Monday, 29 January 2024

Posisi Tubuh yang Salah, Merusak Saraf

        Ergonomi adalah ilmu interdisipliner yang mempelajari interaksi antara manusia dan elemen-elemen sistem yang ada di sekitarnya. Tujuannya adalah untuk merancang peralatan, tempat kerja, dan tugas-tugas sehingga sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan keterbatasan fisik, mental, dan emosional manusia. Ilmu ergonomi mencakup berbagai disiplin ilmu, termasuk ilmu fisik, psikologi, desain industri, kedokteran, antropologi, dan ilmu lainnya. 

Lansia harus menjaga posisi tubuh yang benar.
(Sumber: foto paguyuban pensiun 209)

Beberapa prinsip ergonomi yang dapat membantu menjaga kesehatan saraf saat bekerja. Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari cara mendesain lingkungan kerja agar sesuai dengan kebutuhan fisik dan mental manusia. 

Beberapa prinsip ergonomi yang dapat membantu menjaga kesehatan saraf saat bekerja:

Postur Tubuh yang Baik: 
Duduk dengan punggung lurus dan bahu rileks, tanpa membungkuk atau menghentak. Pastikan punggung dan leher mendapat dukungan yang cukup dari kursi atau bantal.

Pengaturan Kursi dan Meja yang Baik:
Kursi dan meja harus disesuaikan dengan tinggi yang tepat sehingga siku membentuk sudut 90 derajat saat mengetik atau menulis. Pergelangan tangan harus lurus saat menggunakan keyboard atau mouse.

Penggunaan Alat Bantu yang Ergonomis: 
Gunakan alat bantu seperti keyboard ergonomis, mouse dengan dukungan telapak tangan, atau mousepad dengan gel wrist rest untuk mengurangi tekanan pada saraf di pergelangan tangan.
Gunakan alat yang ergonomis agar tidak cedera pergelangan tangan.
(Sumber: foto canva.com)
Pengaturan Monitor yang Tepat: 
Monitor harus ditempatkan pada tingkat mata dan jarak yang nyaman agar tidak memaksa leher untuk melihat ke bawah atau ke atas secara berlebihan.

Istirahat yang Teratur: 
Berdiri atau bergerak secara teratur untuk memberikan istirahat kepada otot dan saraf yang digunakan secara berulang-ulang dalam posisi yang sama.

Latihan dan Peregangan: 
Lakukan latihan peregangan ringan secara teratur untuk menjaga fleksibilitas otot dan mengurangi ketegangan pada saraf. Peregangan ini harus menargetkan daerah-daerah yang sering digunakan dalam pekerjaan Anda.

Penggunaan Peralatan dan Alat Bantu:
Gunakan alat bantu seperti kursi dengan penyangga lumbal, gelas yang mudah dijangkau, atau penggunaan alat bantu untuk mengangkat barang berat agar tidak memberikan tekanan berlebih pada otot dan saraf.

Pemeliharaan Postur yang Baik saat Berdiri: 
Jika Anda harus berdiri untuk waktu yang lama, pastikan untuk mempertahankan postur yang baik dengan membagi berat tubuh secara merata di kedua kaki dan menjaga punggung lurus.

Pengurangan Faktor Resiko: 
Identifikasi faktor risiko yang dapat menyebabkan tekanan berlebih pada saraf, seperti pengulakan yang salah atau posisi kerja yang tidak nyaman, dan lakukan perubahan yang diperlukan untuk mengurangi risiko tersebut.

Pelatihan dan Edukasi
Berikan pelatihan kepada karyawan tentang praktik kerja yang aman dan ergonomis serta pentingnya menjaga kesehatan saraf saat bekerja.

Dengan memperhatikan prinsip-prinsip ergonomi ini, Anda dapat membantu menjaga kesehatan saraf saat bekerja dan mengurangi risiko cedera atau ketidaknyamanan yang berkaitan dengan posisi kerja yang tidak baik.

        Posisi tubuh tertentu dapat menyebabkan tekanan berlebih atau regangan pada saraf, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kerusakan atau iritasi saraf. 

Beberapa posisi tubuh yang dapat merusak saraf:

Menyilangkan Kaki: 
Duduk dalam posisi menyilangkan kaki untuk waktu yang lama dapat menyebabkan tekanan pada saraf di daerah panggul dan paha.

Mendekap Lengan di Bawah Kepala Saat Tidur: 
Saat tidur dengan lengan didekapkan di bawah kepala, dapat menyebabkan tekanan pada saraf di lengan dan bahu.

Membungkuk dengan Leher Miring ke Samping:
Membungkuk dengan leher miring ke samping secara berulang dapat memberi tekanan pada saraf di leher.

Posisi Duduk yang Buruk: 
Duduk dengan postur yang buruk, seperti membungkuk atau membungkuk ke depan, dapat menyebabkan tekanan pada saraf di punggung bagian bawah.

Menekan Saraf Pergelangan Tangan: 
Menempatkan berat badan pada saraf di pergelangan tangan, seperti saat menopang kepala dengan tangan yang menekan pergelangan tangan, dapat menyebabkan kerusakan pada saraf.

Posisi Kaki yang Tidak Nyaman Saat Duduk: 
Duduk dengan kaki terlipat di bawah tubuh atau dalam posisi yang tidak nyaman dapat menyebabkan tekanan pada saraf di panggul dan paha.

Memakai Sepatu yang Terlalu Ketat: 
Sepatu yang terlalu ketat atau sempit dapat menekan saraf di kaki dan menyebabkan rasa sakit atau mati rasa.

Menggunakan Bantal yang Terlalu Tinggi: 
Menggunakan bantal yang terlalu tinggi saat tidur dapat menyebabkan regangan pada saraf di leher dan bahu.

Posisi Berlutut yang Terlalu Lama:
Berlutut dalam posisi yang tidak nyaman atau terlalu lama dapat memberi tekanan pada saraf di lutut.
Berlutut terlalu lama memberi tekanan pada saraf di lutut.
(Sumber: foto canva.com)
Mengangkat Beban dengan Postur yang Salah:
Mengangkat beban dengan postur yang salah, terutama menggunakan punggung untuk mengangkat daripada kaki, dapat menyebabkan tekanan pada saraf di punggung.

Mengulak dengan batu : 
Mengulak dengan batu yang tidak rata, terutama jika dilakukan secara berulang-ulang atau dalam jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan tekanan berlebih atau regangan pada saraf, terutama pada daerah tertentu seperti pergelangan tangan, siku, atau bahu.

Memeras pakaian dengan tangan:
Memerasa pakaian secara berlebihan atau dalam jangka waktu yang lama dapat memberikan tekanan berlebih pada saraf, terutama pada daerah tangan dan pergelangan tangan. Meskipun aktivitas ini umumnya tidak menyebabkan kerusakan saraf secara langsung, tekanan berlebih pada saraf bisa menyebabkan ketidaknyamanan atau gangguan sementara dalam fungsi saraf.

Posisi bekerja dengan tengkurap: 
Posisi tengkurap saat bekerja terutama jika dipertahankan dalam jangka waktu yang lama atau dilakukan secara berulang-ulang, dapat menyebabkan tekanan berlebih pada saraf tertentu di tubuh, terutama di daerah punggung, leher, bahu, dan pergelangan tangan. 

Menegakkan Leher Terlalu Tinggi atau Terlalu Rendah: 
Posisi bekerja dengan tengkurap di mana leher ditegakkan terlalu tinggi atau terlalu rendah, terutama jika dipertahankan dalam waktu lama, dapat menyebabkan tekanan pada saraf di daerah leher dan bahu, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau nyeri.

Menggunakan Pergelangan Tangan dalam Posisi yang Tidak Alami:
Posisi bekerja dengan tengkurap di mana pergelangan tangan digunakan dalam posisi yang tidak alami atau tertekuk secara berulang-ulang, seperti saat menekuk pergelangan tangan untuk menopang kepala, dapat menyebabkan tekanan pada saraf di pergelangan tangan, yang dapat menyebabkan sindrom terowongan karpal atau ketidaknyamanan lainnya.

       Lansia yang mengalami sakit saraf karena posisi tubuh yang salah mungkin akan menunjukkan beberapa ciri-ciri atau gejala yang dapat mengindikasikan tekanan atau kerusakan pada saraf. 

Beberapa ciri lansia yang mengalami sakit saraf karena posisi tubuh yang salah dapat meliputi:

Nyeri atau Ketidaknyamanan: 
Lansia mungkin mengeluhkan nyeri atau ketidaknyamanan yang terlokalisasi di daerah tertentu, seperti punggung, leher, bahu, pergelangan tangan, atau pinggul. Nyeri ini dapat bersifat tumpul atau tajam dan bisa menjadi lebih buruk saat berada dalam posisi tertentu atau melakukan gerakan tertentu.

Mati Rasa atau Kesemutan: 
Lansia mungkin mengalami sensasi mati rasa atau kesemutan di daerah tertentu, yang dapat menunjukkan iritasi atau kompresi pada saraf di daerah tersebut.

Kelemahan Otot:
Lansia mungkin mengalami kelemahan otot di daerah yang terkena, yang dapat menjadi gejala dari kerusakan saraf atau kompresi saraf yang signifikan.

Gangguan Sensorik:
Lansia mungkin mengalami gangguan sensorik, seperti perubahan sensasi sentuhan atau sensasi dingin atau panas yang tidak wajar di daerah yang terkena.

Keterbatasan Gerakan: 
Lansia mungkin mengalami keterbatasan gerakan atau kesulitan dalam melakukan gerakan tertentu yang melibatkan daerah yang terkena saraf.

Perubahan Pola Tidur:
Lansia mungkin mengalami kesulitan tidur karena nyeri atau ketidaknyamanan yang dialami saat berbaring dalam posisi tertentu.

Perubahan Fungsi Normal: 
Lansia mungkin mengalami perubahan dalam fungsi normal tubuh, seperti kesulitan dalam menggenggam atau memegang benda, kesulitan dalam berjalan, atau kesulitan dalam menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang melibatkan gerakan tubuh tertentu.

Perubahan Emosi:
Lansia mungkin mengalami perubahan emosi, seperti frustrasi, kecemasan, atau depresi akibat nyeri kronis atau ketidaknyamanan yang dialami.
Perubahan emosi pada lansia ,seperti frustasi dan kecemasan.
(Sumber: foto canva.com)
Perubahan Postur Tubuh:
Lansia mungkin menunjukkan perubahan dalam postur tubuh mereka, seperti membungkuk atau menghindari gerakan tertentu untuk mengurangi nyeri atau ketidaknyamanan.

Reaksi Nyeri saat Ditekan:'
Lansia mungkin menunjukkan reaksi nyeri saat daerah yang terkena saraf ditekan atau ditekan dengan lembut.

        Pengobatan sakit saraf pada lansia yang disebabkan oleh posisi tubuh yang salah tergantung pada penyebabnya dan tingkat keparahan gejalanya.

 Beberapa langkah yang dapat membantu mengobati atau mengurangi sakit saraf pada lansia:

Istirahat dan Pemulihan: 
Memberikan istirahat yang cukup bagi area yang terkena dapat membantu dalam pemulihan. Hindari aktivitas atau posisi tubuh yang memperburuk gejala.

Terapi Fisik: 
Terapi fisik dapat membantu memperkuat otot, meningkatkan fleksibilitas, dan mengurangi tekanan pada saraf yang terkena. Terapis fisik dapat merancang program latihan khusus untuk meningkatkan kondisi fisik dan mengurangi nyeri.

Obat Penghilang Nyeri: 
Dokter mungkin meresepkan obat penghilang nyeri seperti analgesik (misalnya, parasetamol) atau antiinflamasi nonsteroid (NSAID) untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan yang terkait.

Obat-obatan Neuropatik:
Untuk kasus sakit saraf yang lebih parah atau kronis, dokter mungkin meresepkan obat-obatan yang dirancang khusus untuk mengelola nyeri neuropatik, seperti gabapentin atau pregabalin.

Terapi Okupasi: 
Terapis okupasi dapat membantu dalam mengidentifikasi perubahan gaya hidup atau penyesuaian lingkungan yang dapat membantu mengurangi tekanan pada saraf dan meningkatkan kualitas hidup.

Teknik Manajemen Stres: 
Manajemen stres dan relaksasi, seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam, dapat membantu mengurangi ketegangan otot dan meningkatkan kenyamanan.

Penggunaan Alat Bantu: 
Penggunaan alat bantu seperti penyangga lumbal, brace, atau alat penyangga lainnya dapat membantu menjaga postur tubuh yang baik dan mengurangi tekanan pada saraf.

Intervensi Bedah: 
Dalam kasus-kasus yang langka dan parah, seperti tekanan saraf yang berat atau kerusakan saraf yang signifikan, dokter dapat merekomendasikan intervensi bedah untuk mengurangi tekanan atau mengatasi masalah struktural yang mendasarinya.

Perawatan Komplementer:
Beberapa orang juga menemukan manfaat dari perawatan komplementer seperti akupunktur, pijat, atau terapi biofeedback dalam mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kenyamanan.

Berkonsultasi dengan dokter atau profesional medis untuk evaluasi yang tepat dan perencanaan pengobatan yang sesuai dengan kondisi khusus lansia dan penyebab sakit saraf yang mendasarinya. Pengobatan yang tepat dapat membantu mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup lansia yang mengalami sakit saraf.


Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8066049/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8928105/

https://lluh.org/services/neuropathic-therapy-center/blog/5-ways-sitting-killing-your-nerves

https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/posture

https://www.cornerchiropractic.com/5-long-term-complications-of-poor-posture

https://www.webmd.com/pain-management/ss/slideshow-neuropathy


No comments:

Post a Comment