Thursday, 14 December 2023

Mengapa Beberapa Lansia Keras Kepala

       Ketika orang lanjut usia kehilangan kendali atas kemandiriannya, mereka mulai khawatir akan masa depan mereka. Selain itu, mereka mungkin mulai merasa terisolasi dan takut dengan apa yang akan terjadi. Hal ini dapat menyebabkan mereka marah dan, oleh karena itu, pada akhirnya tampak keras kepala.

Keras kepala pada lansia merujuk pada sifat atau perilaku yang menunjukkan ketidakmampuan atau ketidakmauan untuk berubah, beradaptasi, atau menerima saran atau bantuan. Hal ini dapat mencakup sikap tegas, keengganan untuk mendengarkan, atau ketidakmampuan untuk menerima pandangan atau pendapat orang lain. 

Keras kepala ketidakmauan untuk beradaptasi, atau menerima saran.
(Sumber:foto pens 49 ceria)

Orang yang keras kepala bersikeras untuk tetap berpegang pada pandangan dan keyakinannya. Mereka juga memiliki keengganan yang sangat besar terhadap perubahan, terutama ketika perubahan itu dipaksakan oleh orang lain.

Sifat keras kepala pada lansia mungkin timbul dari faktor seperti pengalaman hidup, kebiasaan jangka panjang, atau ketidakmampuan untuk menyadari perubahan kondisi fisik atau mental. Dalam beberapa kasus, sifat keras kepala dapat menjadi tantangan dalam memberikan perawatan atau dukungan kepada lansia.

Dalam bahasa Inggris, istilah yang dapat digunakan untuk merujuk pada sifat keras kepala pada lansia adalah "stubbornness." Istilah ini mencirikan seseorang yang sulit diubah pendiriannya, tegas, atau enggan menerima pandangan atau saran orang lain. Meskipun "stubbornness" bukan istilah medis secara khusus, istilah ini digunakan secara umum untuk menggambarkan sifat keras kepala pada berbagai usia, termasuk pada lansia.

Beberapa ciri lansia yang keras kepala dapat bervariasi, tetapi beberapa tanda umum meliputi:

Keengganan untuk Menerima Bantuan:

Lansia yang keras kepala mungkin enggan menerima bantuan, baik dari keluarga, teman, atau tenaga kesehatan. Mereka cenderung ingin mandiri meskipun mungkin membutuhkan bantuan.

Pertahanan Terhadap Perubahan: 

Kesulitan dalam menerima atau beradaptasi dengan perubahan, baik dalam rutinitas harian, lingkungan, atau situasi kehidupan.

Sikap Tegas dan Dominan: 

Lansia yang keras kepala mungkin menunjukkan sikap tegas, mendominasi, atau sulit diajak kerja sama. Mereka mungkin memiliki pendapat yang kuat dan sulit diubah.

Lansia keras kepala menunjukkan sikap tegas dan dominan.
(Sumber: foto canva,com)

Ketidakmampuan untuk Menerima Saran: 

Sulit menerima saran atau masukan dari orang lain, terutama jika hal tersebut bertentangan dengan pandangan atau keputusan mereka sendiri.

Penolakan Terhadap Bantuan Kesehatan: 

Lansia yang keras kepala bisa menolak perawatan medis atau saran kesehatan, bahkan jika itu dianggap penting untuk kesejahteraan mereka.

Ketidakmampuan untuk Menerima Keterbatasan Fisik atau Kognitif: 

Kesulitan dalam mengakui atau menerima keterbatasan fisik atau kognitif yang mungkin timbul seiring bertambahnya usia.

Pertahanan Terhadap Kemandirian: 

Lansia yang keras kepala mungkin sangat ingin mempertahankan kemandirian mereka dan merasa tidak nyaman atau frustrasi jika merasa tergantung pada orang lain.

💬 Karakteristik ini dapat bervariasi dan tidak selalu merujuk pada sifat negatif. Beberapa lansia yang keras kepala mungkin mempertahankan semangat dan keinginan untuk tetap aktif. Jika sifat keras kepala menjadi hambatan dalam memberikan perawatan atau mendukung kesejahteraan lansia, penting untuk mencari pendekatan yang sensitif dan berempati untuk membangun hubungan yang positif.

        Sifat keras kepala pada lansia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat pribadi maupun lingkungan. 

Beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi keras kepala pada lansia antara lain:

Kemandirian yang Tinggi: 

Lansia yang telah menjalani hidup yang mandiri dan otonom mungkin merasa sulit untuk menerima bantuan atau ketergantungan pada orang lain.

Lansia mandiri tentu sulit menerima bantuan.
(Sumber: foto canva.com)

Pengalaman Hidup: 

Pengalaman hidup, terutama yang melibatkan tantangan atau krisis, dapat membentuk sikap keras kepala. Lansia mungkin merasa bahwa pendekatan yang telah mereka gunakan selama bertahun-tahun telah berhasil, dan mereka enggan untuk mengubahnya.

Ketidaknyamanan terhadap Perubahan: 

Penuaan seringkali diiringi oleh perubahan fisik, kesehatan, dan sosial. Lansia mungkin merasa tidak nyaman atau tidak suka dengan perubahan tersebut dan mencoba mempertahankan status quo.

Pride dan Kemandirian: 

Beberapa lansia mungkin memiliki tingkat kebanggaan dan kemandirian yang tinggi. Mereka mungkin enggan untuk menunjukkan kelemahan atau ketergantungan.

Ketakutan akan Kehilangan Kontrol: 

Sifat keras kepala juga bisa muncul karena ketakutan akan kehilangan kendali. Lansia mungkin merasa bahwa dengan mempertahankan kendali, mereka dapat melindungi kepentingan dan keinginan mereka.

Kurangnya Pemahaman tentang Perubahan Kesehatan: 

Lansia yang tidak sepenuhnya memahami perubahan kesehatan yang terjadi pada tubuh mereka atau mungkin mengalami anosognosia (kesulitan menyadari kondisi kesehatan mereka) dapat menjadi keras kepala terkait perawatan atau saran medis.

Penolakan terhadap Keterbatasan: 

Keras kepala juga dapat timbul dari ketidakmampuan untuk menerima atau mengakui keterbatasan fisik atau kognitif yang muncul seiring bertambahnya usia.

💬Mengenali faktor-faktor ini dapat membantu caregiver dan profesional kesehatan untuk menghadapi sifat keras kepala pada lansia dengan lebih baik dan menciptakan pendekatan yang lebih efektif dalam memberikan dukungan dan perawatan.

       Mencegah sifat keras kepala pada lansia melibatkan pendekatan yang sensitif dan komunikatif.

Beberapa kiat yang dapat membantu:

Komunikasi Terbuka:

  • Jalin komunikasi yang terbuka dan jujur. Dengarkan perasaan dan kekhawatiran mereka dengan penuh perhatian.
  • Sampaikan informasi dengan cara yang menghormati, hindari bersikap menekan atau mengkritik.

Libatkan Mereka dalam Keputusan:

  • Berikan mereka rasa kendali dan partisipasi dalam pengambilan keputusan, terutama terkait dengan kehidupan sehari-hari dan perawatan kesehatan mereka.
  • Diskusikan pilihan secara kolaboratif dan hormati preferensi mereka sejauh mungkin.

Hormati Kemandirian:

  • Pertahankan rasa kemandirian mereka. Dukung upaya mereka untuk melakukan hal-hal sendiri sejauh mungkin.
  • Hindari memberikan bantuan yang tidak diminta, kecuali jika benar-benar diperlukan.

Berikan Pilihan:

  • Sediakan pilihan yang realistis untuk memberikan kontrol dan memungkinkan mereka merasa lebih nyaman.
  • Contohnya, beri pilihan tentang waktu pelaksanaan aktivitas atau pilihan menu makanan.

Beri Informasi:

  • Sediakan informasi yang jelas dan terperinci mengenai situasi atau perubahan yang mungkin terjadi.
  • Diskusikan kebutuhan atau perubahan yang mungkin terjadi, dan jelaskan alasan di baliknya.

Dorong Partisipasi Sosial:

Aktivitas sosial dapat membantu mengurangi ketegangan dan meningkatkan kesejahteraan emosional. Dorong partisipasi dalam kegiatan sosial dan interaksi dengan teman atau keluarga.

Kendalikan Stres:

  • Bantu mereka mengelola stres dengan memberikan dukungan emosional dan memfasilitasi kegiatan relaksasi.
  • Hindari menciptakan situasi yang dapat meningkatkan kecemasan atau ketidaknyamanan.

Ajak Kolaborasi dengan Profesional Kesehatan:

Dukung kerjasama dengan profesional kesehatan yang dapat memberikan informasi dan panduan tambahan secara objektif.

Latih Kesabaran dan Empati:

Memahami bahwa perubahan dan tantangan terkait penuaan dapat menciptakan ketidaknyamanan. Latih kesabaran dan tunjukkan empati.

💬Setiap individu unik, dan pendekatan yang efektif dapat bervariasi. Membangun hubungan yang baik, penuh pengertian, dan komunikatif dapat membantu mencegah sifat keras kepala dan menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan lansia.

       Sifat keras kepala pada lansia tidak selalu dapat disembuhkan sepenuhnya, tetapi ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk membantu mengelola dan meredakan sifat ini. 

Beberapa saran yang dapat membantu mengelola atau meredakan sifat keras kepala pada lansia:

Pendekatan dengan Empati:

  • Ajak bicara secara terbuka dan jujur, tunjukkan empati terhadap perasaan dan pandangan mereka.
  • Hindari menghadapi mereka dengan sikap otoriter atau menekan.

Beri Ruang untuk Kemandirian:

  • Berikan kesempatan untuk menjaga kemandirian mereka sejauh mungkin.
  • Beri pilihan dan kontrol atas keputusan yang dapat mereka ambil.

Komunikasi yang Efektif:

  • Jalin komunikasi yang efektif. Pilih kata-kata dengan hati-hati dan berbicara dengan tenang.
  • Fokus pada fakta dan jelaskan informasi dengan jelas.

Diskusi Kolaboratif:

  • Libatkan mereka dalam pengambilan keputusan. Diskusikan pilihan bersama untuk mencapai konsensus.
  • Tunjukkan bahwa pendapat dan preferensi mereka dihargai.

Berikan Alasan dan Konteks:

Jelaskan alasan di balik saran atau perubahan yang diusulkan. Berikan konteks yang mungkin membantu mereka memahami pentingnya langkah tersebut.

Hindari Konfrontasi Langsung:

Hindari konfrontasi langsung yang dapat meningkatkan ketegangan. Pilih pendekatan yang lebih mendukung dan membangun.

Ajak Bekerjasama dengan Profesional Kesehatan:

Dukung kerjasama dengan profesional kesehatan, termasuk dokter atau konselor, yang dapat memberikan panduan dan dukungan tambahan.

Latihan Kesabaran:

Latih kesabaran dan pengendalian diri. Hindari menanggapi dengan emosi yang dapat memperburuk situasi.

Fokus pada Kesejahteraan Bersama:

Dorong fokus pada kesejahteraan bersama. Jelaskan bahwa saran atau perubahan yang diusulkan bertujuan meningkatkan kesehatan dan kenyamanan mereka.

Dukungan dari Keluarga dan Teman:

Dukungan dari keluarga dan teman dapat membantu mengelola situasi dengan lebih baik. Diskusikan bersama sebagai keluarga dan cari solusi bersama.

Mungkin tidak selalu untuk "menyembuhkan" sifat keras kepala, tetapi dengan pendekatan yang penuh pengertian, komunikasi terbuka, dan dukungan yang sesuai, dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih positif dan kooperatif. Jika sifat keras kepala terkait dengan masalah kesehatan mental, konsultasikan dengan profesional kesehatan untuk panduan lebih lanjut.

    

Sumber:

https://www.rittenhousevillages.com/assisted-living-blog/understanding-the-causes-of-stubbornness-in-seniors/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4903030/

https://www.nytimes.com/2019/08/30/health/stubbornness-parents-elderly.html

https://www.alternativesforseniors.com/blog/senior-stubbornness/

https://californiamobility.com/stubborn-aging-parents-misunderstood-experts-weigh-in/


No comments:

Post a Comment