Gangguan depresi mayor , juga dikenal sebagai depresi klinis , adalah gangguan mental yang ditandai dengan suasana hati yang buruk, harga diri rendah, dan hilangnya minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasanya menyenangkan selama setidaknya dua minggu.
Depresi mayor pada lansia adalah gangguan suasana hati yang serius dan menetap yang memengaruhi orang lanjut usia. Depresi pada lansia tidak hanya merupakan bagian dari proses penuaan alami, tetapi merupakan kondisi medis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka secara signifikan.
Lansia harus mampu mengatasi depresi mayor dengan interaksi sosial. (Sumber: foto Pribadi) |
Beberapa ciri khas depresi mayor pada lansia meliputi:
Perasaan Sedih atau Hampa:
Lansia yang mengalami depresi umumnya merasakan perasaan sedih yang mendalam, kehilangan minat pada aktivitas yang biasanya mereka nikmati, atau merasa hampa.
Perubahan Berat Badan:
Perubahan berat badan bisa menjadi tanda depresi. Beberapa orang mungkin mengalami penurunan berat badan yang signifikan, sedangkan yang lain mungkin mengalami peningkatan berat badan tanpa alasan yang jelas.
Gangguan Tidur:
Perubahan dalam pola tidur, seperti kesulitan tidur atau tidur berlebihan, adalah ciri umum depresi pada lansia.
Kelelahan dan Kurang Energi:
Lansia yang mengalami depresi sering kali merasa lelah secara konstan dan kekurangan energi, bahkan setelah beristirahat.
Gangguan Konsentrasi:
Kesulitan memusatkan perhatian atau membuat keputusan adalah gejala umum depresi, terutama pada lansia.
Perasaan Bersalah atau Pemikiran Kematian:
Perasaan bersalah yang tidak beralasan atau pemikiran tentang kematian dan bunuh diri dapat menjadi gejala depresi yang serius.
Lansia yang depresi mayor memiliki perasaan bersalah yak beralasan. (Sumber: foto canva.com) |
Gejala Fisik Tanpa Penyebab Medis yang Jelas:
Lansia dengan depresi juga dapat mengalami gejala fisik, seperti sakit kepala atau nyeri tubuh, tanpa adanya penyebab medis yang jelas.
💬Depresi pada lansia bukanlah bagian normal dari proses penuaan dan dapat diobati.
Beberapa faktor yang dapat berkontribusi terhadap depresi mayor pada lansia meliputi:
Faktor Biologis:
Perubahan biologis terkait dengan penuaan dapat memainkan peran dalam munculnya depresi pada lansia. Misalnya, penurunan kadar neurotransmitter tertentu, seperti serotonin, dapat berpengaruh pada suasana hati.
Kesehatan Fisik:
Masalah kesehatan fisik, seperti penyakit kronis, nyeri kronis, atau gangguan neurologis, dapat meningkatkan risiko depresi pada lansia. Penyakit yang membatasi aktivitas fisik atau mempengaruhi kualitas hidup juga dapat menjadi pemicu depresi.
Faktor Genetik:
Riwayat keluarga dengan gangguan suasana hati atau depresi dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami depresi, termasuk pada lansia. Faktor genetik dapat memainkan peran dalam rentan seseorang terhadap kondisi ini.
Isolasi Sosial:
Kehilangan teman, keluarga, atau kehidupan sosial yang terbatas dapat meningkatkan risiko depresi pada lansia. Isolasi sosial dapat membuat mereka merasa terasing dan tidak dihargai.
Stres dan Perubahan Hidup:
Peristiwa stres seperti kematian pasangan hidup, pensiun, atau perubahan signifikan dalam hidup dapat menjadi pemicu depresi pada lansia. Proses penyesuaian dengan perubahan-perubahan ini bisa sulit bagi sebagian orang.
Peristiwa stres seperti pensiun dan kematian pasangan memicu depresi. (Sumber: foto canva.com) |
Gangguan Kesehatan Mental Sebelumnya:
Riwayat depresi atau gangguan suasana hati lainnya dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami depresi di kemudian hari, termasuk pada masa lanjut usia.
Efek Samping Obat:
Beberapa obat yang umumnya digunakan oleh lansia untuk mengatasi kondisi medis tertentu dapat memiliki efek samping yang memengaruhi suasana hati dan menyebabkan depresi.
Mencegah depresi mayor pada lansia melibatkan berbagai langkah untuk mempromosikan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial.
Beberapa strategi yang dapat membantu mencegah depresi pada lansia:
Jaga Kesehatan Fisik:
- Adopsi gaya hidup sehat dengan pola makan seimbang dan aktifitas fisik yang teratur.
- Pastikan untuk menjaga kondisi kesehatan secara umum dan mengelola penyakit kronis dengan baik.
Aktivitas Fisik:
Senam ringan, berjalan, atau aktivitas fisik lainnya secara teratur dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi risiko depresi.
Jaga Kesehatan Mental:
- Terlibat dalam aktivitas yang merangsang pikiran, seperti membaca, menulis, atau belajar hal baru.
- Praktikkan teknik relaksasi, meditasi, atau yoga untuk mengurangi stres.
Sosialisasi:
- Pertahankan hubungan sosial yang sehat dengan teman, keluarga, dan komunitas.
- Terlibat dalam kegiatan sosial, klub, atau kelompok tertentu untuk menghindari isolasi.
lansia harus terlibat dalam interaksi dengan komunitas. (Sumber: foto canva.com) |
Hobi dan Kepentingan:
- Pelihara hobi atau aktivitas yang memberikan kegembiraan dan tujuan.
- Ikuti kegiatan yang memberikan rasa pencapaian dan kepuasan.
Pertahankan Kemandirian:
- Berusaha untuk tetap mandiri dan aktif dalam kegiatan sehari-hari sebanyak mungkin.
- Minta bantuan jika diperlukan, tetapi tetap berusaha menjaga kemandirian.
Rutinitas dan Struktur:
- Tetapkan rutinitas harian yang memberikan struktur dan tujuan.
- Hindari rasa kekosongan atau kebingungan dengan memiliki jadwal yang terorganisir.
Pemantauan Kesehatan Mental:
Waspadai tanda-tanda depresi dan segera cari bantuan jika Anda atau seseorang di sekitar Anda mengalami gejala depresi.
Konsultasi dengan Profesional Kesehatan:
- Rutin menjalani pemeriksaan kesehatan dan konsultasi dengan profesional kesehatan untuk memantau kesehatan secara menyeluruh.
- Jika diperlukan, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.
Hindari Penggunaan Zat Adiktif:
Hindari penggunaan alkohol, rokok, atau zat adiktif lainnya, karena dapat memperburuk kondisi mental.
Pengobatan depresi mayor pada lansia dapat melibatkan berbagai pendekatan, termasuk terapi psikologis, pengobatan farmakologis, dan perubahan gaya hidup. Pengobatan terbaik akan bervariasi tergantung pada tingkat keparahan depresi dan kebutuhan individu.
Beberapa pendekatan umum yang dapat digunakan dalam pengobatan depresi mayor pada lansia:
Terapi Psikologis:
- Terapi Kognitif-Perilaku (CBT): Terapi ini membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif serta perilaku yang dapat memperburuk depresi.
- Terapi Interpersonal (IPT): Terapi ini fokus pada perbaikan hubungan interpersonal dan dapat membantu mengatasi konflik hubungan yang dapat memicu atau memperburuk depresi.
Pengobatan Farmakologis:
- Antidepresan: Dokter dapat meresepkan antidepresan untuk membantu mengatasi gejala depresi. Beberapa jenis antidepresan yang umum digunakan termasuk selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI) atau serotonin-norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI).
- Stabilisator Mood atau Antipsikotik: Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat stabilisator mood atau antipsikotik untuk membantu mengatasi gejala depresi.
Elektrokonvulsif (ECT):
ECT adalah prosedur medis yang melibatkan pemberian arus listrik ke otak untuk merangsang aktivitas otak dan mengurangi gejala depresi. Meskipun ECT seringkali terakhir kali digunakan dan dianggap sebagai opsi terakhir, namun dapat efektif dalam kasus-kasus yang sulit diobati.
Partisipasi dalam Kegiatan Fisik:
Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu meningkatkan suasana hati dan mengurangi gejala depresi. Berjalan kaki, berenang, atau berpartisipasi dalam kegiatan fisik lainnya dapat membantu meredakan gejala.
Perubahan Gaya Hidup:
- Menjaga pola tidur yang teratur.
- Menerapkan pola makan seimbang dan nutrisi yang baik.
- Menghindari konsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang.
Dukungan Sosial:
Dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok dukungan dapat membantu mengatasi isolasi sosial dan memberikan dukungan emosional.
Konseling atau Terapi Kelompok:
Terapi kelompok atau konseling dapat memberikan dukungan tambahan dan kesempatan untuk berbagi pengalaman dengan orang lain yang mengalami situasi serupa.
Berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk menilai kondisi dan menentukan rencana pengobatan yang paling sesuai. Dalam beberapa kasus, kombinasi beberapa pendekatan pengobatan mungkin diperlukan untuk mencapai hasil terbaik.
Sumber:
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/depression/symptoms-causes/syc-20356007
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559078/
https://en.wikipedia.org/wiki/Major_depressive_disorder
https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/24481-clinical-depression-major-depressive-disorder
No comments:
Post a Comment