Tuesday, 26 March 2024

Waspada, Penyakit Tulang Lunak pada Lansia

        Osteomalasia sering disebut sebagai “penyakit tulang lunak”, adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan gangguan mineralisasi, beda dengan osteoporosis yang merupakan penyakit kerangka sistemik dengan penurunan massa tulang dan perubahan mikro dan mikroarsitektur tulang, sehingga menyebabkan tulang rapuh. 

Osteomalasia sering disebut penyakit tulang lunak dan menyerang lansia.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Osteomalasia merupakan suatu kondisi patologis yang ditandai dengan penurunan kepadatan mineral tulang dan gangguan mineralisasi pada matriks tulang. Keadaan ini dapat memengaruhi kualitas dan kekuatan tulang, meningkatkan risiko fraktur, dan membatasi mobilitas individu. Lansia memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami osteomalasia karena berbagai faktor, baik intrinsik maupun ekstrinsik, yang mempengaruhi kesehatan tulang seiring bertambahnya usia.

Osteomalasia pada lansia dapat dijelaskan sebagai suatu gangguan metabolik tulang yang terjadi pada usia lanjut. Gangguan ini biasanya ditandai dengan penurunan kepadatan mineral tulang, terutama kalsium dan fosfor, serta gangguan dalam proses mineralisasi tulang. Akibatnya, tulang menjadi lemah, rapuh, dan rentan terhadap fraktur. Proses osteomalasia pada lansia sering kali merupakan hasil dari kumulasi perubahan terkait usia dalam metabolisme mineral dan hormonal.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia pada lansia meliputi:

Defisiensi Vitamin D:
Defisiensi vitamin D merupakan penyebab utama osteomalasia pada lansia. Vitamin D diperlukan untuk penyerapan kalsium dari usus ke dalam aliran darah, yang kemudian dibutuhkan untuk mineralisasi tulang. Lansia cenderung memiliki paparan sinar matahari yang lebih sedikit dan konversi vitamin D yang lebih rendah dalam kulit, yang dapat menyebabkan defisiensi vitamin D.

Kurangnya Paparan Matahari:
Paparan sinar matahari diperlukan untuk pembentukan vitamin D di dalam tubuh. Lansia sering kali memiliki aktivitas luar ruangan yang lebih terbatas, yang dapat menyebabkan kurangnya paparan sinar matahari dan konsekuensinya, defisiensi vitamin D.

Lansia berjemur sinar matahari agar tidak defisiensi vitamin D.
(Sumber: foto canva.com)
Penurunan Fungsi Ginjal:
Fungsi ginjal yang menurun pada lansia dapat mengganggu metabolisme vitamin D aktif, yang diperlukan untuk penyerapan kalsium. Ini dapat menyebabkan defisiensi vitamin D yang memperparah kondisi osteomalasia.

Kekurangan Asupan Kalsium dan Fosfor:
Asupan kalsium dan fosfor yang tidak memadai dalam diet juga dapat menyebabkan osteomalasia pada lansia. Kalsium dan fosfor merupakan mineral penting untuk kepadatan dan kekuatan tulang.

Gangguan Penyakit Kronis:
Penyakit kronis seperti penyakit ginjal, penyakit hati, atau penyakit inflamasi usus dapat mengganggu metabolisme kalsium, fosfor, dan vitamin D, yang semuanya berkontribusi pada osteomalasia pada lansia.

Beberapa ciri Lansia Terkena Osteomalasia:

Nyeri Tulang dan Otot:

Nyeri tulang dan otot sering kali merupakan gejala awal osteomalasia pada lansia. Nyeri ini dapat terjadi secara difus atau lokal, terutama di daerah pinggang, panggul, dan tungkai.

Lemah dan Rapuhnya Tulang:
Kekuatan dan kepadatan tulang yang menurun dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah bahkan dengan trauma ringan.

Deformitas Tulang:
Osteomalasia yang parah dapat menyebabkan deformitas tulang, terutama pada tulang panggul dan tulang belakang. Deformitas ini dapat memengaruhi postur tubuh dan mobilitas individu.

Fraktur yang Mudah Terjadi:
Tulang yang lemah dan rapuh meningkatkan risiko fraktur, bahkan dengan trauma ringan atau aktivitas sehari-hari.
Tulang yang lemah dan rapuh meningkatkan risiko fraktur.
(Sumber: foto canva.com)
Kelemahan Otot:
Kekurangan mineral dalam tulang juga dapat memengaruhi kekuatan otot, menyebabkan kelemahan otot dan penurunan fungsi motorik.

Beberapa Cara Mencegah Osteomalasia pada Lansia:

Asupan Vitamin D yang Cukup:
Menjaga asupan vitamin D yang cukup sangat penting dalam mencegah osteomalasia pada lansia. Hal ini dapat dicapai melalui paparan sinar matahari secara teratur dan konsumsi makanan yang kaya akan vitamin D, seperti ikan berlemak, telur, dan produk susu yang diperkaya.

Konsumsi Kalsium dan Fosfor yang Adekuat:
Kalsium dan fosfor adalah mineral penting untuk kesehatan tulang. Lansia sebaiknya mengonsumsi makanan yang kaya akan kalsium dan fosfor, seperti produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan biji-bijian.

Pemantauan Kesehatan Ginjal:
Gangguan fungsi ginjal dapat memengaruhi metabolisme kalsium dan fosfor dalam tubuh. Oleh karena itu, penting untuk memantau kesehatan ginjal secara teratur dan mengikuti saran medis yang diberikan oleh dokter untuk mencegah komplikasi yang berkaitan dengan ginjal.

Aktivitas Fisik Teratur:
Aktivitas fisik teratur, termasuk latihan beban ringan dan aerobik, dapat membantu menjaga kepadatan tulang dan memperkuat otot. Aktivitas fisik juga dapat meningkatkan keseimbangan, koordinasi, dan fleksibilitas tubuh, yang dapat mengurangi risiko jatuh dan fraktur pada lansia.

Penggunaan Suplemen Vitamin D dan Kalsium:
Pada kasus-kasus di mana asupan vitamin D dan kalsium melalui makanan tidak mencukupi, dokter dapat merekomendasikan penggunaan suplemen vitamin D dan kalsium untuk membantu menjaga kesehatan tulang.

Beberapa Cara Mengobati Osteomalasia pada Lansia:

Suplementasi Vitamin D:
Pada lansia dengan defisiensi vitamin D yang telah terdiagnosis, pengobatan utama biasanya melibatkan suplementasi vitamin D. Dosis vitamin D yang diberikan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan defisiensi dan kondisi kesehatan individu.
Lansia dengan defisiensi vitamin D dengan suplemen vitamin D.
(Sumber: foto canva,com)
Terapi Hormon Paratiroid:
Pada beberapa kasus osteomalasia yang disebabkan oleh gangguan hormonal, seperti hiperparatiroidisme sekunder, terapi hormon paratiroid mungkin diperlukan. Terapi ini bertujuan untuk mengembalikan kadar hormon paratiroid ke dalam rentang normal dan memperbaiki metabolisme kalsium dan fosfor.

Pengobatan Penyakit Penyerta:
Jika osteomalasia disebabkan oleh penyakit kronis tertentu seperti penyakit ginjal atau penyakit hati, pengobatan penyakit penyerta tersebut akan menjadi prioritas dalam manajemen osteomalasia. Pengobatan yang tepat untuk penyakit penyerta dapat membantu memperbaiki metabolisme mineral dalam tubuh dan mengurangi risiko komplikasi tulang.

Terapi Fraktur:
Pada kasus osteomalasia yang sudah terjadi fraktur tulang, pengobatan utama akan fokus pada penanganan fraktur yang tepat. Ini mungkin melibatkan imobilisasi tulang yang patah, rehabilitasi fisik, dan manajemen nyeri untuk memfasilitasi penyembuhan yang optimal.

Pemantauan Rutin dan Pengobatan Simptomatik:
Pemantauan rutin oleh dokter dan tim medis yang terampil sangat penting dalam manajemen osteomalasia pada lansia. Dokter dapat meresepkan pengobatan simptomatik seperti analgesik untuk mengatasi nyeri tulang dan otot, serta memberikan saran nutrisi dan gaya hidup yang sesuai untuk membantu menjaga kesehatan tulang.


Mencegah dan mengobati osteomalasia pada lansia membutuhkan pendekatan yang holistik dan terkoordinasi yang melibatkan aspek nutrisi, aktivitas fisik, pemeriksaan kesehatan rutin, dan pengobatan medis yang tepat. Upaya pencegahan yang dilakukan sejak dini dapat membantu mengurangi risiko osteomalasia pada lansia, sedangkan pengobatan yang tepat dan pemantauan yang teratur dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dan meminimalkan komplikasi yang berkaitan dengan kondisi ini.



Sumber:
 





Sunday, 24 March 2024

Mencegah Penuaan, Suplemen Antioksidan untuk Lansia.

         Dalam teori radikal bebas tentang penuaan berhipotesis bahwa radikal bebas yang berasal dari oksigen bertanggung jawab atas kerusakan terkait usia pada tingkat sel dan jaringan. Dalam situasi normal, terdapat keseimbangan antara oksidan, antioksidan, dan biomolekul. Radikal bebas yang berlebihan dapat mengganggu pertahanan antioksidan sel alami yang menyebabkan oksidasi dan selanjutnya berkontribusi terhadap kerusakan fungsi sel. 

Radikal bebas dapat menyebabkan stres oksidatif dalam tubuh.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

Suplemen antioksidan adalah produk yang dirancang untuk memberikan tambahan nutrisi yang kaya akan antioksidan ke dalam tubuh. Antioksidan adalah senyawa yang membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Radikal bebas dapat menyebabkan stres oksidatif dalam tubuh. 

Stres oksidatif adalah ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan. Terlalu banyak radikal bebas dapat berdampak negatif pada fungsi tubuh. Antioksidan membantu menghilangkan radikal bebas berlebih yang dapat menyebabkan kondisi kesehatan kronis yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan berbagai penyakit, termasuk penyakit jantung, kanker, dan penuaan.

Suplemen antioksidan biasanya mengandung vitamin seperti vitamin C, vitamin E, beta-karoten (provitamin A), dan mineral seperti selenium dan zinc, serta senyawa-senyawa alami lainnya seperti flavonoid dan polifenol. Mereka tersedia dalam berbagai bentuk, termasuk tablet, kapsul, serbuk, dan cairan.

        Lansia yang mungkin membutuhkan suplemen antioksidan biasanya memiliki beberapa ciri atau kondisi tertentu yang membuat mereka rentan terhadap stres oksidatif dan kerusakan sel. 

Beberapa kondisi lansia membutuhkan antioksidan, meliputi:

Polusi lingkungan atau paparan racun: 
Lansia yang tinggal di area dengan tingkat polusi udara tinggi atau yang terpapar racun lingkungan secara teratur mungkin membutuhkan tambahan antioksidan untuk melindungi tubuh dari efek negatifnya.

Pola makan yang tidak sehat: 
Lansia yang memiliki pola makan yang tidak seimbang atau kurang konsumsi makanan yang kaya akan antioksidan, seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh, mungkin membutuhkan suplemen antioksidan untuk membantu mengisi kekurangan nutrisi tersebut.

Riwayat penyakit atau kondisi medis tertentu: Lansia yang memiliki riwayat penyakit atau kondisi medis tertentu, seperti penyakit jantung, diabetes, atau kanker, mungkin memiliki kebutuhan antioksidan tambahan untuk membantu melawan peradangan dan stres oksidatif yang terkait dengan kondisi kesehatan mereka.

Proses penuaan alami: 
Proses penuaan alami dapat menyebabkan penurunan kadar antioksidan alami dalam tubuh, sehingga membuat lansia lebih rentan terhadap kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas. Dalam hal ini, suplemen antioksidan dapat membantu menyeimbangkan kadar antioksidan dalam tubuh.

Penuaan alami menyebabkan penurunan kadar antioksidan.
(Sumber: foto canva.com)
Gaya hidup yang tidak sehat: 
Lansia yang memiliki gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, konsumsi alkohol berlebihan, atau kurang berolahraga, mungkin membutuhkan suplemen antioksidan untuk membantu melindungi tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh kebiasaan tersebut.

Meskipun ada ciri-ciri tersebut, penting untuk diingat bahwa keputusan untuk mengonsumsi suplemen antioksidan harus didasarkan pada konsultasi dengan dokter atau ahli gizi yang mempertimbangkan kebutuhan individu dan kondisi kesehatan secara menyeluruh. 

         Meskipun suplemen antioksidan dapat memberikan manfaat bagi beberapa lansia, ada juga risiko yang perlu dipertimbangkan. 

Beberapa risiko yang terkait dengan konsumsi suplemen antioksidan pada lansia:

Interaksi obat: 
Lansia seringkali mengonsumsi beberapa jenis obat secara bersamaan untuk mengelola berbagai kondisi kesehatan. Suplemen antioksidan dapat berpotensi berinteraksi dengan obat-obatan tertentu, baik mengurangi atau meningkatkan efektivitasnya. Ini bisa menjadi masalah serius jika suplemen antioksidan mempengaruhi metabolisme obat-obatan tertentu di dalam tubuh.

Efek samping: 
Meskipun biasanya dianggap sebagai alternatif yang lebih aman daripada obat-obatan, suplemen antioksidan masih dapat menyebabkan efek samping pada beberapa individu. Contohnya, dosis tinggi vitamin E telah dikaitkan dengan peningkatan risiko perdarahan, sedangkan dosis tinggi vitamin C dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti diare.

Efek toksik: 
Konsumsi dosis tinggi beberapa suplemen antioksidan, terutama dalam jangka waktu yang panjang, dapat menyebabkan toksisitas. Misalnya, konsumsi dosis tinggi vitamin A dapat menyebabkan keracunan vitamin A, yang dapat menyebabkan gejala seperti sakit kepala, mual, muntah, dan bahkan kerusakan hati.

Konsumsi suplemen antioksidan dalam dosisi tinggi dapat menjadi toksisitas.
(Sumber: foto canva.com)
Masker gejala: 
Konsumsi suplemen antioksidan dapat membuat lansia merasa bahwa mereka telah memenuhi kebutuhan nutrisi mereka, sehingga mereka mungkin kurang memperhatikan pola makan yang sehat secara keseluruhan. Ini dapat menyebabkan kurangnya konsumsi nutrisi penting lainnya yang hanya dapat diperoleh dari makanan sehat.

Peningkatan risiko kanker: 
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa konsumsi dosis tinggi suplemen antioksidan tertentu, terutama beta-karoten, dapat meningkatkan risiko kanker pada beberapa populasi, terutama pada perokok.

Biaya: 
Konsumsi suplemen antioksidan secara teratur juga dapat menimbulkan biaya tambahan bagi lansia. Sebelum memutuskan untuk mengonsumsi suplemen antioksidan, penting untuk mempertimbangkan manfaatnya dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

Kualitas produk: 
Tidak semua suplemen antioksidan diproduksi dengan standar kualitas yang tinggi. Ada kemungkinan bahwa produk tersebut mengandung bahan tambahan yang tidak diinginkan atau tidak efektif. Oleh karena itu, penting untuk memilih suplemen antioksidan yang berasal dari produsen yang terpercaya dan memiliki reputasi baik.

Manfaat Suplemen Antioksidan :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplemen antioksidan dalam dosis besar tidak akan mencegah penyakit kronis seperti penyakit jantung atau diabetes . Faktanya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi beberapa antioksidan dalam dosis besar bisa berbahaya.

        Manfaat dan risiko suplemen antioksidan dapat bervariasi tergantung pada individu dan dosis yang dikonsumsi. Sebelum memulai konsumsi suplemen antioksidan, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk mendapatkan saran yang tepat berdasarkan kondisi kesehatan dan kebutuhan nutrisi individu.

Beberapa saran untuk lansia dalam memenuhi kebutuhan antioksidan, sebagai berikut:

Dapatkan Antioksidan dari Makanan:
Upayakan untuk memperoleh antioksidan secara alami melalui konsumsi makanan yang kaya akan antioksidan, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, dan minyak nabati. Buah-buahan dan sayuran berwarna cerah umumnya mengandung antioksidan yang tinggi.

Variasi Konsumsi Makanan: 
Pilihlah berbagai jenis makanan yang mengandung antioksidan untuk memastikan bahwa tubuh mendapatkan berbagai jenis antioksidan yang diperlukan.

Pilih Makanan dengan Nutrisi Lengkap:
Selain antioksidan, pastikan makanan yang dikonsumsi juga mengandung nutrisi lainnya yang penting untuk kesehatan tubuh, seperti vitamin, mineral, serat, dan protein.

Nutrisi lengkap dengan vitamin, mineral, serat, protein dan antioksidan.
(Sumber: foto canva.com)
Hindari Konsumsi Berlebihan: 
Hindari konsumsi dosis tinggi suplemen antioksidan, terutama jika tidak diresepkan oleh dokter. Lebih baik mendapatkan antioksidan dari makanan alami.

Konsultasi dengan Dokter atau Ahli Gizi: 
Jika Anda merasa membutuhkan suplemen antioksidan, konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi terlebih dahulu. Mereka dapat membantu menentukan jenis dan dosis suplemen yang tepat sesuai dengan kebutuhan individu dan kondisi kesehatan.

Perhatikan Interaksi Obat: 
Jika Anda sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, pastikan untuk memeriksa potensi interaksi antara suplemen antioksidan dan obat-obatan tersebut. Diskusikan dengan dokter tentang keamanan konsumsi suplemen antioksidan bersamaan dengan obat-obatan yang sedang Anda konsumsi.

Pilih Suplemen dari Sumber Terpercaya: 
Jika Anda memutuskan untuk mengonsumsi suplemen antioksidan, pastikan untuk memilih produk dari produsen yang terpercaya dan telah teruji secara klinis. Baca label dengan teliti dan perhatikan kandungan serta dosis yang direkomendasikan.

Perhatikan Keseimbangan Nutrisi: 
Jangan hanya fokus pada antioksidan saja. Pastikan konsumsi nutrisi lainnya juga seimbang, dan hindari mengandalkan suplemen sebagai pengganti pola makan yang sehat dan seimbang.

Dengan mengikuti saran-saran di atas, lansia dapat memastikan bahwa mereka memperoleh antioksidan yang cukup untuk melindungi tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas, sambil juga memperhatikan keseimbangan nutrisi secara menyeluruh.




Sumber:







Saturday, 23 March 2024

Pijat untuk Lansia, Baik atau Buruk

        Pijat tradisional merujuk pada praktik penggunaan tekanan dan gerakan tertentu pada tubuh manusia untuk memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan secara umum. Metode ini telah ada selama ribuan tahun dan telah menjadi bagian dari budaya dan tradisi berbagai masyarakat di seluruh dunia.

Istilah medis untuk pijat adalah "terapi pijat" atau "pijat terapi". Terapi pijat adalah praktik medis yang menggunakan tekanan, gesekan, dan manipulasi pada jaringan lunak tubuh untuk tujuan terapeutik, seperti meredakan nyeri, meningkatkan sirkulasi darah, memperbaiki fleksibilitas, dan mengurangi stres.

Terapi pijat adalah praktik medis yang menggunakan tekanan dan gesekan.
(Sumber: foto LPC-Lansia)
Pijat terapi dapat dilakukan oleh berbagai profesional kesehatan terlatih, termasuk fisioterapis, ahli terapi pijat, dan osteopat. Metode ini dapat digunakan sebagai bagian dari rencana perawatan yang komprehensif untuk berbagai kondisi medis, termasuk cedera, gangguan muskuloskeletal, dan kondisi kronis lainnya.

Pijat tradisional bisa bervariasi dari satu budaya ke budaya lainnya. Namun, pada dasarnya, pijat tradisional melibatkan penggunaan tangan atau alat tertentu untuk memberikan tekanan pada otot, jaringan ikat, dan titik-titik akupresur di tubuh. Pijat tradisional umumnya bertujuan untuk merangsang sirkulasi darah, meredakan ketegangan otot, mengurangi stres, memperbaiki fleksibilitas, dan mempromosikan kesejahteraan secara keseluruhan.

Beberapa bentuk pijat tradisional yang terkenal termasuk pijat Tui Na dari Tiongkok, pijat Shiatsu dari Jepang, pijat Thai dari Thailand, pijat Ayurveda dari India, dan masih banyak lagi. Masing-masing memiliki teknik dan filosofi uniknya sendiri, tetapi semuanya berusaha untuk mencapai tujuan yang serupa dalam memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan.

Beberapa pijat tradisional unik dan memiliki filosofi sendiri.
(Sumber: foto canva.com)
       Pijat dapat memberikan banyak manfaat bagi lansia dengan memperhatikan kebutuhan khusus mereka. 

Beberapa jenis pijat yang sering direkomendasikan untuk lansia termasuk:

Pijat Relaksasi: 
Pijat yang bertujuan untuk meredakan stres, mengurangi ketegangan otot, dan meningkatkan rasa nyaman dan relaksasi. Teknik seperti pijat Swedish atau pijat aromaterapi bisa menjadi pilihan yang baik.

Pijat Geriatrik: 
Pijat yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional lansia. Ini mencakup gerakan yang lembut dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan mereka, seperti pijat pada sendi-sendi yang kaku atau area tubuh yang terasa nyeri.

Refleksiologi: 
Pijat refleksi pada kaki atau tangan dapat memberikan efek relaksasi dan meredakan ketegangan, serta diyakini dapat merangsang fungsi organ-organ tubuh dan meningkatkan sirkulasi darah.

Pijat Akupresur: 
Melibatkan penekanan pada titik-titik tertentu di tubuh untuk merangsang energi dan mengurangi ketegangan. Ini dapat membantu mengurangi rasa sakit, meningkatkan tidur, dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

Pijat Terapi: 
Pijat yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan individu, seperti pijat untuk meredakan nyeri pada punggung atau leher, meningkatkan fleksibilitas, atau mengurangi gejala penyakit tertentu seperti artritis.

Pijat terapi disesuaikan dengan kondisi individu.
(Sumber: foto canva.com)
Sebelum melakukan pijat pada lansia, penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan terlebih dahulu, terutama jika ada kondisi medis yang perlu diperhatikan atau jika lansia sedang dalam perawatan kesehatan yang intensif. Hal ini akan membantu memastikan bahwa pijat yang dipilih sesuai dan aman bagi kondisi kesehatan mereka.

       Meskipun pijat dapat memberikan banyak manfaat bagi sebagian besar lansia, ada beberapa kondisi medis di mana pijat mungkin tidak disarankan atau bahkan dilarang. 

Beberapa kondisi pijat tidak disarankan pada lansia :

Cedera Serius: 
Jika lansia mengalami cedera serius seperti patah tulang atau luka bakar yang masih dalam proses penyembuhan, pijat bisa memperburuk kondisi tersebut dan tidak dianjurkan.

Masalah Kulit: 
Lansia dengan kondisi kulit tertentu, seperti infeksi kulit, luka terbuka, atau kondisi kulit yang mudah memar, mungkin sebaiknya tidak mendapatkan pijat pada area yang terkena. Pijat pada area tersebut bisa memperburuk kondisi atau menyebarkan infeksi.

Gangguan Perdarahan: 
Jika lansia memiliki gangguan perdarahan atau sedang mengonsumsi obat pengencer darah, pijat yang terlalu keras atau tekanan yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan atau memperburuk masalah perdarahan yang ada.

Kondisi Medis Serius: 
Ada beberapa kondisi medis serius seperti penyakit jantung yang tidak stabil, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, atau kanker yang sedang menjalani perawatan, di mana pijat mungkin tidak disarankan tanpa persetujuan dari dokter yang merawat.

Kondisi Nyeri yang Tidak Dikenal Asalnya: 
Jika lansia mengalami nyeri yang tidak diketahui penyebabnya atau gejalanya tidak jelas, pijat bisa memperburuk kondisi tersebut. Penting untuk mendapatkan diagnosis yang tepat sebelum melakukan pijat.

Lansia yang mengalami nyeri yang tidak jelas jangan dipijat.
(Sumber: foto canva.com)
💬 Berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan sebelum menjalani pijat, terutama jika lansia memiliki kondisi medis yang kompleks atau sedang dalam perawatan kesehatan yang intensif. 

        Meskipun pijat biasanya dianggap sebagai metode yang aman dan bermanfaat bagi banyak orang, ada beberapa akibat buruk yang mungkin terjadi, terutama jika tidak dilakukan dengan hati-hati atau jika dilakukan oleh praktisi yang tidak terlatih. 

Beberapa akibat buruk yang mungkin terjadi karena pijat, meliputi:

Cedera Jaringan Lunak: 
Pijat yang terlalu keras atau agresif dapat menyebabkan cedera pada jaringan lunak, seperti otot, ligamen, atau tendon. Hal ini dapat mengakibatkan nyeri, bengkak, atau bahkan kerusakan jaringan yang lebih serius.

Pembengkakan atau Memar: 
Pijat yang terlalu keras atau tidak dilakukan dengan hati-hati dapat menyebabkan pembengkakan atau memar pada area yang dipijat. Ini biasanya terjadi jika tekanan yang diberikan terlalu kuat atau jika ada masalah perdarahan di bawah kulit.

Reaksi Alergi: 
Beberapa jenis minyak pijat atau losion yang digunakan selama sesi pijat bisa menyebabkan reaksi alergi pada kulit bagi beberapa individu yang peka terhadap bahan-bahan tertentu.

Perburukan Kondisi Medis: 
Pijat yang dilakukan dengan tidak hati-hati atau pada area tubuh yang rentan bisa memperburuk kondisi medis yang ada, seperti cedera yang sudah ada, arthritis, atau kondisi muskuloskeletal lainnya.

Kegagalan Organ: 
Pijat yang dilakukan pada area tertentu, terutama pada area abdomen atau punggung bagian bawah, dapat menyebabkan tekanan yang tidak aman pada organ dalam, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi fungsi organ tersebut.

Stres Emosional: 
Terkadang, pijat yang terlalu kuat atau tidak nyaman secara fisik dapat menyebabkan stres emosional atau kecemasan pada individu yang menerima pijat.

Pijat dengan praktisi yang terlatih dan berkualitas, dan juga penting untuk memberikan informasi yang akurat kepada praktisi tersebut tentang riwayat kesehatan Anda sebelum memulai sesi pijat. Ini akan membantu mengurangi risiko terjadinya akibat buruk yang tidak diinginkan. 

Beberapa saran untuk melakukan pijat, antara lain:

Konsultasikan dengan Profesional Kesehatan: 
Sebelum memberikan atau menjalani pijat, lansia sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan mereka. Ini penting terutama jika mereka memiliki kondisi kesehatan tertentu atau sedang dalam perawatan medis.

Pilih Praktisi yang Terlatih: 
Pastikan bahwa pijat diberikan oleh praktisi yang terlatih dan berkualitas. Pijat terapis yang memiliki sertifikasi atau lisensi dari lembaga yang diakui memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tepat untuk merawat lansia dengan aman.

Pilih praktisi yang terlatih dan berkualitas agar lansia aman.
(Sumber: foto canva.com)
Komunikasi Terbuka: 
Berkomunikasi terbuka dengan praktisi pijat tentang kondisi kesehatan, kebutuhan, dan preferensi lansia. Beri tahu praktisi tentang area tubuh yang memerlukan perhatian khusus, sensitivitas atau rasa nyeri yang mungkin dialami, serta apakah ada batasan yang perlu diperhatikan.

Pilih Teknik yang Sesuai: 
Pilih teknik pijat yang sesuai dengan kondisi kesehatan lansia. Misalnya, pijat yang lembut dan relaksasi mungkin lebih cocok untuk lansia yang memiliki gangguan pergerakan atau sensitivitas kulit, sementara pijat refleksi atau akupresur dapat bermanfaat untuk merangsang sirkulasi dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Kondisi Lingkungan yang Nyaman: 
Pastikan lingkungan tempat pijat aman, nyaman, dan santai. Suhu ruangan yang nyaman, pencahayaan yang lembut, dan musik yang menenangkan dapat membantu menciptakan pengalaman yang menyenangkan dan menenangkan bagi lansia.

Pantau Respons: 
Selama sesi pijat, pantau respons lansia terhadap sentuhan dan tekanan. Jika lansia mengalami ketidaknyamanan atau kejutan, segera sesuaikan teknik atau intensitas pijat.

Berikan Perhatian Khusus: 
Berikan perhatian khusus pada area tubuh yang sering mengalami masalah, seperti sendi yang kaku, otot yang tegang, atau area yang rentan terhadap luka atau iritasi.

Lanjutkan dengan Keamanan: 
Setelah sesi pijat selesai, pastikan lansia diberi waktu untuk beristirahat dan mengembalikan energi mereka. Berikan minuman yang cukup dan pastikan untuk menemani mereka saat berdiri atau berpindah dari meja pijat dengan hati-hati.

Demikian beberapa saran untuk pijat bagi lansia agar dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan dan bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka.



Sumber: