana hati dapat memengaruhi pola tidur. Selama episode mania, lansia mungkin mengalami kesulitan tidur dan merasa tidak memerlukan tidur yang cukup. Pada episode depresi, mereka mungkin mengalami insomnia atau tidur berlebihan.
Perubahan Aktivitas dan Perilaku:
Pada periode mania, lansia dapat terlibat dalam aktivitas yang impulsif atau berisiko tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Pada episode depresi, mereka mungkin menarik diri dari kegiatan sosial dan kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati.
Kesulitan Berkonsentrasi:
Gangguan disregulasi suasana hati dapat memengaruhi kemampuan lansia untuk berkonsentrasi dan membuat keputusan. Mereka mungkin mengalami pikiran yang meloncat-loncat dan kesulitan memusatkan perhatian.
Perubahan Berat Badan:
Fluktuasi berat badan dapat terjadi sebagai akibat dari perubahan pola makan yang terkait dengan episode mania atau depresi.
Gejala Fisik:
Beberapa lansia dengan gangguan disregulasi suasana hati juga dapat mengalami gejala fisik seperti gemetar, sakit kepala, atau ketegangan otot.
Penting untuk diingat bahwa tidak semua lansia dengan fluktuasi suasana hati mengalami gangguan disregulasi suasana hati.
Mencegah gangguan disregulasi suasana hati pada lansia melibatkan pendekatan holistik untuk mendukung kesehatan mental dan fisik mereka.
Beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu mencegah risiko gangguan disregulasi suasana hati pada lansia:
Gaya Hidup Sehat:
Mendorong gaya hidup sehat yang melibatkan pola makan seimbang, cukup tidur, dan kegiatan fisik yang teratur. Olahraga ringan seperti berjalan kaki dapat membantu meningkatkan suasana hati dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Gaya hidup sehat dapat meningkatkan suasana hati lansia. (Sumber: foto pens 49 ceria) |
Dukungan Sosial:
Fasilitasi dukungan sosial dengan memastikan bahwa lansia tetap terhubung dengan keluarga, teman, atau komunitas. Interaksi sosial dapat membantu mengurangi risiko isolasi sosial dan memberikan dukungan emosional.
Pemantauan Kesehatan Fisik:
Melibatkan profesional kesehatan dalam pemantauan kesehatan fisik secara teratur untuk mendeteksi dan mengatasi masalah kesehatan fisik yang mungkin mempengaruhi suasana hati.
Manajemen Stres:
Membantu lansia mengembangkan keterampilan manajemen stres, seperti meditasi, pernapasan dalam, atau yoga. Stres yang tidak diatasi dapat menjadi faktor risiko untuk gangguan suasana hati.
Hindari Penyalahgunaan Zat:
Menghindari penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan. Penyalahgunaan zat dapat memperburuk gangguan suasana hati dan memiliki dampak negatif pada kesejahteraan mental dan fisik.
Perhatian Terhadap Perubahan Emosi dan Perilaku:
Memperhatikan perubahan dalam perilaku dan suasana hati, serta segera mencari bantuan profesional jika terdapat gejala-gejala gangguan suasana hati.
Konsultasi dengan Profesional Kesehatan Mental:
Lansia dan keluarganya harus menyadari pentingnya konsultasi dengan profesional kesehatan mental jika ada gejala gangguan suasana hati. Konsultasi ini dapat membantu dalam penilaian, diagnosis, dan pengelolaan kondisi tersebut.
Kelola Obat dengan Hati-hati:
Jika lansia mengonsumsi obat-obatan tertentu, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter atau apoteker tentang efek samping dan potensi interaksi obat yang dapat mempengaruhi suasana hati.
Edukasi dan Kesadaran:
Tingkatkan kesadaran tentang gangguan suasana hati dan pentingnya perawatan mental. Edukasi dan pemahaman dapat membantu mengurangi stigma dan mendorong pencarian bantuan saat diperlukan.
Pengobatan gangguan disregulasi suasana hati pada lansia melibatkan pendekatan yang holistik dan seringkali melibatkan kombinasi terapi, dukungan sosial, dan manajemen kesehatan fisik. Berikut beberapa metode pengobatan yang mungkin diterapkan:
Konseling atau Terapi Psikologis:
Terapi kognitif, terapi perilaku kognitif, atau terapi interpersonal dapat membantu lansia mengidentifikasi dan mengatasi pikiran negatif serta membangun keterampilan coping.
Terapi Obat:
Dokter atau profesional kesehatan mental mungkin meresepkan obat untuk mengelola gejala gangguan suasana hati. Obat-obatan ini dapat mencakup antidepresan, stabilisator suasana hati, atau obat-obatan lain yang sesuai dengan kebutuhan individu.
Elektrokonvulsif Therapy (ECT):
ECT dapat digunakan pada kasus-kasus yang parah atau ketika pengobatan lain tidak berhasil. Prosedur ini melibatkan pemberian arus listrik ke otak dengan tujuan untuk memicu aktivitas otak yang terkontrol.
Terapi Elektrokonvulsif (ECT):
Beberapa jenis terapi lain, seperti terapi cahaya (light therapy) atau terapi magnet transkranial (transcranial magnetic stimulation/TMS), dapat digunakan dalam pengobatan gangguan suasana hati pada lansia.
Manajemen Kesehatan Fisik:
Mengelola kesehatan fisik secara menyeluruh dapat membantu mengurangi risiko gangguan suasana hati. Ini melibatkan pengaturan diet, olahraga teratur, dan manajemen kondisi kesehatan fisik lainnya.
Dukungan Sosial:
Dukungan dari keluarga, teman, dan kelompok dukungan dapat memiliki dampak positif pada kesejahteraan mental. Mempertahankan hubungan sosial yang kuat dapat membantu mengurangi isolasi sosial.
Manajemen Stres:
Keterampilan manajemen stres seperti meditasi, yoga, atau teknik pernapasan dalam dapat membantu lansia mengatasi tekanan dan meredakan gejala gangguan suasana hati.
Pengawasan Obat dengan Hati-hati:
Jika lansia mengonsumsi obat-obatan, penting untuk mengawasi efek samping dan berkomunikasi secara teratur dengan dokter untuk memastikan bahwa obat yang diberikan masih sesuai dengan kebutuhan dan kesehatan lansia.
Pendidikan dan Dukungan Keluarga:
Edukasi keluarga tentang gangguan suasana hati dapat membantu mereka memahami kondisi tersebut dan memberikan dukungan yang lebih baik kepada lansia.
Setiap individu memiliki respons yang berbeda terhadap pengobatan, dan pendekatan yang efektif dapat bervariasi. Diagnosis dan pengobatan harus dilakukan oleh profesional kesehatan yang berpengalaman dalam merawat lansia dengan gangguan suasana hati. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala gangguan suasana hati, segera konsultasikan dengan dokter atau profesional kesehatan mental.
Sumber:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5003566/
https://pathwaysreallife.com/adult-mood-disorders-and-childhood-dmdd
https://www.psychiatrictimes.com/view/recognizing-and-treating-geriatric-mood-disorders
No comments:
Post a Comment