Pikiran negatif adalah jenis pikiran yang cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal yang buruk, merugikan, atau tidak menyenangkan. Ini bisa berupa kekhawatiran, keraguan diri, kecemasan, atau rasa putus asa. Pikiran negatif sering kali memengaruhi suasana hati seseorang dan dapat mengganggu kesejahteraan mental serta emosional mereka.
Pikiran ini juga dapat memengaruhi persepsi dan pandangan seseorang terhadap diri sendiri, orang lain, dan dunia sekitarnya secara keseluruhan. Dalam beberapa kasus, pikiran negatif dapat menjadi pola pikir yang terpaku dan mempengaruhi cara seseorang menanggapi dan mengatasi berbagai situasi hidup.
|
Lansia harus mampu mengelola pikiran negatif. (Sumber: foto paguyuban pengawas purna) |
Pikiran negatif adalah hal yang alami dan umum dalam pengalaman manusia, namun, pengelolaannya dengan cara yang sehat dan produktif dapat membantu seseorang merasa lebih baik secara keseluruhan.
Memanipulasi pikiran negatif tidaklah disarankan atau seharusnya tidak dilakukan. Memanipulasi atau menekan pikiran negatif secara tidak sehat tidak akan memberikan manfaat jangka panjang bagi kesehatan mental seseorang. Sebaliknya, penting untuk menghadapi dan mengelola pikiran negatif dengan cara-cara yang sehat dan efektif.
Beberapa ciri pikiran negatif pada lansia meliputi:
Peningkatan Kecemasan:
Lansia cenderung mengalami kecemasan yang lebih tinggi daripada kelompok usia yang lebih muda. Mereka mungkin cemas akan kesehatan mereka, keuangan, kesepian, atau masa depan mereka.
|
Lansia cenderung mengalami kecemasan yang tinggi. (Sumber: foto canva.com) |
Peningkatan Depresi:
Lansia rentan terhadap depresi karena berbagai faktor, termasuk perubahan fisik, sosial, dan psikologis yang terkait dengan penuaan. Mereka mungkin merasa sedih, kehilangan minat pada kegiatan yang dahulu mereka nikmati, dan kehilangan harapan akan masa depan.
Persepsi Negatif terhadap Penuaan:
Beberapa lansia mungkin memiliki pandangan negatif terhadap proses penuaan dan mengasosiasikannya dengan kelemahan, kehilangan, atau ketidakberdayaan. Pandangan negatif semacam ini dapat memengaruhi kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
Isolasi Sosial:
Lansia yang mengalami pikiran negatif mungkin cenderung menarik diri dari interaksi sosial dan aktivitas luar rumah. Mereka mungkin merasa tidak dihargai atau merasa bahwa tidak ada yang peduli tentang keberadaan mereka.
Ketergantungan Berlebihan:
Beberapa lansia mungkin menjadi terlalu tergantung pada orang lain atau institusi seperti rumah sakit atau panti jompo karena merasa tidak mampu mengatasi masalah mereka sendiri.
Pikiran yang Berputar-putar:
Lansia dengan pikiran negatif mungkin cenderung terjebak dalam pola pikir yang berputar-putar tentang hal-hal yang tidak menyenangkan atau mengkhawatirkan.
Pengabaian Kesehatan:
Pikiran negatif dapat mempengaruhi perilaku kesehatan lansia, seperti kurangnya motivasi untuk berolahraga, makan dengan baik, atau menjaga perawatan medis yang tepat.
Penurunan Kualitas Hidup:
Keseluruhan, pikiran negatif pada lansia dapat mengarah pada penurunan kualitas hidup mereka karena mempengaruhi suasana hati, hubungan sosial, dan kesejahteraan fisik dan mental mereka secara keseluruhan.
Beberapa faktor penyebab pikiran negatif pada lansia, antara lain:
Perubahan Fisik:
Proses penuaan seringkali disertai dengan berbagai perubahan fisik seperti penurunan daya ingat, penurunan kemampuan fisik, atau timbulnya penyakit kronis. Perubahan ini dapat menyebabkan rasa frustasi, kekhawatiran, atau perasaan tidak berdaya yang dapat memicu pikiran negatif.
Perubahan Sosial:
Lansia sering mengalami perubahan dalam struktur sosial mereka, termasuk pensiun dari pekerjaan, kehilangan pasangan hidup, atau pemindahan ke fasilitas perawatan jangka panjang. Perubahan-perubahan ini dapat menyebabkan perasaan kesepian, isolasi, atau kehilangan identitas, yang dapat menyebabkan pikiran negatif.
Masalah Kesehatan Mental dan Fisik:
Gangguan kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan, serta penyakit fisik seperti penyakit kronis atau kecacatan fisik, dapat menjadi faktor penyebab pikiran negatif pada lansia.
Stigma dan Stereotip Penuaan:
Lansia mungkin menginternalisasi stigma dan stereotip negatif yang ada terkait dengan penuaan, seperti merasa tidak berguna atau diabaikan oleh masyarakat. Hal ini dapat mempengaruhi persepsi diri mereka dan menyebabkan pikiran negatif.
|
Lansia merasa tidak berguna atau diabaikan masyarakat. (Sumber: foto canva.com) |
Kehilangan Orang Terkasih:
Kehilangan orang terkasih, baik karena kematian atau penyakit serius, dapat menyebabkan kesedihan, kesepian, dan kekhawatiran tentang masa depan, yang semuanya dapat memicu pikiran negatif.
Keterbatasan Finansial:
Lansia yang mengalami keterbatasan finansial atau kekhawatiran tentang keuangan masa depan mereka dapat mengalami stres dan kecemasan yang dapat menyebabkan pikiran negatif.
Keterbatasan Mobilitas:
Lansia yang mengalami keterbatasan mobilitas atau kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari mungkin merasa frustrasi atau tidak berdaya, yang dapat memicu pikiran negatif.
Kehilangan Kemandirian:
Lansia mungkin mengalami penurunan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mandi, berpakaian, atau mengemudi. Kehilangan kemandirian ini dapat menyebabkan perasaan tidak berdaya atau putus asa yang dapat memicu pikiran negatif.
Beberapa strategi yang dapat membantu mengelola pikiran negatif:
Mindfulness (kesadaran diri):
Praktik mindfulness membantu seseorang menjadi lebih sadar akan pikiran, perasaan, dan sensasi fisik mereka tanpa menilainya. Ini membantu seseorang untuk menerima pikiran negatif tanpa terjebak di dalamnya.
Terapi Kognitif Perilaku (CBT):
Terapi ini fokus pada mengidentifikasi dan mengubah pola pikiran negatif menjadi pola pikiran yang lebih positif dan realistis. Ini melibatkan memeriksa bukti-bukti yang mendukung atau menentang pikiran negatif dan menggantinya dengan pemikiran yang lebih sehat.
Menggantikan Pikiran Negatif dengan Positif:
Menggantikan pikiran negatif dengan pikiran positif yang lebih realistis dan membangun dapat membantu mengubah pola pikiran yang merugikan.
|
Mengganti pikiran negatif dengan pikiran positif. (Sumber: foto canva.com) |
Jurnal Kesehatan Pikiran:
Menulis tentang pikiran negatif dan mencoba menemukan alternatif yang lebih sehat dan positif bisa membantu dalam mengatasi pola pikiran negatif.
Aktivitas yang Menyenangkan:
Melakukan aktivitas yang menyenangkan atau relaksasi seperti olahraga, seni, atau meditasi dapat membantu mengalihkan pikiran dari hal-hal negatif dan meningkatkan suasana hati.
Penerimaan dan Komitmen:
Memahami bahwa pikiran negatif adalah bagian dari pengalaman manusia yang normal dan memahami bahwa kita tidak selalu bisa mengontrol pikiran tersebut. Yang penting adalah bagaimana kita meresponsnya dan tetap komitmen untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai yang penting bagi kita.
Tantang pikiran negatif:
Akui perasaan dan pikiran Anda, tapi jangan menekannya. Ketika pikiran negatif muncul, mundurlah dan periksalah.
Pilih pemikiran Anda:
Gantikan pemikiran yang tidak membantu dengan pemikiran yang bermanfaat. Anda dapat membuat jurnal pemikiran Anda untuk membantu Anda berhenti, bertanya, dan memilih pemikiran Anda.
Gunakan afirmasi:
Ulangi pernyataan positif pada diri sendiri untuk melatih pikiran agar fokus pada hal terpenting bagi Anda.
Hitung berkah Anda:
Latihlah rasa syukur untuk bersyukur atas hal-hal baik yang Anda miliki.
Fokus pada saat ini: Berfokus pada saat ini dapat membantu Anda mengelola pikiran dan emosi.
Carilah dukungan profesional:
Konseling dan terapi dapat membantu Anda menghadapi perubahan hidup, mengurangi penderitaan emosional, dan mengalami pertumbuhan diri.
Buatlah jurnal positif:
Menulis jurnal adalah cara bagi orang lanjut usia untuk mengekspresikan emosi dan perasaan mereka. Peneliti geriatri merekomendasikan penjurnalan untuk membantu menghilangkan emosi negatif.
Beberapa cara untuk membalikkan pemikiran negatif meliputi:
Membaca tentang kesuksesan orang lain:
Membaca tentang kesuksesan orang lain dapat membantu seseorang melihat sisi positif dari kehidupan dan mengalihkan fokus dari pikiran negatif. Ini dapat membantu mengubah pola pikir negatif menjadi pola pikir yang lebih positif dan optimis.
|
Membaca kesuksesan orang lain membantu berpikir positif. (Sumber: foto canva.com) |
Menulis apa yang menyenangkan:
Menulis memungkinkan seseorang untuk mengekspresikan dan memproses emosi mereka dengan cara yang kreatif. Ini bisa membantu mengeluarkan pikiran negatif dari dalam diri dan memberikan kesempatan untuk merenungkan perasaan mereka dengan lebih baik.
Membuat jurnal dan mendiskusikannya :
Menulis dalam jurnal memungkinkan seseorang untuk mengekspresikan dan memproses emosi mereka dengan cara yang aman dan pribadi. Ini bisa membantu dalam menghadapi dan meredakan pikiran negatif yang mungkin mereka alami.
Memahami pikiran negatif :
Dengan memahami pikiran negatif, seseorang dapat mengidentifikasi pola pikir yang tidak sehat atau tidak produktif. Ini bisa berupa kata-kata atau frasa yang sering muncul dalam pikiran, atau situasi tertentu yang memicu pikiran negatif.
Memastikan lansia tahu bahwa mereka tidak sendirian dan bahwa ada orang-orang yang peduli tentang kesejahteraan mereka. Dorong mereka untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional kesehatan mental jika mereka merasa kesulitan mengatasi pikiran negatif mereka sendiri.
Sumber:
https://applewoodourhouse.com/7-ways-turn-around-negative-thinking-elderly/
https://assistinghands.com/38/texas/prestonhollow/blog/what-to-do-if-your-elderly-parents-have-a-negative-attitude/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1948895/
https://neurosciencenews.com/emotion-brain-aging-22250/
https://www.mcleanhospital.org/essential/negative-thinking
https://australiancarersguide.com.au/tips-for-carers-to-deal-with-negative-parents/