Wednesday, 7 February 2024

Dizziness, Banyak Lansia Mengalami Pusing.

        Prevalensi vertigo dan pusing pada orang berusia lebih dari 60 tahun mencapai 30%, dan akibat penuaan penduduk dunia, jumlah penderitanya meningkat pesat. Adanya rasa pusing pada lansia merupakan prediktor kuat terjadinya jatuh, yang merupakan penyebab utama kematian karena kecelakaan pada orang berusia di atas 65 tahun.

Istilah pusing dan vertigo mencakup berbagai gejala mengenai gangguan orientasi spasial dan persepsi gerak, seperti ilusi gerak berputar (vertigo putar klasik) atau perasaan tidak stabil, yang secara obyektif dapat mempengaruhi kemampuan mencapai pandangan, postur tubuh yang stabil, dan gaya berjalan. 

Prevalensi vertigo dan pusing mencapai 30% pada lansia.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Banyak orang lanjut usia mengalami pusing. Pusing dapat menyebabkan masalah keseimbangan, terjatuh, kecelakaan, depresi, atau kecemasan, dan kualitas hidup yang buruk. Pusing juga bisa menjadi tanda kondisi kesehatan lain yang memerlukan evaluasi dan pengobatan cepat.

Pusing atau rasa pusing pada lansia sering kali didefinisikan sebagai sensasi perasaan tidak seimbang, pusing berputar, atau perasaan lemah yang menyebabkan ketidaknyamanan atau ketidakstabilan. Ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk gangguan keseimbangan, masalah pada sistem vestibular (bagian telinga dalam yang mengatur keseimbangan), tekanan darah rendah, masalah penglihatan, obat-obatan, atau kondisi medis lainnya.

Dalam konteks lansia, pusing sering kali menjadi masalah yang lebih umum karena penurunan keseimbangan dan koordinasi motorik yang terkait dengan proses penuaan, serta peningkatan risiko kondisi medis tertentu yang dapat menyebabkan pusing.

Beberapa ciri umum dari pusing pada lansia termasuk:

Rasa tidak seimbang: 
Lansia mungkin merasa seperti mereka tidak dapat menjaga keseimbangan dengan baik atau merasa tidak stabil saat berdiri atau berjalan.

Sensasi berputar: 
Beberapa lansia mungkin mengalami sensasi berputar atau pusing yang intens, terutama saat berubah posisi dari berbaring ke berdiri.

Ketidakstabilan saat berjalan:
Lansia mungkin mengalami kesulitan dalam berjalan atau koordinasi motorik yang buruk, yang dapat meningkatkan risiko jatuh.

Kesulitan berkonsentrasi: 
Pusing dapat menyebabkan kesulitan untuk berkonsentrasi atau memusatkan perhatian pada tugas tertentu.

Mual atau muntah: 
Beberapa lansia mungkin mengalami gejala tambahan seperti mual atau muntah bersamaan dengan rasa pusing.

Ciri umum dari pusing antara lain mual pada lansia.
(Sumber: foto canva.com)

Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari: 
Pusing yang kronis atau parah pada lansia dapat mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berjalan, memasak, atau melakukan kegiatan rumah tangga lainnya.

Penurunan kualitas hidup: 
Pusing yang berulang atau kronis dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup karena membatasi kemampuan lansia untuk melakukan aktivitas sosial, hobi, atau perjalanan.

💬Gejala pusing pada lansia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk gangguan keseimbangan, masalah pada sistem vestibular, tekanan darah rendah, obat-obatan, atau kondisi medis lainnya.  

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan pusing pada lansia :

Penyakit Tertentu:
 
Lansia sering kali memiliki kondisi kesehatan tertentu seperti penyakit jantung, tekanan darah rendah, penyakit Parkinson, diabetes, gangguan vestibular (seperti vertigo), dan gangguan sirkulasi yang dapat menyebabkan pusing.

Efek Samping Obat:
Lansia seringkali mengonsumsi berbagai jenis obat untuk mengelola kondisi kesehatan mereka. Beberapa obat, terutama yang memengaruhi tekanan darah atau memiliki efek samping neurologis, dapat menyebabkan pusing sebagai efek samping.

Gangguan Vestibular: 
Gangguan pada sistem vestibular di telinga dalam, yang mengatur keseimbangan, seperti labirinitis, benign paroxysmal positional vertigo (BPPV), atau neuritis vestibular, dapat menyebabkan pusing pada lansia.

Penurunan Keseimbangan dan Koordinasi: 
Proses penuaan dapat menyebabkan penurunan keseimbangan dan koordinasi motorik, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko pusing pada lansia.

Dehidrasi: 
Lansia cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk dehidrasi, terutama jika mereka tidak minum cukup cairan atau memiliki kondisi medis tertentu yang meningkatkan risiko dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan pusing.

Lansia yang dehidrasi dapat menyebabkan pusing.
(Sumber: foto canva.com)
Hipotensi Ortostatik:
Hipotensi ortostatik adalah kondisi di mana tekanan darah secara signifikan menurun ketika seseorang berdiri dari posisi duduk atau berbaring, yang dapat menyebabkan pusing atau pingsan pada lansia.

Masalah Penglihatan: 
Masalah penglihatan seperti rabun jauh atau rabun dekat yang tidak terkoreksi dengan baik dapat menyebabkan kesulitan dalam menilai jarak dan ruang, yang pada gilirannya dapat menyebabkan pusing.

Anemia: 
Anemia, terutama anemia defisiensi besi, adalah kondisi di mana tubuh tidak memiliki jumlah sel darah merah yang cukup untuk mengangkut oksigen ke jaringan tubuh, dan dapat menyebabkan pusing pada lansia.

       Mencegah pusing pada lansia melibatkan serangkaian langkah-langkah yang dapat membantu menjaga kesehatan umum dan mengelola kondisi kesehatan yang mungkin menyebabkan pusing.

Beberapa langkah yang dapat membantu mencegah pusing pada lansia:

Perawatan Medis Rutin:
Rutin mengunjungi dokter untuk pemeriksaan kesehatan secara berkala dapat membantu mendeteksi dan mengelola kondisi kesehatan yang mungkin menjadi penyebab pusing, seperti tekanan darah rendah, penyakit jantung, atau masalah penglihatan.

Konsumsi Cairan yang Cukup: 
Pastikan lansia mengonsumsi cukup cairan setiap hari untuk mencegah dehidrasi, yang dapat menyebabkan pusing. Minumlah air secara teratur dan hindari minuman yang dapat menyebabkan dehidrasi, seperti alkohol dan minuman berkafein dalam jumlah yang berlebihan.

Pola Makan Sehat:
Mendorong pola makan sehat yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan protein rendah lemak dapat membantu menjaga kesehatan umum dan mencegah kondisi seperti anemia yang dapat menyebabkan pusing.

Olahraga Teratur: 
Melakukan olahraga secara teratur dapat membantu meningkatkan keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan otot, yang dapat membantu mencegah pusing akibat penurunan keseimbangan dan koordinasi.

Hindari Perubahan Posisi Mendadak:
Lansia harus berhati-hati ketika berubah posisi dari berbaring atau duduk menjadi berdiri, karena ini dapat menyebabkan hipotensi ortostatik, yang dapat menyebabkan pusing. Bangkitlah perlahan-lahan dan beristirahat sejenak sebelum berdiri.

Perhatikan Efek Samping Obat: 
Jika lansia sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu yang memiliki efek samping pusing, konsultasikan dengan dokter atau profesional kesehatan untuk memeriksa apakah ada opsi pengganti atau penyesuaian dosis yang lebih cocok.

Pengelolaan Stres:
Mengelola stres dengan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam dapat membantu mencegah pusing yang terkait dengan stres atau kecemasan.

Pemeliharaan Keseimbangan: 
Melakukan latihan keseimbangan secara teratur, seperti latihan koordinasi dan keseimbangan, dapat membantu mencegah pusing akibat penurunan keseimbangan.

Perhatikan Kesehatan Telinga: 
Perawatan telinga yang baik, termasuk menghindari terlalu sering membersihkan telinga dengan benda keras dan mengunjungi profesional kesehatan jika ada gejala masalah pendengaran atau keseimbangan, dapat membantu mencegah pusing yang terkait dengan gangguan vestibular.

Perawatan telinga membantu mencegah gangguan vestibular.
(Sumber: foto canva.com)

       Menyembuhkan pusing pada lansia melibatkan pendekatan yang berfokus pada mengidentifikasi dan mengelola penyebab yang mendasarinya. Karena pusing pada lansia bisa disebabkan oleh berbagai kondisi dan faktor, pendekatan perawatan harus disesuaikan dengan kondisi spesifik individu tersebut.

Beberapa langkah yang dapat membantu menyembuhkan atau mengurangi pusing pada lansia:

Evaluasi Medis:
Konsultasikan dengan profesional kesehatan untuk evaluasi menyeluruh guna mengidentifikasi penyebab pusing. Ini mungkin melibatkan pemeriksaan fisik, tes laboratorium, dan tes diagnostik lainnya.

Pengelolaan Kondisi Kesehatan:
Jika pusing disebabkan oleh kondisi medis tertentu seperti tekanan darah rendah, diabetes, penyakit jantung, atau gangguan vestibular, penting untuk mengelola kondisi kesehatan tersebut dengan obat-obatan dan tindakan lain yang diresepkan oleh dokter.'

Penyesuaian Obat: 
Jika pusing disebabkan oleh efek samping obat-obatan, dokter dapat merekomendasikan penyesuaian dosis, penggantian obat, atau penghentian obat tertentu jika memungkinkan.

Terapi Fisik: 
Terapis fisik dapat merancang program latihan khusus untuk membantu meningkatkan keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan otot, yang dapat membantu mengurangi pusing pada lansia.

Terapi Vestibular: 
Untuk pusing yang disebabkan oleh gangguan vestibular seperti benign paroxysmal positional vertigo (BPPV), terapi gerakan vestibular atau manuver Epley mungkin direkomendasikan oleh dokter atau ahli terapi fisik untuk membantu mengatasi gejala.

Perawatan Keseimbangan: 
Jika pusing disebabkan oleh penurunan keseimbangan, latihan keseimbangan reguler dan penggunaan alat bantu seperti tongkat atau walker dapat membantu mencegah jatuh dan mengurangi risiko pusing.

Manajemen Stres dan Kecemasan:
Jika pusing terkait dengan stres atau kecemasan, teknik manajemen stres seperti meditasi, yoga, atau konseling psikologis dapat membantu mengurangi gejala.

Perubahan Gaya Hidup:
Menerapkan perubahan gaya hidup sehat seperti mengonsumsi makanan sehat, menghindari alkohol dan merokok, dan menjaga hidrasi yang cukup dapat membantu mengurangi risiko pusing.

Penggunaan Alat Bantu: 
Untuk pusing yang parah atau kronis, dokter dapat merekomendasikan penggunaan alat bantu seperti kacamata keseimbangan atau perangkat penyangga telinga untuk membantu mengurangi gejala.

Setiap individu mungkin memiliki penyebab yang berbeda untuk pusing, dan pendekatan perawatan yang tepat akan bergantung pada evaluasi medis yang teliti dan konsultasi dengan profesional kesehatan. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan lainnya untuk saran dan perawatan yang sesuai.




Sumber:

https://www.frontiersin.org/journals/neurology/articles/10.3389/fneur.2015.00144/full

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4306472/

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27450383/

https://www.nationaldizzyandbalancecenter.com/causes-of-dizziness-in-seniors/

https://www.bangkokinternationalhospital.com/health-articles/disease-treatment/dizziness-in-the-elderly

https://www.webmd.com/healthy-aging/what-to-know-about-dizziness-in-older-adults





Rumah Aman untuk Lansia, Renovasi atau Membeli Rumah Baru.

       Mereka yang berusia lebih tua terkadang menghadapi tantangan berbeda ketika ingin tetap mandiri. Hal ini dapat berkisar dari masalah mobilitas, masalah medis, kesepian hingga hal-hal sederhana seperti memberi makan hewan peliharaan. Diurutan teratas tentu saja adalah keamanan rumah, karena jika rumah tidak aman, akan lebih sulit bagi Anda untuk tetap mandiri di masa depan.

Dengan semakin banyaknya lansia yang memilih untuk menua di rumah, penting bagi keluarga untuk mempertimbangkan tindakan pencegahan untuk membantu memastikan bahwa rumah orang yang mereka cintai tetap aman. 

Banyak lansia menua di rumah, perlu tindakan agar rumah aman untuk lansia.
(SumberL foto pens 49 ceria)

Membuat daftar periksa keselamatan dari ruangan ke ruangan dapat mengurangi risiko jatuh dan mencegah cedera. Melakukan upaya sadar untuk mengikuti langkah-langkah keselamatan, dikombinasikan dengan layanan suportif, dapat membantu lansia menua lebih lama.

Rumah aman untuk lansia adalah suatu lingkungan atau tempat tinggal yang dirancang dan disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan khusus orang lanjut usia. Pengertian ini mencakup berbagai aspek, termasuk keamanan fisik, kenyamanan, aksesibilitas, dan dukungan sosial. 

Beberapa karakteristik yang mungkin dimiliki oleh rumah aman untuk lansia:

Keamanan Fisik:

  • Pemasangan pegangan atau handrail di area-area yang memerlukan bantuan tambahan, seperti kamar mandi atau tangga.
  • Pemasangan lampu yang cukup terang di area-area yang sering digunakan oleh lansia untuk mencegah kecelakaan akibat ketidakmampuan melihat dengan jelas.

Lansia merasa aman karena kelengkapan handrail dan penerangan.
(Sumber: canva.com)
Aksesibilitas:

  • Rancangan interior yang ramah lansia, dengan sedikit atau tanpa rintangan fisik, seperti tangga yang curam atau pintu yang sulit dibuka.
  • Lantai yang tidak licin untuk mencegah jatuh.

Kenyamanan:

  • Penyediaan furnitur yang nyaman dan mudah diakses.
  • Sistem pemanasan dan pendinginan yang efisien dan dapat diatur sesuai kebutuhan pribadi.

Dukungan Sosial:

  • Ketersediaan ruang bersosialisasi yang nyaman untuk pertemuan dengan teman, keluarga, atau anggota komunitas.
  • Komunikasi yang baik dengan lingkungan sekitar dan jaringan sosial yang kuat.

Pelayanan Kesehatan:

  • Akses yang mudah ke fasilitas kesehatan dan layanan medis.
  • Penyediaan ruang atau fasilitas untuk perawatan kesehatan yang mungkin dibutuhkan, seperti ruang khusus untuk perawatan atau penyimpanan obat-obatan.

Teknologi Pintar:

  • Pemanfaatan teknologi pintar, seperti sensor keamanan, pemberitahuan otomatis, atau perangkat pintar lainnya yang dapat membantu memantau dan meningkatkan keamanan lansia di rumah.

💬 Setiap lansia memiliki kebutuhan yang berbeda, dan rumah aman dapat diadaptasi sesuai dengan kebutuhan individu. Desain rumah yang memperhatikan aspek-aspek tersebut dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian lansia di lingkungan rumah mereka.

Beberapa Kiat Keselamatan dan Meminimalkan Kemungkinan Jatuh Lansia:

Hilangkan bahaya tersandung. 
Permadani, kabel listrik, meja rendah, dan sandaran semuanya berisiko. Pasang lantai anti selip, dan tutupi semua kabel dan kawat.

Pasang lantai anti slip agar lansia tidak terpeleset.
(Sumber: foto canva.com)

Pasang pegangan kamar mandi. 
Batang pegangan dapat dibeli di toko perangkat keras dan dipasang oleh pekerja mandiri, tukang ledeng, atau spesialis keselamatan rumah.

Sediakan tempat duduk yang mudah. 
Bangku dapur dan pancuran memudahkan lansia dalam melakukan  aktivitas sehari-hari , seperti memasak dan mandi.

Periksa ambang batas.
lantai yang ditinggikan di antara ruangan dapat menimbulkan bahaya tersandung. Tanyakan kepada pakar keselamatan tentang perataan ambang batas atau penambahan jalur landai atau pegangan tangan dalam ruangan.

Ruang luar ruangan. 
Periksa jalan masuk apakah ada retakan dan pastikan ada jalur yang jelas ke kotak surat. Hilangkan bahaya tersandung di halaman seperti batu dan akar.

Beberapa tip yang bermanfaat untuk rumah aman lansia:
 
Furniture :
  • Pastikan furnitur berat diamankan dengan aman untuk menghindari terjungkal .
  • Pertimbangkan untuk memindahkan atau memindahkan meja atau furnitur di tingkat rendah untuk mencegah tersandung
  • Simpan stasiun pengisian daya di sebelah area duduk untuk memudahkan akses ke perangkat
  • Jika menggunakan permadani, pastikan permadani terpasang di lantai dan ujung-ujungnya tidak tersangkut di bawah kaki atau alat bantu berjalan.
  • Waspadai hewan peliharaan Anda, seperti: kucing atau anjing.
Rumah berlantai 2:
  • Tambahkan penutup tapak anti selip ke anak tangga
  • Gunakan pencahayaan deteksi gerakan untuk menerangi aula dan tangga
  • Pasang pegangan tangan di seluruh aula dan menaiki tangga
  • Pertimbangkan memasang lift tangga (jika diperlukan)
  • Pindahkan kabel yang melintasi area dengan lalu lintas tinggi untuk mencegah tersandung
  • Jika ada ambang batas atau lantai yang tidak rata, gunakan selotip berwarna terang untuk menandai bahayanya
Tambahkan penutup tapak anti slip pada anak tangga.
(Sumber: foto canva.com)

Dapur:
  • Rawat detektor asap dan karbon monoksida sesuai instruksi pabrik
  • Periksa peralatan apakah ada kabel yang rusak dan pastikan semuanya berfungsi dengan baik
  • Jaga agar nomor telepon pengendalian racun dapat diakses
  • Kenakan pakaian yang sesuai saat memasak (lengan pendek dan bahan tahan api)
  • Belilah sarung tangan pelindung anti potong dan talenan karet
Kamar Mandi:
  • Pasang pegangan di dekat toilet dan di area pancuran atau bak mandi
  • Tambahkan pegangan ke dasar bak mandi atau pancuran
  • Masukkan kursi atau bangku mandi
  • Ganti toilet yang rendah dengan yang lebih tinggi, atau tambahkan dudukan toilet yang ditinggikan
  • Kencangkan keset kamar mandi atau permadani anti selip ke lantai
  • Pasang keran yang tahan lama dan mudah digunakan (pertimbangkan untuk menggunakan keran dengan satu pegangan)
Kamar Tidur:
  • Pastikan tempat tidur mudah untuk masuk dan keluar (simpan bangku kecil di dekat tempat tidur untuk akses ke tempat tidur)
  • Jaga agar ruangan bebas dari kekacauan untuk tidur yang lebih nyenyak
  • Isi daya perangkat yang diperlukan untuk memantau tidur dan kesehatan sebelum tidur
  • Simpan telepon di dekat Anda jika terjadi keadaan darurat di malam hari
  • Pertimbangkan untuk membeli tempat tidur yang dapat disesuaikan untuk meningkatkan kenyamanan tidur (jika diperlukan)
Beberapa Kiat Perubahan yang dapat dikerjakan Sendiri dengan Biaya Rendah:

• Tambahkan strip bertekstur dan anti selip pada bak mandi dan pancuran.
• Oleskan wax anti selip pada lantai.
• Tempatkan tempat duduk atau kursi kedap air di kamar mandi.
• Pasang tapak anti selip pada anak tangga.
• Lepaskan karpet.
• Lepaskan roda pada kursi.
• Ganti kenop pintu standar dengan gagang tuas.
• Ganti toilet dengan toilet yang lebih tinggi atau berprofil tinggi.
• Gunakan keset kamar mandi dengan sandaran karet.

Bila rumah yang Anda tempati adalah rumah yang dibangun saat usia masih muda tentu disain sesuai dengan kondisi waktu dulu. Sekarang dengan rumah yang sama, saat usia Anda lanjut usia tentu memerlukan modifikasi yang sesuai agar menjadi rumah aman dan ramah untuk orang lanjut usia, atau beli rumah baru yang sesuai dengan kebutuhan lansia.



Sumber:








Tuesday, 6 February 2024

Myasthenia Gravis, Kelemahan Otot Wajah,Mata dan Leher.

        Myasthenia gravis (MG) adalah kelainan autoimun kronis di mana antibodi merusak komunikasi antara saraf dan otot, sehingga mengakibatkan kelemahan otot rangka . Myasthenia gravis mempengaruhi otot-otot sadar tubuh, terutama yang mengendalikan mata, mulut, tenggorokan dan anggota badan. 

MG mempengaruhi otot-otot sadar tubuh.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

MG adalah penyakit autoimun yang memengaruhi sistem saraf dan menyebabkan kelemahan otot. Pada Myasthenia gravis, sistem kekebalan tubuh menyerang reseptor acetylcholine di persimpangan neuromuskular, yang merupakan area di mana saraf bertemu dengan otot. Reseptor acetylcholine ini penting untuk transmisi sinyal saraf ke otot, dan serangan sistem kekebalan tubuh menyebabkan gangguan dalam komunikasi ini.

Gejala utama Myasthenia gravis adalah kelemahan otot yang dapat bertambah parah setelah aktivitas fisik dan membaik setelah istirahat. Kelemahan ini dapat mempengaruhi otot-otot yang digunakan untuk mengendalikan gerakan tubuh, termasuk otot-otot yang mengendalikan bicara, menelan, dan bergerak.

Myasthenia gravis dapat mempengaruhi berbagai bagian tubuh dan dapat memiliki gejala yang bervariasi antar individu.

Beberapa gejala umum  MG meliputi:

  • Kelemahan otot, khususnya pada otot wajah, mata, dan leher.
  • Kesulitan berbicara dan menelan.
  • Kelopak mata yang terasa berat atau turun.
  • Mata lelah atau ganda.

Myasthenia gravis bersifat kronis dan memerlukan manajemen jangka panjang. Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini, dengan pengelolaan yang tepat, banyak orang dengan Myasthenia gravis dapat menjalani kehidupan yang produktif. Penting untuk berdiskusi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan perencanaan pengobatan yang sesuai.

Penyebab pasti Myasthenia gravis belum sepenuhnya dipahami, tetapi diketahui bahwa kondisi ini terkait dengan gangguan sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh seharusnya melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme dan benda asing, tetapi pada Myasthenia gravis, sistem ini salah mengidentifikasi reseptor acetylcholine di persimpangan neuromuskular sebagai ancaman dan menyerangnya.

Beberapa hal yang mungkin berperan dalam timbulnya  MG, meliputi:

Faktor Genetik: 
Ada indikasi bahwa faktor genetik mungkin memainkan peran dalam kecenderungan seseorang untuk mengembangkan Myasthenia gravis. Meskipun bukan penyakit yang diwariskan secara langsung, terdapat hubungan keluarga dalam beberapa kasus.

Thymus Gland: 
Thymus atau kelenjar timus, yang berperan dalam perkembangan sistem kekebalan tubuh, dapat terlibat dalam Myasthenia gravis. Pada sejumlah kasus, timoma (tumor pada timus) dapat ditemukan pada penderita Myasthenia gravis, meskipun tidak semua orang dengan penyakit ini memiliki timoma.

Faktor Lingkungan: 
Beberapa faktor lingkungan juga telah dikaitkan dengan Myasthenia gravis, termasuk infeksi virus atau bakteri tertentu. Namun, hubungan ini masih belum sepenuhnya dipahami.

Kelainan Autoimun:
Myasthenia gravis dianggap sebagai penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang komponen-komponen normal tubuh. Pemahaman tentang mekanisme autoimun yang menyebabkan Myasthenia gravis terus berkembang.

       Saat ini tidak ada cara khusus untuk mencegah Myasthenia gravis karena penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami. Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, termasuk lansia, dan terkait dengan faktor-faktor genetik, lingkungan, dan imunologis yang kompleks. Oleh karena itu, pencegahan secara spesifik untuk Myasthenia gravis tidak dapat dilakukan.

Beberapa langkah umum yang dapat membantu menjaga kesehatan dan kesejahteraan lansia secara umum, serta mendukung sistem kekebalan tubuh:

Gaya Hidup Sehat:
 
Menjaga gaya hidup yang sehat dapat membantu mendukung sistem kekebalan tubuh. Ini termasuk makanan seimbang, olahraga teratur, dan tidur yang cukup.

Gaya hidup sehat mendukung sistem kekebalan tubuh.
(Sumber: foto canva.com)

Hindari Paparan Zat Berbahaya:
Upaya untuk menghindari paparan zat-zat berbahaya di lingkungan sehari-hari dapat membantu melindungi sistem kekebalan tubuh. Ini bisa mencakup mengurangi kontak dengan zat kimia berbahaya dan mengelola paparan terhadap polusi udara.

Vaksinasi: 
Memastikan bahwa lansia menerima vaksinasi yang sesuai dapat membantu melindungi mereka dari infeksi tertentu yang dapat memicu atau memperburuk kondisi kesehatan.

Konsultasi dengan Profesional Medis: 
Penting untuk menjalani pemeriksaan kesehatan secara teratur dan berkonsultasi dengan dokter untuk memantau kondisi kesehatan secara keseluruhan. Pemeriksaan rutin dapat membantu mendeteksi masalah kesehatan lebih awal dan mengambil langkah-langkah preventif jika diperlukan.

Meskipun tidak mungkin mencegah Myasthenia gravis secara langsung, dengan menjaga kesehatan secara umum, lansia dapat meningkatkan kualitas hidup mereka dan mengurangi risiko beberapa masalah kesehatan. 

       Pengobatan Myasthenia gravis pada lansia melibatkan manajemen gejala dan penanganan kondisi secara umum. Terapi yang diberikan dapat disesuaikan dengan tingkat keparahan dan jenis gejala yang dialami oleh penderita. 

Beberapa opsi pengobatan yang dapat digunakan dalam penanganan Myasthenia gravis pada lansia:

Obat-obatan:
Inhibitor Asetilkolinesterase: Obat-obatan seperti pyridostigmine dapat digunakan untuk meningkatkan ketersediaan asetilkolin di persimpangan neuromuskular, membantu meningkatkan kontraksi otot.
Immunosupresan: Obat-obatan seperti prednisone atau azathioprine dapat digunakan untuk mengendalikan respons sistem kekebalan tubuh dan mengurangi serangan autoimun pada reseptor asetilkolin.

Terapi Fisik:
Terapis fisik dapat memberikan latihan dan strategi untuk membantu mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan fungsi fisik sebisa mungkin.

Pengobatan Simtomatik:
Obat-obatan atau tindakan lain mungkin diperlukan untuk mengatasi gejala khusus, seperti obat mata untuk mengatasi masalah penglihatan ganda atau kelopak mata yang terjatuh.

Terapi Intravena (IVIG atau Plasmaferesis):
Terapi ini dapat digunakan untuk mengelola keadaan darurat atau ketika gejala Myasthenia gravis memburuk secara tiba-tiba. IVIG (intravena imunoglobulin) dan plasmaferesis melibatkan pemisahan sel darah atau protein darah dan pengembalian komponen darah yang diperlukan ke dalam tubuh.

Pembedahan:
Pada beberapa kasus, pembedahan mungkin diperlukan, terutama jika terdapat timoma (tumor) di dalam timus. Pembedahan untuk mengangkat timoma dapat membantu mengatasi gejala Myasthenia gravis.

Pengobatan Myasthenia gravis harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing individu. Penting untuk berkomunikasi secara teratur dengan dokter atau spesialis saraf untuk memantau respons terhadap pengobatan dan menyesuaikan rencana pengobatan sesuai kebutuhan. Selain itu, dukungan dari tim perawatan kesehatan, keluarga, dan lingkungan sosial dapat membantu penderita Myasthenia gravis dalam mengelola kondisi mereka.



Sumber:

https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/myasthenia-gravis 

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/myasthenia-gravis/symptoms-causes/syc-20352036

https://www.ninds.nih.gov/health-information/disorders/myasthenia-gravis

https://www.nhs.uk/conditions/myasthenia-gravis/

https://en.wikipedia.org/wiki/Myasthenia_gravis

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17252-myasthenia-gravis-mg