Wednesday, 31 January 2024

Sindrom Sundown. Muncul pada saat Matahari mulai Terbenam.

        Sindrom Sundown ditandai dengan munculnya gejala neuropsikiatri secara tiba-tiba seperti agitasi, kebingungan, dan kecemasan secara kronologis, biasanya pada sore atau sore hari, antara pukul 16.00 dan 18.00. Penyakit ini umumnya menyerang individu yang berada di institusi atau mengalami gangguan kognitif, namun juga dapat menyerang pasien rawat inap lanjut usia.

Kondisi kebingungan yang terjadi pada sore hari hingga malam.
(Sumber: foto paguyuban pensiun 209)

Istilah "sundown" mengacu pada keadaan kebingungan yang terjadi pada sore hari dan berlangsung hingga malam hari. Terbenamnya matahari dapat menyebabkan perilaku yang berbeda-beda, seperti kebingungan, kecemasan, agresi, atau mengabaikan arah. 

Sindrom Sundown, juga dikenal sebagai sindrom matahari terbenam atau sundowning, adalah kondisi di mana orang tua atau lansia mengalami peningkatan gejala atau perilaku yang bermasalah pada malam hari atau saat matahari terbenam. Gejala sindrom Sundown dapat melibatkan kebingungan, kecemasan, agitasi, kegelisahan, serta peningkatan kesulitan tidur.

Sindrom sundown bukanlah suatu penyakit. Ini adalah sekelompok gejala yang terjadi pada waktu tertentu dalam sehari. Gejala-gejala ini dapat mempengaruhi penderita penyakit Alzheimer dan jenis demensia lainnya. Penyebab pasti dari perilaku ini tidak diketahui.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi atau memicu sindrom Sundown pada lansia meliputi:

Gangguan Tidur: 
Perubahan dalam pola tidur atau tidur yang kurang berkualitas dapat memperburuk gejala sindrom Sundown.

Perubahan Lingkungan: 
Perubahan dalam lingkungan, seperti pencahayaan yang berkurang atau suasana yang tenang, dapat memicu gejala sindrom Sundown.

Stres atau Kelelahan:
Faktor-faktor ini dapat memperburuk gejala pada lansia dan meningkatkan kemungkinan munculnya sindrom Sundown.
Stres adalah faktor kemungkanan munculnya sindrom sundown.
(Sumber: foto canva.com)
Gangguan Neurologis:
Beberapa gangguan neurologis, seperti demensia atau Alzheimer, dapat menjadi penyebab sindrom Sundown.

Perubahan Hormonal: 
Pada beberapa kasus, perubahan hormonal yang terjadi pada malam hari dapat mempengaruhi perilaku lansia.

       Sindrom Sundown pada lansia dapat ditandai dengan sejumlah ciri-ciri perilaku dan fisik. 

Beberapa ciri umum sindrom Sundown pada lansia meliputi:

Kecemasan dan Kegelisahan:
Lansia yang terkena sindrom Sundown seringkali mengalami peningkatan kecemasan dan kegelisahan pada malam hari. Mereka mungkin menjadi lebih gelisah, khawatir, atau bingung.

Agitasi: 
Agitasi dapat mencakup gerakan yang tidak dapat diam, gelisah, atau bahkan perilaku yang agresif pada malam hari. Lansia mungkin sulit untuk tenang dan bersantai.

Kesulitan Tidur: 
Meskipun lansia umumnya mengalami kesulitan tidur, sindrom Sundown dapat membuat sulit bagi mereka untuk tidur pada malam hari atau mempertahankan pola tidur yang baik.

Peningkatan Perubahan Perilaku:
Gejala sindrom Sundown dapat memicu perubahan perilaku, termasuk ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, kebingungan, dan penurunan fungsi kognitif pada malam hari.

Hiperaktivitas atau Hipoaktivitas: 
Lansia mungkin menjadi lebih aktif atau kurang aktif daripada biasanya pada malam hari. Ini bisa mencakup kegugupan dan kegiatan fisik yang berlebihan atau kebalikan dari itu, yaitu penurunan aktivitas.

Perubahan Mood:
Peningkatan gejala Sundowning juga dapat menyebabkan perubahan mood, seperti peningkatan kemarahan atau kelelahan emosional.
Peningkatan gejala sundowning dengan perubahan mood.
(Sumber: foto canva.com)
Disorientasi Waktu dan Tempat:
Lansia yang mengalami sindrom Sundown mungkin mengalami disorientasi terkait waktu dan tempat, sulit untuk mengenali waktu malam dan memahami lingkungan sekitar mereka.

Sulit Ditenangkan: 
Kesulitan untuk dibujuk atau dikomunikasikan dengan lansia yang mengalami sindrom Sundown seringkali dapat menjadi ciri khas. Mereka mungkin tidak merespons atau sulit dihibur.

       Meskipun tidak selalu mungkin untuk sepenuhnya mencegah sindrom Sundown pada lansia, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko atau meredakan gejala. 

Bebeberapa saran untuk mencegah sindrom Sundown:

Pola Tidur yang Teratur:
Membentuk kebiasaan tidur yang teratur dapat membantu menjaga stabilitas ritme sirkadian dan mengurangi kemungkinan sindrom Sundown. Usahakan agar lansia memiliki jadwal tidur yang konsisten, dengan waktu tidur yang sama setiap malam.

Aktivitas Fisik Teratur: 
Merencanakan aktivitas fisik secara teratur dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kualitas tidur pada lansia. Namun, hindari aktivitas yang terlalu intensif di malam hari, karena hal itu dapat meningkatkan tingkat kewaspadaan.

Pencahayaan yang Sesuai: 
Penuhkan ruangan dengan cahaya alami selama siang hari untuk membantu mengatur ritme sirkadian. Pada malam hari, hindari pencahayaan yang terlalu terang dan pertimbangkan penggunaan lampu redup untuk mempersiapkan tubuh untuk tidur.

Pengaturan Lingkungan: 
Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman di malam hari. Hindari kebisingan yang tidak perlu dan pertimbangkan penggunaan musik atau suara alam yang menenangkan jika diperlukan.

Rutinitas yang Konsisten: 
Tetapkan rutinitas yang konsisten di malam hari, seperti mandi hangat atau membaca buku sebelum tidur. Hal ini dapat membantu sinyal tubuh bahwa waktu tidur akan segera tiba.

Batasi Konsumsi Stimulan: 
Hindari konsumsi kafein atau stimulan lainnya pada sore hari, karena hal ini dapat memengaruhi kemampuan tidur.

Perhatian terhadap Nutrisi: 
Pastikan bahwa lansia mendapatkan nutrisi yang cukup, dan hindari makanan atau minuman yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan perut atau gangguan tidur.

Komunikasi yang Efektif: 
Jika lansia mengalami kebingungan atau kecemasan pada malam hari, cobalah berkomunikasi dengan lembut dan memberikan dukungan emosional. Bicaralah dengan mereka dengan penuh pengertian dan tenangkan mereka jika diperlukan.

Konsultasi dengan Profesional Kesehatan: 
Jika gejala sindrom Sundown berlanjut atau menjadi semakin mengganggu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan untuk evaluasi lebih lanjut dan saran penanganan yang tepat.

       Sindrom Sundown pada lansia tidak memiliki pengobatan yang spesifik, karena penyebabnya mungkin bervariasi dan kompleks. Meskipun demikian, ada beberapa pendekatan dan strategi yang dapat membantu mengelola gejala sindrom Sundown. 

Beberapa langkah yang dapat diambil:

Evaluasi Medis:
Pertama-tama, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan untuk mendapatkan evaluasi menyeluruh. Dokter dapat membantu menentukan apakah ada masalah kesehatan yang mendasari atau faktor lain yang dapat memicu gejala sindrom Sundown.

Penyesuaian Obat: 
Jika lansia sedang menggunakan obat-obatan tertentu, dokter mungkin mempertimbangkan untuk meninjau atau menyesuaikan dosis obat atau meresepkan obat baru yang dapat membantu mengelola gejala sundowning.

Terapi Perilaku: 
Terapi perilaku dapat membantu lansia dan keluarga untuk mengembangkan strategi dan teknik untuk mengelola gejala sindrom Sundown. Ini melibatkan perubahan rutinitas harian, pengaturan lingkungan yang mendukung, dan cara-cara lain untuk mengurangi kegelisahan atau agitasi.

Aktivitas Fisik: 
Merencanakan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi lansia dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kualitas tidur. Aktivitas ini sebaiknya dilakukan di siang hari, bukan malam hari.

Pencahayaan yang Tepat:
Mengelola pencahayaan di sekitar lansia dapat membantu mengatur ritme sirkadian. Pastikan mereka mendapatkan paparan cahaya alami di siang hari, dan kurangi pencahayaan yang terang di malam hari.
 Lansia perlu  pencahayaan  di sekitarnya agar tidak cemas.
(Sumber: foto canva.com)
Rutinitas Tidur yang Konsisten: 
Membentuk rutinitas tidur yang konsisten dan nyaman dapat membantu merangsang pola tidur yang sehat. Ini mencakup waktu tidur yang sama setiap hari dan kegiatan yang menenangkan sebelum tidur.

Manajemen Stres: 
Upaya untuk mengelola stres dan kecemasan dapat membantu mengurangi gejala sindrom Sundown. Ini bisa melibatkan teknik relaksasi, meditasi, atau terapi bicara.

Pengembangan Dukungan Keluarga: 
Dukungan keluarga dan caregiver sangat penting. Komunikasi terbuka dan kolaborasi antara keluarga, dokter, dan profesional kesehatan dapat membantu menyusun rencana perawatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.

Beberapa kiat mengurangi sindrom sundown:

  • Pertahankan rutinitas yang dapat diprediksi untuk waktu tidur, bangun tidur, makan, dan aktivitas.
  • Rencanakan aktivitas dan paparan cahaya di siang hari untuk mendorong kantuk di malam hari.
  • Batasi tidur siang hari.
  • Batasi kafein dan gula hingga pagi hari.
  • Nyalakan lampu malam untuk mengurangi kegelisahan yang terjadi saat lingkungan gelap atau asing.
  • Di malam hari, cobalah untuk mengurangi kebisingan latar belakang dan aktivitas yang merangsang, termasuk menonton TV, yang terkadang bisa membuat Anda kesal.
  • Dalam suasana yang asing atau asing, bawalah barang-barang yang familier – seperti foto – untuk menciptakan suasana yang lebih santai dan akrab.
  • Mainkan musik yang familiar dan lembut di malam hari atau suara alam yang menenangkan, seperti suara ombak.

Setiap individu dapat merespons berbeda terhadap berbagai metode pengelolaan, dan mungkin diperlukan beberapa percobaan sebelum menemukan strategi yang paling efektif. Konsultasikan dengan tim perawatan kesehatan untuk memastikan bahwa pendekatan yang diambil sesuai dengan kebutuhan dan kondisi khusus lansia tersebut.




Sumber:

https://www.sciencedaily.com/releases/2011/06/110627151716.htm

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5710684/

https://www.assistinghands-il-wi.com/blog/elderly-afraid-to-be-alone-at-night/

https://www.alz.org/help-support/caregiving/stages-behaviors/sleep-issues-sundowning

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/alzheimers-disease/expert-answers/sundowning/faq-20058511

Monday, 29 January 2024

Posisi Tubuh yang Salah, Merusak Saraf

        Ergonomi adalah ilmu interdisipliner yang mempelajari interaksi antara manusia dan elemen-elemen sistem yang ada di sekitarnya. Tujuannya adalah untuk merancang peralatan, tempat kerja, dan tugas-tugas sehingga sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan keterbatasan fisik, mental, dan emosional manusia. Ilmu ergonomi mencakup berbagai disiplin ilmu, termasuk ilmu fisik, psikologi, desain industri, kedokteran, antropologi, dan ilmu lainnya. 

Lansia harus menjaga posisi tubuh yang benar.
(Sumber: foto paguyuban pensiun 209)

Beberapa prinsip ergonomi yang dapat membantu menjaga kesehatan saraf saat bekerja. Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari cara mendesain lingkungan kerja agar sesuai dengan kebutuhan fisik dan mental manusia. 

Beberapa prinsip ergonomi yang dapat membantu menjaga kesehatan saraf saat bekerja:

Postur Tubuh yang Baik: 
Duduk dengan punggung lurus dan bahu rileks, tanpa membungkuk atau menghentak. Pastikan punggung dan leher mendapat dukungan yang cukup dari kursi atau bantal.

Pengaturan Kursi dan Meja yang Baik:
Kursi dan meja harus disesuaikan dengan tinggi yang tepat sehingga siku membentuk sudut 90 derajat saat mengetik atau menulis. Pergelangan tangan harus lurus saat menggunakan keyboard atau mouse.

Penggunaan Alat Bantu yang Ergonomis: 
Gunakan alat bantu seperti keyboard ergonomis, mouse dengan dukungan telapak tangan, atau mousepad dengan gel wrist rest untuk mengurangi tekanan pada saraf di pergelangan tangan.
Gunakan alat yang ergonomis agar tidak cedera pergelangan tangan.
(Sumber: foto canva.com)
Pengaturan Monitor yang Tepat: 
Monitor harus ditempatkan pada tingkat mata dan jarak yang nyaman agar tidak memaksa leher untuk melihat ke bawah atau ke atas secara berlebihan.

Istirahat yang Teratur: 
Berdiri atau bergerak secara teratur untuk memberikan istirahat kepada otot dan saraf yang digunakan secara berulang-ulang dalam posisi yang sama.

Latihan dan Peregangan: 
Lakukan latihan peregangan ringan secara teratur untuk menjaga fleksibilitas otot dan mengurangi ketegangan pada saraf. Peregangan ini harus menargetkan daerah-daerah yang sering digunakan dalam pekerjaan Anda.

Penggunaan Peralatan dan Alat Bantu:
Gunakan alat bantu seperti kursi dengan penyangga lumbal, gelas yang mudah dijangkau, atau penggunaan alat bantu untuk mengangkat barang berat agar tidak memberikan tekanan berlebih pada otot dan saraf.

Pemeliharaan Postur yang Baik saat Berdiri: 
Jika Anda harus berdiri untuk waktu yang lama, pastikan untuk mempertahankan postur yang baik dengan membagi berat tubuh secara merata di kedua kaki dan menjaga punggung lurus.

Pengurangan Faktor Resiko: 
Identifikasi faktor risiko yang dapat menyebabkan tekanan berlebih pada saraf, seperti pengulakan yang salah atau posisi kerja yang tidak nyaman, dan lakukan perubahan yang diperlukan untuk mengurangi risiko tersebut.

Pelatihan dan Edukasi
Berikan pelatihan kepada karyawan tentang praktik kerja yang aman dan ergonomis serta pentingnya menjaga kesehatan saraf saat bekerja.

Dengan memperhatikan prinsip-prinsip ergonomi ini, Anda dapat membantu menjaga kesehatan saraf saat bekerja dan mengurangi risiko cedera atau ketidaknyamanan yang berkaitan dengan posisi kerja yang tidak baik.

        Posisi tubuh tertentu dapat menyebabkan tekanan berlebih atau regangan pada saraf, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kerusakan atau iritasi saraf. 

Beberapa posisi tubuh yang dapat merusak saraf:

Menyilangkan Kaki: 
Duduk dalam posisi menyilangkan kaki untuk waktu yang lama dapat menyebabkan tekanan pada saraf di daerah panggul dan paha.

Mendekap Lengan di Bawah Kepala Saat Tidur: 
Saat tidur dengan lengan didekapkan di bawah kepala, dapat menyebabkan tekanan pada saraf di lengan dan bahu.

Membungkuk dengan Leher Miring ke Samping:
Membungkuk dengan leher miring ke samping secara berulang dapat memberi tekanan pada saraf di leher.

Posisi Duduk yang Buruk: 
Duduk dengan postur yang buruk, seperti membungkuk atau membungkuk ke depan, dapat menyebabkan tekanan pada saraf di punggung bagian bawah.

Menekan Saraf Pergelangan Tangan: 
Menempatkan berat badan pada saraf di pergelangan tangan, seperti saat menopang kepala dengan tangan yang menekan pergelangan tangan, dapat menyebabkan kerusakan pada saraf.

Posisi Kaki yang Tidak Nyaman Saat Duduk: 
Duduk dengan kaki terlipat di bawah tubuh atau dalam posisi yang tidak nyaman dapat menyebabkan tekanan pada saraf di panggul dan paha.

Memakai Sepatu yang Terlalu Ketat: 
Sepatu yang terlalu ketat atau sempit dapat menekan saraf di kaki dan menyebabkan rasa sakit atau mati rasa.

Menggunakan Bantal yang Terlalu Tinggi: 
Menggunakan bantal yang terlalu tinggi saat tidur dapat menyebabkan regangan pada saraf di leher dan bahu.

Posisi Berlutut yang Terlalu Lama:
Berlutut dalam posisi yang tidak nyaman atau terlalu lama dapat memberi tekanan pada saraf di lutut.
Berlutut terlalu lama memberi tekanan pada saraf di lutut.
(Sumber: foto canva.com)
Mengangkat Beban dengan Postur yang Salah:
Mengangkat beban dengan postur yang salah, terutama menggunakan punggung untuk mengangkat daripada kaki, dapat menyebabkan tekanan pada saraf di punggung.

Mengulak dengan batu : 
Mengulak dengan batu yang tidak rata, terutama jika dilakukan secara berulang-ulang atau dalam jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan tekanan berlebih atau regangan pada saraf, terutama pada daerah tertentu seperti pergelangan tangan, siku, atau bahu.

Memeras pakaian dengan tangan:
Memerasa pakaian secara berlebihan atau dalam jangka waktu yang lama dapat memberikan tekanan berlebih pada saraf, terutama pada daerah tangan dan pergelangan tangan. Meskipun aktivitas ini umumnya tidak menyebabkan kerusakan saraf secara langsung, tekanan berlebih pada saraf bisa menyebabkan ketidaknyamanan atau gangguan sementara dalam fungsi saraf.

Posisi bekerja dengan tengkurap: 
Posisi tengkurap saat bekerja terutama jika dipertahankan dalam jangka waktu yang lama atau dilakukan secara berulang-ulang, dapat menyebabkan tekanan berlebih pada saraf tertentu di tubuh, terutama di daerah punggung, leher, bahu, dan pergelangan tangan. 

Menegakkan Leher Terlalu Tinggi atau Terlalu Rendah: 
Posisi bekerja dengan tengkurap di mana leher ditegakkan terlalu tinggi atau terlalu rendah, terutama jika dipertahankan dalam waktu lama, dapat menyebabkan tekanan pada saraf di daerah leher dan bahu, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau nyeri.

Menggunakan Pergelangan Tangan dalam Posisi yang Tidak Alami:
Posisi bekerja dengan tengkurap di mana pergelangan tangan digunakan dalam posisi yang tidak alami atau tertekuk secara berulang-ulang, seperti saat menekuk pergelangan tangan untuk menopang kepala, dapat menyebabkan tekanan pada saraf di pergelangan tangan, yang dapat menyebabkan sindrom terowongan karpal atau ketidaknyamanan lainnya.

       Lansia yang mengalami sakit saraf karena posisi tubuh yang salah mungkin akan menunjukkan beberapa ciri-ciri atau gejala yang dapat mengindikasikan tekanan atau kerusakan pada saraf. 

Beberapa ciri lansia yang mengalami sakit saraf karena posisi tubuh yang salah dapat meliputi:

Nyeri atau Ketidaknyamanan: 
Lansia mungkin mengeluhkan nyeri atau ketidaknyamanan yang terlokalisasi di daerah tertentu, seperti punggung, leher, bahu, pergelangan tangan, atau pinggul. Nyeri ini dapat bersifat tumpul atau tajam dan bisa menjadi lebih buruk saat berada dalam posisi tertentu atau melakukan gerakan tertentu.

Mati Rasa atau Kesemutan: 
Lansia mungkin mengalami sensasi mati rasa atau kesemutan di daerah tertentu, yang dapat menunjukkan iritasi atau kompresi pada saraf di daerah tersebut.

Kelemahan Otot:
Lansia mungkin mengalami kelemahan otot di daerah yang terkena, yang dapat menjadi gejala dari kerusakan saraf atau kompresi saraf yang signifikan.

Gangguan Sensorik:
Lansia mungkin mengalami gangguan sensorik, seperti perubahan sensasi sentuhan atau sensasi dingin atau panas yang tidak wajar di daerah yang terkena.

Keterbatasan Gerakan: 
Lansia mungkin mengalami keterbatasan gerakan atau kesulitan dalam melakukan gerakan tertentu yang melibatkan daerah yang terkena saraf.

Perubahan Pola Tidur:
Lansia mungkin mengalami kesulitan tidur karena nyeri atau ketidaknyamanan yang dialami saat berbaring dalam posisi tertentu.

Perubahan Fungsi Normal: 
Lansia mungkin mengalami perubahan dalam fungsi normal tubuh, seperti kesulitan dalam menggenggam atau memegang benda, kesulitan dalam berjalan, atau kesulitan dalam menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang melibatkan gerakan tubuh tertentu.

Perubahan Emosi:
Lansia mungkin mengalami perubahan emosi, seperti frustrasi, kecemasan, atau depresi akibat nyeri kronis atau ketidaknyamanan yang dialami.
Perubahan emosi pada lansia ,seperti frustasi dan kecemasan.
(Sumber: foto canva.com)
Perubahan Postur Tubuh:
Lansia mungkin menunjukkan perubahan dalam postur tubuh mereka, seperti membungkuk atau menghindari gerakan tertentu untuk mengurangi nyeri atau ketidaknyamanan.

Reaksi Nyeri saat Ditekan:'
Lansia mungkin menunjukkan reaksi nyeri saat daerah yang terkena saraf ditekan atau ditekan dengan lembut.

        Pengobatan sakit saraf pada lansia yang disebabkan oleh posisi tubuh yang salah tergantung pada penyebabnya dan tingkat keparahan gejalanya.

 Beberapa langkah yang dapat membantu mengobati atau mengurangi sakit saraf pada lansia:

Istirahat dan Pemulihan: 
Memberikan istirahat yang cukup bagi area yang terkena dapat membantu dalam pemulihan. Hindari aktivitas atau posisi tubuh yang memperburuk gejala.

Terapi Fisik: 
Terapi fisik dapat membantu memperkuat otot, meningkatkan fleksibilitas, dan mengurangi tekanan pada saraf yang terkena. Terapis fisik dapat merancang program latihan khusus untuk meningkatkan kondisi fisik dan mengurangi nyeri.

Obat Penghilang Nyeri: 
Dokter mungkin meresepkan obat penghilang nyeri seperti analgesik (misalnya, parasetamol) atau antiinflamasi nonsteroid (NSAID) untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan yang terkait.

Obat-obatan Neuropatik:
Untuk kasus sakit saraf yang lebih parah atau kronis, dokter mungkin meresepkan obat-obatan yang dirancang khusus untuk mengelola nyeri neuropatik, seperti gabapentin atau pregabalin.

Terapi Okupasi: 
Terapis okupasi dapat membantu dalam mengidentifikasi perubahan gaya hidup atau penyesuaian lingkungan yang dapat membantu mengurangi tekanan pada saraf dan meningkatkan kualitas hidup.

Teknik Manajemen Stres: 
Manajemen stres dan relaksasi, seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam, dapat membantu mengurangi ketegangan otot dan meningkatkan kenyamanan.

Penggunaan Alat Bantu: 
Penggunaan alat bantu seperti penyangga lumbal, brace, atau alat penyangga lainnya dapat membantu menjaga postur tubuh yang baik dan mengurangi tekanan pada saraf.

Intervensi Bedah: 
Dalam kasus-kasus yang langka dan parah, seperti tekanan saraf yang berat atau kerusakan saraf yang signifikan, dokter dapat merekomendasikan intervensi bedah untuk mengurangi tekanan atau mengatasi masalah struktural yang mendasarinya.

Perawatan Komplementer:
Beberapa orang juga menemukan manfaat dari perawatan komplementer seperti akupunktur, pijat, atau terapi biofeedback dalam mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kenyamanan.

Berkonsultasi dengan dokter atau profesional medis untuk evaluasi yang tepat dan perencanaan pengobatan yang sesuai dengan kondisi khusus lansia dan penyebab sakit saraf yang mendasarinya. Pengobatan yang tepat dapat membantu mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup lansia yang mengalami sakit saraf.


Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8066049/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8928105/

https://lluh.org/services/neuropathic-therapy-center/blog/5-ways-sitting-killing-your-nerves

https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/posture

https://www.cornerchiropractic.com/5-long-term-complications-of-poor-posture

https://www.webmd.com/pain-management/ss/slideshow-neuropathy


Tanda Vital Saat ke Dokter, Mengapa itu Penting.

        Dokter biasanya memeriksa beberapa tanda vital selama pemeriksaan fisik rutin atau dalam situasi medis tertentu. Tanda-tanda vital adalah ukuran obyektif fungsi fisiologis yang digunakan untuk memantau penyakit akut dan kronis dan dengan demikian berfungsi sebagai alat komunikasi dasar tentang status pasien. 

Tanda vital sangat penting diketahui oleh lansia.
(Sumber: foto paguyuban pensiun 209)

Empat tanda vital tradisional, yaitu: denyut nadi, suhu, tekanan darah, dan laju pernapasan, merupakan pengukuran objektif fungsi vital  dan dengan demikian merupakan komponen mendasar dari pemeriksaan fisik dan pengkajian keperawatan. Fungsi sistem organ yang tidak teratur sebagai akibat dari usia atau patofisiologi terkait usia, ditambah dengan hilangnya mekanisme homeostatis pelindung yang berkaitan dengan usia, menunjukkan bahwa pada pasien yang lebih tua, respons tanda vital tidak hanya menyimpang dari kisaran normal, tetapi juga tetap terbatas pada kisaran tersebut.

Tanda-tanda vital telah berkembang sebagai alat mendasar untuk diagnosis, tingkat keparahan penyakit, dan komunikasi. Pada pasien yang lebih tua, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memvalidasi bahwa tanda-tanda vital benar-benar mewakili fungsi vital.

Berikut tanda vital utama yang sering diperiksa oleh dokter:

Detak Jantung (Nadi):
  • Normal: Biasanya diukur dalam denyut per menit (bpm). Rentang detak jantung normal dewasa adalah sekitar 60-100 bpm.
  • Evaluasi: Dokter akan meraba atau menggunakan stetoskop untuk mendengarkan detak jantung dan menilai irama, kecepatan, dan kekuatan denyut nadi.
Suhu Tubuh:
  • Normal: Tubuh manusia biasanya mempertahankan suhu sekitar 36.5-37.5 derajat Celsius.
  • Evaluasi: Suhu tubuh dapat diukur dengan termometer dan membantu dokter menilai apakah ada tanda-tanda demam atau hipotermia.
Suhu tubuh diukur untuk membantu dokter mengetahui demam.
(Sumber: foto canva.com) 
Tekanan Darah:
  • Normal: Biasanya diukur dalam milimeter air raksa (mmHg). Tekanan darah normal adalah sekitar 120/80 mmHg.
  • Evaluasi: Tekanan darah mencerminkan kekuatan darah yang diterapkan pada dinding pembuluh darah. Evaluasi tekanan darah membantu dokter menilai kesehatan jantung dan sirkulasi darah.
Laju Pernapasan:
  • Normal: Biasanya diukur dalam pernapasan per menit (bpm). Laju pernapasan normal dewasa adalah sekitar 12-20 bpm.
  • Evaluasi: Dokter akan mengamati atau menghitung jumlah pernapasan dalam satu menit untuk menilai fungsi pernapasan dan deteksi masalah seperti kesulitan bernapas.
💬 Tanda vital ini memberikan gambaran umum tentang kesehatan seseorang dan membantu dokter dalam diagnosa dan pengelolaan perawatan. Dalam beberapa kasus, dokter juga dapat memeriksa tanda vital tambahan atau melakukan pemantauan khusus tergantung pada kondisi medis pasien. .

Tanda Vital yang Normal pada Lansia.

Denyut nadi:

Denyut nadi menunjukkan kecepatan detak jantung saat memompa darah melalui arteri. Anda dapat mengukur denyut nadi Anda di rumah dengan salah satu dari dua cara. Salah satu caranya adalah dengan meletakkan jari telunjuk dan jari ketiga di sisi tenggorokan di leher. Cara lainnya adalah dengan meletakkan dua jari yang sama di sepanjang arteri radialis, yang paling dekat dengan ibu jari Anda, di pergelangan tangan Anda. 

Apa pun kasusnya, Anda harus menghitung jumlah detak jantung yang Anda rasakan selama lima belas detik dan mengalikan angka tersebut dengan empat untuk mendapatkan jumlah detak jantung per menit. Jika Anda tidak dapat menemukan denyut nadi Anda secara manual, Anda selalu dapat mencoba monitor denyut nadi ujung jari . 

Denyut Jantung Normal untuk Lansia : 60 hingga 100 detak per menit
Angka yang melebihi atau tidak memenuhi kisaran ini mungkin mengindikasikan adanya masalah pada tubuh. Karena jantung adalah komponen penting dari sistem tubuh manusia, memberikan perhatian khusus pada organ ini sangatlah penting. Seiring bertambahnya usia, detak jantung Anda tetap sama, Namun, detak jantung Anda mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk meningkat saat Anda berolahraga, dan akan membutuhkan waktu lebih lama untuk melambat setelahnya.

Menghitung Denyut nadi Manual, dapat dilakukan dengan cara :

Pilih Tempat Mengukur:
Pilih satu dari dua tempat umum untuk mengukur denyut nadi: arteri radial (pada pergelangan tangan) atau arteri karotis (pada leher). Arteri radial biasanya lebih mudah diakses.

Persiapkan Lingkungan:
Pastikan pasien beristirahat dengan nyaman. Hindari melakukan pengukuran denyut nadi saat pasien baru melakukan aktivitas fisik, karena hal ini dapat memengaruhi hasil.

Posisikan Jari Anda:
Gunakan tiga jari (jari tengah, jari telunjuk, dan jari manis) untuk meraba denyut nadi. Letakkan jari-jari tersebut pada arteri yang dipilih dengan lembut. Pada arteri radial, letakkan jari-jari pada bagian dalam pergelangan tangan, di bawah ibu jari.

Hitung Denyut Nadi:
Hitung denyut nadi selama 60 detik atau selama 15 detik kemudian kalikan dengan empat untuk mendapatkan denyut per menit. Jika Anda menghitung selama 15 detik, pastikan untuk mengalikan jumlah hitungan dengan empat untuk mendapatkan denyut per menit.

Pertimbangkan Rhythm dan Kekuatan:
Selain menghitung frekuensi denyut nadi, perhatikan juga irama dan kekuatan denyut. Rhythm normalnya adalah teratur, dan kekuatan dapat bervariasi dari lemah hingga kuat. Informasi tambahan ini dapat memberikan wawasan lebih lanjut tentang kesehatan jantung.

Catat Hasilnya:
Catat jumlah denyut nadi per menit dan berikan informasi ini kepada profesional kesehatan jika diperlukan.

Denyut nadi yang normal bervariasi tergantung pada faktor seperti usia, tingkat kebugaran fisik, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan. Sebagai contoh, denyut nadi normal dewasa umumnya berada dalam rentang 60-100 denyut per menit. 

Suhu Tubuh.

Suhu yang meningkat dapat menjadi indikasi peradangan atau infeksi sistematis, yang juga disebut demam atau hipertermia. Hipotermia atau suhu tubuh yang lebih rendah dari normal juga diawasi ketat oleh tenaga medis.

Suhu Normal untuk Lansia : 97,8 hingga 99 derajat Fahrenheit (sekitar 36.5-37.5 derajat Celsius)

Semakin sulit bagi tubuh Anda untuk mengontrol suhunya seiring bertambahnya usia. Anda mungkin merasa lebih sulit untuk tetap hangat karena penurunan lemak tubuh. Penuaan juga menurunkan kemampuan tubuh untuk berkeringat, sehingga meningkatkan risiko terkena sengatan panas, karena Anda tidak dapat mengetahui apakah tubuh Anda kepanasan.

Hal baiknya adalah suhu tubuh dapat dengan mudah diukur di rumah dengan sejumlah termometer berbeda. Kami merekomendasikan penggunaan  termometer dahi karena mudah digunakan dan memungkinkan Anda membaca hampir seketika. 

Tekanan darah.

Tekanan darah merupakan tanda vital yang dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi atau hipotensi.  Itu diukur menggunakan monitor tekanan darah elektronik.

Pembacaannya terdiri dari 2 angka: angka tertinggi, tekanan sistolik, adalah ukuran tekanan di dalam arteri saat jantung berkontraksi. Angka yang lebih rendah, tekanan diastolik, adalah pengukuran tekanan saat jantung istirahat. Norma-norma ini tidak boleh didasarkan pada pengujian tunggal tetapi harus dirata-ratakan dalam beberapa kali pengujian.

Hipertensi dianggap jika pengukurannya lebih tinggi dari 140/90 mmHg. Hipotensi adalah pembacaan tekanan darah di bawah 90/60 mmHg.

Tekanan Darah Normal untuk Lansia : 120/80 mmHg atau lebih rendah (Pra-hipertensi: 121 hingga 139 mmHg)

Anda mungkin merasa pusing saat berdiri dengan cepat karena tekanan darah turun secara tiba-tiba, dan risiko tekanan darah tinggi (hipertensi) meningkat seiring bertambahnya usia.

Lansia mencatat setiap pengukuran tensi darah.
(Sumber: foto canva.com)

Laju Pernafasan

Laju pernapasan menunjukkan tingkat oksigen dalam darah. Laju pernafasan memungkinkan dokter untuk mencari indikasi disfungsi pernafasan dan apakah seorang lansia berada dalam keadaan asidosis, yang berarti terdapat terlalu banyak konsentrasi ion hidrogen dalam darah

Karena laju pernapasan lansia dapat mengindikasikan kejadian medis yang serius, hal ini merupakan ukuran kesehatan yang penting. Saat dokter atau perawat mengukur laju pernapasan orang lanjut usia, mereka sering kali mendengarkan suara mengi atau suara abnormal lainnya. Mereka mungkin juga mengamati ketegangan otot di leher atau rasa sakit atau ketidaknyamanan saat bernapas.

Laju Pernapasan Normal Lansia : 12 hingga 18 napas per menit
Tanda vital ini biasanya tidak berubah seiring bertambahnya usia. Namun, fungsi paru-paru, atau seberapa baik Anda bernapas, sedikit menurun seiring bertambahnya usia.

Cara Mengukur Laju Pernapasan:

Persiapan:

  • Pastikan subjek dalam keadaan istirahat atau sedang duduk dengan nyaman.
  • Beri tahu subjek bahwa Anda akan mengukur laju pernapasannya agar mereka tidak merasa terganggu.

Pemantauan Waktu:
Siapkan jam tangan atau stopwatch untuk mengukur waktu dengan tepat.

Hitung Nafas:

  • Amati gerakan dada atau perut subjek selama satu menit penuh.
  • Hitung setiap kali mereka mengambil napas lengkap (inhalasi) atau mengeluarkan napas (ekshalasi).
  • Satu siklus pernapasan mencakup satu inhalasi dan satu ekshalasi.

Rekam Hasil:
Catat jumlah napas yang dihitung selama satu menit.

Hitung Laju Pernapasan:
Kalikan jumlah napas yang dihitung dengan 60 untuk mendapatkan laju pernapasan per menit (bpm).

Contoh perhitungan:

Jika subjek mengambil 16 napas dalam satu menit, laju pernapasannya adalah 16 x 60 = 960 bpm.

Ini adalah metode pengukuran laju pernapasan secara manual. Beberapa perangkat medis dan aplikasi kesehatan mungkin juga dapat membantu mengukur laju pernapasan dengan lebih akurat. Jika Anda memiliki kekhawatiran kesehatan atau membutuhkan informasi lebih lanjut tentang laju pernapasan, sebaiknya konsultasikan dengan profesional kesehatan.

Tanda-tanda vital adalah ukuran obyektif fungsi fisiologis yang digunakan untuk memantau penyakit akut dan kronis dan dengan demikian berfungsi sebagai alat komunikasi dasar tentang status pasien.


Sumber:

https://www.forbes.com/health/wellness/normal-heart-rate-by-age/

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18786875/

https://www.caringseniorservice.com/blog/normal-vital-signs

https://medlineplus.gov/vitalsigns.html

https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1525861010001301