Saturday, 7 October 2023

Kanker Kulit, Paparan Sinar Matahari

        Kanker kulit adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan sel-sel kanker yang terjadi di kulit manusia. Terdapat beberapa jenis kanker kulit, tetapi dua jenis yang paling umum adalah karsinoma sel basal (basal cell carcinoma) dan karsinoma sel skuamosa (squamous cell carcinoma). Pertumbuhan sel kulit yang tidak normal, paling sering berkembang pada kulit yang terkena sinar matahari. Namun bentuk kanker yang umum ini juga bisa terjadi pada area kulit yang biasanya tidak terkena sinar matahari.

Pengertian kedua jenis kanker kulit tersebut:

👉Karsinoma Sel Basal (Basal Cell Carcinoma):

Karsinoma sel basal adalah jenis kanker kulit yang paling umum dan lebih sering terjadi pada area kulit yang terpapar sinar matahari secara berlebihan, seperti wajah, leher, dan lengan. Kanker ini muncul ketika sel basal dalam epidermis (lapisan atas kulit) mengalami mutasi DNA yang mengakibatkan pertumbuhan sel-sel yang tidak terkendali. 

Karsinoma sel basal jarang menyebar ke bagian tubuh lainnya dan biasanya tumbuh secara lokal. Gejala utama karsinoma sel basal adalah munculnya lesi kulit yang sering kali berwarna merah muda, merah coklat, atau merah jambu, dengan tepi yang berlekuk dan terkadang membentuk ulkus (luka terbuka) yang sulit sembuh.

👉Karsinoma Sel Skuamosa (Squamous Cell Carcinoma):

Karsinoma sel skuamosa adalah jenis kanker kulit yang juga sering terkait dengan paparan sinar matahari berlebihan. Kanker ini berkembang dari sel-sel skuamosa dalam epidermis kulit. Karsinoma sel skuamosa cenderung lebih agresif daripada karsinoma sel basal dan memiliki potensi untuk menyebar ke bagian tubuh lainnya jika tidak diobati. Gejalanya bisa berupa lesi kulit yang terlihat seperti lepuhan atau luka terbuka, sering kali keropeng, dan dapat menyebabkan rasa gatal atau nyeri.

Paparan sinar matahari berbahaya untuk kulit manusia.
(Sumber: foto LPC- Lansia)

       Kanker kulit dapat memiliki berbagai ciri, dan gejala yang muncul dapat bervariasi tergantung pada jenis kanker kulitnya. 

Beberapa ciri umum yang bisa menjadi indikasi terjadinya kanker kulit:

Perubahan pada Kulit:

Perhatikan perubahan pada kulit, seperti bintik atau lesi yang muncul baru-baru ini atau mengalami perubahan dalam bentuk, ukuran, warna, atau tekstur.

Lesi yang Tidak Sembuh:

Luka atau lesi yang tidak sembuh dalam beberapa minggu atau bulan, atau yang sembuh tapi kemudian muncul kembali, bisa menjadi tanda kanker kulit.

Bintik atau Benjolan Berwarna: 

Kanker kulit seringkali muncul dalam bentuk bintik atau benjolan yang berwarna merah, merah muda, merah coklat, atau bahkan putih. Perubahan warna yang mencolok pada bintik kulit dapat menjadi peringatan.

Tepi Lesi yang Berlekuk atau Tidak Teratur:

Lesi yang memiliki tepi yang berlekuk, tidak teratur, atau kasar dapat menjadi tanda kanker kulit.

Sakit atau Gatal: 

Kanker kulit tertentu dapat menyebabkan rasa sakit, gatal, atau terbakar pada kulit di sekitar area yang terkena.

Keropeng yang Tidak Sembuh: 

Keropeng yang tidak sembuh atau berulang-ulang muncul pada area kulit tertentu bisa menjadi tanda kanker kulit.

Pertumbuhan Cepat: 

Jika ada pertumbuhan cepat pada bintik atau lesi kulit, itu bisa menjadi tanda kanker kulit yang agresif.

Perubahan pada Kuku atau Kulit di sekitarnya: 

Kanker kulit juga dapat mempengaruhi kuku, menyebabkan perubahan warna atau bentuk pada kuku, atau mengakibatkan pembengkakan pada kulit di sekitarnya.

Pendarahan atau Sekresi: 

Jika lesi kulit mengalami pendarahan, mengeluarkan sekresi, atau terasa basah, itu dapat menjadi tanda peringatan.

Perubahan pada Rambut: 

Perubahan pada rambut di sekitar lesi kulit, seperti rambut yang tumbuh dari tengah lesi, juga perlu diwaspadai.

💬 Tanda-tanda ini bisa berkaitan dengan kondisi kulit lainnya selain kanker kulit.

        Mencegah kanker kulit adalah langkah yang sangat penting, terutama jika Anda memiliki risiko tinggi terkena kanker kulit atau jika Anda sering terpapar sinar matahari. 

Beberapa langkah pencegahan yang dapat membantu mengurangi risiko terkena kanker kulit:

Gunakan Pelindung Matahari (Sunscreen):

  • Gunakan tabir surya dengan SPF (Sun Protection Factor) minimal 30 setiap kali Anda beraktivitas di luar ruangan.
  • Oleskan tabir surya secara merata ke seluruh kulit yang terpapar sinar matahari, termasuk wajah, leher, tangan, dan kaki.
  • Perluas penggunaan tabir surya pada semua musim, bahkan saat cuaca mendung atau saat Anda berada di dalam mobil (sinar UV dapat menembus kaca).
  • Pastikan tabir surya Anda melindungi dari sinar UVA dan UVB.
Gunakan tabir surya agar terhindar dari radiasi UV.
(Sumber: foto canva.com)
Kenakan Pakaian Pelindung:

  • Kenakan pakaian yang menutupi sebagian besar tubuh, terutama saat berada di bawah sinar matahari langsung.
  • Pilih pakaian dengan bahan yang lebih tebal dan berwarna gelap untuk memberikan perlindungan yang lebih baik.
  • Topi lebar dengan tepi yang besar dapat melindungi wajah, leher, dan telinga dari sinar matahari.
Hindari Paparan Sinar Matahari Berlebihan:
  • Hindari berjemur di bawah sinar matahari saat matahari paling terik, biasanya antara pukul 10 pagi hingga 4 sore.
  • Cari tempat teduh atau gunakan payung saat berada di luar ruangan.
  • Jika Anda berada di pantai atau di lingkungan yang pantai, berhati-hatilah terhadap pantulan sinar matahari dari air, pasir, atau salju yang dapat meningkatkan risiko terbakar matahari.
Gunakan Kacamata Hitam:
  • Kenakan kacamata hitam yang melindungi mata Anda dari sinar UV untuk menghindari kerusakan mata dan kelopak mata.
Hindari Solarium (Penggunaan Alat Pemancar Sinar UVA):
  • Hindari penggunaan alat pemancar sinar UVA (solarium) dan lampu berjemur buatan, karena mereka dapat meningkatkan risiko kanker kulit.
Pemeriksaan Kulit Rutin:
  • Lakukan pemeriksaan kulit sendiri secara rutin untuk memantau perubahan pada kulit Anda, termasuk bintik-bintik atau lesi baru yang muncul.
  • Periksakan kulit Anda secara teratur oleh seorang dokter kulit atau ahli kanker kulit untuk deteksi dini.
Hindari Paparan Terhadap Zat Kimia Berbahaya:
  • Hindari kontak kulit dengan bahan kimia berbahaya seperti arsenik, asbes, dan sejenisnya yang dapat meningkatkan risiko kanker kulit.
Hindari Merokok dan Tembakau:
  • Merokok dan terpapar asap tembakau dapat meningkatkan risiko kanker kulit, terutama karsinoma sel skuamosa.
Pencegahan kanker kulit melibatkan langkah-langkah untuk melindungi diri dari paparan sinar matahari berlebihan dan mengadopsi gaya hidup sehat. 

        Faktor penyebab kanker kulit, terutama karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa, umumnya terkait dengan paparan sinar matahari berlebihan dan faktor-faktor genetik. 

Beberapa faktor penyebab yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker kulit:

Paparan Sinar Matahari Berlebihan: 
Paparan sinar ultraviolet (UV) dari matahari adalah faktor risiko utama dalam perkembangan kanker kulit. Radiasi UV dapat merusak DNA dalam sel-sel kulit, yang dapat mengarah pada pertumbuhan sel kanker. Orang yang sering terpapar sinar matahari berlebihan atau memiliki sejarah paparan berkepanjangan berisiko lebih tinggi.

Hindari paparan sinar matahari yang berlebihan.
(Sumber: foto canva.com)
Lampu Berjemur dan Solarium: 
Penggunaan lampu berjemur buatan dan penggunaan solarium (alat pemancar sinar UVA) juga dapat meningkatkan risiko kanker kulit, terutama karsinoma sel skuamosa.

Paparan Radiasi: 
Terpapar radiasi medis atau radioterapi sebelumnya dapat meningkatkan risiko kanker kulit.
Kulit Terbakar Matahari: Riwayat terbakar matahari yang parah di masa muda dapat meningkatkan risiko kanker kulit di kemudian hari.

Pola Kulit dan Warna Kulit: 
Orang dengan kulit yang sangat terang, banyak tahi lalat, dan mudah terbakar matahari memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker kulit. Orang dengan warna kulit yang lebih gelap memiliki risiko yang lebih rendah, tetapi mereka tetap bisa terkena kanker kulit.

Sejarah Keluarga: 
Jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat kanker kulit, risiko Anda mungkin lebih tinggi karena faktor genetik dapat memainkan peran.

Usia: 
Risiko kanker kulit meningkat seiring bertambahnya usia.

Kondisi Medis:
Beberapa kondisi medis tertentu, seperti xeroderma pigmentosum (kelainan genetik yang memengaruhi kemampuan tubuh untuk memperbaiki kerusakan DNA akibat sinar UV), dapat meningkatkan risiko kanker kulit.

Paparan Zat Kimia Berbahaya:
Paparan zat kimia berbahaya seperti arsenik atau bahan kimia industri tertentu juga dapat meningkatkan risiko kanker kulit.

Imunosupresi: 
Sistem kekebalan tubuh yang melemah, misalnya karena penggunaan obat imunosupresan setelah transplantasi organ atau karena penyakit tertentu, dapat meningkatkan risiko kanker kulit.

       💬Banyak faktor risiko ini dapat diubah atau dikurangi dengan tindakan pencegahan yang sesuai, seperti melindungi kulit dari sinar matahari berlebihan, menghindari penggunaan lampu berjemur buatan, dan menjalani pemeriksaan kulit rutin. Pencegahan dan deteksi dini adalah kunci dalam mengurangi risiko kanker kulit. 

         Pengobatan kanker kulit tergantung pada jenis kanker kulit, sejauh penyebarannya, lokasinya, dan kondisi kesehatan umum pasien. Terdapat beberapa opsi pengobatan yang dapat digunakan untuk mengobati kanker kulit, termasuk:

Pembedahan:
  • Pembedahan adalah salah satu metode pengobatan utama untuk kanker kulit. Dokter akan mengangkat sel kanker dan sekitarnya untuk memastikan semua sel kanker telah dihilangkan.
  • Pilihan operasi mungkin termasuk eksisi sederhana (pengangkatan tumor), eksisi luas (pengangkatan tumor dengan margin lebih besar dari jaringan sehat), atau pembedahan Mohs (pengangkatan lapisan demi lapisan dengan pemeriksaan mikroskopis waktu nyata untuk memastikan semua sel kanker dihilangkan).
Radioterapi:
  • Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk menghancurkan sel kanker. Ini mungkin digunakan jika kanker kulit telah menyebar atau jika pembedahan tidak mungkin.
  • Radioterapi juga bisa digunakan setelah operasi untuk mengurangi risiko kanker kembali.
Terapi Fotodinamik:
  • Terapi fotodinamik melibatkan penggunaan agen fotosensitif yang diaktifkan oleh cahaya untuk menghancurkan sel kanker kulit. Ini sering digunakan untuk kanker kulit non-melanoma seperti karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa.
Terapi Target:
  • Terapi target adalah pengobatan yang ditargetkan pada molekul atau jalur tertentu dalam sel kanker untuk menghentikan pertumbuhan atau menyusutkan tumor. Terapi ini umumnya digunakan dalam kasus kanker kulit yang lebih lanjut atau metastasis.
Kemoterapi:
  • Kemoterapi digunakan lebih jarang dalam pengobatan kanker kulit dibandingkan dengan jenis kanker lainnya. Ini biasanya hanya digunakan ketika kanker kulit telah menyebar secara luas.
Imunoterapi:
  • Imunoterapi adalah metode yang merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker. Ini digunakan dalam beberapa kasus kanker kulit, terutama melanoma.
Obat Topikal:
  • Krim atau salep topikal tertentu dapat digunakan untuk mengobati kanker kulit dalam kasus tertentu, terutama untuk lesi yang lebih kecil dan permukaan.
Palliatif Care:
  • Dalam kasus-kasus di mana kanker kulit tidak dapat diobati sepenuhnya, perawatan paliatif dapat digunakan untuk meredakan gejala dan meningkatkan kualitas hidup.

Pilihan pengobatan akan ditentukan oleh tim medis yang merawat pasien berdasarkan jenis kanker kulit, tahapnya, dan faktor-faktor lainnya. Berkonsultasi dengan dokter atau spesialis kanker kulit yang berpengalaman untuk merencanakan pengobatan yang paling sesuai dengan kondisi Anda. Deteksi dini dan perawatan yang tepat waktu memiliki peran krusial dalam prognosis dan kesembuhan kanker kulit.




Sumber:








Radang Otak, Mengenai Siapa Saja

         Radang otak, juga dikenal sebagai encephalitis, adalah kondisi medis yang ditandai oleh peradangan pada otak. Istilah medis yang digunakan untuk merujuk kepada radang otak adalah "encephalitis."  Istilah ini mengacu pada peradangan yang terjadi di otak dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi virus, bakteri, jamur, atau reaksi autoimun tubuh terhadap jaringan otaknya sendiri. 

Jika peradangan disebabkan oleh infeksi di otak, kondisi ini disebut encephalitis menular, dan bila penyakit ini disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang menyerang otak, kondisi ini dikenal sebagai encephalitis autoimun. Terkadang tidak diketahui penyebabnya.  Encephalitis adalah diagnosis medis yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ini dalam konteks perawatan kesehatan.

Encephalitis dapat disebabkan oleh infeksi atau kondisi autoimun di mana respons imun tubuh menyerang otak. Bahkan dengan pengujian ekstensif, penyebab spesifik encephalitis masih belum diketahui pada sekitar 30% –40% kasus.

Kasus encephalitis kemungkinan akan terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya penyebab autoimun yang diketahui. Munculnya infeksi seperti virus Zika, Chikungunya dan Powassan juga dapat berkontribusi terhadap tren ini.

Lansia menghindari dari virus zika, chikungunya dan powassan/
(Sumber: foto LPC- Lansia)

        Gejala radang otak atau encephalitis dapat bervariasi dari ringan hingga parah, tergantung pada tingkat peradangan otak dan penyebabnya. 

Beberapa gejala umum yang dapat muncul, antara lain:

😱Demam: 

Suhu tubuh yang tinggi adalah gejala umum radang otak.

😱Sakit kepala: 

Kepala terasa nyeri atau berdenyut.

😱Gangguan kesadaran:

 Ini bisa mencakup kebingungan, kesulitan berkonsentrasi, atau kehilangan kesadaran.

😱Kejang: 

Beberapa orang dengan encephalitis mengalami kejang.

Beberapa orang kejang karena radang otak.
(Sumber: foto canva.com)

😱Mual dan muntah:

Mual dan muntah bisa terjadi.

😱Gangguan neurologis: 

Ini termasuk kelumpuhan, kelemahan otot, kesulitan berbicara, atau masalah koordinasi.

😱Perubahan perilaku atau mental: 

Beberapa orang mungkin mengalami perubahan perilaku seperti iritabilitas, agresivitas, atau halusinasi.

😱Kelumpuhan otot wajah: 

Terkadang, encephalitis dapat menyebabkan kelumpuhan otot wajah, yang dapat mempengaruhi kemampuan berbicara atau menelan.

😱Sakit leher: 

Jika radang otak disebabkan oleh infeksi, bisa terjadi kaku leher dan ketidakmampuan untuk menundukkan kepala karena peradangan pada selaput otak.

😱Kelelahan: 

Encephalitis bisa membuat Anda merasa sangat lelah dan lemas.

       Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan radang otak (encephalitis). 

Beberapa faktor risiko utama radang otak, antara lain:

📌Infeksi Virus atau Bakteri:

Paparan virus atau bakteri tertentu dapat meningkatkan risiko terkena encephalitis. Contohnya, virus herpes simplex, virus cacar air, virus campak, dan bakteri seperti Streptococcus dan Mycoplasma pneumoniae dapat menyebabkan encephalitis.

Beberapa virus dapat berisiko terkena radang otak.
(Sumber: foto canva.com)

📌Usia: 

Beberapa jenis encephalitis, seperti encephalitis herpes simplex, cenderung lebih umum pada anak-anak dan orang dewasa muda.

📌Imunisasi: 

Beberapa vaksin dapat mengurangi risiko infeksi yang dapat menyebabkan encephalitis. Vaksinasi rutin, seperti vaksin MMR (campak, gondongan, rubella), dapat membantu melindungi terhadap penyakit yang dapat mengakibatkan encephalitis.

📌Musim dan Daerah Geografis:

Beberapa jenis encephalitis seperti encephalitis virus West Nile lebih umum terjadi di musim panas dan dapat berkembang di daerah tertentu.

📌Kondisi Medis yang Melemahkan Sistem Kekebalan Tubuh: 

Orang yang memiliki kondisi medis yang melemahkan sistem kekebalan tubuh mereka, seperti infeksi HIV atau penggunaan obat imunosupresif, mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena encephalitis.

📌Perjalanan atau Ekspose Lingkungan: 

Bepergian ke daerah dengan risiko tinggi infeksi tertentu atau terpapar lingkungan yang berisiko tinggi (seperti gigitan nyamuk di daerah dengan penyebaran virus tertentu) dapat meningkatkan risiko.

📌Riwayat Keluarga: 

Dalam beberapa kasus, faktor genetik atau riwayat keluarga tertentu dapat memengaruhi risiko seseorang terhadap encephalitis.

💬 Faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terkena encephalitis, tidak semua orang dengan faktor-faktor ini akan mengembangkan kondisi ini. Selain itu, encephalitis dapat disebabkan oleh berbagai agen penyebab yang berbeda, sehingga faktor risiko juga dapat bervariasi tergantung pada penyebabnya.

      Mencegah radang otak (encephalitis) sebagian besar berkaitan dengan mencegah infeksi yang dapat menjadi penyebabnya. 

Beberapa langkah yang dapat membantu mengurangi risiko terkena radang otak:

😏 Vaksinasi: 

Vaksinasi adalah salah satu cara terbaik untuk mencegah radang otak yang disebabkan oleh infeksi virus tertentu. Pastikan bahwa Anda dan keluarga Anda mendapatkan vaksinasi yang disarankan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh otoritas kesehatan. Ini termasuk vaksin MMR (campak, gondongan, rubella), vaksin HPV (human papillomavirus), vaksin influenza, dan vaksin lain yang sesuai untuk usia dan kondisi kesehatan Anda.

Vaksinasi cara terbaik mencegah radang otak.
(Sumber: foto canva.com)

😏 Praktik Kebersihan:

Mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air adalah cara yang efektif untuk mencegah penyebaran berbagai infeksi virus dan bakteri yang dapat menyebabkan radang otak.

😏 Penghindaran Gigitan Nyamuk: 

Beberapa jenis radang otak, seperti yang disebabkan oleh virus West Nile, dapat disebarkan melalui gigitan nyamuk. Gunakan perlindungan seperti pakaian lengan panjang dan celana panjang, serta repelan nyamuk saat berada di daerah yang berisiko.

😏 Kebersihan Makanan: 

Pastikan makanan Anda dimasak dengan baik, terutama daging dan produk hewani lainnya. Hindari makanan mentah atau setengah matang yang dapat mengandung bakteri atau parasit yang berpotensi menyebabkan infeksi.

😏 Praktik Seks Aman:

Untuk mengurangi risiko infeksi yang dapat menyebabkan radang otak, praktik seks aman adalah penting. Penggunaan kondom dapat membantu melindungi terhadap infeksi yang dapat disebarkan melalui hubungan seksual.

😏 Kontrol Lingkungan:

Jika Anda tinggal atau bepergian ke daerah dengan risiko tinggi infeksi tertentu (seperti demam kuning atau encephalitis virus West Nile), pertimbangkan tindakan perlindungan seperti vaksinasi khusus atau penggunaan perlindungan yang sesuai terhadap vektor penyakit (seperti gigitan nyamuk).

😏 Kekebalan Tubuh yang Sehat: 

Jaga sistem kekebalan tubuh Anda dengan cara menjaga pola makan yang seimbang, tidur yang cukup, dan gaya hidup yang sehat secara umum. Ini dapat membantu tubuh melawan infeksi dengan lebih efektif.

😏 Vigilans Saat Bepergian:

Jika Anda bepergian ke negara atau daerah yang memiliki risiko infeksi tertentu, cari informasi tentang tindakan pencegahan yang harus Anda ambil sebelum dan selama perjalanan, termasuk vaksinasi dan perlindungan lainnya.

💬 Tidak semua kasus radang otak dapat dihindari, tetapi tindakan pencegahan ini dapat membantu mengurangi risiko Anda. 

       Pengobatan radang otak (encephalitis) tergantung pada penyebab pasti encephalitis tersebut, tingkat keparahan, dan gejala yang dialami pasien. 

Pengobatan encephalitis biasanya melibatkan beberapa pendekatan, termasuk:

👳 Perawatan Rumah Sakit: 

Sebagian besar kasus radang otak memerlukan perawatan di rumah sakit, terutama jika gejalanya parah atau jika terdapat risiko komplikasi serius.

👳 Obat-Obatan:

Pengobatan dengan obat-obatan biasanya menjadi langkah utama dalam mengatasi radang otak. Pengobatan dapat mencakup:

  • Antivirus atau Antibiotik: Jika penyebab radang otak adalah infeksi virus atau bakteri, dokter mungkin akan meresepkan obat antivirus atau antibiotik yang sesuai untuk mengatasi infeksinya.
  • Obat Antiinflamasi: Untuk mengurangi peradangan dalam otak, dokter dapat meresepkan obat antiinflamasi seperti kortikosteroid.
  • Obat Antikonvulsan: Jika pasien mengalami kejang, dokter dapat meresepkan obat antikonvulsan untuk mengendalikan kejang.
  • Obat Penahan Nyeri dan Demam: Obat-obatan ini dapat digunakan untuk mengurangi gejala seperti sakit kepala dan demam.

👳 Perawatan Dukungan: 

Pasien dengan radang otak sering memerlukan perawatan dukungan untuk mengatasi gejala dan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Hal ini dapat melibatkan hidrasi intravena dan dukungan pernapasan jika diperlukan.

👳 Terapi Fisik dan Terapi Okupasi: 

Setelah fase akut penyakit berlalu, pasien mungkin memerlukan terapi fisik atau terapi okupasi untuk membantu pulih dari gangguan motorik atau neurologis yang mungkin timbul selama penyakit.

👳 Pemantauan: 

Pasien dengan radang otak akan dipantau secara ketat oleh tim medis untuk mengamati perkembangan penyakit dan mengatasi komplikasi yang mungkin muncul.

👳 Rehabilitasi:

Bagi mereka yang mengalami gangguan neurologis yang signifikan akibat radang otak, rehabilitasi jangka panjang mungkin diperlukan untuk memaksimalkan pemulihan dan kualitas hidup.

👳 Penanganan Penyebab Dasar:

Jika radang otak disebabkan oleh penyakit autoimun, pengobatan fokus pada mengendalikan respons autoimun. Pengobatan yang lebih lanjut mungkin diperlukan untuk mengelola kondisi autoimun tersebut.

       Pengobatan radang otak harus disesuaikan dengan kondisi individu pasien, dan rencana perawatan akan dibuat oleh tim medis yang merawat. Penting untuk segera mencari perawatan medis jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala yang mencurigakan radang otak, karena diagnosis dan pengobatan dini dapat meningkatkan peluang pemulihan.




Sumber:

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/encephalitis/symptoms-causes/syc-20356136

https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/encephalitis

https://www.nhs.uk/conditions/encephalitis/

https://www.medicalnewstoday.com/articles/168997

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/6058-encephalitis

https://en.wikipedia.org/wiki/Encephalitis



Fraktur Tulang Belakang, Penurunan Tinggi Tubuh.

         Vertebra adalah tulang-tulang di tulang belakang yang disatukan melalui artikulasi yang tidak hanya melindungi sumsum tulang belakang tetapi juga memungkinkan pembebanan aksial dan dukungan pada anggota badan. Tulang belakang terdiri dari 33 ruas tulang belakang.

Fraktur tulang belakang adalah kerusakan atau patahnya salah satu atau beberapa tulang di dalam tulang belakang manusia. Tulang belakang, juga dikenal sebagai vertebrae atau columna vertebralis, adalah rangkaian tulang yang membentuk bagian utama dari sistem tulang belakang atau spinal. Fraktur tulang belakang dapat terjadi karena berbagai penyebab, seperti cedera fisik, kecelakaan, atau kondisi medis tertentu. 

Tulang belakang manusia terbagi menjadi tiga bagian utama, yang semuanya dapat mengalami patah tulang belakang:

  • Fraktur tulang belakang leher: Patah tulang belakang di leher Anda.
  • Fraktur tulang belakang dada: Patahnya tulang belakang di punggung atas yang membentang dari bagian bawah leher hingga bagian bawah tulang rusuk.
  • Fraktur tulang belakang lumbal: Patah tulang belakang di punggung bawah Anda.

Fraktur tulang belakang dapat disebabkan oleh trauma dan penyakit metastasis, namun pada sebagian besar kasus, disebabkan oleh osteoporosis.  

Osteoporosis menimbulkan fraktur tulang belakang.
(Sumber: foto LPC- Lansia)

Istilah medis yang digunakan untuk merujuk kepada fraktur tulang belakang adalah "fraktur vertebra" atau "fraktur columna vertebralis". Fraktur ini mengacu pada kerusakan atau patahnya salah satu atau beberapa vertebra (tulang belakang) dalam sistem tulang belakang manusia. 

Istilah ini biasanya diikuti oleh nomor atau huruf yang merinci lokasi dan jenis fraktur, seperti "fraktur vertebra lumbal L1" yang mengindikasikan fraktur pada vertebra lumbal pertama (L1). Dalam beberapa kasus, istilah medis juga bisa lebih rinci untuk menggambarkan jenis fraktur, seperti "fraktur kompresi" jika tulang belakang terdesak ke dalam.

Ketika seorang individu mengalami fraktur tulang belakang, ini dapat mengakibatkan kerusakan pada sumsum tulang belakang atau saraf yang berjalan di sepanjang tulang belakang. Parahnya fraktur ini dapat memengaruhi fungsi tubuh dan dapat menyebabkan gangguan neurologis yang serius, seperti kelemahan, kesemutan, atau bahkan kelumpuhan, tergantung pada lokasi dan keparahannya.

Gejala fraktur tulang belakang pada lansia bisa bervariasi tergantung pada tingkat keparahan fraktur, lokasi fraktur, dan kondisi kesehatan umum individu. 

Beberapa gejala yang mungkin muncul pada fraktur tulang belakang pada lansia meliputi:

😰 Nyeri Punggung: 

Nyeri punggung adalah gejala yang paling umum pada fraktur tulang belakang. Nyeri ini dapat berkisar dari ringan hingga sangat parah dan dapat memburuk saat bergerak atau mengangkat benda.

😰 Ketidaknyamanan atau Kaku: 

Lansia dengan fraktur tulang belakang dapat merasa kaku atau tidak nyaman di daerah punggung yang terkena fraktur.

😰 Kehilangan Tinggi Tubuh: 

Terkadang, fraktur tulang belakang dapat menyebabkan penurunan tinggi tubuh karena kompresi tulang belakang. Hal ini bisa membuat seseorang menjadi lebih pendek.

Fraktur tulang belakang menyebabkan penurunan tinggi tubuh.
(Sumber: foto canva.com)

😰 Gangguan Fungsi Motorik: 

Fraktur tulang belakang yang parah dapat menyebabkan gangguan fungsi motorik seperti kelemahan, kesemutan, atau bahkan kelumpuhan pada bagian tubuh yang diinnervasi oleh saraf yang terkena.

😰 Masalah dengan Kandung Kemih dan Kepentingan:

Fraktur tulang belakang di daerah tertentu dapat memengaruhi kontrol kandung kemih dan fungsi usus, menyebabkan masalah inkontinensia urin dan tinja.

😰 Gangguan Pernapasan: 

Fraktur tulang belakang di bagian tinggi tulang belakang dapat memengaruhi pernapasan, terutama jika tulang rusak memengaruhi saraf yang mengendalikan pernapasan.

😰 Perubahan Bentuk Tubuh:

Pada beberapa kasus, fraktur tulang belakang dapat menyebabkan perubahan bentuk tubuh, seperti kifosis (punggung bungkuk) atau lordosis (punggung melengkung ke depan).

💬 Lansia mungkin tidak selalu mengeluhkan nyeri yang parah pada awalnya, atau mereka mungkin menganggapnya sebagai gejala penuaan alami. Oleh karena itu, perlu kehati-hatian ekstra dalam mengidentifikasi dan menangani fraktur tulang belakang pada lansia

       Mencegah fraktur tulang belakang pada lansia melibatkan beberapa langkah yang dapat membantu meminimalkan risiko kerusakan tulang belakang. 

Beberapa cara yang dapat membantu mengurang risiko kerusakan tulang belakang:

😀 Pertahankan Kesehatan Tulang: 

Konsumsi makanan yang kaya akan kalsium dan vitamin D, serta mempertahankan berat badan yang sehat, dapat membantu menjaga kesehatan tulang. Kalsium dan vitamin D sangat penting untuk menjaga kepadatan tulang.

😀 Berolahraga: 

Olahraga dengan beban seperti berjalan kaki, jogging ringan, atau latihan beban dapat membantu memperkuat otot dan tulang. Ini juga dapat membantu menjaga keseimbangan, yang dapat mencegah jatuh.

Olahraga ringan berjalan kaki, menjaga keseimbangan.
(Sumber: foto canva.com)

😀 Menghindari Kebiasaan Merokok dan Minum Alkohol Berlebihan: 

Merokok dan konsumsi alkohol berlebihan dapat merusak kesehatan tulang dan meningkatkan risiko fraktur.

😀 Pencegahan Jatuh:

Jatuh adalah penyebab umum fraktur pada lansia. Untuk mencegah jatuh, pastikan rumah Anda bebas dari hambatan, pasang pegangan di tempat-tempat yang berisiko seperti kamar mandi, gunakan alas kaki yang tepat, dan periksakan mata secara teratur untuk memastikan penglihatan tetap baik.

😀 Penggunaan Perlindungan Kepala: 

Jika Anda atau lansia yang Anda kenal berpartisipasi dalam aktivitas yang berisiko tinggi cedera kepala, seperti bersepeda atau bermain olahraga, pastikan untuk menggunakan helm yang sesuai untuk melindungi tulang belakang dan kepala dari cedera serius.

😀 Pertimbangkan Terapi Hormon:

Untuk wanita pasca-menopause, terapi hormon dapat membantu menjaga kepadatan tulang. Namun, penggunaan terapi hormon harus dibahas dengan dokter dan mempertimbangkan risiko dan manfaatnya.

😀 Konsultasikan dengan Dokter:

Lansia dengan faktor risiko tertentu, seperti riwayat fraktur tulang atau osteoporosis, harus berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi risiko dan tindakan pencegahan yang sesuai.

😀 Ketahui Obat-Obatan: 

Beberapa obat, seperti kortikosteroid, dapat melemahkan tulang. Jika Anda atau lansia yang Anda kenal sedang mengonsumsi obat-obatan ini, konsultasikan dengan dokter untuk mengelola risikonya.

💬 Pencegahan fraktur tulang belakang pada lansia melibatkan perawatan yang holistik untuk kesehatan tulang dan keselamatan umum. 

        Perawatan fraktur tulang belakang akan sangat bergantung pada jenis dan keparahan fraktur, serta kondisi kesehatan umum pasien. Fraktur tulang belakang dapat diobati melalui berbagai cara, baik secara bedah maupun non-bedah. 

Berikut adalah beberapa metode pengobatan yang mungkin digunakan:

👉Perawatan Konservatif (Non-Bedah):

Penyangga Tulang Belakang (Brace): 

Untuk fraktur tulang belakang yang stabil, dokter dapat merekomendasikan penggunaan penyangga tulang belakang (brace) untuk membantu menjaga posisi yang benar selama penyembuhan.

Dokter dapat merekomendasikan penggunaan penyangga.
(Sumber: foto canva.com)

Pengobatan Nyeri:

Obat penghilang rasa sakit seperti analgesik atau antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dapat digunakan untuk mengurangi nyeri.

Terapi Fisik: 

Program rehabilitasi fisik yang dipimpin oleh fisioterapis dapat membantu memperkuat otot-otot sekitar tulang belakang, meningkatkan fleksibilitas, dan mengembalikan mobilitas.

👉Prosedur Bedah:

Stabilisasi Tulang Belakang: 

Pada fraktur tulang belakang yang lebih parah atau tidak stabil, pembedahan mungkin diperlukan untuk mengembalikan dan menstabilkan tulang belakang. Ini dapat melibatkan penggunaan implan seperti paku atau plat.

Fusi Tulang Belakang (Spinal Fusion):

Dalam beberapa kasus, dokter dapat melakukan prosedur fusi tulang belakang untuk menggabungkan dua atau lebih vertebra yang rusak. Ini bertujuan untuk mengurangi pergerakan yang tidak normal di daerah tulang belakang yang rusak.

Pengangkatan Fragmen Tulang atau Diskus: 

Pada fraktur tulang belakang yang disertai dengan kerusakan pada diskus vertebralis, dokter dapat melakukan pengangkatan fragmen tulang atau diskus yang rusak.

        💬 Selama proses perawatan, pasien akan terus dimonitor oleh tim medis untuk memastikan pemulihan yang tepat. Dalam beberapa kasus, rehabilitasi fisik mungkin diperlukan untuk membantu pasien memulihkan mobilitas dan kekuatan otot. Pemulihan dari fraktur tulang belakang biasanya memerlukan waktu yang lama, dan rencana pemulihan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan fraktur dan respons individu pasien terhadap perawatan.

Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan metode pengobatan yang paling sesuai dengan kondisi Anda atau orang yang Anda kenal yang mengalami fraktur tulang belakang, karena setiap kasus dapat berbeda. Perawatan fraktur tulang belakang harus diarahkan oleh tim medis yang terampil dan berpengalaman dalam manajemen cedera tulang belakang.




Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK547673/

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17498-spinal-fractures

https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--conditions/fractures-of-the-thoracic-and-lumbar-spine/

https://www.aans.org/en/Patients/Neurosurgical-Conditions-and-Treatments/Vertebral-Compression-Fractures

https://en.wikipedia.org/wiki/Spinal_fracture