Thursday, 14 December 2023

Mengapa Beberapa Lansia Keras Kepala

       Ketika orang lanjut usia kehilangan kendali atas kemandiriannya, mereka mulai khawatir akan masa depan mereka. Selain itu, mereka mungkin mulai merasa terisolasi dan takut dengan apa yang akan terjadi. Hal ini dapat menyebabkan mereka marah dan, oleh karena itu, pada akhirnya tampak keras kepala.

Keras kepala pada lansia merujuk pada sifat atau perilaku yang menunjukkan ketidakmampuan atau ketidakmauan untuk berubah, beradaptasi, atau menerima saran atau bantuan. Hal ini dapat mencakup sikap tegas, keengganan untuk mendengarkan, atau ketidakmampuan untuk menerima pandangan atau pendapat orang lain. 

Keras kepala ketidakmauan untuk beradaptasi, atau menerima saran.
(Sumber:foto pens 49 ceria)

Orang yang keras kepala bersikeras untuk tetap berpegang pada pandangan dan keyakinannya. Mereka juga memiliki keengganan yang sangat besar terhadap perubahan, terutama ketika perubahan itu dipaksakan oleh orang lain.

Sifat keras kepala pada lansia mungkin timbul dari faktor seperti pengalaman hidup, kebiasaan jangka panjang, atau ketidakmampuan untuk menyadari perubahan kondisi fisik atau mental. Dalam beberapa kasus, sifat keras kepala dapat menjadi tantangan dalam memberikan perawatan atau dukungan kepada lansia.

Dalam bahasa Inggris, istilah yang dapat digunakan untuk merujuk pada sifat keras kepala pada lansia adalah "stubbornness." Istilah ini mencirikan seseorang yang sulit diubah pendiriannya, tegas, atau enggan menerima pandangan atau saran orang lain. Meskipun "stubbornness" bukan istilah medis secara khusus, istilah ini digunakan secara umum untuk menggambarkan sifat keras kepala pada berbagai usia, termasuk pada lansia.

Beberapa ciri lansia yang keras kepala dapat bervariasi, tetapi beberapa tanda umum meliputi:

Keengganan untuk Menerima Bantuan:

Lansia yang keras kepala mungkin enggan menerima bantuan, baik dari keluarga, teman, atau tenaga kesehatan. Mereka cenderung ingin mandiri meskipun mungkin membutuhkan bantuan.

Pertahanan Terhadap Perubahan: 

Kesulitan dalam menerima atau beradaptasi dengan perubahan, baik dalam rutinitas harian, lingkungan, atau situasi kehidupan.

Sikap Tegas dan Dominan: 

Lansia yang keras kepala mungkin menunjukkan sikap tegas, mendominasi, atau sulit diajak kerja sama. Mereka mungkin memiliki pendapat yang kuat dan sulit diubah.

Lansia keras kepala menunjukkan sikap tegas dan dominan.
(Sumber: foto canva,com)

Ketidakmampuan untuk Menerima Saran: 

Sulit menerima saran atau masukan dari orang lain, terutama jika hal tersebut bertentangan dengan pandangan atau keputusan mereka sendiri.

Penolakan Terhadap Bantuan Kesehatan: 

Lansia yang keras kepala bisa menolak perawatan medis atau saran kesehatan, bahkan jika itu dianggap penting untuk kesejahteraan mereka.

Ketidakmampuan untuk Menerima Keterbatasan Fisik atau Kognitif: 

Kesulitan dalam mengakui atau menerima keterbatasan fisik atau kognitif yang mungkin timbul seiring bertambahnya usia.

Pertahanan Terhadap Kemandirian: 

Lansia yang keras kepala mungkin sangat ingin mempertahankan kemandirian mereka dan merasa tidak nyaman atau frustrasi jika merasa tergantung pada orang lain.

💬 Karakteristik ini dapat bervariasi dan tidak selalu merujuk pada sifat negatif. Beberapa lansia yang keras kepala mungkin mempertahankan semangat dan keinginan untuk tetap aktif. Jika sifat keras kepala menjadi hambatan dalam memberikan perawatan atau mendukung kesejahteraan lansia, penting untuk mencari pendekatan yang sensitif dan berempati untuk membangun hubungan yang positif.

        Sifat keras kepala pada lansia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat pribadi maupun lingkungan. 

Beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi keras kepala pada lansia antara lain:

Kemandirian yang Tinggi: 

Lansia yang telah menjalani hidup yang mandiri dan otonom mungkin merasa sulit untuk menerima bantuan atau ketergantungan pada orang lain.

Lansia mandiri tentu sulit menerima bantuan.
(Sumber: foto canva.com)

Pengalaman Hidup: 

Pengalaman hidup, terutama yang melibatkan tantangan atau krisis, dapat membentuk sikap keras kepala. Lansia mungkin merasa bahwa pendekatan yang telah mereka gunakan selama bertahun-tahun telah berhasil, dan mereka enggan untuk mengubahnya.

Ketidaknyamanan terhadap Perubahan: 

Penuaan seringkali diiringi oleh perubahan fisik, kesehatan, dan sosial. Lansia mungkin merasa tidak nyaman atau tidak suka dengan perubahan tersebut dan mencoba mempertahankan status quo.

Pride dan Kemandirian: 

Beberapa lansia mungkin memiliki tingkat kebanggaan dan kemandirian yang tinggi. Mereka mungkin enggan untuk menunjukkan kelemahan atau ketergantungan.

Ketakutan akan Kehilangan Kontrol: 

Sifat keras kepala juga bisa muncul karena ketakutan akan kehilangan kendali. Lansia mungkin merasa bahwa dengan mempertahankan kendali, mereka dapat melindungi kepentingan dan keinginan mereka.

Kurangnya Pemahaman tentang Perubahan Kesehatan: 

Lansia yang tidak sepenuhnya memahami perubahan kesehatan yang terjadi pada tubuh mereka atau mungkin mengalami anosognosia (kesulitan menyadari kondisi kesehatan mereka) dapat menjadi keras kepala terkait perawatan atau saran medis.

Penolakan terhadap Keterbatasan: 

Keras kepala juga dapat timbul dari ketidakmampuan untuk menerima atau mengakui keterbatasan fisik atau kognitif yang muncul seiring bertambahnya usia.

💬Mengenali faktor-faktor ini dapat membantu caregiver dan profesional kesehatan untuk menghadapi sifat keras kepala pada lansia dengan lebih baik dan menciptakan pendekatan yang lebih efektif dalam memberikan dukungan dan perawatan.

       Mencegah sifat keras kepala pada lansia melibatkan pendekatan yang sensitif dan komunikatif.

Beberapa kiat yang dapat membantu:

Komunikasi Terbuka:

  • Jalin komunikasi yang terbuka dan jujur. Dengarkan perasaan dan kekhawatiran mereka dengan penuh perhatian.
  • Sampaikan informasi dengan cara yang menghormati, hindari bersikap menekan atau mengkritik.

Libatkan Mereka dalam Keputusan:

  • Berikan mereka rasa kendali dan partisipasi dalam pengambilan keputusan, terutama terkait dengan kehidupan sehari-hari dan perawatan kesehatan mereka.
  • Diskusikan pilihan secara kolaboratif dan hormati preferensi mereka sejauh mungkin.

Hormati Kemandirian:

  • Pertahankan rasa kemandirian mereka. Dukung upaya mereka untuk melakukan hal-hal sendiri sejauh mungkin.
  • Hindari memberikan bantuan yang tidak diminta, kecuali jika benar-benar diperlukan.

Berikan Pilihan:

  • Sediakan pilihan yang realistis untuk memberikan kontrol dan memungkinkan mereka merasa lebih nyaman.
  • Contohnya, beri pilihan tentang waktu pelaksanaan aktivitas atau pilihan menu makanan.

Beri Informasi:

  • Sediakan informasi yang jelas dan terperinci mengenai situasi atau perubahan yang mungkin terjadi.
  • Diskusikan kebutuhan atau perubahan yang mungkin terjadi, dan jelaskan alasan di baliknya.

Dorong Partisipasi Sosial:

Aktivitas sosial dapat membantu mengurangi ketegangan dan meningkatkan kesejahteraan emosional. Dorong partisipasi dalam kegiatan sosial dan interaksi dengan teman atau keluarga.

Kendalikan Stres:

  • Bantu mereka mengelola stres dengan memberikan dukungan emosional dan memfasilitasi kegiatan relaksasi.
  • Hindari menciptakan situasi yang dapat meningkatkan kecemasan atau ketidaknyamanan.

Ajak Kolaborasi dengan Profesional Kesehatan:

Dukung kerjasama dengan profesional kesehatan yang dapat memberikan informasi dan panduan tambahan secara objektif.

Latih Kesabaran dan Empati:

Memahami bahwa perubahan dan tantangan terkait penuaan dapat menciptakan ketidaknyamanan. Latih kesabaran dan tunjukkan empati.

💬Setiap individu unik, dan pendekatan yang efektif dapat bervariasi. Membangun hubungan yang baik, penuh pengertian, dan komunikatif dapat membantu mencegah sifat keras kepala dan menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan lansia.

       Sifat keras kepala pada lansia tidak selalu dapat disembuhkan sepenuhnya, tetapi ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk membantu mengelola dan meredakan sifat ini. 

Beberapa saran yang dapat membantu mengelola atau meredakan sifat keras kepala pada lansia:

Pendekatan dengan Empati:

  • Ajak bicara secara terbuka dan jujur, tunjukkan empati terhadap perasaan dan pandangan mereka.
  • Hindari menghadapi mereka dengan sikap otoriter atau menekan.

Beri Ruang untuk Kemandirian:

  • Berikan kesempatan untuk menjaga kemandirian mereka sejauh mungkin.
  • Beri pilihan dan kontrol atas keputusan yang dapat mereka ambil.

Komunikasi yang Efektif:

  • Jalin komunikasi yang efektif. Pilih kata-kata dengan hati-hati dan berbicara dengan tenang.
  • Fokus pada fakta dan jelaskan informasi dengan jelas.

Diskusi Kolaboratif:

  • Libatkan mereka dalam pengambilan keputusan. Diskusikan pilihan bersama untuk mencapai konsensus.
  • Tunjukkan bahwa pendapat dan preferensi mereka dihargai.

Berikan Alasan dan Konteks:

Jelaskan alasan di balik saran atau perubahan yang diusulkan. Berikan konteks yang mungkin membantu mereka memahami pentingnya langkah tersebut.

Hindari Konfrontasi Langsung:

Hindari konfrontasi langsung yang dapat meningkatkan ketegangan. Pilih pendekatan yang lebih mendukung dan membangun.

Ajak Bekerjasama dengan Profesional Kesehatan:

Dukung kerjasama dengan profesional kesehatan, termasuk dokter atau konselor, yang dapat memberikan panduan dan dukungan tambahan.

Latihan Kesabaran:

Latih kesabaran dan pengendalian diri. Hindari menanggapi dengan emosi yang dapat memperburuk situasi.

Fokus pada Kesejahteraan Bersama:

Dorong fokus pada kesejahteraan bersama. Jelaskan bahwa saran atau perubahan yang diusulkan bertujuan meningkatkan kesehatan dan kenyamanan mereka.

Dukungan dari Keluarga dan Teman:

Dukungan dari keluarga dan teman dapat membantu mengelola situasi dengan lebih baik. Diskusikan bersama sebagai keluarga dan cari solusi bersama.

Mungkin tidak selalu untuk "menyembuhkan" sifat keras kepala, tetapi dengan pendekatan yang penuh pengertian, komunikasi terbuka, dan dukungan yang sesuai, dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih positif dan kooperatif. Jika sifat keras kepala terkait dengan masalah kesehatan mental, konsultasikan dengan profesional kesehatan untuk panduan lebih lanjut.

    

Sumber:

https://www.rittenhousevillages.com/assisted-living-blog/understanding-the-causes-of-stubbornness-in-seniors/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4903030/

https://www.nytimes.com/2019/08/30/health/stubbornness-parents-elderly.html

https://www.alternativesforseniors.com/blog/senior-stubbornness/

https://californiamobility.com/stubborn-aging-parents-misunderstood-experts-weigh-in/


Wednesday, 13 December 2023

Dampak Buruk Lansia Percaya Tahayul

        Tahayul adalah kepercayaan atau keyakinan terhadap suatu hal yang bersifat irasional atau tidak didukung oleh bukti ilmiah atau logika yang kuat. Dalam konteks budaya dan kepercayaan masyarakat, tahayul sering kali terkait dengan mitos, takhayul, atau kepercayaan tradisional yang dapat mencakup keyakinan terhadap hal-hal mistis, supranatural, atau tidak rasional.

Pengertian tahayul dapat bervariasi di berbagai budaya dan masyarakat. Tahayul dapat bervariasi di antara individu dan budaya, dan tidak setiap lansia akan memiliki kepercayaan tahayul yang sama. 

Tahayul dapat bervariasi di antara individu dan budaya.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Tahayul (Superstition) merujuk pada keyakinan irasional atau takhayul terhadap sesuatu yang tidak didasarkan pada bukti ilmiah atau logika yang kuat. Superstition sering kali terkait dengan keyakinan pada kejadian-kejadian atau tindakan-tindakan tertentu yang dianggap membawa keberuntungan atau malapetaka.

Beberapa contoh tahayul yang mungkin dijumpai pada beberapa lansia:

Menghindari Cermin Pada Malam Hari:

Percaya bahwa melihat cermin pada malam hari dapat membawa malapetaka atau mengundang keberuntungan.

Tanda-tanda di Mimpi:

Mempercayai bahwa mimpi tertentu dapat menjadi pertanda baik atau buruk, dan dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari.

Menggunakan Benda-benda Berenergi Positif:

Membawa benda-benda tertentu yang diyakini memiliki energi positif atau perlindungan.

Perhitungan Jumlah Langkah:

Menghitung jumlah langkah yang diambil setiap hari dengan keyakinan bahwa jumlah tertentu dapat membawa keberuntungan.

Mempercayai Tanda-tanda Alam:

Membaca tanda-tanda alam, seperti bentuk awan atau suara-suara tertentu, sebagai petunjuk atau peringatan.

Bentuk tahayul percaya dengan tanda alam.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Menghindari Orang Bertubuh Cacat:

Percaya bahwa bersentuhan atau berinteraksi dengan orang bertubuh cacat dapat membawa sial.

Menggunakan Warna-warna Tertentu:

Memilih pakaian dengan warna-warna tertentu berdasarkan kepercayaan bahwa warna tersebut membawa keberuntungan.

Meletakkan Barang-barang dengan Benar:

Menempatkan barang-barang tertentu dengan urutan atau arah tertentu dengan harapan membawa keberuntungan.

Menghindari Tempat Pemakaman:

Menghindari melewati atau mengunjungi tempat pemakaman karena keyakinan bahwa ini dapat membawa malapetaka.

Mempercayai Waktu Tertentu:

Memilih melakukan aktivitas tertentu pada waktu-waktu tertentu dengan keyakinan bahwa ini dapat membawa keberuntungan.

Melibatkan Diri dalam Mantra atau Ritual Tertentu:

Melakukan mantra atau ritual tertentu secara teratur dengan keyakinan bahwa ini akan melindungi dari bahaya atau membawa keberuntungan.

Percaya pada Tanda-tanda Burung:

Membaca perilaku burung-burung tertentu sebagai tanda baik atau buruk.

Percaya pada Astrologi:

Mengikuti ramalan bintang atau astrologi untuk mendapatkan wawasan tentang masa depan.

Menggunakan Perhiasan atau Aksesoris:

Mengenakan perhiasan atau aksesoris tertentu dengan keyakinan bahwa ini dapat membawa keberuntungan.

Keyakinan perhiasan tertentu membawa keberuntungan.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Menghindari Nomor Sial:

Menghindari nomor tertentu karena keyakinan bahwa nomor tersebut membawa sial.

Menghindari Tindakan tertentu pada Hari Tertentu:

Menghindari melakukan tindakan atau keputusan penting pada hari-hari tertentu.

Percaya pada Hewan Peliharaan:

Menganggap hewan peliharaan tertentu sebagai pembawa keberuntungan atau pelindung.

Menggunakan Tas atau Benda-benda Khusus:

Membawa tas atau benda-benda tertentu dengan keyakinan bahwa ini dapat membawa keberuntungan.

Menggunakan Bunga atau Tanaman Tertentu:

Menanam atau membawa bunga atau tanaman tertentu dengan keyakinan bahwa ini dapat membawa keberuntungan atau kesejahteraan.

Tahayul tidak didukung oleh bukti ilmiah yang kuat dan sering kali merupakan warisan budaya atau keyakinan turun-temurun. Meskipun beberapa orang mungkin mengadopsi tahayul sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. 

        Lansia mungkin lebih rentan percaya pada tahayul atau kepercayaan irasional karena beberapa faktor. 

Beberapa ciri Kepercayaan Tahayul pada Lansia:

Ketidakpastian dan Kekhawatiran Berlebihan:

Lansia yang percaya pada tahayul mungkin memiliki rasa ketidakpastian yang tinggi terkait masa depan dan kesehatan mereka.

Kecemasan dan Takut Akan Kejadian Buruk:

Merasa takut atau cemas terhadap kejadian buruk yang mungkin terjadi, sehingga mencari cara untuk menghindarinya melalui ritual atau keyakinan irasional.

Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan yang Rendah:

Lansia dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah mungkin lebih rentan terhadap kepercayaan tahayul karena kurangnya informasi yang akurat.

Kurangnya Dukungan Sosial:

Kurangnya dukungan sosial dapat membuat lansia lebih cenderung mencari kenyamanan dalam kepercayaan irasional sebagai cara mengatasi ketidakpastian.

Faktor Penyebab Kepercayaan Tahayul pada Lansia:

Ketidakpastian dan Rasa Takut akan Kematian:

Lansia sering kali menghadapi ketidakpastian terkait kesehatan dan masa depan mereka, yang dapat memicu kepercayaan pada kebiasaan atau keyakinan yang tidak didasarkan pada fakta.

Pengalaman Traumatik:

Pengalaman traumatis, seperti kehilangan orang terkasih atau penyakit serius, dapat membuat lansia mencari cara untuk mengontrol atau menghindari kejadian serupa melalui tindakan irasional.

Isolasi Sosial:

Lansia yang merasa terisolasi sosial dapat mencari kenyamanan dalam kepercayaan tahayul sebagai bentuk dukungan emosional.

         Meskipun kepercayaan ini mungkin tampak tidak berbahaya, ada beberapa dampak buruk yang dapat timbul, terutama pada lansia. 

Beberapa dampak buruk yang mungkin terjadi:

Kesejahteraan Mental:

Kepercayaan pada tahayul dapat menyebabkan kecemasan, stres, atau kegelisahan yang berkontribusi pada kesejahteraan mental yang buruk pada lansia.

Isolasi Sosial:

Jika kepercayaan tahayul menyebabkan lansia menghindari interaksi sosial atau tempat-tempat tertentu, hal ini dapat menyebabkan isolasi sosial yang merugikan.

Pengurangan Kualitas Hidup:

Dampak dari keyakinan tahayul dapat merugikan kualitas hidup lansia karena mereka mungkin menghindari kesempatan atau aktivitas yang sebenarnya dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

Pengaruh pada Keputusan Kesehatan:

Kepercayaan pada tahayul dapat mempengaruhi keputusan kesehatan lansia, termasuk penggunaan obat-obatan atau perawatan medis. Hal ini dapat berdampak negatif pada kondisi kesehatan mereka.

Stigma dari Masyarakat:

Kepercayaan pada tahayul dapat menyebabkan stigma atau stereotip negatif dari masyarakat yang mungkin tidak memahami atau menghargai kepercayaan tersebut.

Keterbatasan Aktivitas:

Jika lansia menghindari melakukan aktivitas tertentu atau pergi ke tempat-tempat tertentu karena keyakinan tahayul, hal ini dapat membatasi kegiatan sehari-hari dan mobilitas mereka.

Pemborosan Waktu dan Energi:

Menghabiskan waktu dan energi untuk melibatkan diri dalam ritual atau keyakinan irasional dapat menjadi pemborosan sumber daya yang dapat digunakan untuk kegiatan yang lebih bermanfaat.

Pengabaian Perawatan Medis:

Lansia yang terlalu mengandalkan keyakinan tahayul dapat mengabaikan perawatan medis yang diperlukan, yang dapat berdampak buruk pada kondisi kesehatan mereka.

Ketidakpastian dalam Pengambilan Keputusan:

Kepercayaan pada tahayul dapat menyebabkan ketidakpastian dan keraguan dalam pengambilan keputusan, terutama jika kepercayaan tersebut tidak sesuai dengan realitas.

Penurunan Kemandirian:

Bergantung pada keyakinan irasional dapat mengurangi kemandirian lansia dan membuat mereka lebih rentan terhadap pengaruh eksternal.

Beberapa Cara Mencegah dan Mengobati Kepercayaan Tahayul pada Lansia:

Pendidikan dan Informasi:

Memberikan pendidikan dan informasi yang akurat tentang kesehatan dan penuaan dapat membantu mengurangi ketidakpastian dan kekhawatiran irasional.

Informasi tentang kesehatan penting untuk lansia.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Dukungan Sosial:

Menciptakan lingkungan sosial yang mendukung dan memahami dapat membantu lansia merasa lebih aman dan kurang cenderung bergantung pada kepercayaan tahayul.

Konseling atau Terapi:

Konseling atau terapi psikologis dapat membantu lansia untuk mengatasi ketidakpastian, kecemasan, dan takut mereka dengan cara yang lebih positif dan rasional.

Aktivitas Fisik dan Mental:

Melibatkan lansia dalam aktivitas fisik dan mental dapat membantu mengurangi kecemasan dan memberikan rasa kontrol terhadap hidup mereka.

Perawatan Kesehatan yang Teratur:

Melibatkan lansia dalam perawatan kesehatan yang teratur dan mengedukasi mereka tentang proses penuaan normal dapat membantu mengurangi kekhawatiran yang tidak perlu.

Pendekatan yang efektif dapat bervariasi antar individu, dan konsultasi dengan profesional kesehatan atau spesialis psikologis dapat membantu menentukan strategi yang paling sesuai untuk setiap kasus.


Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5734664/

https://krishisanskriti.org/vol_image/29Nov2019 

https://www.nursingtimes.net/roles/mental-health-nurses/the-impact-of-superstition-on-behaviour-in-dementia-09-11-2007/

https://www.duchas.ie/en/cbes/5084100/5040670/5084303?ChapterID=5084100

https://news.gallup.com/poll/2440/one-four-americans-superstitious.aspx

https://www.aarp.org/home-family/friends-family/info-2020/superstitions-pandemic.html

https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1053810019300947


Lansia Mendengar Perkataan tetapi Beda Pengertian

        Istilah umum yang dapat digunakan untuk menggambarkan situasi ketika apa yang didengar berbeda dengan pengertiannya adalah "auditory processing disorder" atau "central auditory processing disorder" (Gangguan Pemrosesan Auditori atau Gangguan Pemrosesan Auditori Pusat). Gangguan ini terjadi ketika ada kesulitan dalam pemrosesan informasi auditif di otak, sehingga individu mungkin mengalami hambatan dalam mengenali, memahami, atau menginterpretasikan suara secara tepat.

Gangguan pemrosesan auditori dapat diderita oleh orang dewasa atau lansia
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Jika memiliki gangguan pemrosesan auditori, lansia mungkin:

  • Butuh waktu lebih lama untuk membalas seseorang yang berbicara.
  • Sering kali membutuhkan orang lain untuk mengulanginya.
  • Tidak mengerti sarkasme atau lelucon.

Gangguan pemrosesan pendengaran adalah jenis gangguan pendengaran yang disebabkan oleh sesuatu yang memengaruhi bagian otak yang memproses cara mendengar. Kerusakan telinga menyebabkan gangguan pendengaran jenis lain.

Gangguan pendengaran dapat melibatkan kesulitan mendengar suara dengan jelas atau kurangnya pemahaman terhadap apa yang didengar. Sementara itu, gangguan kognitif seperti demensia dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk memproses dan memahami informasi dengan benar.

Beberapa faktor dapat menyebabkan perbedaan antara apa yang didengar oleh lansia dan pengertian mereka:

Penurunan Pendengaran: 

Lansia cenderung mengalami penurunan pendengaran alami, yang dapat menyebabkan kesulitan mendengar atau memahami suara dengan jelas.

Gangguan Kognitif: 

Gangguan kognitif, seperti demensia, dapat memengaruhi pemrosesan informasi dan interpretasi suara.

Keterbatasan Perhatian: 

Lansia mungkin mengalami kesulitan mempertahankan perhatian, sehingga pemahaman terhadap informasi yang didengar menjadi terbatas.

Lansia sulit mempertahankan perhatian sehingga terbatas pemahaman.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Kurangnya Konteks atau Keterkaitan: 

Kesulitan dalam menghubungkan informasi yang didengar dengan konteks atau pengalaman sebelumnya dapat memengaruhi pemahaman.

Efek Samping Obat: 

Beberapa obat yang dikonsumsi lansia dapat memiliki efek samping yang memengaruhi fungsi pendengaran atau kognitif.

Gangguan Proses Bahasa: 

Gangguan seperti afasia atau gangguan pemrosesan bahasa dapat memengaruhi pemahaman terhadap kata-kata atau frasa.

Isolasi Sosial: 

Isolasi sosial dapat menyebabkan kurangnya stimulasi dan pelatihan untuk pendengaran dan pemahaman yang baik.

💬Identifikasi penyebab spesifik perbedaan antara apa yang didengar dan dipahami oleh lansia, sehingga dapat diberikan dukungan dan penanganan yang sesuai. 

Beberapa cara mencegah lansia dari gangguan mendengar :

Pemeriksaan Pendengaran Rutin:

Lakukan pemeriksaan pendengaran secara rutin untuk mendeteksi perubahan sejak dini. Segera konsultasikan dengan ahli audiologi jika ada masalah pendengaran.

Hindari Kebisingan Berlebihan:

Upaya untuk mengurangi paparan terhadap kebisingan tinggi dapat membantu menjaga kesehatan pendengaran.

Menjauh dari kebisingan tinggi, baik untuk pendengaran.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Gunakan Pelindung Telinga:

Saat berada di lingkungan berisik, seperti di dekat mesin atau di konser, gunakan pelindung telinga untuk mengurangi risiko kerusakan pendengaran.

Pahami Efek Samping Obat:

Jika lansia mengonsumsi obat-obatan tertentu, periksa dengan dokter tentang kemungkinan efek samping yang dapat memengaruhi pendengaran atau pengertian.

Stimulasi Kognitif:

Latihan kognitif, seperti teka-teki, membaca, dan aktivitas yang merangsang otak, dapat membantu mempertahankan fungsi kognitif dan kemampuan pemahaman.

Promosikan Gaya Hidup Sehat:

Menerapkan gaya hidup sehat, termasuk diet seimbang, olahraga teratur, dan tidur yang cukup, dapat mendukung kesehatan fisik dan kognitif.

Hindari Isolasi Sosial:

Aktivitas sosial dan interaksi dapat membantu menjaga kesehatan mental dan memelihara kemampuan komunikasi.

Penggunaan Alat Bantu Pendengaran:

Jika diperlukan, pertimbangkan penggunaan alat bantu pendengaran untuk memperbaiki atau mengatasi masalah pendengaran.

Latihan Pemahaman:

Terlibat dalam latihan yang merangsang pemahaman, seperti membaca buku, mendengarkan cerita, atau berpartisipasi dalam percakapan, dapat membantu menjaga kemampuan pemahaman.

        Mengatasi masalah mendengar dan perbedaan dalam pengertian pada lansia melibatkan pendekatan yang holistik dan mungkin melibatkan berbagai metode terapi dan intervensi. 

Beberapa langkah mengobati gangguan mendengar yang dapat diambil:

Pemeriksaan Kesehatan Pendengaran:

Konsultasikan dengan ahli audiologi atau spesialis pendengaran untuk pemeriksaan mendalam dan penentuan solusi yang sesuai, seperti alat bantu pendengaran.

Manajemen Kesehatan Fisik:

Jaga kesehatan fisik secara menyeluruh, termasuk mengelola penyakit kronis yang mungkin memengaruhi pendengaran dan fungsi kognitif.

Terapi Wicara atau Audiologi:

Terapis wicara atau ahli audiologi dapat membantu melatih kemampuan komunikasi dan memberikan dukungan dalam mengatasi masalah pendengaran dan pemahaman.

Pendidikan Keluarga dan Caregiver:

Melibatkan keluarga dan caregiver dalam proses perawatan dan memberikan edukasi tentang cara terbaik berkomunikasi dengan lansia yang mengalami masalah pendengaran dan pemahaman.

Latihan Kognitif:

Latihan kognitif seperti teka-teki, permainan memori, dan kegiatan intelektual lainnya dapat membantu menjaga fungsi kognitif dan kemampuan pemahaman.

Penggunaan Alat Bantu Teknologi:

Memanfaatkan teknologi seperti perangkat lunak penerjemah suara atau aplikasi khusus dapat membantu meningkatkan kemampuan komunikasi.

Gunakan IT untuk komunikasi yang baik.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Rehabilitasi Audiologi:

Program rehabilitasi audiologi dapat membantu lansia mengembangkan strategi kompensasi untuk mengatasi kesulitan pendengaran dan pemahaman.

Dukungan Psikologis:

Terapi psikologis atau dukungan konseling dapat membantu lansia mengatasi perasaan frustrasi atau isolasi yang mungkin timbul akibat masalah pendengaran dan pemahaman.

Penyesuaian Lingkungan:

Menyesuaikan lingkungan untuk meminimalkan kebisingan, menggunakan pencahayaan yang baik, dan memastikan bahwa komunikasi dilakukan dengan jelas dapat membantu dalam proses komunikasi.

Setiap individu memiliki kebutuhan unik. Konsultasikan dengan profesional kesehatan yang berkompeten untuk penilaian dan rencana perawatan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan spesifik lansia.


Sumber:

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/auditory-processing-disorder/symptoms-causes 

https://www.additudemag.com/auditory-processing-disorder-in-adults/

https://www.verywellhealth.com/auditory-processing-disorder-in-adults-1048289

https://auditorycenter.com/symptoms-of-auditory-processing-disorder-apd/adults-with-apd/

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/24938-auditory-processing-disorder