Impostor syndrome (Sindrom penipu) merupakan hal yang nyata. Dan, jika Anda pernah mengucapkan atau memikirkan kata-kata, "Saya membodohi semua orang. Saya merasa seperti seorang penipu," Anda sudah mempunyai pengalaman dengan hal tersebut.
Sindrom penipu (juga dikenal sebagai fenomena penipu, sindrom penipuan, persepsi penipuan, atau pengalaman penipu) menggambarkan individu berprestasi tinggi yang, meskipun sukses secara objektif, gagal menginternalisasi pencapaian mereka dan terus-menerus merasa ragu dan takut terungkap sebagai penipu.
Impostor syndrome merupakan hal yang nyata terjadi. (Sumber: foto pens 49 ceria) |
Orang dengan sindrom penipu kesulitan menghubungkan kinerja mereka dengan kompetensi aktual mereka secara akurat (misalnya, mereka menghubungkan kesuksesan dengan faktor eksternal seperti keberuntungan atau menerima bantuan dari orang lain dan mengaitkan kemunduran sebagai bukti ketidakmampuan profesional mereka).
Impostor syndrome atau sindrom penipu adalah kondisi psikologis di mana seseorang, meskipun memiliki prestasi dan kualifikasi yang nyata, merasa seperti mereka tidak pantas atau tidak layak atas kesuksesan atau posisi yang mereka capai.
Orang yang mengalami impostor syndrome cenderung merasa bahwa mereka hanyalah "penipu" atau "palsu" dan bahwa sukses mereka hanyalah hasil dari keberuntungan atau kesalahpahaman orang lain.
Beberapa ciri umum dari orang yang mengalami impostor syndrome meliputi:
Ketidakpercayaan dengan prestasi sendiri. (Sumber: foto canva.com) |
Meremehkan Prestasi Sendiri:
Perasaan Tertekan oleh Standar Tinggi:
Komparasi Diri dengan Orang Lain:
Menyembunyikan Kesulitan:
Impostor syndrome dapat mempengaruhi siapa saja, terlepas dari tingkat prestasi atau keberhasilan yang telah dicapai. Faktor-faktor seperti kecenderungan perfeksionisme, kurangnya dukungan sosial, atau pengalaman trauma masa lalu dapat berperan dalam perkembangan sindrom ini. Penting untuk menyadari adanya impostor syndrome dan bekerja untuk mengatasi perasaan negatif ini dengan bantuan dukungan sosial, pembinaan diri, dan, jika diperlukan, bantuan profesional.
Impostor syndrome pada lansia bisa terjadi dengan karakteristik yang mirip dengan yang dialami oleh orang di berbagai rentang usia.
Beberapa aspek yang mungkin membedakan pengalaman impostor syndrome pada lansia.
Keterbatasan Fisik dan Kognitif:
Pensiun dan Identitas:
Pensiun menjadi pemicu impostor syndrome. (Sumber: foto canva,com) |
Refleksi atas Kehidupan yang Sudah Berlalu:
Ketergantungan pada Orang Lain:
Impostor syndrome dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang memainkan peran dalam pengembangan dan memperkuat pengalaman ini.
Beberapa faktor yang dapat berkontribusi terhadap impostor syndrome:
Kurangnya Dukungan Sosial:
Trauma atau Pengalaman Negatif Masa Lalu:
Pembandingan Sosial yang Berlebihan:
Membandingkan diri dengan orang lain yang dianggap sukses. (sumber: foto canva.com) |
Citra Diri yang Rendah:
Kurangnya Pengakuan atau Umpan Balik Positif:
Budaya Perusahaan atau Lingkungan Kerja:
Pengalaman Diskriminasi atau Prasangka:
Mencegah impostor syndrome pada lansia melibatkan kombinasi upaya individu dan dukungan sosial.
Beberapa langkah yang dapat membantu mencegah atau mengatasi impostor syndrome pada lansia:
- Lansia dapat mengembangkan kesadaran diri yang lebih baik terkait dengan pencapaian, keterampilan, dan nilai mereka.
- Merefleksikan peran dan kontribusi yang telah mereka berikan dalam keluarga, komunitas, dan kehidupan secara keseluruhan.
Peningkatan kesadaran diri atas segala pencapaiannya.. (Sumber : foto canva,com) |
- Mendorong pemikiran positif dan menggantikan pikiran negatif dengan afirmasi positif.
- Menilai pencapaian dan kontribusi mereka secara realistis tanpa meremehkan diri sendiri.
Pengembangan Keterampilan Adaptasi:
- Mengembangkan keterampilan adaptasi untuk mengatasi perubahan yang terkait dengan penuaan, seperti kesehatan yang menurun atau pensiun.
- Menyadari bahwa kemampuan untuk belajar dan beradaptasi dapat tetap ada sepanjang hidup.
Dukungan Sosial:
- Membangun dan memelihara jaringan sosial yang sehat dengan teman, keluarga, dan masyarakat.
- Terlibat dalam kegiatan sosial untuk menghindari isolasi dan merasa kurang berguna.
Menerima Keterbatasan:
- Menerima keterbatasan fisik dan kognitif sebagai bagian dari penuaan normal.
- Fokus pada aspek-aspek positif dan nilai-nilai yang masih dapat mereka kontribusikan.
Pengakuan Diri dan Penghargaan:
- Mengenali prestasi dan kontribusi mereka sendiri.
- Menerima penghargaan dan pengakuan dari orang lain tanpa merasa tidak pantas.
Mengatasi Perfeksionisme:
- Mengurangi tekanan untuk mencapai standar yang tidak realistis.
- Mengakui bahwa tidak ada yang sempurna dan menghargai upaya yang telah dilakukan.
Melibatkan Diri dalam Kegiatan Positif:
- Terlibat dalam kegiatan yang memberikan kepuasan dan meningkatkan perasaan kompetensi.
- Mengejar hobi, minat, atau kegiatan sosial yang memberikan kegembiraan dan rasa prestasi.
Bantuan Profesional:
Jika perasaan impostor syndrome berlanjut atau sangat mempengaruhi kesejahteraan mental, mencari bantuan dari profesional kesehatan mental seperti psikolog atau konselor dapat menjadi pilihan yang baik.
💬Menciptakan lingkungan yang mendukung dan membangun kesadaran diri yang sehat dapat membantu lansia mengatasi atau mencegah impostor syndrome. Dukungan dari keluarga, teman, dan tenaga kesehatan dapat memainkan peran penting dalam membantu mereka menghargai diri sendiri dan merasa bermanfaat dalam tahap-tahap akhir kehidupan mereka.
Impostor syndrome adalah tantangan psikologis, dan pengobatannya melibatkan serangkaian strategi dan pendekatan yang dapat membantu seseorang mengatasi perasaan dan pikiran negatif yang terkait dengan rasa penipuan atau tidak berdaya.
Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengelola dan mengatasi kondisi ini:
- Membangun kesadaran diri tentang perasaan dan pikiran negatif yang muncul terkait dengan impostor syndrome.
- Menyadari bahwa perasaan tersebut mungkin tidak selalu mencerminkan kenyataan dan bisa disesuaikan.
Pembinaan Diri:
- Mendorong pemikiran positif dan mengenali prestasi dan kemampuan pribadi.
- Membangun keyakinan diri dan menggantikan pemikiran negatif dengan afirmasi positif.
Penerimaan Keterbatasan:
- Menerima bahwa tidak ada yang sempurna dan bahwa setiap orang memiliki keterbatasan atau kelemahan.
- Fokus pada pencapaian dan potensi positif, sambil mengakui area di mana perbaikan mungkin diperlukan.
Mengenali Peran Eksternal:
- Mengenali bahwa faktor eksternal seperti keberuntungan, dukungan sosial, atau peluang dapat memengaruhi kesuksesan.
- Mencegah diri dari menyalahkan diri sendiri secara berlebihan.
Pencarian Dukungan Sosial:
- Berbicara dengan teman, keluarga, atau rekan kerja tentang perasaan dan pengalaman yang terkait dengan impostor syndrome.
- Memperoleh dukungan sosial dapat membantu mengurangi isolasi dan meningkatkan rasa nilai diri.
Mengatasi Perfeksionisme:
- Mengurangi tekanan untuk mencapai standar yang sangat tinggi.
- Fokus pada upaya yang memadai dan mencapai tujuan, tanpa menuntut kesempurnaan.
Bantuan Profesional:
- Jika perasaan impostor syndrome berlanjut dan sangat mengganggu kehidupan sehari-hari, mempertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental seperti psikolog atau konselor.
- Terapi kognitif atau terapi perilaku kognitif (CBT) dapat membantu mengubah pola pikir negatif.
Pelatihan Keterampilan Sosial dan Kepemimpinan:
Meningkatkan keterampilan sosial dan kepemimpinan untuk membangun rasa percaya diri dan kenyamanan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Pendidikan dan Pelatihan Lanjutan:
Melanjutkan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri.
Mengatasi impostor syndrome memerlukan waktu, kesabaran, dan dedikasi. Kombinasi berbagai strategi ini dapat membantu seseorang mengubah persepsi diri dan mengembangkan kesejahteraan mental yang lebih baik. Penting untuk diingat bahwa setiap orang bergerak melalui tantangan ini dengan cara yang berbeda, dan jika diperlukan, bantuan profesional dapat memberikan panduan dan dukungan tambahan.
Sumber:
https://www.psycom.net/imposter-syndrome
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7174434/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4048136/
https://www.medicalnewstoday.com/articles/321730
https://www.ynetnews.com/health_science/article/h1fw7g009n
https://academic.oup.com/ajhp/article-abstract/79/6/421/6422615
No comments:
Post a Comment