Thursday, 28 September 2023

Limfoma, Berbahaya Untuk Lansia

       Kanker limfoma, juga dikenal sebagai limfoma, adalah jenis kanker yang berasal dari sel-sel sistem limfatik. Sistem limfatik adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh yang berperan dalam melawan infeksi dan penyakit. Kanker limfoma terjadi ketika sel-sel limfosit (jenis sel darah putih) mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali dan menjadi ganas.

Istilah medis yang umum digunakan untuk kanker limfoma adalah "lymphoma." Lymphoma adalah istilah yang merujuk pada kanker yang berasal dari sel-sel sistem limfatik, yang melibatkan kelenjar getah bening, limpa, dan jaringan limfatik lainnya.

Ada dua jenis utama limfoma:

πŸ‘‰Limfoma Hodgkin (LH):

Limfoma Hodgkin ditandai oleh kehadiran sel-sel khas yang disebut sel Reed-Sternberg di dalam kelenjar getah bening. Jenis limfoma ini lebih langka daripada limfoma non-Hodgkin. Limfoma Hodgkin biasanya memiliki tingkat kesembuhan yang lebih tinggi daripada limfoma non-Hodgkin.

πŸ‘‰Limfoma non-Hodgkin (LNH):

Limfoma non-Hodgkin mencakup berbagai jenis limfoma yang berbeda-beda, yang dapat terjadi di berbagai bagian tubuh. Jenis-jenis limfoma non-Hodgkin ini dapat bervariasi dalam tingkat keganasan dan cara perawatannya.

Limfoma Hodgkin tingkat kesembuhan lebih tinggi dari limfoma non-Hodgkin
(Sumber: foto LPC- Lansia)

Gejala kanker limfoma pada lansia bisa mirip dengan gejala pada orang dewasa pada umumnya. Namun, perlu diingat bahwa gejala kanker limfoma dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya, tergantung pada jenis limfoma, tingkat keparahan, dan sejauh mana kanker telah menyebar.

Beberapa gejala umum kanker limfoma pada lansia yang perlu diwaspadai meliputi:

πŸ’’ Pembesaran kelenjar getah bening: 

Salah satu gejala yang sering muncul adalah pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha. Kelenjar getah bening yang terasa keras atau tidak nyaman perlu diperiksa oleh dokter.

πŸ’’ Demam: 

Demam yang tidak jelas penyebabnya dan berlangsung dalam waktu lama bisa menjadi tanda kanker limfoma.

πŸ’’ Berkeringat berlebihan di malam hari: 

Keringat yang sangat berlebihan di malam hari, yang sering disebut sebagai "keringat malam," bisa menjadi tanda kanker limfoma.

πŸ’’ Penurunan berat badan yang tidak diinginkan: 

Penurunan berat badan yang signifikan tanpa alasan yang jelas adalah gejala yang umum terjadi pada kanker limfoma.

πŸ’’ Kelelahan yang berkepanjangan: 

Kelelahan yang tidak dapat dijelaskan dengan istirahat yang cukup bisa menjadi tanda kanker limfoma.

Kelelahan terus-menerus tanda limfoma.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’’ Gatal-gatal kulit:

Beberapa orang dengan kanker limfoma mengalami gatal-gatal pada kulit tanpa adanya ruam atau kondisi kulit lainnya.

πŸ’’ Infeksi berulang: 

Lansia yang sering mengalami infeksi yang sulit sembuh atau berulang juga perlu memeriksakan diri ke dokter.

πŸ’­ Gejala-gejala ini tidak selalu menunjukkan adanya kanker limfoma

Penyebab pasti kanker limfoma pada lansia, seperti pada kelompok usia lainnya, belum sepenuhnya dipahami. Kanker limfoma adalah kondisi yang kompleks dan multifaktor.

Beberapa faktor berkontribusi pada risiko limfoma :

πŸ‘΄ Penuaan: 

Salah satu faktor risiko utama untuk kanker limfoma adalah usia. Kanker limfoma lebih sering terjadi pada orang yang lebih tua, termasuk lansia. Hal ini mungkin karena perubahan genetik atau kerusakan selama bertahun-tahun yang meningkatkan risiko pertumbuhan sel ganas.

πŸ‘΄ Faktor Genetik: 

Beberapa bentuk kanker limfoma dapat terjadi dalam keluarga. Jika ada riwayat kanker limfoma dalam keluarga, risiko seseorang untuk mengembangkan kondisi ini mungkin lebih tinggi. Terdapat juga beberapa kelainan genetik yang terkait dengan risiko kanker limfoma.

Kanker limfoma dapat terjadi dalam keluarga.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ‘΄ Infeksi: 

Beberapa infeksi virus tertentu, seperti virus Epstein-Barr (EBV) dan virus human T-cell leukemia/lymphoma virus (HTLV-1), telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker limfoma. Infeksi HIV (virus immunodeficiency manusia) juga meningkatkan risiko limfoma pada lansia dengan sistem kekebalan yang melemah.

πŸ‘΄ Imunosupresi:

Pada lansia, sistem kekebalan tubuh dapat melemah, dan ini dapat meningkatkan risiko kanker limfoma. Penggunaan obat-obatan yang menekan sistem kekebalan, seperti dalam kasus transplantasi organ, juga dapat meningkatkan risiko.

πŸ‘΄ Paparan Zat-Zat Berbahaya: 

Paparan zat-zat kimia tertentu atau radiasi dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker limfoma.

πŸ‘΄ Riwayat Penyakit Autoimun:

Beberapa kondisi autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker limfoma pada lansia.

 πŸ’­ Banyak orang dengan faktor risiko yang sama tidak akan mengembangkan kanker limfoma, dan banyak yang mengembangkan kanker limfoma tidak memiliki faktor risiko yang jelas

        Sampai saat ini, tidak ada cara pasti untuk mencegah kanker limfoma, termasuk pada lansia, karena penyebab pasti kanker limfoma belum sepenuhnya dipahami. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko pengembangan kanker limfoma:

πŸ‘³ Hindari Faktor Risiko yang Diketahui: 

Beberapa faktor risiko, seperti merokok, terpapar zat-zat kimia berbahaya, atau infeksi tertentu, dapat meningkatkan risiko kanker limfoma. Hindari paparan terhadap faktor-faktor risiko ini ketika memungkinkan.

Hindari paparan asap rokok.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ‘³ Menerapkan Gaya Hidup Sehat:

Menerapkan gaya hidup sehat dapat membantu menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat. Ini mencakup makan makanan sehat, menjaga berat badan yang sehat, berolahraga secara teratur, dan menghindari alkohol berlebihan.

πŸ‘³ Imunisasi: 

Beberapa kasus kanker limfoma terkait dengan infeksi virus tertentu. Mengikuti program imunisasi yang direkomendasikan oleh dokter, seperti vaksinasi hepatitis B atau vaksinasi HPV, dapat membantu mengurangi risiko infeksi virus yang dapat meningkatkan risiko kanker limfoma.

πŸ‘³ Pemeriksaan Kesehatan Rutin:

Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan dan skrining kanker yang disarankan oleh dokter dapat membantu mendeteksi kanker limfoma pada tahap awal, jika ada. Pengobatan kanker pada tahap awal biasanya memiliki tingkat kesembuhan yang lebih baik.

πŸ‘³ Kelola Stres: 

Stres yang berkepanjangan dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Menerapkan teknik pengelolaan stres seperti meditasi, yoga, atau terapi bisa membantu menjaga kesehatan mental dan fisik.

πŸ‘³ Perhatikan Riwayat Keluarga:

Jika ada riwayat kanker limfoma dalam keluarga Anda, diskusikan dengan dokter Anda tentang langkah-langkah yang dapat diambil untuk memantau dan mengurangi risiko.

πŸ‘³ Ikuti Pedoman Kesehatan Khusus: 

Jika Anda memiliki kondisi medis tertentu atau sedang menjalani pengobatan yang dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh, penting untuk mengikuti pedoman kesehatan yang direkomendasikan oleh dokter Anda.

πŸ’¬ langkah-langkah tersebut dapat membantu mengurangi risiko pengembangan kanker limfoma, tidak ada jaminan bahwa tidak akan mengembangkan kanker ini. Kanker limfoma bisa terjadi pada siapa saja.

         Perawatan kanker limfoma pada lansia akan sangat tergantung pada berbagai faktor, termasuk jenis limfoma, stadium penyakit, kesehatan umum lansia, dan preferensi individu. Perawatan biasanya akan disusun oleh tim medis yang terdiri dari berbagai spesialis, seperti ahli onkologi, ahli radiasi, dan ahli bedah, berdasarkan kondisi pasien.

Beberapa pilihan perawatan yang umum digunakan untuk mengobati kanker limfoma pada lansia termasuk:

πŸ‘‰ Kemoterapi:

Ini adalah metode pengobatan yang paling umum digunakan untuk kanker limfoma. Kemoterapi melibatkan penggunaan obat-obatan khusus yang bertujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker. Sering kali, kombinasi beberapa obat digunakan dalam regimen kemoterapi. Lansia mungkin memerlukan penyesuaian dosis atau jenis obat yang digunakan karena kondisi kesehatan yang mungkin lebih rapuh.

Kemoterapi pengobatan paling umum untuk limfoma.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ‘‰ Radioterapi: 

Radioterapi menggunakan sinar-X tinggi energi untuk menghancurkan sel-sel kanker. Ini sering digunakan dalam kasus limfoma Hodgkin dan kadang-kadang pada limfoma non-Hodgkin. Radioterapi dapat ditargetkan pada area yang terinfeksi kanker dengan presisi.

πŸ‘‰ Terapi Target:

Terapi target adalah pengobatan yang ditargetkan secara khusus pada molekul-molekul atau jalur-jalur biologis yang terlibat dalam pertumbuhan sel kanker. Beberapa obat terapi target telah dikembangkan untuk beberapa jenis limfoma.

πŸ‘‰ Terapi Imunologi:

Terapi imunologi, seperti terapi sel T CAR (Chimeric Antigen Receptor T-cell), adalah metode baru yang mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel-sel kanker. Ini adalah pengobatan yang berkembang pesat dan mungkin merupakan pilihan bagi beberapa pasien dengan limfoma.

πŸ‘‰ Transplantasi Sumsum Tulang:

Transplantasi sumsum tulang dapat menjadi pilihan untuk beberapa pasien dengan kanker limfoma yang lebih agresif. Prosedur ini melibatkan penggunaan sumsum tulang atau sel-sel induk darah yang sehat untuk menggantikan yang rusak oleh pengobatan kanker.

πŸ‘‰ Pemantauan Aktif: 

Untuk beberapa kasus limfoma yang lebih lambat tumbuh atau pada lansia dengan kondisi kesehatan yang lemah, pemantauan aktif mungkin merupakan pilihan. Ini melibatkan pemantauan ketat terhadap perkembangan penyakit tanpa mengobati aktif kecuali jika ada tanda-tanda progresi.

        πŸ’¬ Setiap rencana perawatan akan disesuaikan dengan kebutuhan individu, dan pasien lansia mungkin memerlukan perhatian khusus karena berbagai faktor, seperti kondisi kesehatan yang mungkin lebih rapuh dan respons terhadap perawatan yang mungkin berbeda.

Konsultasikan dengan tim perawatan medis untuk membahas pilihan perawatan yang paling sesuai dengan kondisi atau orang yang Anda cintai. Pemantauan teratur dan komunikasi terbuka dengan tim perawatan sangat penting dalam manajemen kanker limfoma pada lansia.




Sumber:

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lymphoma/symptoms-causes/syc-20352638

https://www.cancer.org.au/cancer-information/types-of-cancer/lymphoma

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22225-lymphoma

https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/lymphoma

https://www.cancer.org/cancer/types/lymphoma.html

Wednesday, 27 September 2023

Perasaan Cemas Pada Lansia, Fobia Sosial.

        Fobia sosial adalah ketika seseorang merasa sangat cemas dan minder dalam situasi sosial sehari-hari. Orang dewasa yang lebih tua mungkin merasakan ketakutan yang intens, terus-menerus, dan kronis akan dihakimi oleh orang lain dan melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan rasa malu. 

Beberapa orang lanjut usia menderita fobia sosial karena mereka malu karena tidak dapat mengingat nama atau malu dengan penampilannya karena sakit. Gangguan kecemasan sosial membuat Anda sulit menjalin dan mempertahankan teman. 

Beberapa lansia memiliki fobia sosial.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Penderita fobia sosial mungkin berada di dekat orang lain, namun merasa cemas sebelumnya, sangat tidak nyaman selama pertemuan tersebut, dan, setelah itu, khawatir bagaimana mereka dihakimi. Gejala fisiknya bisa berupa wajah memerah, berkeringat banyak, gemetar, mual, dan kesulitan berbicara.

Malu dengan penampilannya karena sakit.
(Sumber: foto canva.com)

Perasaan malu dapat dialami oleh individu dari segala usia, termasuk lansia. Malu adalah perasaan tidak nyaman atau rasa tidak percaya diri yang muncul ketika seseorang merasa bahwa perilaku atau tindakan mereka dianggap tidak pantas atau salah oleh orang lain atau oleh norma sosial tertentu.

Dalam dunia medis yang umum digunakan untuk menggambarkan perasaan malu yang mengganggu adalah Sosial Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan Sosial) atau Social Phobia.  Ini adalah gangguan kecemasan yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang karena ketakutan yang berlebihan terhadap situasi sosial atau performa di depan orang lain. 

Individu dengan gangguan kecemasan sosial sering kali merasa sangat malu, gugup, dan cemas dalam situasi seperti berbicara di depan umum, berpartisipasi dalam pertemuan sosial, atau bahkan berinteraksi dengan orang lain.

Gejala umum dari Gangguan Kecemasan Sosial meliputi:

  • Ketakutan intens sebelum atau selama situasi sosial atau performa.
  • Perasaan malu atau rendah diri yang mendalam.
  • Menghindari situasi sosial atau performa.
  • Gejala fisik seperti keringat berlebihan, gemetar, detak jantung yang cepat, atau mual saat dalam situasi tersebut.

Gangguan Kecemasan Sosial adalah gangguan kesehatan mental yang serius dan dapat mengganggu kehidupan seseorang secara signifikan.

Beberapa alasan mengapa lansia mungkin mengalami perasaan malu meliputi:

πŸ’ͺ Ketidakmampuan Fisik: 

Lansia mungkin mengalami penurunan kemampuan fisik seiring bertambahnya usia, seperti kesulitan berjalan, kehilangan daya penglihatan atau pendengaran. Hal ini bisa membuat mereka merasa malu karena merasa kurang terampil atau bergantung pada bantuan orang lain.

Kesulitan berjalan membuat lansia malu dan cemas.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’ͺ Kehilangan Memori: 

Beberapa lansia mengalami penurunan daya ingat atau kebingungan, yang bisa membuat mereka merasa malu saat mereka lupa hal-hal yang sebelumnya dapat mereka ingat.

πŸ’ͺ Isolasi Sosial:

Lansia yang menghadapi isolasi sosial, seperti kehilangan teman atau kerabat yang dekat, bisa merasa malu karena merasa kesepian atau tidak memiliki dukungan sosial.

πŸ’ͺ Perubahan Dalam Penampilan: 

Perubahan dalam penampilan fisik, seperti keriput, rambut beruban, atau berat badan yang berubah, dapat menyebabkan perasaan malu pada beberapa lansia.

πŸ’ͺ Ketergantungan pada Orang Lain: 

Jika lansia menjadi lebih tergantung pada perawatan atau dukungan orang lain, mereka mungkin merasa malu karena merasa menjadi beban bagi orang lain.

Merasa malu karena menjadi beban orang lain.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’ͺ Perubahan dalam Peran Sosial:

Ketika lansia pensiun dari pekerjaan atau peran sosial lainnya, mereka mungkin mengalami perasaan kehilangan identitas atau perasaan tidak berguna.

           πŸ’¬ Perasaan malu adalah emosi manusia yang alami dan bisa dialami oleh siapa saja.

Dalam konteks kesehatan mental, perasaan malu atau ketidakpercayaan diri yang berkepanjangan dan berat dapat menjadi gejala dari berbagai gangguan psikologis, seperti:

😱 Gangguan Kecemasan Sosial: 

Ini adalah gangguan di mana seseorang mengalami perasaan cemas yang luar biasa dalam situasi sosial dan dapat merasa malu atau takut akan penilaian orang lain.

😱 Gangguan Makan: 

Individu dengan gangguan makan seperti anoreksia nervosa atau bulimia nervosa mungkin mengalami perasaan malu terkait dengan hubungan mereka dengan makanan, berat badan, atau penampilan fisik.

😱 Depresi:

Orang dengan depresi sering mengalami perasaan rendah diri yang mendalam dan dapat merasa malu terkait dengan perasaan ini.

😱 Gangguan Kecemasan Umum: 

Orang dengan gangguan kecemasan umum dapat merasa malu karena perasaan ketidakpastian atau kekhawatiran berlebihan.

😱 Gangguan Kepribadian:

Beberapa jenis gangguan kepribadian, seperti gangguan kepribadian menghindar atau gangguan kepribadian dependen, dapat dikaitkan dengan perasaan malu atau ketidakpercayaan diri yang kronis.

        Mengatasi perasaan malu pada lansia dapat menjadi tantangan, tetapi ada berbagai strategi yang dapat membantu mereka menghadapinya dengan lebih baik. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu lansia mengatasi rasa malu:

πŸ‘„ Berbicara dan Mendengarkan: 

Ajak lansia untuk berbicara tentang perasaan mereka. Dengarkan dengan penuh perhatian dan tanpa menghakimi. Terkadang, berbicara tentang perasaan dapat membantu mengurangi tekanan emosional.

πŸ‘„ Bantu Identifikasi Akar Masalah:

Cobalah untuk membantu lansia mengidentifikasi penyebab perasaan malu mereka. Apakah itu terkait dengan perubahan fisik, perubahan dalam peran sosial, atau pengalaman masa lalu? Identifikasi akar masalah dapat membantu dalam penanganan.

πŸ‘„ Jaga Dukungan Sosial:

Dukungan dari teman, keluarga, atau kelompok dukungan bisa sangat membantu. Pastikan lansia merasa didukung dan dicintai.

πŸ‘„ Promosikan Kesehatan Mental:

Dorong lansia untuk menjaga kesehatan mental mereka. Ini bisa termasuk berpartisipasi dalam aktivitas yang mereka nikmati, seperti seni, olahraga, atau musik. Terkadang terapi psikologis atau konseling juga diperlukan.

πŸ‘„ Latihan dan Perawatan Fisik:

Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu meningkatkan suasana hati dan rasa percaya diri. Ini juga dapat membantu mengatasi beberapa penyebab perasaan malu terkait dengan perubahan fisik.

πŸ‘„ Terapi dan Konseling: 

Jika perasaan malu bersifat kronis atau mengganggu, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari seorang profesional kesehatan mental, seperti seorang psikolog atau psikiater. Terapi kognitif perilaku (CBT) adalah salah satu bentuk terapi yang sering digunakan untuk mengatasi perasaan malu.

πŸ‘„ Edukasi: 

Edukasi tentang proses penuaan dan perubahan yang alami dalam tubuh dapat membantu lansia mengatasi perasaan malu terkait dengan perubahan fisik.

πŸ‘„ Latih Keterampilan Sosial:

Lansia mungkin merasa lebih percaya diri dalam berinteraksi sosial jika mereka memiliki keterampilan sosial yang baik. Program pelatihan keterampilan sosial dapat membantu dalam hal ini.

πŸ‘„ Rencana Perawatan: 

Jika perasaan malu terkait dengan masalah medis tertentu, pastikan lansia mendapatkan perawatan medis yang sesuai.

πŸ‘„ Pendekatan Positif:

Dorong lansia untuk fokus pada aspek-aspek positif dalam hidup mereka. Membuat daftar pencapaian, mengejar hobi, dan merencanakan aktivitas yang membuat mereka bahagia dapat membantu mengalihkan perhatian dari perasaan malu.

       Mengatasi perasaan malu bisa memerlukan waktu, dan tidak ada solusi instan. Dukungan dari orang-orang terdekat dan profesional kesehatan mental dapat sangat membantu lansia dalam mengatasi perasaan ini dan meningkatkan kesejahteraan mereka.






Sumber:

https://www.overcome.org.uk/programs/fear? 

https://www.aagponline.org/patient-article/anxiety-and-older-adults-overcoming-worry-and-fear/

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/14998739/

https://www.ncoa.org/article/anxiety-and-older-adults-a-guide-to-getting-the-relief-you-need

https://www.psychiatrist.com/pcc/anxiety/anxiety-disorders-in-older-patients/

Tuesday, 26 September 2023

Lemak Jenuh, Apakah Bahaya Untuk lansia

        Lemak jenuh adalah jenis lemak yang memiliki ikatan kimia tunggal antara atom-atom hidrogen dalam rantainya, yang berarti bahwa rantai karbon dalam lemak ini sepenuhnya "tersaturasi" dengan atom hidrogen. Lemak jenuh atau minyak jenuh adalah lemak yang pada suhu kamar berbentuk padat atau setidaknya lebih kental daripada lemak cair pada suhu tersebut.

Istilah medis untuk lemak jenuh adalah "saturated fat." Dalam bahasa medis dan ilmu gizi, lemak jenuh mengacu pada jenis lemak yang memiliki ikatan tunggal antara atom-atom hidrogen dalam rantai karbonnya. Hal ini menyebabkan rantai karbon dalam lemak tersebut "jenuh" dengan atom hidrogen.

Lemak jenuh bersifat padat pada suhu kamar, terkandung dalam makanan hewani dan beberapa makanan nabati. Lemak jenuh telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan masalah kesehatan lainnya, itulah sebabnya penting untuk membatasi konsumsi lemak jenuh dalam diet Anda.

Lemak jenuh banyak terdapat pada makanan hewani.
(Sumber: foto LPC- Lansia)

Produk  hewani banyak mengandung lemak jenuh, seperti daging merah, produk susu tinggi lemak, mentega, dan lemak trans yang dihasilkan dari hidrogenasi minyak sayuran. Makanan yang tinggi lemak jenuh cenderung memiliki rasa yang kaya dan gurih.

Lemak jenuh banyak ditemukan pada berbagai bahan makanan, terutama dalam produk-produk hewani dan beberapa produk makanan olahan. 

Beberapa contoh bahan makanan yang mengandung lemak jenuh:

πŸ„ Daging Merah: 

Daging sapi, domba, dan babi dapat mengandung lemak jenuh, terutama pada bagian-bagian yang berlemak.

πŸ„ Produk Susu Tinggi Lemak: 

Susu tinggi lemak, keju, krim asam, dan mentega mengandung lemak jenuh. Lebih baik memilih produk susu rendah lemak atau non-lemak.

πŸ„ Minyak Kelapa: 

Minyak kelapa adalah salah satu jenis minyak nabati yang tinggi lemak jenuh. Ini sering digunakan dalam masakan tertentu.

πŸ„ Minyak Sawit:

Minyak sawit adalah minyak nabati yang mengandung lemak jenuh. Ini digunakan dalam banyak produk makanan olahan dan dapat ditemukan dalam makanan ringan, camilan, dan makanan cepat saji.

Minyak sawit (minyak nabati) yang mengandung lemak jenuh.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ„ Daging Ayam dengan Kulit:

Kulit ayam mengandung lemak jenuh, sehingga menghilangkan kulit ayam dapat membantu mengurangi asupan lemak jenuh.

πŸ„ Minyak Nabati Terhidrogenasi (Minyak Trans):

Minyak nabati terhidrogenasi digunakan dalam beberapa produk makanan olahan dan mengandung lemak trans, yang juga termasuk dalam kategori lemak jenuh.

πŸ„ Camilan Krim dan Kue Kering: 

Kue kering, biskuit, dan camilan yang mengandung mentega atau minyak nabati terhidrogenasi biasanya mengandung lemak jenuh.

πŸ„ Makanan Cepat Saji: 

Makanan cepat saji, seperti kentang goreng dan makanan berlemak lainnya, seringkali digoreng dalam minyak yang mengandung lemak jenuh.

       Minyak jenuh, jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan lansia, sama seperti pada kelompok usia lainnya. 

Beberapa dampak kesehatan minyak jenuh pada lansia meliputi:

πŸ’™ Penyakit Jantung: 

Konsumsi tinggi lemak jenuh telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dalam darah, yang dapat menyebabkan penumpukan plak di arteri (aterosklerosis) dan meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

Konsumsi lemak jenuh tinggi meningkatkan risiko stroke.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’™ Obesitas: 

Konsumsi berlebihan lemak jenuh dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan obesitas, Banyak makanan berlemak tinggi seperti pizza, makanan yang dipanggang, dan gorengan memiliki banyak lemak jenuhnya. 

Makan terlalu banyak lemak dapat menambah kalori ekstra pada makanan dan menyebabkan berat badan bertambah. Semua lemak mengandung 9 kalori per gram lemak. Ini lebih dari dua kali lipat jumlah yang ditemukan pada karbohidrat dan protein . yang dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, termasuk diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung.

πŸ’™ Peradangan: 

Minyak jenuh dapat memicu peradangan dalam tubuh, yang dapat memengaruhi kesehatan lansia. Peradangan kronis telah dikaitkan dengan berbagai penyakit, termasuk arthritis dan penyakit autoimun.

πŸ’™ Resistensi Insulin:

Diet tinggi lemak jenuh telah dikaitkan dengan perkembangan resistensi insulin, yang merupakan faktor risiko diabetes tipe 2. Diabetes dapat menjadi masalah serius pada lansia dan memerlukan manajemen yang cermat.

πŸ’™ Kesehatan Jantung: 

Lansia umumnya memiliki risiko lebih tinggi terkena masalah kesehatan jantung. Konsumsi berlebihan lemak jenuh dapat memperburuk kondisi jantung yang sudah ada dan meningkatkan risiko komplikasi.

πŸ’™ Kesehatan Mental: 

Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara diet tinggi lemak jenuh dan risiko gangguan kesehatan mental, seperti depresi. Kesehatan mental lansia dapat dipengaruhi oleh pola makan mereka.

πŸ”ŽTakaran Konsumsi Lemak Jenuh.

Takaran mengonsumsi lemak jenuh yang disarankan untuk lansia serupa dengan panduan diet yang umumnya direkomendasikan untuk orang dewasa pada umumnya. Menurut banyak pedoman gizi dan kesehatan, termasuk panduan dari organisasi seperti Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Pengendalian Penyakit dan Pencegahan AS (CDC), rekomendasi umum untuk asupan lemak jenuh adalah sekitar 7-10% atau kurang dari total asupan kalori harian.

lansia harus menjaga jumlah asupan lemak jenuh.
(Sumber: foto canva.com)

Menghitung Konsumsi Lemak Jenuh.

Menghitung konsumsi lemak jenuh yang sehat pada manusia dapat melibatkan beberapa langkah sederhana. Perlu diingat bahwa rekomendasi asupan lemak jenuh akan bervariasi tergantung pada usia, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan kebutuhan kesehatan individu. 

Panduan umum untuk membantu Anda menghitung asupan lemak jenuh yang sehat:

🍳Tentukan Total Kebutuhan Kalori: 

Pertama-tama, Anda perlu menentukan total kebutuhan kalori harian Anda. Ini dapat dihitung berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan tujuan kesehatan Anda (misalnya, apakah Anda ingin menjaga berat badan, menurunkan berat badan, atau menaikkan berat badan). Banyak kalkulator online yang dapat membantu Anda menentukan kebutuhan kalori harian Anda.

🍳Batas Asupan Lemak Jenuh: 

Rekomendasi umum adalah bahwa asupan lemak jenuh harus kurang dari 10% dari total asupan kalori harian. Namun, beberapa organisasi kesehatan, seperti American Heart Association (AHA), merekomendasikan batasan lebih ketat, yaitu kurang dari 7% dari total kalori harian.

🍳Konversi Kalori menjadi Gram:

Lemak mengandung sekitar 9 kalori per gram. Jadi, jika Anda mengetahui total kalori harian yang Anda butuhkan dan ingin mematuhi batasan asupan lemak jenuh (misalnya, 10% dari 2.000 kalori), Anda dapat menghitung berapa gram lemak jenuh yang Anda perbolehkan per hari.

Contoh: Jika total kalori harian Anda adalah 2.000 kalori dan Anda ingin membatasi asupan lemak jenuh menjadi 10% dari total kalori, maka Anda dapat menghitung:

2.000 kalori x 0,10 (10%) = 200 kalori dari lemak jenuh per hari.

🍳Konversi Gram ke Porsi Makanan: 

Selanjutnya, Anda dapat mengonversi jumlah gram lemak jenuh ini menjadi porsi makanan yang mengandung lemak jenuh. Perhatikan bahwa berbagai sumber lemak jenuh memiliki jumlah lemak yang berbeda per porsi, jadi Anda perlu membaca label makanan atau merujuk pada tabel informasi gizi untuk mengidentifikasi jumlah lemak jenuh dalam makanan tertentu.

Contoh: Jika Anda ingin mengonsumsi tidak lebih dari 200 kalori lemak jenuh per hari, dan satu porsi makanan tertentu mengandung 5 gram lemak jenuh, maka Anda dapat mengonsumsi hingga 40 porsi makanan ini dalam sehari (200 kalori / 5 gram per porsi).

🍳Pantau Asupan: 

Penting untuk memantau asupan lemak jenuh Anda secara berkala dan memilih makanan yang sehat dan rendah lemak jenuh, seperti makanan tinggi serat, buah, sayuran, ikan berlemak, dan biji-bijian. Hindari makanan yang tinggi lemak jenuh seperti makanan cepat saji yang digoreng dalam minyak lemak jenuh, daging berlemak, dan produk susu tinggi lemak.

Membaca Label Nutrisi

Semua makanan kemasan memiliki label nutrisi yang mencantumkan kandungan lemak. Membaca label makanan dapat membantu melacak berapa banyak lemak jenuh yang Anda makan.

Periksa total lemak dalam satu porsi. Periksa juga jumlah lemak jenuh dalam satu porsi. Kemudian jumlahkan berapa porsi yang Anda makan.

Sebagai panduan, saat membandingkan atau membaca label:

  • 5% dari nilai harian dari lemak adalah rendah
  • 20% dari nilai harian dari lemak tergolong tinggi

Pilih makanan dengan jumlah lemak jenuh yang rendah.

       Konsultasikan dengan seorang ahli gizi atau profesional kesehatan untuk rekomendasi asupan lemak yang lebih spesifik sesuai dengan kebutuhan dan tujuan kesehatan Anda. Mengikuti panduan ini dapat membantu Anda menghitung dan menjaga asupan lemak jenuh yang sehat sesuai dengan kebutuhan Anda.




Sumber:

https://medlineplus.gov/ency/patientinstructions/000838.htm#:~:text=Saturated 

https://www.heart.org/en/healthy-living/healthy-eating/eat-smart/fats/saturated-fats

https://www.nhs.uk/live-well/eat-well/how-to-eat-a-balanced-diet/eat-less-saturated-fat/

https://en.wikipedia.org/wiki/Saturated_fat