Friday, 8 December 2023

Proses Penuaan yang Terlihat, Tak Terlihat dan Tersembunyi.

        Penuaan adalah proses alami. Setiap orang harus menjalani fase kehidupan ini pada waktu dan kecepatannya masing-masing. Usia paruh baya adalah masa ketika orang menyadari perubahan terkait usia seperti rambut beruban, kulit keriput, dan penurunan fisik yang cukup parah. Bahkan orang yang paling sehat dan bugar secara estetika pun tidak bisa lepas dari perubahan ini.

Penuaan adalah realitas biologis sejak pembuahan sampai kematian.
(Sumber:foto LPC- Lansia)

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penuaan adalah suatu rangkaian realitas biologis yang dimulai sejak pembuahan dan berakhir dengan kematian. Proses penuaan pada lansia melibatkan sejumlah perubahan fisik, mental, dan sosial. Setiap individu dapat mengalami proses penuaan dengan cara yang berbeda-beda, tetapi ada beberapa perubahan umum yang sering terjadi pada lansia. 

Beberapa hal yang terlihat pada lansia dalam proses penuaan:

Perubahan Kulit:

  • Kulit menjadi lebih tipis, kering, dan kehilangan elastisitasnya.
  • Timbul kerutan, garis halus, dan perubahan warna kulit.
  • Kemungkinan peningkatan bintik-bintik pigmentasi, bintik-bintik matahari, atau kemerahan.

Perubahan Rambut:

  • Rambut menjadi lebih tipis dan kehilangan pigmen, menyebabkan uban atau rambut berwarna putih.
  • Pada beberapa orang, rambut juga dapat menjadi lebih kering dan mudah patah.

Perubahan rambut dan kulit pada lansia.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Perubahan Penglihatan:

  • Menurunnya ketajaman penglihatan dan adaptasi yang lebih lambat terhadap perubahan cahaya.
  • Peningkatan risiko penyakit mata terkait usia, seperti katarak atau degenerasi makula.

Penurunan Pendengaran:

  • Menurunnya kemampuan pendengaran, terutama dalam rentang frekuensi tinggi.
  • Kesulitan dalam memahami percakapan di lingkungan yang bising.

Penurunan Kekuatan Otot dan Fleksibilitas:

  • Penurunan massa otot dan kekuatan otot, yang dapat menyebabkan penurunan fleksibilitas dan keseimbangan.
  • Risiko peningkatan jatuh dan cedera.

Penurunan Kepadatan Tulang:

  • Menurunnya kepadatan tulang, meningkatkan risiko patah tulang, terutama pada wanita setelah menopause.
  • Kemungkinan pengembangan osteoporosis.

Penurunan Kemampuan Kognitif:

  • Menurunnya kemampuan kognitif dan perubahan dalam fungsi otak, seperti penurunan kecepatan pemrosesan informasi.
  • Risiko peningkatan gangguan kognitif atau demensia pada beberapa individu.

Penurunan kecepatan pemrosesan informasi pada lansia.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Perubahan Sistem Kardiovaskular:

  • Penurunan elastisitas pembuluh darah, yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
  • Kemungkinan peningkatan risiko penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah.

Perubahan Hormonal:

  • Menurunnya produksi hormon seks seperti estrogen dan testosteron.
  • Pada wanita, menopause terjadi, sedangkan pada pria, penurunan kadar testosteron (andropause).

Perubahan Sosial dan Emosional:

  • Kehilangan teman atau anggota keluarga.
  • Penyesuaian terhadap perubahan peran sosial, seperti pensiun.
  • Meningkatnya risiko isolasi sosial atau kehilangan dukungan sosial.

       Selain perubahan yang dapat terlihat secara fisik atau teramati secara langsung, ada juga perubahan yang terjadi pada proses penuaan lansia yang tidak selalu tampak secara kasat mata. Perubahan ini melibatkan organ dan sistem internal. 

Beberapa perubahan yang tidak selalu terlihat pada proses penuaan lansia:

Perubahan pada Sistem Imun:

  • Menurunnya respons sistem kekebalan tubuh dapat meningkatkan risiko terhadap infeksi dan penyakit kronis.
  • Kemungkinan peningkatan reaktivitas autoimun, yang dapat menyebabkan kondisi seperti arthritis reumatoid.

Lansia memiliki risiko terhadap infeksi dan penyakit kronis.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Perubahan pada Sistem Endokrin:

  • Penurunan produksi hormon oleh kelenjar endokrin, seperti hormon pertumbuhan, insulin, dan hormon seks (estrogen pada wanita dan testosteron pada pria).
  • Ketidakseimbangan hormon dapat berkontribusi pada risiko penyakit kronis dan gejala terkait usia.

Perubahan pada Sistem Kardiovaskular:

  • Penyempitan pembuluh darah dan peningkatan kekakuan arteri.
  • Kemungkinan perubahan dalam ritme jantung dan fungsi katup jantung.

Perubahan pada Sistem Respirasi:

  • Menurunnya elastisitas paru-paru dan kemampuan mereka untuk mentransfer oksigen ke dalam darah.
  • Penurunan kemampuan fisik untuk menangani aktivitas aerobik.

Perubahan pada Sistem Pencernaan:

  • Penurunan fungsi usus dan peningkatan risiko konstipasi.
  • Menurunnya produksi enzim pencernaan dan penyerapan nutrisi yang kurang efisien.

Perubahan pada Sistem Saraf:

  • Penurunan jumlah dan fungsi sel saraf, serta perubahan dalam transmisi sinyal saraf.
  • Kemungkinan penurunan daya ingat, kecepatan pemrosesan informasi, dan koordinasi motorik.

Perubahan pada Sistem Hormon Reproduksi:

  • Menopause pada wanita, yang melibatkan penurunan produksi estrogen dan progesteron.
  • Andropause pada pria, yang melibatkan penurunan kadar testosteron.

Perubahan pada Tulang dan Jaringan Ikat:

  • Penurunan kepadatan tulang dan peningkatan risiko patah tulang.
  • Menurunnya elastisitas dan fleksibilitas jaringan ikat.

Perubahan pada Sistem Genetik dan Seluler:

  • Akumulasi kerusakan DNA dan penurunan fungsi seluler.
  • Risiko peningkatan perkembangan sel-sel yang bermutasi, yang dapat berkontribusi pada perkembangan kanker.

Perubahan pada Fungsi Metabolik:

  • Penurunan tingkat metabolisme basal, yang dapat berkontribusi pada peningkatan berat badan.
  • Ketidakseimbangan metabolisme glukosa, yang dapat meningkatkan risiko diabetes.

       Proses penuaan dapat membawa perubahan pada fungsi kognitif dan kesehatan mental lansia. Beberapa dari perubahan ini adalah bagian normal dari penuaan, tetapi perubahan kognitif yang signifikan juga dapat menjadi gejala penyakit yang lebih serius, seperti demensia. 

Beberapa perubahan mental yang dapat terjadi pada lansia selama proses penuaan:

Penurunan Kemampuan Kognitif:

  • Proses penuaan sering kali disertai dengan penurunan beberapa aspek kemampuan kognitif, seperti daya ingat, kecepatan pemrosesan informasi, dan keterampilan pemecahan masalah.
  • Lansia mungkin mengalami kesulitan dalam mengingat nama, kata, atau fakta tertentu.

Pengaruh pada Fungsi Eksekutif:

  • Fungsi eksekutif, yang melibatkan kemampuan untuk merencanakan, mengatur, dan mengendalikan perilaku, dapat mengalami penurunan.
  • Kemampuan untuk memprioritaskan tugas, membuat keputusan, dan menyelesaikan tugas kompleks bisa terpengaruh.

Perubahan dalam Perhatian dan Konsentrasi:

  • Lansia mungkin mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian dan konsentrasi pada tugas-tugas tertentu.
  • Mudah teralihkan oleh stimulus eksternal atau memiliki toleransi yang lebih rendah terhadap aktivitas yang memerlukan fokus tinggi.

Risiko Penurunan Mental yang Signifikan:

  • Risiko mengalami gangguan mental, seperti depresi atau kecemasan, dapat meningkat seiring dengan penuaan.
  • Pemahaman dan dukungan sosial yang tepat dapat membantu mengurangi risiko gangguan mental pada lansia.

Gangguan Kognitif Ringan (MCI):

  • Lansia mungkin mengalami gangguan kognitif ringan, yang melibatkan penurunan fungsi kognitif yang lebih dari yang diharapkan untuk usia, tetapi tidak cukup parah untuk dianggap sebagai demensia.
  • MCI dapat meningkatkan risiko perkembangan demensia di kemudian hari.

Gangguan kognitif ringan terjadi pada lansia.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Risiko Demensia:

  • Proses penuaan merupakan faktor risiko utama untuk pengembangan demensia, seperti Alzheimer atau penyakit vaskular.
  • Gejala demensia dapat melibatkan kehilangan memori, kebingungan, kesulitan berbicara, dan perubahan perilaku.

Penurunan Resiliensi terhadap Stres:

  • Lansia mungkin menjadi lebih rentan terhadap stres dan memiliki kesulitan dalam mengatasi perubahan hidup atau kejadian traumatis.

Perubahan Mood:

  • Perubahan mood, seperti peningkatan kecenderungan merasa kesepian, terisolasi, atau kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari, dapat terjadi.
  • Depresi pada lansia mungkin tidak selalu tampak secara langsung tetapi dapat memengaruhi kualitas hidup secara signifikan.

💬 Perubahan kognitif dan mental adalah bagian normal dari proses penuaan, tidak semua lansia mengalami perubahan tersebut secara signifikan. Faktor-faktor seperti genetika, gaya hidup sehat, dan aktivitas mental dan sosial dapat memainkan peran penting dalam memengaruhi kesehatan mental lansia. 

       Semangat lansia dapat mengalami perubahan selama proses penuaan, dan beberapa faktor dapat berkontribusi pada penurunan semangat. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua lansia mengalami penurunan semangat, dan banyak orang tetap memiliki semangat dan keberanian untuk menjalani kehidupan penuaan mereka dengan positif. 

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi semangat lansia meliputi:

Kesehatan Fisik:

  • Penyakit kronis atau kondisi kesehatan yang memburuk dapat mempengaruhi semangat dan energi lansia.
  • Kesehatan fisik yang buruk, nyeri kronis, atau keterbatasan mobilitas dapat menurunkan semangat untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari.

Isolasi Sosial:

  • Kehilangan teman atau anggota keluarga, pensiun, atau perubahan kondisi hidup dapat menyebabkan isolasi sosial.
  • Rasa kesepian atau kurangnya dukungan sosial dapat berdampak negatif pada semangat dan kebahagiaan.

Perubahan Fungsi Kognitif:

  • Penurunan fungsi kognitif atau munculnya masalah memori dapat mempengaruhi kepercayaan diri dan semangat lansia.
  • Kesulitan dalam menangani tugas sehari-hari atau perasaan kebingungan dapat menurunkan semangat.

Penuaan dan Perasaan Kehilangan:

  • Proses penuaan seringkali melibatkan perubahan dalam peran sosial, fisik, dan emosional.
  • Kesulitan dalam menerima perubahan ini atau kehilangan orang yang dicintai dapat mempengaruhi semangat.

Keterbatasan Keuangan:

  • Keterbatasan keuangan atau ketidakpastian finansial dapat menjadi sumber stres yang signifikan, mempengaruhi semangat dan kebahagiaan.

Keterbatasan Mobilitas:

  • Keterbatasan mobilitas atau kesulitan dalam bergerak secara bebas dapat membatasi partisipasi dalam kegiatan sosial atau rekreasi, memengaruhi semangat.

Depresi atau Kecemasan:

  • Masalah kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan, dapat memainkan peran dalam menurunkan semangat dan energi.
  • Penting untuk diingat bahwa kondisi ini dapat diobati dan mendapatkan dukungan profesional.

Kurangnya Aktivitas atau Tujuan:

  • Kehilangan tujuan atau kegiatan yang memberikan makna dapat berkontribusi pada penurunan semangat.
  • Merencanakan dan terlibat dalam kegiatan yang memotivasi dapat membantu mempertahankan semangat positif.

Persepsi terhadap Penuaan:

  • Cara seseorang memandang proses penuaan dan sikap terhadap perubahan yang terjadi dapat memengaruhi semangat.
  • Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan ini dapat membantu menjaga semangat yang positif.

       Melibatkan diri dalam kegiatan yang memberikan kebahagiaan, menjaga kesehatan fisik dan mental, serta membangun dan memelihara hubungan sosial dapat membantu mempertahankan atau meningkatkan semangat pada masa penuaan. Dukungan dari keluarga, teman, dan profesional kesehatan juga dapat berperan penting dalam menjaga kesejahteraan dan semangat lansia.



Sumber:

https://www.msdmanuals.com/home/older-people%E2%80%99s-health-issues/the-aging-body/overview-of-aging

https://en.wikipedia.org/wiki/Gerontology

https://en.wikipedia.org/wiki/Geriatric_care_management

https://www.geron.org/About-GSA

https://www.intechopen.com/chapters/60564

Thursday, 7 December 2023

Perjalanan dengan Penyakit, Apa Bahayanya.

         Perjalanan bisa menjadi aktivitas yang menuntut fisik, mengharuskan membawa barang bawaan, melewati pusat perjalanan yang ramai, berjalan jauh ke gerbang keberangkatan, dan menaiki berbagai metode transportasi. Melintasi zona waktu dan penundaan pemberangkatan dapat melelahkan dan membuat stres. Wisatawan lansia mungkin perlu memiliki waktu ekstra untuk perjalanan mereka. 

Lansia perlu berkonsultasi untuk melakukan perjalanan.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Bila Anda adalah lansia yang mempertimbangkan perjalanan nasional atau internasional, pelajari tindakan pencegahan apa yang perlu dilakukan agar tetap aman dan sehat selama perjalanan. Individu berusia lanjut mewakili sebagian besar wisatawan nasional atau internasional. Karena perubahan fisiologis dan meningkatnya kemungkinan kondisi medis yang mendasarinya, wisatawan  lansia mungkin berisiko lebih tinggi terkena setidaknya beberapa penyakit terkait perjalanan.

Penderita angina, gagal jantung, atau gangguan irama jantung tertentu mengalami gejala saat istirahat atau dengan aktivitas minimal, sebaiknya mereka tidak bepergian. Jika seseorang baru saja mengalami serangan jantung, mereka disarankan untuk menunda perjalanan untuk jangka waktu yang bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan serangan jantung. 

Mereka harus bertanya kepada dokter apakah mereka perlu menunggu dan untuk berapa lama. Orang dengan angina parah atau memburuk harus menghindari penerbangan. Gejala-gejalanya mungkin memburuk karena lebih sedikit oksigen yang tersedia di kabin pesawat yang terbang di ketinggian.

       Lansia mungkin menghadapi risiko kesehatan tambahan saat bepergian karena sistem kekebalan tubuh yang melemah, adanya kondisi medis kronis, dan kebutuhan kesehatan yang khusus. 

Beberapa penyakit dan masalah kesehatan yang mungkin meningkatkan risiko pada lansia saat bepergian meliputi:

Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah: 

Lansia dengan penyakit jantung atau tekanan darah tinggi dapat menghadapi risiko komplikasi kesehatan selama perjalanan, terutama jika perjalanan melibatkan perubahan ketinggian atau stres fisik.

Lansia dengan penyakit jantung berisiko komplikasi kesehatan.
(Sumber: foto canva.com)

Diabetes:

Penderita diabetes harus memperhatikan kontrol gula darah mereka saat bepergian. Perubahan dalam pola makan atau waktu perjalanan yang panjang dapat memengaruhi pengelolaan diabetes.

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK): 

Lansia yang menderita PPOK atau penyakit pernapasan lainnya mungkin mengalami kesulitan bernapas saat bepergian, terutama jika ada perubahan dalam kualitas udara.

Artritis: 

Perjalanan yang panjang atau aktivitas fisik yang intens dapat meningkatkan rasa sakit dan ketidaknyamanan bagi lansia dengan arthritis.

Demensia: 

Lansia dengan demensia mungkin menghadapi kesulitan beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan jadwal perjalanan. Perjalanan jarak jauh juga dapat membingungkan dan menimbulkan stres ekstra.

Gangguan Keseimbangan dan Risiko Jatuh: 

Lansia cenderung memiliki gangguan keseimbangan yang meningkatkan risiko kecelakaan dan jatuh. Perjalanan dapat meningkatkan risiko ini, terutama jika ada kondisi medan yang tidak rata atau tidak stabil.

Lansia cenderung memiliki gangguan keseimbangan.
(Sumber: foto canva.com)

Gangguan Penglihatan dan Pendengaran: 

Lansia dengan gangguan penglihatan atau pendengaran perlu mengatasi tantangan tambahan saat bepergian, seperti navigasi dan komunikasi yang lebih sulit.

Infeksi Saluran Pernapasan Atas: 

Lansia memiliki risiko lebih tinggi terhadap infeksi saluran pernapasan atas, dan perjalanan dapat meningkatkan paparan terhadap virus atau bakteri penyebab infeksi.

Penyakit Infeksi: 

Lansia mungkin lebih rentan terhadap infeksi umum, dan perjalanan bisa meningkatkan risiko paparan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit.

Kerusakan Kulit: 

Perjalanan yang panjang atau terpapar matahari berlebihan dapat meningkatkan risiko kerusakan kulit pada lansia, terutama jika mereka memiliki kulit yang lebih tipis dan sensitif.

lelah Perjalanan:

Jet lag mungkin lebih parah dan berkepanjangan pada lansia. Istirahat dan hidrasi yang cukup sebelum perjalanan dapat membantu melawan efeknya. Membagi perjalanan jauh menjadi beberapa segmen dengan hari istirahat di antaranya mungkin bisa membantu, meski merepotkan.

Jet lag mungkin lebih parah dan lama pada lansia.
(Sumber: foto canva.com)

Hipertermia dan hipotermia:

Kerentanan terhadap suhu panas dan dingin yang ekstrem dapat meningkat pada wisatawan lanjut usia . Iklim panas dapat meningkatkan risiko penurunan tekanan darah secara berlebihan pada mereka yang mengonsumsi obat tekanan darah tinggi atau penyakit Parkinson.

💬Berkonsultasi dengan dokter sebelum bepergian, khususnya jika ada kondisi medis atau perlu penyesuaian dalam pengelolaan kesehatan mereka selama perjalanan. 

        Persiapan perjalanan bagi lansia melibatkan beberapa aspek penting agar perjalanan dapat dilakukan dengan aman dan nyaman. 

Beberapa saran persiapan perjalanan untuk lansia:

Konsultasi dengan Dokter:

Sebelum merencanakan perjalanan, lansia sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan bahwa kondisi kesehatannya memungkinkan untuk bepergian dan mengetahui langkah-langkah pencegahan yang diperlukan.

Vaksinasi:

Pastikan vaksinasi yang diperlukan atau disarankan untuk tempat tujuan perjalanan telah diperoleh. Vaksinasi tertentu dapat diperlukan terutama jika destinasi perjalanan memiliki risiko kesehatan tertentu.

Asuransi Perjalanan:

Pertimbangkan untuk mendapatkan asuransi perjalanan yang mencakup kebutuhan kesehatan lansia, termasuk evakuasi medis dan biaya pengobatan di luar negeri.

Obat dan Dokumen Kesehatan:

Bawa obat-obatan yang diperlukan dalam dosis yang cukup untuk seluruh perjalanan. Pastikan obat-obatan tersebut mudah diakses dan disertakan dalam tas tangan. Bawa juga salinan daftar obat, resep, dan informasi medis penting.

Perencanaan Kesehatan:

Tentukan fasilitas kesehatan terdekat di lokasi tujuan dan kenali layanan medis yang tersedia. Pastikan membawa informasi kontak darurat dan nomor dokter untuk keadaan darurat.

Packing yang Bijak:

Bawa pakaian yang sesuai dengan kondisi cuaca di tempat tujuan dan perhatikan kenyamanan. Jangan lupa membawa perlengkapan pribadi yang diperlukan seperti kacamata, alat bantu dengar, atau tongkat jika diperlukan.

Lansia packing dengan perlengkapan pribadi.
(Sumber: foto canva.com)

Waktu Perjalanan yang Realistis:

Rencanakan waktu perjalanan yang realistis dan hindari jadwal yang terlalu padat. Sertakan waktu istirahat yang cukup di antara kegiatan untuk menghindari kelelahan.

Aksesibilitas Transportasi:

Pilih transportasi yang memberikan kemudahan aksesibilitas bagi lansia. Pastikan ada fasilitas penanganan khusus di bandara atau stasiun.

Informasi Keamanan dan Keadaan Darurat:

Cari informasi tentang keadaan darurat dan keamanan di tempat tujuan. Simpan nomor darurat dan kontak penting dalam telepon seluler atau buku telepon.

Mengelola Keseimbangan dan Keamanan:

Bawa peralatan pendukung seperti tongkat atau kursi roda jika diperlukan. Gunakan sepatu yang nyaman dan stabil untuk mengurangi risiko jatuh.

Pertimbangkan Akomodasi yang Sesuai:

Pilih akomodasi yang ramah lansia dan sesuai dengan kebutuhan. Pastikan ada fasilitas yang mendukung kenyamanan dan keamanan.

Komunikasi:

Pastikan memiliki alat komunikasi yang dapat diandalkan seperti ponsel atau alat pelacak GPS. Bagikan rencana perjalanan dengan anggota keluarga atau teman.

Pentingnya Istirahat:

Berikan waktu untuk istirahat dan pemulihan. Hindari perjalanan yang terlalu panjang dan pastikan untuk memiliki waktu istirahat yang cukup.

💬 Dengan melakukan persiapan perjalanan yang cermat, lansia dapat mengurangi risiko kesehatan dan menjadikan perjalanan mereka lebih menyenangkan.

       Memilih kendaraan yang tepat untuk lansia dalam perjalanan melibatkan pertimbangan terhadap kenyamanan, aksesibilitas, dan keamanan. 

Beberapa kiat untuk memilih kendaraan yang sesuai untuk lansia:

Aksesibilitas Kendaraan:

Pastikan kendaraan memiliki aksesibilitas yang baik, terutama jika lansia mengalami kesulitan bergerak. Pilih kendaraan dengan pintu yang lebar dan tinggi, serta mudah untuk masuk dan keluar.

Ketinggian Masuk dan Turun:

Kendaraan dengan ketinggian masuk dan turun yang rendah dapat memudahkan lansia saat memasuki atau keluar dari kendaraan. Hindari kendaraan dengan ambang pintu yang tinggi.

Ruang Kaki yang Cukup:

Pastikan kendaraan memiliki ruang kaki yang memadai untuk kenyamanan lansia. Tempat duduk yang dapat disesuaikan dan berbagai opsi penataan kursi dapat membantu menciptakan posisi duduk yang nyaman.

Kemudahan Penggunaan Kontrol:

Pilih kendaraan dengan kontrol yang mudah diakses dan digunakan. Fasilitas kemudahan penggunaan kontrol pada setir, pedal gas, dan rem dapat membuat pengalaman berkendara lebih nyaman.

Kursi yang Nyaman dan Dukungan Punggung:

Pastikan kursi kendaraan memberikan dukungan yang baik pada punggung dan memiliki bantalan yang nyaman. Kursi yang dapat disesuaikan memungkinkan lansia menemukan posisi yang paling nyaman.

Teknologi Bantu:

Pertimbangkan kendaraan yang dilengkapi dengan teknologi bantu seperti kamera belakang, sensor parkir, atau sistem peringatan tabrakan. Ini dapat membantu meningkatkan keamanan dan kenyamanan selama perjalanan.

Pencahayaan yang Baik:

Pastikan kendaraan memiliki pencahayaan interior yang cukup baik. Hal ini membantu lansia membaca, melihat, dan merasa lebih nyaman selama perjalanan, terutama pada malam hari.

Pengoperasian yang Ringan:

Pilih kendaraan dengan sistem kemudi dan pedal yang memerlukan sedikit gaya operasi. Hal ini dapat membantu mengurangi kelelahan saat berkendara.

Kendaraan yang Stabil:

Pilih kendaraan yang stabil dan dapat memberikan kenyamanan selama perjalanan. Suspensi yang baik dan kualitas perjalanan yang halus dapat mengurangi efek getaran dan guncangan.

Fasilitas Aksesibilitas Eksternal:

Jika lansia menggunakan kursi roda atau alat bantu mobilitas lainnya, pastikan kendaraan dapat dengan mudah mengakomodasi peralatan tersebut. Pilih kendaraan dengan opsi lift atau rampa jika diperlukan.

Kemudahan Penggunaan Bagasi:

Pastikan bagasi kendaraan mudah diakses dan dapat menampung barang-barang yang dibawa, termasuk peralatan kesehatan atau alat bantu mobilitas.

Uji Coba Berkendara:

Sebelum memutuskan untuk membeli atau menyewa kendaraan, lakukan uji coba berkendara. Ini memberikan kesempatan untuk menilai kenyamanan dan kemudahan penggunaan kendaraan secara langsung.

Melibatkan lansia dalam proses pemilihan kendaraan dan mendengarkan kebutuhan mereka adalah langkah penting untuk memastikan bahwa kendaraan yang dipilih memenuhi persyaratan kesehatan dan kenyamanan mereka.

       Perjalanan lansia sampai di tujuan melibatkan beberapa pertimbangan untuk memastikan keamanan, kenyamanan, dan kesejahteraan mereka selama perjalanan. 

Beberapa kiat yang dapat membantu lansia saat sampai di tujuan:

Beristirahat Secara Teratur:

Selama perjalanan, penting bagi lansia untuk beristirahat secara teratur. Jeda istirahat membantu mengurangi kelelahan dan meningkatkan kenyamanan selama perjalanan panjang.

Hindari Perubahan Ketinggian yang Tiba-tiba:

Jika mungkin, hindari perubahan ketinggian yang tiba-tiba, seperti naik pesawat ke ketinggian yang tinggi. Hal ini dapat memengaruhi tekanan darah dan kesehatan secara keseluruhan.

Jaga Konsumsi Cairan dan Gizi:

Pastikan untuk tetap terhidrasi dan mengonsumsi makanan yang sehat selama perjalanan. Menjaga asupan cairan dan nutrisi dapat membantu mencegah dehidrasi dan menjaga kesehatan tubuh.

Hindari Perubahan Suhu yang Drastis:

Lindungi lansia dari perubahan suhu yang drastis, terutama jika tujuan perjalanan memiliki iklim yang berbeda. Bawa pakaian sesuai dengan kondisi cuaca di tujuan.

Kelola Jet Lag dengan Bijak:

Jika perjalanan melibatkan perbedaan zona waktu, usahakan untuk menyesuaikan jadwal tidur dan aktivitas secara bertahap. Terpapar sinar matahari dan menjaga pola tidur yang konsisten dapat membantu mengelola jet lag.

Sesuaikan Aktivitas dengan Kondisi Kesehatan:

Sesuaikan aktivitas dan rencana perjalanan dengan kondisi kesehatan lansia. Hindari jadwal yang terlalu padat dan beri waktu untuk beristirahat jika diperlukan.

Terlibat dalam Aktivitas yang Sesuai:

Pilih aktivitas wisata dan rekreasi yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan keinginan lansia. Hindari kegiatan yang terlalu melelahkan atau berisiko tinggi.

Perhatikan Keamanan dan Lingkungan Sekitar:

Perhatikan keamanan dan lingkungan sekitar di tujuan perjalanan. Kenali lokasi fasilitas medis, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi jika diperlukan.

Berkomunikasi dengan Keluarga atau Teman:

Jika lansia bepergian sendiri, pastikan mereka berkomunikasi dengan keluarga atau teman secara teratur. Bagikan lokasi dan rencana perjalanan untuk keamanan tambahan.

Simpan Dokumen Kesehatan dengan Aman:

Pastikan dokumen kesehatan, seperti resep obat dan informasi kontak darurat, disimpan dengan aman dan mudah diakses di tujuan perjalanan.

Mengelola Pergantian Waktu dan Tempat:

Lansia mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk beradaptasi dengan perubahan waktu dan tempat. Berikan mereka waktu untuk beristirahat dan mengelola perubahan tersebut secara perlahan.

Jaga Kesejahteraan Mental:

Perjalanan dapat menjadi pengalaman yang menegangkan. Jaga kesejahteraan mental lansia dengan menciptakan lingkungan yang nyaman, memberikan dukungan emosional, dan menghindari stres yang tidak perlu.

Dengan merencanakan dan melaksanakan langkah-langkah ini, perjalanan lansia dapat dijalani dengan lebih mudah dan memberikan pengalaman yang positif. Tetap memperhatikan kebutuhan kesehatan dan kenyamanan lansia selama perjalanan sangat penting.


Sumber:

https://www.msdmanuals.com/home/special-subjects/travel-and-health/specific-medical-conditions-and-travel

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5531015/

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22530824/

https://wwwnc.cdc.gov/travel/page/senior-citizens

https://travelhealthpro.org.uk/factsheet/70/older-travellers

Wednesday, 6 December 2023

Gangguan Kepribadian Menghindar, Harga Diri Rendah

        Gangguan kepribadian menghindar ditandai dengan rendahnya harga diri dan rasa takut yang kuat akan penolakan. Orang dengan kondisi tersebut sering kali menghindari situasi sosial untuk menghindari perasaan tersebut. Gangguan kepribadian menghindar adalah suatu kondisi kesehatan mental yang melibatkan perasaan tidak mampu yang kronis dan kepekaan ekstrem terhadap kritik.
Gangguan kepribadian menghindar kondisi kesehatan mental.
(Sumber: foto LPC- Lansia)
Gangguan kepribadian menghindar adalah salah satu jenis gangguan kepribadian yang termasuk dalam kategori Cluster C menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5). Gangguan kepribadian menghindar ditandai oleh pola perilaku yang menonjol berupa perasaan ketidaknyamanan sosial, rasa tidak layak, dan ketidakpastian terhadap diri sendiri. Gangguan ini biasanya muncul pada awal masa dewasa dan dapat berlangsung sepanjang hidup seseorang.

Dalam istilah medis, gangguan kepribadian menghindar diidentifikasi sebagai Gangguan Kepribadian Menghindar (Avoidant Personality Disorder, disingkat sebagai APD).

Saat gangguan kepribadian menghindar terjadi pada lansia, beberapa karakteristik mungkin tetap relevan, meskipun ada kemungkinan perubahan dalam intensitas dan manifestasi gejalanya. 

Beberapa aspek gangguan kepribadian menghindar pada lansia : 

Isolasi sosial: 

Lansia dengan gangguan kepribadian menghindar mungkin cenderung menghindari interaksi sosial dan lebih memilih situasi yang memungkinkan mereka untuk menghindari konfrontasi atau evaluasi negatif.

Rasa tidak percaya terhadap orang lain: 

Kesulitan dalam membangun dan mempertahankan hubungan dekat mungkin tetap menjadi tantangan, karena individu dengan gangguan kepribadian menghindar cenderung merasa tidak percaya terhadap niat orang lain.
Lansia cenderung tidak percaya niat orang lain.
(Sumber: foto canva.com)
Rasa rendah diri: 

Lansia dengan gangguan kepribadian menghindar dapat mengalami perasaan rendah diri dan merasa tidak mampu atau tidak pantas untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial.

Kecenderungan menghindari tanggung jawab: 

Terkadang, individu dengan gangguan kepribadian menghindar dapat cenderung menghindari tanggung jawab sosial atau menghindari situasi yang memerlukan keterlibatan emosional yang intens.

Beberapa ciri gangguan kepribadian menghindar terjadi pada lansia, antara lain:

Isolasi sosial yang berlebihan: 

Lansia dengan gangguan kepribadian menghindar mungkin menunjukkan isolasi sosial yang lebih signifikan. Mereka dapat menghindari interaksi sosial, baik dengan keluarga, teman, atau bahkan di lingkungan masyarakat.

Ketidakmampuan membangun dan mempertahankan hubungan dekat: 

Individu dengan gangguan kepribadian menghindar pada lansia mungkin mengalami kesulitan dalam membentuk hubungan dekat atau mempertahankan hubungan yang sudah ada. Mereka dapat merasa sulit untuk membuka diri dan merasa tidak nyaman dengan keterlibatan emosional yang mendalam.

Perasaan ketidakamanan dan rasa tidak layak:

Lansia dengan gangguan kepribadian menghindar mungkin tetap mengalami perasaan ketidakamanan terhadap diri sendiri dan merasa tidak layak atau tidak pantas mendapatkan perhatian positif dari orang lain.
Timbul perasaan ketidakamanan terhadap diri sendiri.
(Sumber: foto canva.com)
Kecenderungan menghindari konfrontasi: 

Individu dengan gangguan kepribadian menghindar pada lansia mungkin tetap menghindari konfrontasi atau situasi yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Mereka mungkin cenderung menarik diri dari situasi yang memerlukan ekspresi emosi atau tindakan tegas.

Rasa rendah diri yang persisten: 

Rasa rendah diri dapat tetap menjadi ciri khas, dan lansia dengan gangguan kepribadian menghindar mungkin merasa tidak cukup berharga atau kompeten.

        Pencegahan gangguan kepribadian menghindar pada lansia melibatkan upaya untuk mempromosikan kesehatan mental, kesejahteraan sosial, dan dukungan psikososial. 

Beberapa langkah mencegah atau mengurangi risiko gangguan kepribadian menghindar pada lansia:

Pertahankan Kesehatan Mental:
Melibatkan diri dalam aktivitas yang merangsang pikiran, seperti membaca, menulis, atau mengejar hobi, dapat membantu menjaga kesehatan mental. Latihan fisik teratur juga telah terbukti memberikan manfaat kesehatan mental.
Kesehatan mental aktif dalam kegiatan membaca dan hobi.
(Sumber: foto canva.com)
Jaga Hubungan Sosial: 
Keterlibatan sosial adalah elemen penting dalam kesehatan mental. Mempertahankan hubungan dengan keluarga, teman, dan masyarakat dapat membantu mencegah isolasi sosial dan mendukung kesejahteraan psikososial.

Terlibat dalam Kegiatan Sosial: 
Mengikuti kegiatan sosial, seperti kelompok seni, klub buku, atau kegiatan sukarela, dapat membantu lansia tetap terhubung dengan komunitas dan merasa terlibat dalam kehidupan sehari-hari.

Terapi Preventif: 
Meskipun tidak semua orang akan mengalami gangguan kepribadian, terapi preventif atau konseling dapat memberikan ruang bagi individu untuk mengatasi stres dan mengembangkan keterampilan koping yang sehat sebelum masalah berkembang menjadi lebih serius.

Pentingnya Dukungan Keluarga: 
Keluarga memiliki peran yang signifikan dalam kesejahteraan lansia. Memberikan dukungan emosional dan praktis, serta memastikan bahwa lansia merasa didukung dan terhubung dengan anggota keluarga, dapat membantu mencegah masalah mental.

Edukasi dan Kesadaran: 
Meningkatkan kesadaran mengenai masalah kesehatan mental pada lansia dan mengedukasi mereka tentang tanda dan gejala gangguan kepribadian menghindar dapat membantu mengidentifikasi masalah lebih awal dan mencari bantuan jika diperlukan.

Perawatan Medis Rutin: 
Memastikan bahwa lansia mendapatkan perawatan medis rutin dapat membantu mengidentifikasi dan mengatasi masalah kesehatan fisik dan mental yang mungkin muncul seiring bertambahnya usia.

       Gangguan kepribadian menghindar adalah kondisi mental yang kompleks dan sering kali memerlukan perawatan jangka panjang yang melibatkan berbagai pendekatan. 

Beberapa metode umum yang digunakan untuk mengobati gangguan kepribadian menghindar:

Terapi Psikologis (Psikoterapi): 
Terapi adalah pendekatan utama dalam mengobati gangguan kepribadian menghindar. Terapi kognitif-behavioral (CBT) dan terapi dialektis perilaku (DBT) dapat membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang merugikan. Terapi ini juga dapat membantu mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang lebih sehat.

Terapi Kelompok: 
Terapi kelompok dapat membantu individu dengan gangguan kepribadian menghindar untuk berlatih keterampilan sosial dalam konteks yang mendukung. Melalui interaksi dengan orang lain yang mengalami masalah serupa, individu dapat memperoleh dukungan sosial dan belajar cara berinteraksi dengan orang lain.

Obat-obatan: 
Meskipun tidak ada obat khusus untuk mengobati gangguan kepribadian, beberapa obat dapat membantu mengelola gejala tertentu seperti kecemasan atau depresi yang mungkin terkait dengan gangguan kepribadian menghindar. Penggunaan obat harus diawasi oleh profesional kesehatan yang berkompeten.

Terapi Psikoedukasi:
Ini melibatkan memberikan informasi dan pemahaman kepada individu tentang gangguan kepribadian mereka, membantu mereka mengenali dan memahami gejala, serta memberikan strategi untuk mengatasi tantangan sehari-hari.

Perubahan Gaya Hidup:
Beberapa perubahan gaya hidup, seperti mengadopsi rutinitas sehari-hari yang lebih teratur, menjaga kesehatan fisik dan mental, dan terlibat dalam kegiatan sosial, dapat membantu meningkatkan kesejahteraan individu dengan gangguan kepribadian menghindar.

Pengobatan gangguan kepribadian menghindar sering kali memerlukan kerjasama yang erat antara individu dan profesional kesehatan mental. Konsistensi dan kesabaran dalam menjalani perawatan adalah kunci keberhasilan. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gangguan kepribadian menghindar, sebaiknya berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental untuk penilaian dan rencana perawatan yang sesuai.




Sumber: