Saturday, 23 March 2024

Pijat untuk Lansia, Baik atau Buruk

        Pijat tradisional merujuk pada praktik penggunaan tekanan dan gerakan tertentu pada tubuh manusia untuk memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan secara umum. Metode ini telah ada selama ribuan tahun dan telah menjadi bagian dari budaya dan tradisi berbagai masyarakat di seluruh dunia.

Istilah medis untuk pijat adalah "terapi pijat" atau "pijat terapi". Terapi pijat adalah praktik medis yang menggunakan tekanan, gesekan, dan manipulasi pada jaringan lunak tubuh untuk tujuan terapeutik, seperti meredakan nyeri, meningkatkan sirkulasi darah, memperbaiki fleksibilitas, dan mengurangi stres.

Terapi pijat adalah praktik medis yang menggunakan tekanan dan gesekan.
(Sumber: foto LPC-Lansia)
Pijat terapi dapat dilakukan oleh berbagai profesional kesehatan terlatih, termasuk fisioterapis, ahli terapi pijat, dan osteopat. Metode ini dapat digunakan sebagai bagian dari rencana perawatan yang komprehensif untuk berbagai kondisi medis, termasuk cedera, gangguan muskuloskeletal, dan kondisi kronis lainnya.

Pijat tradisional bisa bervariasi dari satu budaya ke budaya lainnya. Namun, pada dasarnya, pijat tradisional melibatkan penggunaan tangan atau alat tertentu untuk memberikan tekanan pada otot, jaringan ikat, dan titik-titik akupresur di tubuh. Pijat tradisional umumnya bertujuan untuk merangsang sirkulasi darah, meredakan ketegangan otot, mengurangi stres, memperbaiki fleksibilitas, dan mempromosikan kesejahteraan secara keseluruhan.

Beberapa bentuk pijat tradisional yang terkenal termasuk pijat Tui Na dari Tiongkok, pijat Shiatsu dari Jepang, pijat Thai dari Thailand, pijat Ayurveda dari India, dan masih banyak lagi. Masing-masing memiliki teknik dan filosofi uniknya sendiri, tetapi semuanya berusaha untuk mencapai tujuan yang serupa dalam memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan.

Beberapa pijat tradisional unik dan memiliki filosofi sendiri.
(Sumber: foto canva.com)
       Pijat dapat memberikan banyak manfaat bagi lansia dengan memperhatikan kebutuhan khusus mereka. 

Beberapa jenis pijat yang sering direkomendasikan untuk lansia termasuk:

Pijat Relaksasi: 
Pijat yang bertujuan untuk meredakan stres, mengurangi ketegangan otot, dan meningkatkan rasa nyaman dan relaksasi. Teknik seperti pijat Swedish atau pijat aromaterapi bisa menjadi pilihan yang baik.

Pijat Geriatrik: 
Pijat yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional lansia. Ini mencakup gerakan yang lembut dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan mereka, seperti pijat pada sendi-sendi yang kaku atau area tubuh yang terasa nyeri.

Refleksiologi: 
Pijat refleksi pada kaki atau tangan dapat memberikan efek relaksasi dan meredakan ketegangan, serta diyakini dapat merangsang fungsi organ-organ tubuh dan meningkatkan sirkulasi darah.

Pijat Akupresur: 
Melibatkan penekanan pada titik-titik tertentu di tubuh untuk merangsang energi dan mengurangi ketegangan. Ini dapat membantu mengurangi rasa sakit, meningkatkan tidur, dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

Pijat Terapi: 
Pijat yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan individu, seperti pijat untuk meredakan nyeri pada punggung atau leher, meningkatkan fleksibilitas, atau mengurangi gejala penyakit tertentu seperti artritis.

Pijat terapi disesuaikan dengan kondisi individu.
(Sumber: foto canva.com)
Sebelum melakukan pijat pada lansia, penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan terlebih dahulu, terutama jika ada kondisi medis yang perlu diperhatikan atau jika lansia sedang dalam perawatan kesehatan yang intensif. Hal ini akan membantu memastikan bahwa pijat yang dipilih sesuai dan aman bagi kondisi kesehatan mereka.

       Meskipun pijat dapat memberikan banyak manfaat bagi sebagian besar lansia, ada beberapa kondisi medis di mana pijat mungkin tidak disarankan atau bahkan dilarang. 

Beberapa kondisi pijat tidak disarankan pada lansia :

Cedera Serius: 
Jika lansia mengalami cedera serius seperti patah tulang atau luka bakar yang masih dalam proses penyembuhan, pijat bisa memperburuk kondisi tersebut dan tidak dianjurkan.

Masalah Kulit: 
Lansia dengan kondisi kulit tertentu, seperti infeksi kulit, luka terbuka, atau kondisi kulit yang mudah memar, mungkin sebaiknya tidak mendapatkan pijat pada area yang terkena. Pijat pada area tersebut bisa memperburuk kondisi atau menyebarkan infeksi.

Gangguan Perdarahan: 
Jika lansia memiliki gangguan perdarahan atau sedang mengonsumsi obat pengencer darah, pijat yang terlalu keras atau tekanan yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan atau memperburuk masalah perdarahan yang ada.

Kondisi Medis Serius: 
Ada beberapa kondisi medis serius seperti penyakit jantung yang tidak stabil, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, atau kanker yang sedang menjalani perawatan, di mana pijat mungkin tidak disarankan tanpa persetujuan dari dokter yang merawat.

Kondisi Nyeri yang Tidak Dikenal Asalnya: 
Jika lansia mengalami nyeri yang tidak diketahui penyebabnya atau gejalanya tidak jelas, pijat bisa memperburuk kondisi tersebut. Penting untuk mendapatkan diagnosis yang tepat sebelum melakukan pijat.

Lansia yang mengalami nyeri yang tidak jelas jangan dipijat.
(Sumber: foto canva.com)
💬 Berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan sebelum menjalani pijat, terutama jika lansia memiliki kondisi medis yang kompleks atau sedang dalam perawatan kesehatan yang intensif. 

        Meskipun pijat biasanya dianggap sebagai metode yang aman dan bermanfaat bagi banyak orang, ada beberapa akibat buruk yang mungkin terjadi, terutama jika tidak dilakukan dengan hati-hati atau jika dilakukan oleh praktisi yang tidak terlatih. 

Beberapa akibat buruk yang mungkin terjadi karena pijat, meliputi:

Cedera Jaringan Lunak: 
Pijat yang terlalu keras atau agresif dapat menyebabkan cedera pada jaringan lunak, seperti otot, ligamen, atau tendon. Hal ini dapat mengakibatkan nyeri, bengkak, atau bahkan kerusakan jaringan yang lebih serius.

Pembengkakan atau Memar: 
Pijat yang terlalu keras atau tidak dilakukan dengan hati-hati dapat menyebabkan pembengkakan atau memar pada area yang dipijat. Ini biasanya terjadi jika tekanan yang diberikan terlalu kuat atau jika ada masalah perdarahan di bawah kulit.

Reaksi Alergi: 
Beberapa jenis minyak pijat atau losion yang digunakan selama sesi pijat bisa menyebabkan reaksi alergi pada kulit bagi beberapa individu yang peka terhadap bahan-bahan tertentu.

Perburukan Kondisi Medis: 
Pijat yang dilakukan dengan tidak hati-hati atau pada area tubuh yang rentan bisa memperburuk kondisi medis yang ada, seperti cedera yang sudah ada, arthritis, atau kondisi muskuloskeletal lainnya.

Kegagalan Organ: 
Pijat yang dilakukan pada area tertentu, terutama pada area abdomen atau punggung bagian bawah, dapat menyebabkan tekanan yang tidak aman pada organ dalam, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi fungsi organ tersebut.

Stres Emosional: 
Terkadang, pijat yang terlalu kuat atau tidak nyaman secara fisik dapat menyebabkan stres emosional atau kecemasan pada individu yang menerima pijat.

Pijat dengan praktisi yang terlatih dan berkualitas, dan juga penting untuk memberikan informasi yang akurat kepada praktisi tersebut tentang riwayat kesehatan Anda sebelum memulai sesi pijat. Ini akan membantu mengurangi risiko terjadinya akibat buruk yang tidak diinginkan. 

Beberapa saran untuk melakukan pijat, antara lain:

Konsultasikan dengan Profesional Kesehatan: 
Sebelum memberikan atau menjalani pijat, lansia sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan mereka. Ini penting terutama jika mereka memiliki kondisi kesehatan tertentu atau sedang dalam perawatan medis.

Pilih Praktisi yang Terlatih: 
Pastikan bahwa pijat diberikan oleh praktisi yang terlatih dan berkualitas. Pijat terapis yang memiliki sertifikasi atau lisensi dari lembaga yang diakui memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tepat untuk merawat lansia dengan aman.

Pilih praktisi yang terlatih dan berkualitas agar lansia aman.
(Sumber: foto canva.com)
Komunikasi Terbuka: 
Berkomunikasi terbuka dengan praktisi pijat tentang kondisi kesehatan, kebutuhan, dan preferensi lansia. Beri tahu praktisi tentang area tubuh yang memerlukan perhatian khusus, sensitivitas atau rasa nyeri yang mungkin dialami, serta apakah ada batasan yang perlu diperhatikan.

Pilih Teknik yang Sesuai: 
Pilih teknik pijat yang sesuai dengan kondisi kesehatan lansia. Misalnya, pijat yang lembut dan relaksasi mungkin lebih cocok untuk lansia yang memiliki gangguan pergerakan atau sensitivitas kulit, sementara pijat refleksi atau akupresur dapat bermanfaat untuk merangsang sirkulasi dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Kondisi Lingkungan yang Nyaman: 
Pastikan lingkungan tempat pijat aman, nyaman, dan santai. Suhu ruangan yang nyaman, pencahayaan yang lembut, dan musik yang menenangkan dapat membantu menciptakan pengalaman yang menyenangkan dan menenangkan bagi lansia.

Pantau Respons: 
Selama sesi pijat, pantau respons lansia terhadap sentuhan dan tekanan. Jika lansia mengalami ketidaknyamanan atau kejutan, segera sesuaikan teknik atau intensitas pijat.

Berikan Perhatian Khusus: 
Berikan perhatian khusus pada area tubuh yang sering mengalami masalah, seperti sendi yang kaku, otot yang tegang, atau area yang rentan terhadap luka atau iritasi.

Lanjutkan dengan Keamanan: 
Setelah sesi pijat selesai, pastikan lansia diberi waktu untuk beristirahat dan mengembalikan energi mereka. Berikan minuman yang cukup dan pastikan untuk menemani mereka saat berdiri atau berpindah dari meja pijat dengan hati-hati.

Demikian beberapa saran untuk pijat bagi lansia agar dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan dan bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka.



Sumber:







Friday, 22 March 2024

Suplemen Herbal, Apakah Aman untuk Lansia.

        Suplemen herbal adalah suplemen makanan yang berasal dari tumbuhan. Suplemen jenis ini diminum melalui mulut, baik dalam bentuk kapsul, tablet, bubuk, atau cair. Beberapa suplemen yang mungkin pernah Anda dengar adalah ginkgo biloba, ginseng, echinacea, dan black cohosh. 

Para peneliti sedang mempertimbangkan penggunaan suplemen herbal untuk mencegah atau mengobati beberapa masalah kesehatan, namun masih terlalu dini untuk mengetahui apakah keduanya aman dan bermanfaat. Penelitian sebelumnya terhadap suplemen herbal tertentu belum menunjukkan manfaat apa pun.

Lansia harus berhati-hati bila menggunakan suplemen herbal.
(Sumber: foto paguyubab pensiun 209)

Penggunaan suplemen herbal merupakan hal yang umum di kalangan lansia, sebuah populasi yang mengkonsumsi obat resep dalam jumlah yang tidak proporsional dibandingkan dengan populasi yang lebih muda.

Penggunaan suplemen herbal oleh lansia bervariasi. Beberapa orang menganggapnya sebagai cara alami untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup, sementara yang lain skeptis terhadap efektivitas dan keamanannya. Meskipun beberapa suplemen herbal memiliki dukungan ilmiah, risiko interaksi obat dan efek samping perlu dipertimbangkan.

Perlu diketahui bahwa meskipun suplemen itu alami, atau berasal dari tumbuhan, bukan berarti suplemen tersebut aman.

Beberapa suplemen herbal yang sering digunakan oleh lansia, meliputi:

Ginkgo Biloba: 
Dipercaya dapat meningkatkan aliran darah ke otak, membantu meningkatkan fungsi kognitif, dan mengurangi risiko gangguan kognitif seperti demensia.

Ginseng: 
Ada beberapa jenis ginseng yang digunakan, seperti ginseng Korea atau ginseng Amerika. Ginseng dipercaya dapat meningkatkan energi, menjaga keseimbangan gula darah, dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Ginseng korea sering digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
(Sumber: foto canva.com)
Ekstrak Saw Palmetto: 
Digunakan terutama oleh laki-laki untuk membantu mengelola gejala pembesaran prostat (hiperplasia prostat) dan masalah kesehatan prostat lainnya.

Ekstrak Ekinaea: 
Dipercaya memiliki efek merangsang sistem kekebalan tubuh, sehingga dapat membantu mencegah dan mengatasi infeksi saluran pernapasan atas, seperti flu dan pilek.

Ekstrak Valerian: 
Digunakan untuk membantu mengatasi gangguan tidur dan meningkatkan kualitas tidur pada lansia yang mengalami masalah tidur.

Kurkumin (Turmeric): 
Senyawa aktif dalam kunyit yang memiliki sifat antiinflamasi dan antioksidan. Dipercaya dapat membantu mengurangi peradangan dan risiko penyakit degeneratif yang berhubungan dengan usia.

Omega-3: 
Banyak ditemukan dalam minyak ikan, seperti minyak salmon atau minyak krill. Omega-3 dapat membantu menjaga kesehatan jantung, mengurangi peradangan, dan mendukung fungsi otak.

       Manfaat suplemen herbal telah diteliti secara medis dalam beberapa kasus, tetapi hasilnya bisa bervariasi. Beberapa suplemen herbal telah menunjukkan manfaat dalam penelitian ilmiah, sementara yang lainnya tidak memiliki bukti yang cukup kuat untuk mendukung klaim manfaatnya. 

Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

Ginkgo Biloba: 
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa ginkgo biloba dapat membantu meningkatkan aliran darah ke otak dan memperbaiki fungsi kognitif pada beberapa orang, terutama mereka yang mengalami gangguan kognitif ringan atau demensia. Namun, hasil penelitian tidak selalu konsisten, dan manfaatnya bisa bervariasi.

Ginseng: 
Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa ginseng dapat memiliki efek positif pada energi, keseimbangan gula darah, dan sistem kekebalan tubuh. Namun, bukti ilmiah yang konsisten masih diperlukan untuk mendukung klaim manfaat ini.

Ekstrak Saw Palmetto: 
Meskipun banyak digunakan untuk mengelola gejala pembesaran prostat, penelitian ilmiah tentang efektivitas saw palmetto belum sepenuhnya konsisten. Beberapa penelitian menemukan manfaatnya dalam mengurangi gejala prostat, sementara yang lain tidak menemukan perbedaan signifikan dibandingkan dengan plasebo.

Ekstrak Saw Palmetto digunakan untuk mengelola pembesaran prostat.
(Sumber: foto canva.com)
Ekstrak Ekinaea: 
Penelitian tentang ekstrak ekinaea dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu mencegah atau mengobati infeksi masih kontroversial. Beberapa studi menemukan manfaatnya, sementara yang lain tidak menemukan efek yang signifikan.

Ekstrak Valerian: 
Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa ekstrak valerian dapat membantu meningkatkan kualitas tidur pada orang yang mengalami insomnia ringan hingga sedang. Namun, lebih banyak penelitian masih diperlukan untuk memastikan keefektifannya dan menilai efek samping jangka panjangnya.

Kurkumin (Turmeric): 
Kurkumin telah diteliti secara luas karena potensi efek antiinflamasi dan antioksidannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kurkumin dapat membantu mengurangi peradangan dan risiko penyakit terkait usia, tetapi hasilnya masih perlu diverifikasi lebih lanjut.

Omega-3: 
Omega-3, terutama ditemukan dalam minyak ikan, telah terbukti memiliki manfaat kesehatan yang signifikan, termasuk mendukung kesehatan jantung, fungsi otak, dan mengurangi peradangan. Banyak penelitian mendukung penggunaan suplemen omega-3 untuk kesehatan umum.

Meskipun beberapa suplemen herbal memiliki bukti ilmiah yang mendukung, penting untuk dicatat bahwa regulasi terkait suplemen herbal bisa lebih longgar daripada obat-obatan yang dijual dengan resep, dan bukti ilmiah kadang-kadang masih kurang jelas. Konsultasikan dengan dokter atau ahli kesehatan sebelum memulai penggunaan suplemen herbal untuk memastikan keamanan dan potensi manfaatnya.

Beberapa hal yang perlu diwaspadai oleh lansia dalam menggunakan suplemen herbal:

Interaksi Obat: 
Suplemen herbal dapat berinteraksi dengan obat-obatan resep atau non-resep lain yang sedang dikonsumsi oleh lansia. Interaksi ini bisa meningkatkan atau mengurangi efektivitas obat atau bahkan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli farmasi sebelum memulai suplemen herbal baru.

Efek Samping:
Seperti obat-obatan, suplemen herbal juga dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan. Beberapa efek samping yang umum termasuk gangguan pencernaan, reaksi alergi, peningkatan risiko pendarahan, dan interaksi dengan kondisi medis tertentu. Lansia sering memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami efek samping karena sistem metabolisme mereka mungkin berbeda atau karena mereka memiliki kondisi medis yang sudah ada.

Kualitas Produk: 
Tidak semua suplemen herbal di pasaran memiliki kualitas yang sama. Beberapa mungkin mengandung bahan tambahan yang tidak tercantum dengan jelas di label, atau mungkin terkontaminasi dengan zat-zat berbahaya. Penting untuk memilih produk dari produsen yang terpercaya dan terkenal.

Kualitas suplemen herbal dipasaran tidak sama.
(Sumber: foto canva.com)
Keamanan Dalam Jangka Panjang: 
Meskipun beberapa suplemen herbal mungkin memiliki manfaat yang terbukti, keamanan penggunaan jangka panjang mereka belum selalu diteliti dengan baik. Beberapa suplemen herbal dapat menyebabkan masalah kesehatan jika digunakan dalam jangka panjang atau dalam dosis yang tinggi.

Toleransi dan Respons Individual: 
Respons terhadap suplemen herbal dapat bervariasi antara individu. Ada kemungkinan bahwa suatu suplemen herbal mungkin tidak sesuai dengan tubuh atau bisa menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan pada satu orang, tetapi tidak pada orang lain.

Pemalsuan dan Kontaminasi: 
Ada risiko bahwa suplemen herbal dapat dipalsukan atau terkontaminasi dengan bahan-bahan berbahaya. Ini bisa terjadi terutama dengan produk-produk yang dibeli secara online atau dari sumber yang tidak terpercaya.

Keseimbangan Nutrisi: 
Mengonsumsi suplemen herbal secara berlebihan bisa menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi dalam tubuh. Ini bisa berdampak negatif pada kesehatan Anda. Sebaiknya konsultasikan dengan ahli gizi atau dokter Anda untuk menentukan apakah Anda membutuhkan suplemen tertentu dan dosis yang tepat.

Perhatikan Gejala Aneh: 
Jika Anda mengonsumsi suplemen herbal dan mulai merasakan gejala yang tidak biasa atau memperhatikan perubahan dalam kondisi kesehatan Anda, penting untuk segera berhenti mengonsumsinya dan berkonsultasi dengan dokter.

Mengingat semua risiko ini, penting bagi lansia untuk selalu berkonsultasi dengan dokter atau ahli farmasi sebelum memulai menggunakan suplemen herbal baru, serta memilih produk dari sumber yang terpercaya dan memperhatikan dosis yang direkomendasikan.


Sumber:

https://www.nia.nih.gov/health/vitamins-and-supplements/dietary-supplements-older-adults

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25063588/

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17030294/

https://www.news-medical.net/news/20231126/Multi-ingredient-herbal-supplement-boosts-cognitive-speed-and-gut-health-in-seniors.aspx

https://bjgp.org/content/68/675/e711

https://www.nhs.uk/conditions/herbal-medicines/



Thursday, 21 March 2024

Risiko Medis Lansia, Saat Defisiensi Vitamin Multipel.

        Seiring bertambahnya usia, massa tubuh tanpa lemak dan laju metabolisme menurun. Pada gilirannya, tubuh tidak lagi efektif menyerap mineral dan vitamin tertentu. Karena orang lanjut usia memiliki nafsu makan yang lebih kecil dan kebutuhan kalori yang lebih rendah, mereka mungkin memerlukan lebih banyak nutrisi daripada sebelumnya.

Kebanyakan lansia tidak mengonsumsi makanan sehat setiap hari. Defisiensi vitamin ringan sangat umum terjadi pada lansia, dan khususnya pada lansia yang lemah dan berada di rumah sakit. Misal: Anemia, gangguan kognitif, peningkatan kecenderungan terjadinya infeksi, dan penyembuhan luka yang buruk merupakan beberapa gejala yang terkait dengan kekurangan vitamin ringan pada lansia. 

kebanyakan lansia tidak mengkonsumsi makanan sehat setiap hari.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

Walaupun defisiensi vitamin tunggal memang terjadi, biasanya defisiensi vitamin multipel terlihat pada malnutrisi umum. Kekurangan vitamin yang parah dapat menyebabkan kerusakan organ yang tidak dapat diperbaiki.

Vitamin jenis nutrisi utama yang dibutuhkan tubuh untuk bertahan hidup dan tetap sehat. Vitamin membantu tubuh tumbuh dan bekerja sebagaimana mestinya. Ada 13 vitamin penting,yaitu: vitamin A, C, D, E, K, dan vitamin B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, B6 , B12 , dan folat).

       Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil untuk menjaga kesehatan dan kinerja tubuh yang optimal. Vitamin tidak diproduksi oleh tubuh secara alami atau hanya diproduksi dalam jumlah yang terbatas, sehingga harus diperoleh melalui makanan atau suplemen. Vitamin terbagi menjadi dua kelompok: vitamin larut dalam lemak (seperti vitamin A, D, E, dan K) dan vitamin larut dalam air (seperti vitamin C dan semua jenis vitamin B). 

Beberapa nama vitamin, manfaat, dan sumber makanan yang mengandung vitamin tersebut:

Vitamin A (Retinol):

  • Manfaat: Mendukung kesehatan mata, kulit, dan sistem kekebalan tubuh.
  • Sumber: Wortel, bayam, ubi jalar, hati, telur.

Vitamin B1 (Tiamin):

  • Manfaat: Diperlukan untuk metabolisme karbohidrat dan fungsi saraf yang sehat.
  • Sumber: Kacang-kacangan, biji-bijian, daging, sereal, kentang.

Vitamin B2 (Riboflavin):

  • Manfaat: Penting untuk metabolisme energi, pertumbuhan sel, dan kesehatan kulit.
  • Sumber: Susu, yogurt, daging, sayuran hijau, biji-bijian.

Yogurt sumber riboflavin (vitamin B2)
(Sumber: foto canva.com)

Vitamin B3 (Niacin):

  • Manfaat: Berperan dalam metabolisme energi, sintesis DNA, dan kesehatan kulit.
  • Sumber: Daging, ikan, kacang-kacangan, kentang, sereal gandum.

Vitamin B5 (Asam Pantotenat):

  • Manfaat: Mendukung metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
  • Sumber: Daging, unggas, telur, kacang-kacangan, sayuran hijau.

Vitamin B6 (Piridoksin):

  • Manfaat: Diperlukan untuk metabolisme protein, produksi neurotransmitter, dan fungsi sistem kekebalan tubuh.
  • Sumber: Ayam, ikan, kacang-kacangan, biji-bijian, pisang.

Vitamin B7 (Biotin):

  • Manfaat: Mendukung kesehatan kulit, rambut, dan kuku, serta metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein.
  • Sumber: Telur, kacang-kacangan, sereal, hati, sayuran hijau.

Vitamin B9 (Asam Folat):

  • Manfaat: Penting untuk produksi sel darah merah, sintesis DNA, dan kesehatan janin selama kehamilan.
  • Sumber: Sayuran hijau, kacang-kacangan, buah jeruk, hati, sereal.

Vitamin B12 (Kobalamin):

  • Manfaat: Mendukung fungsi saraf, produksi sel darah merah, dan metabolisme energi.
  • Sumber: Daging, ikan, produk susu, telur, makanan laut.

Vitamin C (Asam Askorbat):

  • Manfaat: Berperan sebagai antioksidan, mendukung sistem kekebalan tubuh, dan membantu dalam penyembuhan luka.
  • Sumber: Buah jeruk, stroberi, paprika, brokoli, tomat.

Vitamin D (Kalsiferol):

  • Manfaat: Penting untuk kesehatan tulang, penyerapan kalsium, dan fungsi sistem kekebalan tubuh.
  • Sumber: Paparan sinar matahari, ikan berlemak, telur, produk susu.

Vitamin E (Tokoferol):

  • Manfaat: Melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan oksidatif, mendukung kesehatan jantung dan kulit.
  • Sumber: Minyak nabati, kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran hijau.

Vitamin K (Fitomenadion):

  • Manfaat: Diperlukan untuk pembekuan darah yang sehat, kesehatan tulang, dan fungsi saraf.
  • Sumber: Sayuran hijau, minyak sayur, hati, produk fermentasi.

💬 Vitamin dari makanan sehat adalah cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Beberapa penyakit atau kondisi yang dapat timbul akibat kekurangan vitamin pada lansia:

Osteoporosis (kekurangan vitamin D dan kalsium): 
Penyakit di mana tulang menjadi rapuh dan rentan patah karena kehilangan massa tulang. Kekurangan vitamin D dan kalsium dapat menyebabkan penipisan tulang.

Osteoporosis mengakibatkan tulang rapuh dan rentan patah.
(Sumber: foto canva.com)
Anemia (kekurangan vitamin B12 dan asam folat):
Kondisi di mana jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin dalam darah di bawah normal. Kekurangan vitamin B12 dan asam folat dapat menyebabkan produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.

Beri-beri (kekurangan vitamin B1): 
Penyakit yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B1 (thiamine), yang dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf dan jantung.

Pelagra (kekurangan vitamin B3): 
Kekurangan vitamin B3 (niacin) yang menyebabkan gejala seperti kulit kering, diare, gangguan pencernaan, dan masalah mental.

Defisiensi imun (kekurangan vitamin C dan D): 
Penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh karena kekurangan vitamin C dan D, yang dapat meningkatkan risiko infeksi dan penyakit.

Penyakit jantung (kekurangan vitamin B6, B12, dan E): 
Penyakit yang melibatkan gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Kekurangan vitamin B6, B12, dan E dapat berkontribusi pada perkembangan penyakit jantung.

Gangguan penglihatan (kekurangan vitamin A): 
Gangguan pada mata seperti kebutaan malam atau xerophthalmia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin A.
Gangguan mata karena kekurangan vitamin A.
(Sumber: foto canva.com)
Pernicious anemia (kekurangan vitamin B12): 
Jenis anemia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12, yang sering kali terkait dengan gangguan penyerapan vitamin B12 dari makanan.

Depresi (kekurangan vitamin B6, B12, dan D): 
Gangguan suasana hati yang disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kekurangan vitamin B6, B12, dan D.

Demensia (kekurangan vitamin B6, B12, dan D): 
Penurunan kemampuan kognitif yang signifikan yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kekurangan vitamin B6, B12, dan D.

Keguguran (kekurangan asam folat): 
Kekurangan asam folat dapat meningkatkan risiko keguguran pada wanita hamil dan berkontribusi pada perkembangan janin yang tidak sempurna.

Neuropati perifer (kekurangan vitamin B12): 
Neuropati perifer adalah gangguan pada saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang, yang dapat disebabkan oleh kekurangan vitamin B12.

Diabetes tipe 2 (kekurangan vitamin D): 
Kekurangan vitamin D telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 atau memperburuk kontrol gula darah pada penderita diabetes.

Hipertensi (kekurangan vitamin D): 
Kekurangan vitamin D telah dikaitkan dengan peningkatan risiko hipertensi atau tekanan darah tinggi.

Gangguan tiroid (kekurangan yodium dan selenium):
Kekurangan yodium dan selenium dapat mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid, menyebabkan gangguan seperti hipotiroidisme atau pembesaran kelenjar tiroid (gondok).

Kram otot (kekurangan magnesium dan potassium): 
Kekurangan magnesium dan potassium dapat menyebabkan kram otot yang menyakitkan dan kejang.

Sistem pencernaan yang buruk (kekurangan vitamin B12): 
Kekurangan vitamin B12 dapat mengganggu penyerapan nutrisi di saluran pencernaan, menyebabkan gangguan pencernaan dan masalah lainnya.

Gangguan kulit seperti dermatitis (kekurangan vitamin B2): 
Kekurangan vitamin B2 atau riboflavin dapat menyebabkan gangguan pada kulit seperti dermatitis atau peradangan kulit.

Gangguan sistem saraf seperti tremor (kekurangan vitamin B6): 
Kekurangan vitamin B6 dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf, termasuk tremor atau getaran tidak terkontrol.

Gangguan penglihatan malam atau xerophthalmia (kekurangan vitamin A): 
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan gangguan penglihatan seperti kesulitan melihat dalam kegelapan atau xerophthalmia, yaitu mata kering dan teriritasi.

Masalah periodontal (kekurangan vitamin C): 
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan masalah periodontal seperti peradangan gusi, pendarahan gusi, dan bahkan penyakit gusi yang parah seperti periodontitis.

Pelunakan tulang (kekurangan vitamin K): 
Kekurangan vitamin K dapat mengganggu proses pembentukan tulang yang kuat, meningkatkan risiko patah tulang, dan mengakibatkan pelunakan tulang atau osteomalasia.

Masalah tulang rawan dan otot (kekurangan vitamin A): 
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan gangguan pada tulang rawan dan otot, seperti kerusakan pada tulang rawan dan penurunan massa otot.

Penyakit gusi (kekurangan vitamin C): 
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan penyakit gusi seperti gusi berdarah, peradangan gusi, dan gingivitis.

Penyakit hati (kekurangan vitamin D): 
Kekurangan vitamin D telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit hati, termasuk hepatitis dan sirosis.

Gangguan perkembangan janin pada ibu hamil (kekurangan asam folat): 
Kekurangan asam folat pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan perkembangan janin, termasuk cacat tabung saraf dan risiko keguguran.

Gangguan pembekuan darah (kekurangan vitamin K): 
Kekurangan vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah dan meningkatkan risiko perdarahan yang berlebihan.

Infeksi saluran pernapasan (kekurangan vitamin D): 
Kekurangan vitamin D telah dikaitkan dengan peningkatan risiko infeksi saluran pernapasan, termasuk infeksi pernapasan atas dan pneumonia.

Gangguan sistem saraf pusat (kekurangan vitamin B12):
Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusat, termasuk gejala seperti kelemahan, kesemutan, dan masalah kognitif.

Gangguan fungsi ginjal (kekurangan vitamin D): 
Kekurangan vitamin D dapat mengganggu fungsi ginjal dan meningkatkan risiko gangguan ginjal, termasuk penyakit ginjal kronis.
 
Kekurangan vitamin tidak selalu menyebabkan penyakit secara langsung, tetapi dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi medis tersebut. Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk diagnosis dan perawatan yang tepat jika Anda mencurigai kekurangan vitamin pada diri sendiri atau seseorang yang Anda kenal.



Sumber:

https://www.nia.nih.gov/health/vitamins-and-supplements/vitamins-and-minerals-older-adults

https://www.uspharmacist.com/article/vitamin-deficiencies-in-seniors 

https://westhartfordhealth.com/news/senior-health/dietary-deficiencies/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8469089/

https://aperioncare.com/blog/6-common-dietary-deficiencies-in-older-adults/

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2405457723005387