Gangguan kepribadian mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia, tanpa memandang usia. Namun penting untuk memahami perubahan spesifik gangguan kepribadian pada orang lanjut usia, karena penuaan dapat berdampak besar pada kesehatan mental.
Gangguan kepribadian banyak menimpa lansia karena proses penuaan. (Sumber: foto paguyuban pengawas purna) |
Lansia yang memiliki gangguan kepribadian dapat mengalami gangguan kesehatan fisik dan mental yang dapat berujung pada gangguan kepribadian. Misalnya, gangguan kepribadian bisa terjadi karena penurunan kognitif atau perubahan hormon yang berhubungan dengan penuaan.
Gangguan avoidant ditandai dengan perasaan hambatan sosial yang ekstrem, ketidakmampuan, dan kepekaan terhadap kritik dan penolakan negatif. Namun gejalanya tidak hanya sekedar rasa malu atau canggung dalam pergaulan. Gangguan avoidant menyebabkan masalah signifikan yang memengaruhi kemampuan berinteraksi dengan orang lain dan menjaga hubungan dalam kehidupan sehari-hari.
Gangguan avoidant pada lansia dapat disebut sebagai "Avoidant Personality Disorder (APD)" pada tingkat umum. APD adalah gangguan kepribadian yang dicirikan oleh pola perilaku menghindar, perasaan rendah diri, dan ketidakmampuan untuk berinteraksi secara sosial dengan orang lain dengan nyaman.
Istilah "Avoidant Personality Disorder" biasanya lebih terkait dengan gangguan kepribadian yang berkembang pada masa dewasa. Pada lansia, pengalaman atau gejala serupa dapat termanifestasi sebagai bagian dari tantangan kesehatan mental yang mereka hadapi, tetapi mungkin tidak selalu diidentifikasi secara khusus sebagai "Avoidant Personality Disorder."
APD pada lansia tidak selalu diidentifikasi secara khusus. (Sumber: foto canva.com) |
Gangguan avoidant pada lansia adalah kondisi psikologis di mana seseorang dalam kelompok usia lanjut mengalami ketidaknyamanan, kecemasan, atau ketakutan yang berlebihan terhadap interaksi sosial, hubungan interpersonal, atau situasi yang melibatkan kontak dengan orang lain. Orang yang mengalami gangguan avoidant cenderung menghindari situasi-situasi sosial atau mengurangi keterlibatan dalam aktivitas kelompok.
Pada lansia, gangguan avoidant bisa menjadi lebih rumit karena faktor-faktor seperti perasaan kesepian, penurunan fungsi fisik atau kesehatan, kehilangan teman atau pasangan hidup, dan perubahan dalam lingkungan sosial mereka.
Beberapa gejala gangguan avoidant pada lansia mungkin melibatkan:
Menghindari pertemuan sosial atau aktivitas kelompok:
Rasa cemas yang berlebihan terkait dengan evaluasi sosial:
Isolasi diri:
Orang dengan avoidant cenderung isolasi diri karena mengurangi partisipasi. ( Sumber: foto cnava.com) |
Beberapa faktor penyebab yang mungkin berkontribusi terhadap perkembangan gangguan avoidant pada lansia, meliputi:
Keterbatasan Fisik atau Kesehatan:
Kehilangan Signifikan:
Perubahan Lingkungan Sosial:
Gangguan Kesehatan Mental Sebelumnya:
Keterbatasan Keterampilan Sosial:
Faktor Genetik dan Biologis:
Mencegah gangguan avoidant pada lansia melibatkan pendekatan yang holistik terhadap kesejahteraan mental dan sosial mereka.
Beberapa strategi yang dapat membantu dalam mencegah atau mengurangi kemungkinan perkembangan gangguan avoidant pada lansia:
Mempertahankan Koneksi Sosial:
- Dorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan kelompok.
- Ajak lansia untuk terlibat dalam kegiatan komunitas atau klub yang sesuai dengan minat mereka.
- Pertahankan hubungan dengan teman, keluarga, dan tetangga.
Mempertakan koneksi sosial mencegah gangguan avoidant. (Sumber: foto canva.com) |
Dukungan Psikososial:
- Berikan dukungan emosional dan psikososial kepada lansia, terutama dalam menghadapi perubahan hidup atau kehilangan yang signifikan.
- Sediakan ruang untuk berbicara tentang perasaan dan kekhawatiran mereka.
Pemeliharaan Kesehatan Mental:
- Fasilitasi akses lansia ke layanan kesehatan mental jika diperlukan.
- Edukasi tentang pentingnya perawatan diri dan kesehatan mental secara umum.
Aktivitas Fisik dan Kesehatan Tubuh:
- Dorong kegiatan fisik yang sesuai dengan kondisi kesehatan lansia.
- Pastikan pola makan yang seimbang untuk mendukung kesehatan fisik dan mental.
Manajemen Stres:
- Ajarkan teknik relaksasi, meditasi, atau latihan pernapasan untuk membantu mengelola stres.
- Identifikasi faktor-faktor pemicu stres dan temukan strategi untuk mengatasinya.
Promosi Keterampilan Sosial:
- Berikan pelatihan atau dukungan untuk meningkatkan keterampilan sosial lansia.
- Fasilitasi keikutsertaan mereka dalam program-program pembelajaran atau kegiatan sosial.
Mendorong Kemandirian:
- Dukung lansia untuk tetap mandiri sebanyak mungkin.
- Berikan dukungan dalam mengatasi tantangan fisik atau kesehatan yang mungkin mereka alami.
Keterlibatan Dalam Masyarakat:
- Dorong partisipasi dalam kegiatan masyarakat dan kegiatan sukarela.
- Fasilitasi keterlibatan mereka dalam proyek-proyek atau inisiatif yang dapat meningkatkan rasa kepemilikan dan makna hidup.
Pantau Perubahan Perilaku:
- Perhatikan perubahan dalam perilaku atau mood yang mungkin menjadi tanda-tanda awal gangguan avoidant.
- Lakukan evaluasi kesehatan mental secara berkala.
Pengobatan gangguan avoidant pada lansia biasanya melibatkan pendekatan yang holistik dan dapat melibatkan kombinasi terapi psikologis, dukungan sosial, dan dalam beberapa kasus, penggunaan obat-obatan.
Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengobati gangguan avoidant pada lansia:
Terapi Kognitif-Perilaku (CBT):
- Terapi ini dapat membantu lansia mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif serta perilaku menghindar.
- Fokusnya pada pemahaman diri, pengelolaan stres, dan pengembangan keterampilan sosial.
Terapi Dukungan Sosial:
Memfasilitasi koneksi sosial dan dukungan dari teman, keluarga, atau kelompok dukungan dapat membantu mengurangi isolasi dan meningkatkan kesejahteraan emosional.
Terapi Kelompok:
- Terapi kelompok dapat memberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman dengan orang lain yang mengalami tantangan serupa.
- Mendorong interaksi sosial dan membangun keterampilan sosial melalui situasi yang terkendali.
Latihan Pemaparan Sosial:
- Terapis dapat menggunakan teknik pemaparan untuk membantu lansia menghadapi dan mengatasi ketakutan atau kecemasan sosial secara bertahap.
- Pendekatan ini membantu melatih individu untuk menghadapi situasi yang mereka hindari.
Dukungan Medikasi:
- Dalam beberapa kasus, dokter dapat meresepkan obat anti-kecemasan atau antidepresan untuk membantu mengatasi gejala gangguan avoidant.
- Penggunaan obat-obatan harus diawasi secara ketat oleh profesional kesehatan.
Pendidikan dan Keterlibatan Keluarga:
- Mengedukasi keluarga dan teman-teman tentang gangguan avoidant dapat membantu mereka memberikan dukungan yang lebih baik.
- Mendorong partisipasi keluarga dalam proses penyembuhan.
Promosi Kesehatan Mental Umum:
Menggalakkan gaya hidup sehat termasuk olahraga, pola makan seimbang, dan cukup istirahat dapat mendukung kesehatan mental secara keseluruhan.
Intervensi Sosial dan Komunitas:
Melibatkan lansia dalam kegiatan sosial dan komunitas dapat membantu mereka merasa lebih terhubung dan dihargai.
Setiap individu memiliki kebutuhan dan respons yang unik terhadap terapi. Pengobatan terbaik dapat ditentukan melalui kerjasama antara lansia, keluarga, dan tim perawatan kesehatan. Konsultasikan dengan profesional kesehatan mental untuk menilai kebutuhan individu dan merancang rencana pengobatan yang sesuai.
Sumber:
https://www.healthdirect.gov.au/avoidant-personality-disorder
https://www.webmd.com/mental-health/avoidant-personality-disorders
https://www.psycom.net/avoidant-personality-disorder/avpd-diagnosis
https://www.forbes.com/health/mind/avoidant-personality-disorder/
https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fpsyg.2023.1248617
No comments:
Post a Comment