Sunday, 31 March 2024

Baik dan Buruk Kosmetik untuk Lansia.

        Sebagian besar pemain di industri kosmetik, baik kelompok besar maupun perusahaan kecil, semakin tertarik dengan konsep “penuaan dengan baik”. Perusahaan sedang mengembangkan produk yang memenuhi kebutuhan biologis kulit yang menua. Misalnya, Serum Biru Chanel mengklaim memulihkan mekanisme penting untuk umur panjang kulit, yaitu energi sel, metabolisme sel, adaptasi terhadap stres sel, dan komunikasi antar sel.

Lansia harus memilih produk kosmetik yang sesuai kondisi kulitnya.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Produk 'anti-penuaan' dijual dengan memperkuat mitos bahwa penuaan adalah periode penurunan yang dapat diatasi dengan membeli produk yang tepat, dan ini adalah bagian dari narasi yang lebih luas dalam iklan tentang kehidupan di kemudian hari yang digambarkan secara negatif.

Ada tanda-tanda bahwa merek kecantikan mulai menyadari pentingnya menggunakan bahasa yang secara akurat mencerminkan beragam pengalaman penuaan masyarakat, meskipun hal ini masih merupakan pengecualian. Misalnya, Dove menganjurkan agar perempuan dapat “menua dengan indah sesuai keinginan mereka”

Sebuah penelitian di Taiwan menemukan bahwa program kecantikan meningkatkan persepsi diri terhadap penuaan dan mengurangi depresi pada orang lanjut usia.

Lansia memerlukan perawatan penampilan dan penampilan fisik.
(Sumber: foto canva.com) 

Kosmetik pada lansia adalah produk-produk yang digunakan untuk perawatan dan perbaikan penampilan fisik pada orang dewasa yang berusia lanjut. Penggunaan kosmetik pada lansia sering kali memiliki tujuan untuk menjaga kelembaban dan elastisitas kulit, mengurangi tanda-tanda penuaan seperti keriput dan bercak, serta meningkatkan rasa percaya diri.

Namun, penggunaan kosmetik pada lansia perlu dilakukan dengan hati-hati karena kulit pada usia tersebut cenderung lebih tipis, kering, dan rentan terhadap iritasi. Produk kosmetik yang digunakan haruslah sesuai dengan kondisi kulit mereka, dan penggunaan bahan-bahan yang terlalu keras atau berpotensi menyebabkan alergi atau iritasi harus dihindari.

Selain itu, kosmetik pada lansia juga dapat berperan dalam melindungi kulit dari paparan sinar matahari yang berlebihan, mengurangi risiko kanker kulit dan kerusakan akibat sinar UV. Penting untuk konsultasi dengan ahli dermatologi atau ahli perawatan kulit sebelum memilih dan menggunakan produk kosmetik pada lansia guna memastikan kesesuaian dengan kondisi kulit dan kesehatan secara keseluruhan.

       Memilih kosmetik yang baik untuk lansia memerlukan pertimbangan khusus untuk memastikan produk tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kulit yang berubah seiring bertambahnya usia. 

Bebeberapa kiat dalam memilih kosmetik yang baik untuk lansia:

Pilih produk dengan kandungan yang lembut dan tidak menyebabkan iritasi: 
Pilih produk yang dirancang khusus untuk kulit sensitif atau kulit dewasa yang cenderung lebih kering dan tipis. Hindari produk yang mengandung bahan-bahan keras seperti alkohol atau parfum yang dapat menyebabkan iritasi.

Pilih produk yang dirancang khusus untuk kulit sensitif atau kulit dewasa.
(Sumber: foto canva.com)
Cari produk dengan kandungan pelembap yang tinggi:
Lansia cenderung memiliki kulit yang lebih kering, oleh karena itu pilihlah produk kosmetik yang mengandung pelembap yang tinggi untuk menjaga kelembaban kulit dan mencegah dehidrasi.

Perhatikan label 'anti-aging': 
Pilih produk yang mengklaim memiliki efek anti-penuaan seperti mengurangi kerutan, meningkatkan kekenyalan, dan mencerahkan kulit. Namun, pastikan bahwa produk tersebut juga cocok dengan jenis kulit dan tidak mengandung bahan-bahan yang terlalu keras.

Pilih produk dengan perlindungan sinar matahari: 
Lansia rentan terhadap kerusakan kulit akibat paparan sinar UV. Pilihlah produk kosmetik yang mengandung SPF (Sun Protection Factor) untuk melindungi kulit dari sinar matahari dan mengurangi risiko kanker kulit serta penuaan dini.

Konsultasikan dengan ahli dermatologi: 
Jika memungkinkan, konsultasikan dengan ahli dermatologi atau ahli perawatan kulit untuk mendapatkan rekomendasi produk yang sesuai dengan kondisi kulit dan kebutuhan individual.

Uji coba produk terlebih dahulu: 
Sebelum menggunakan secara rutin, uji coba produk terlebih dahulu di area kecil kulit untuk memastikan tidak ada reaksi alergi atau iritasi.

Perhatikan tanggal kedaluwarsa:
Pastikan untuk memeriksa tanggal kedaluwarsa produk kosmetik sebelum membeli dan memastikan produk masih dalam kondisi baik untuk digunakan.

       Meskipun penggunaan kosmetik pada lansia bisa memberikan manfaat estetika dan merawat kulit, namun ada risiko yang dapat terjadi. 

Beberapa risiko yang perlu diperhatikan:

Iritasi Kulit: 
Kulit lansia cenderung lebih tipis dan sensitif, sehingga lebih rentan terhadap iritasi akibat bahan-bahan kimia yang terdapat dalam beberapa produk kosmetik. Iritasi kulit dapat menyebabkan kemerahan, gatal-gatal, dan bahkan ruam.

Reaksi Alergi: 
Lansia juga bisa mengalami reaksi alergi terhadap bahan-bahan tertentu yang ada dalam kosmetik. Reaksi alergi dapat berupa ruam, bengkak, atau bahkan sesak napas dalam kasus yang parah.

Perburuk Kondisi Kulit: 
Penggunaan kosmetik yang tidak cocok atau terlalu keras bisa memperburuk kondisi kulit lansia, terutama bagi mereka yang memiliki masalah kulit tertentu seperti rosacea atau dermatitis.

Kulit dapat menjadi buruk karena kosmetik yang tidak sesuai.
(Sumber: foto canva.com)
Kontaminasi Bakteri: 
Produk kosmetik yang tidak dijaga kebersihan dan disimpan dengan baik bisa menjadi tempat berkembang biaknya bakteri dan jamur. Penggunaan produk yang terkontaminasi dapat menyebabkan infeksi kulit.

Kandungan Berbahaya:
Beberapa kosmetik mengandung bahan-bahan yang tidak aman atau berpotensi merusak kesehatan, seperti merkuri, hidrokuinon, atau paraben. Penggunaan jangka panjang dari kosmetik dengan kandungan berbahaya tersebut bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan.

Paparan Sinar UV:
Beberapa produk kosmetik tidak memiliki perlindungan terhadap sinar matahari. Hal ini bisa meningkatkan risiko kerusakan kulit akibat paparan sinar UV, termasuk kanker kulit dan penuaan dini.

Beberapa penyakit atau masalah kesehatan yang dapat terjadi pada lansia akibat penggunaan kosmetik yang tidak tepat antara lain:

Iritasi Kulit: 
Produk kosmetik yang mengandung bahan-bahan yang keras atau alergenik dapat menyebabkan iritasi kulit pada lansia. Gejala iritasi kulit meliputi kemerahan, gatal-gatal, peradangan, atau bahkan lepuh dan ruam.

Dermatitis Kontak: 
Dermatitis kontak adalah reaksi kulit yang disebabkan oleh kontak langsung dengan bahan-bahan tertentu dalam kosmetik. Ini dapat menghasilkan gejala seperti kulit kering, kemerahan, gatal, dan bahkan pembengkakan.

Alergi Kulit: 
Beberapa bahan dalam kosmetik, seperti pewarna sintetis atau pewangi, dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit lansia. Alergi kulit ditandai dengan gatal-gatal, kemerahan, bengkak, dan kadang-kadang pembentukan ruam atau lepuh.

Infeksi Kulit:
Penggunaan kosmetik yang terkontaminasi dapat menyebabkan infeksi kulit pada lansia. Bakteri dan jamur dapat tumbuh di dalam produk kosmetik yang tidak disimpan dengan baik, dan ketika produk tersebut digunakan di kulit, dapat menyebabkan infeksi seperti jerawat, folikulitis, atau infeksi jamur.

Kerusakan Kulit Akibat Paparan Sinar UV:
Beberapa produk kosmetik mungkin tidak menyediakan perlindungan yang memadai terhadap sinar UV. Lansia yang menggunakan produk-produk tersebut tanpa tambahan pelindung sinar matahari dapat mengalami kerusakan kulit yang disebabkan oleh paparan sinar UV, seperti penuaan dini, keriput, atau bahkan kanker kulit.

Untuk mengurangi risiko penyakit atau masalah kesehatan akibat penggunaan kosmetik pada lansia, sangat penting untuk memilih produk yang cocok dengan jenis kulit dan kebutuhan individu, serta memperhatikan kandungan bahan dalam produk tersebut. 

Jaga kebersihan produk kosmetik, hindari berbagi produk dengan orang lain, dan hentikan penggunaan produk yang menyebabkan iritasi atau reaksi negatif pada kulit. Jika Anda mengalami masalah kulit yang serius atau persisten, segera konsultasikan dengan dokter atau ahli dermatologi untuk evaluasi dan perawatan yang tepat.






Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9900263/

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2405844023004371

https://www.alcimed.com/en/insights/happy-ageing-a-new-concept-in-the-cosmetics-industry-to-further-penetrate-the-elderly-care-market/

https://ageing-better.org.uk/blogs/beauty-industrys-obsession-anti-ageing-beginning-end

https://ageing-better.org.uk/blogs/beauty-industrys-obsession-anti-ageing-beginning-end


Saturday, 30 March 2024

Problematik Ekonomi, Kesejahteraan dan Kesehatan Lansia

        Populasi menua karena angka harapan hidup terus meningkat akibat perkembangan ilmu kedokteran modern. Aktivitas perekonomian dan kesehatan lansia merupakan faktor yang sangat penting dalam kaitannya dengan permasalahan lansia. 

Mempersiapkan masyarakat lanjut usia merupakan isu global. Lansia merupakan kelas partisipasi sosial yang tidak boleh diabaikan. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan kebijakan promosi kesehatan dan peningkatan perbaikan kelembagaan dengan mencerminkan tingkat aktivitas ekonomi lansia.

Populasi lansia yang terus meningkat menjadi fokus negara.
(Sumber; foto paguyuban pengawas purna)

Perhatian besar terhadap kaum penyandang disabilitas dan lanjut usia (lansia) sudah menjadi komitmen Indonesia. Ini dibuktikan salah satunya dengan memberikan jaminan sosial (jamsos), baik kesehatan maupun ketenagakerjaan. 

Namun faktanya, hingga kini belum semua lansia memperoleh hak-hak jamsos. Padahal, mestinya para lansia terutama yang dinilai kurang mampu atau memiliki keterbatasan ekonomi wajib memperoleh hak jamsos tersebut.

Saat ini, para lansia berupaya untuk mencapai kemandirian ekonomi dan bertujuan untuk menjalani hidup sehat. Selain itu, ditemukan bahwa partisipasi sosial dan aktivitas ekonomi lansia berkontribusi terhadap peningkatan kehidupan pribadi dan kesehatan mereka.

Bahkan dengan perencanaan yang tepat, banyak lansia mengalami tantangan keuangan, dan mereka harus mengembangkan strategi untuk mencegah tekanan terkait ekonomi. 

        Ekonomi lansia melibatkan sejumlah permasalahan yang berbeda, yang dapat mempengaruhi kesejahteraan dan kehidupan finansial mereka. 

Beberapa permasalahan umum dalam ekonomi lansia:

Kurangnya Dana Pensiun:
Banyak lansia menghadapi masalah karena tidak memiliki tabungan pensiun yang cukup untuk mendukung gaya hidup mereka setelah pensiun. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan pentingnya menabung untuk masa pensiun, atau karena faktor-faktor eksternal seperti pengeluaran tak terduga atau biaya kesehatan yang tinggi.

Inflasi: 
Inflasi bisa menjadi masalah besar bagi lansia, karena nilai dari tabungan atau dana pensiun mereka bisa tergerus seiring waktu. Biaya hidup yang terus meningkat dapat membuat pendapatan pensiun mereka kurang mencukupi.

Inflasi dapat menggerus tabungan dan dana pensiun lansia.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)
Biaya Kesehatan yang Tinggi: 
Lansia cenderung memiliki biaya kesehatan yang lebih tinggi daripada kelompok usia lainnya. Masalah kesehatan kronis, biaya perawatan jangka panjang, obat-obatan, dan asuransi kesehatan yang mahal dapat memberikan tekanan finansial yang signifikan.

Keterbatasan Akses ke Pekerjaan atau Pendidikan:
Lansia yang ingin bekerja atau mengikuti pendidikan lebih lanjut mungkin menghadapi kesulitan dalam memperoleh akses karena bias usia atau keterbatasan fisik.

Penipuan dan Kejahatan Keuangan: 
Lansia sering menjadi sasaran empuk bagi penipuan keuangan dan penipuan investasi. Mereka mungkin kurang waspada terhadap praktik penipuan baru atau kurang akrab dengan teknologi yang dapat melindungi keamanan finansial mereka.

Ketergantungan pada Anak atau Keluarga: 
Beberapa lansia mungkin mengalami ketergantungan pada anak atau keluarga mereka untuk dukungan finansial. Hal ini dapat menghasilkan ketegangan dalam hubungan keluarga dan membuat lansia merasa tidak berdaya secara finansial.

Isolasi Sosial: 
Lansia yang mengalami isolasi sosial dapat mengalami kesulitan finansial karena kurangnya dukungan sosial dapat menghambat kemampuan mereka untuk mengelola keuangan dengan baik atau memperoleh informasi yang diperlukan.

Obat Mahal:
Pengobatan dapat menjadi tantangan finansial bagi lansia, bahkan mereka yang memiliki asuransi kesehatan yang menanggung sebagian biaya resep. Beberapa obat yang dibutuhkan lansia untuk mengobati kondisi terkait usia memerlukan biaya lebih dari rata-rata resep dan mungkin tidak memiliki alternatif generik. Dalam kasus ini, para lansia mungkin harus memilih antara melewatkan pengobatan atau pergi tanpa keperluan lain agar mereka dapat membayar obatnya. 

Hutang:
Selama bertahun-tahun, banyak orang menumpuk utang, kartu kredit, hipotek, tagihan renovasi rumah, dan pengeluaran lainnya, dan membawa utang yang belum dibayar hingga usia lanjut. Bagi orang lanjut usia dengan pendapatan rendah dan terbatasnya bantuan keuangan dari keluarga dan teman, hutang dapat menyebabkan stres yang besar. Jika orang tua Anda mengalami kecemasan yang disebabkan oleh masalah keuangan ini, dia harus berbicara dengan konselor kredit untuk mengetahui pilihan apa yang tersedia. 

Perawatan Rumah:
Menjaga interior dan eksterior rumahnya dalam kondisi yang baik mungkin membuat orang yang Anda cintai kewalahan. Biaya pemeliharaan mungkin lebih besar dari pendapatan bulanan orang yang Anda sayangi, sehingga membuatnya semakin terlilit hutang. Bicarakan dengan orang yang Anda kasihi tentang pindah ke rumah yang lebih kecil atau berbagi tempat tinggal dengan Anda dan keluarga.

       Mengatasi masalah ekonomi lansia di Indonesia memerlukan pendekatan yang komprehensif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, dan masyarakat umum. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah ekonomi pada lansia di Indonesia:

Penguatan Sistem Pensiun: 
Pemerintah perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya menabung untuk pensiun dan memperkuat sistem pensiun nasional. Ini bisa termasuk memberikan insentif pajak untuk tabungan pensiun, memperluas cakupan program pensiun, dan meningkatkan aksesibilitas serta transparansi informasi terkait pensiun.

Program Kesehatan Universal: 
Pemerintah harus terus meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan untuk lansia. Program kesehatan universal yang mencakup biaya perawatan kesehatan dan obat-obatan dapat membantu mengurangi beban finansial yang ditanggung oleh lansia.

Pendidikan Keuangan untuk Lansia: 
Memberikan pendidikan keuangan kepada lansia sangat penting untuk membantu mereka mengelola keuangan dengan bijak, mengenali risiko keuangan, dan melindungi diri dari penipuan dan kejahatan keuangan.

Program Pelatihan dan Keterampilan:
Memberikan pelatihan dan pendidikan keterampilan kepada lansia yang ingin bekerja atau memulai usaha kecil dapat membantu meningkatkan kemandirian finansial mereka.

Perlindungan Hukum: 
Pemerintah harus memperkuat perlindungan hukum terhadap lansia, termasuk perlindungan terhadap penipuan keuangan dan eksploitasi finansial.

Pemberdayaan Sosial: 
Mendorong pembentukan komunitas lansia yang aktif secara sosial dan ekonomi dapat membantu mengatasi isolasi sosial dan memberikan dukungan sosial yang diperlukan.

Kemitraan dengan Swasta: 
Melibatkan sektor swasta dalam menyediakan produk dan layanan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan lansia, seperti asuransi kesehatan dan produk investasi yang aman, juga penting.

Pendekatan Terpadu dan Kolaboratif: 
Mengatasi masalah ekonomi lansia memerlukan pendekatan terpadu dan kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga non-profit, lembaga keuangan, dan masyarakat umum.

Dengan mengimplementasikan langkah-langkah ini secara efektif, diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial lansia di Indonesia.

       Di Indonesia, pemerintah telah meluncurkan beberapa program untuk mengatasi masalah ekonomi pada lansia. 

Beberapa program yang sudah berjalan meskipun belum merata, antara lain:

Program Bantuan Sosial (Bansos) Lansia: 
Pemerintah Indonesia memiliki program bantuan sosial yang ditujukan khusus untuk lansia yang kurang mampu. Program ini menyediakan bantuan berupa tunjangan sosial atau bantuan finansial secara berkala kepada lansia yang memenuhi syarat.

Program Pemberdayaan Ekonomi Lansia: 
Program ini bertujuan untuk memberdayakan ekonomi lansia dengan memberikan pelatihan keterampilan dan pendampingan untuk membantu mereka memulai usaha kecil atau meningkatkan keterampilan yang dapat meningkatkan pendapatan mereka.

Asuransi Kesehatan Lansia: 
Pemerintah telah meluncurkan program asuransi kesehatan yang ditujukan khusus untuk lansia. Program ini memberikan akses kepada lansia untuk mendapatkan layanan kesehatan yang lebih terjangkau, termasuk pemeriksaan kesehatan, obat-obatan, dan perawatan medis lainnya. Dalam kondisi nyata program BPJS lansia dan umum tidak ada bedanya. 

Kecelakaan sering menimpa lansia karena itu diperlukan perlakuan khusus lansia.
(Sumber: foto canva.com)
Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk Lansia: 
Program KUR telah diperluas untuk mencakup lansia yang ingin memulai usaha kecil atau mikro. Lansia dapat mengakses kredit dengan bunga rendah dan persyaratan yang lebih fleksibel untuk membantu mereka memulai atau mengembangkan usaha mereka.

Program Kesehatan Gratis untuk Lansia: 
Pemerintah Indonesia menyediakan program kesehatan gratis untuk lansia yang memenuhi syarat. Program ini mencakup pemeriksaan kesehatan rutin, pengobatan, dan perawatan medis lainnya tanpa biaya atau dengan biaya yang sangat terjangkau.

Pendidikan Keuangan Lansia: 
Pemerintah juga telah meluncurkan program pendidikan keuangan khusus untuk lansia. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang manajemen keuangan, investasi yang aman, dan cara melindungi diri dari penipuan keuangan.

Program-program ini merupakan upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial lansia, meskipun masih perlu terus ditingkatkan dan dievaluasi untuk memastikan efektivitasnya dalam mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi oleh lansia di Indonesia.



Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5746697/

https://www.homecareassistancearlingtontx.com/primary-economic-issues-for-elderly-people 

https://infopublik.id/read/222925/peserta-jkn-lansia-diimbau-untuk-update-data.html

https://news.detik.com/berita/d-6832975/curhat-lansia-peserta-jkn-biaya-pengobatan-ditanggung-bpjs-kesehatan

https://www.kemenkopmk.go.id/pemerintah-upayakan-pemenuhan-hak-jaminan-sosial-bagi-lansia

https://biz.kompas.com/read/2023/12/27/181150728/terdaftar-sebagai-peserta-jkn-lansia-ini-dapat-berobat-tanpa-biaya

https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/bib//public-file/bib-public-131.pdf

https://bisnis.tempo.co/read/1825262/sejumlah-penyakit-kronis-yang-ditanggung-bpjs-kesehatan-banyak-diderita-lansia

Tuesday, 26 March 2024

Iri Hati Menghancurkan Kebahagiaan dan Penyakit Fisik pada Lansia.

       Salah satu pandangan mengenai masyarakat modern adalah bahwa masyarakat modern secara sistematis mengembangkan serangkaian institusi, seperti media sosial, facebook, whatsapp dan bentuk media yang lain yang membuat orang merasa tidak mampu dan iri terhadap orang lain. 

Iri hati adalah perasaan tidak senang atau tidak puas dengan keberhasilan, prestasi, atau keberuntungan orang lain, dan seringkali disertai dengan keinginan untuk memiliki atau meraih hal yang sama atau lebih baik daripada orang tersebut. 

Lansia sehat mental selalu bersosialisasi dan menjauhi sifat iri hati.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Ini adalah emosi negatif yang biasanya muncul ketika seseorang merasa bahwa orang lain mendapatkan sesuatu yang diinginkannya atau merasa bahwa dirinya tidak sebanding dengan orang lain dalam hal pencapaian atau keberuntungan. Iri hati dapat timbul dalam berbagai konteks, baik dalam hubungan pribadi, lingkungan kerja, maupun dalam kompetisi sosial atau profesional.

Teori perbandingan sosial menyatakan bahwa orang pada umumnya memilih untuk membandingkan dirinya dengan orang lain yang dekat dengan kemampuan dan pendapatnya, namun orang pada umumnya menganggap diri mereka lebih baik daripada yang sebenarnya.

Oleh karena itu masyarakat cenderung melakukan perbandingan sosial ke atas, yaitu membandingkan dirinya dengan mereka yang sebenarnya lebih mampu, mempunyai harta lebih banyak, dan lain sebagainya. Individu dengan tingkat rasa iri yang tinggi akan menganggap perbedaan ini lebih menonjol dan sebagai akibatnya menghadapi lebih banyak pengalaman negatif. 

Hal ini termasuk perasaan rendah diri dan kecewa, yang dapat menyebabkan depresi. Selain itu, beberapa penelitian empiris menunjukkan korelasi positif antara rasa iri dan depresi.

Dalam konteks medis, istilah yang sering digunakan untuk merujuk pada iri hati adalah "envy" atau "invidia" dalam bahasa Latin. Ini adalah istilah yang umum digunakan di bidang psikologi dan psikiatri untuk menyatakan perasaan iri atau dengki terhadap keberhasilan, prestasi, atau kebahagiaan orang lain.

Iri hati dan dengki adalah dua konsep yang sering kali dianggap mirip tetapi memiliki perbedaan yang cukup signifikan dalam arti dan penggunaannya:

Iri Hati (Envy):
  • Iri hati adalah perasaan tidak senang atau tidak puas dengan keberhasilan, prestasi, atau keberuntungan orang lain.
  • Biasanya melibatkan perasaan kurangnya kepuasan diri sendiri atau keinginan untuk memiliki atau meraih hal yang sama atau lebih baik daripada orang lain.
  • Iri hati seringkali timbul ketika seseorang merasa bahwa mereka tidak sebanding dengan orang lain dalam hal pencapaian atau keberuntungan.
Dengki (Jealousy):
  • Dengki adalah perasaan tidak senang atau cemburu terhadap seseorang karena mereka memiliki atau menikmati sesuatu yang diinginkan oleh orang lain.
  • Biasanya melibatkan perasaan ancaman terhadap hubungan atau keadaan tertentu, seperti hubungan romantis, persahabatan, atau keuntungan sosial.
  • Dengki seringkali timbul ketika seseorang merasa bahwa posisi atau hubungan mereka terancam oleh keberhasilan atau keberuntungan orang lain.
Iri hati perasaan tidak puas dengan keberhasilan orang lain.
(Sumber: foto canva.com)
Perbedaan utama antara iri hati dan dengki adalah bahwa iri hati berkaitan dengan perasaan tidak puas dengan diri sendiri dan keinginan untuk memiliki hal yang dimiliki orang lain, sementara dengki berkaitan dengan perasaan cemburu atau ancaman terhadap hubungan atau keadaan tertentu. Iri hati lebih fokus pada diri sendiri dan apa yang tidak dimiliki atau dicapai, sementara dengki lebih fokus pada orang lain dan apa yang dimilikinya.

Ciri iri hati pada lansia mungkin tidak jauh berbeda dengan ciri-ciri iri hati pada orang dewasa pada umumnya. Iri hati adalah perasaan tidak senang atau tidak puas dengan keberhasilan, prestasi, atau keberuntungan orang lain. Namun, pada lansia, iri hati juga dapat muncul dalam konteks tertentu terkait dengan perasaan kurang dihargai, merasa terpinggirkan, atau merasa kehilangan relevansi dalam situasi sosial atau keluarga.

Beberapa ciri iri hati pada lansia bisa mencakup:

Perasaan Tidak Puas dengan Pencapaian atau Prestasi Orang Lain: 
Lansia mungkin merasa iri terhadap keberhasilan atau prestasi orang lain dalam hal seperti kesehatan, keuangan, atau kehidupan sosial.

Perasaan Terpinggirkan: 
Lansia mungkin merasa iri ketika mereka merasa diabaikan atau diabaikan dalam situasi keluarga atau sosial, seperti acara keluarga atau pertemuan sosial.

Perasaan Kurang Diakui atau Diapresiasi: 
Lansia yang merasa bahwa kontribusi mereka tidak dihargai atau diakui oleh keluarga atau masyarakat dapat merasa iri terhadap perlakuan yang lebih baik atau perhatian yang diberikan kepada orang lain.

Kecemburuan Terhadap Kesejahteraan Orang Lain: 
Lansia mungkin merasa iri terhadap kesejahteraan atau kebahagiaan orang lain, terutama jika mereka mengalami kesulitan atau ketidakpuasan dalam kehidupan mereka sendiri.

Perasaan Kehilangan Relevansi atau Signifikansi: 
Lansia mungkin merasa iri terhadap orang lain yang terlihat lebih relevan atau signifikan dalam situasi sosial atau keluarga, sehingga mereka merasa tidak lagi dihargai atau diperhatikan seperti sebelumnya.

Seperti pada semua usia, penting untuk diingat bahwa iri hati adalah emosi alami yang dapat muncul pada siapa pun, termasuk lansia. Namun, penting bagi individu yang mengalami iri hati untuk mengatasi emosi tersebut dengan cara yang sehat dan memilih respons yang konstruktif.  

Faktor penyebab iri hati pada lansia dapat bervariasi dan kompleks, melibatkan faktor-faktor psikologis, sosial, dan situasional. 

Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan iri hati pada lansia meliputi:

Kesehatan dan Keterbatasan Fisik:
 
Lansia yang mengalami masalah kesehatan atau keterbatasan fisik mungkin merasa iri terhadap orang lain yang lebih sehat atau lebih aktif secara fisik.

Keuangan dan Kesejahteraan: 
Kesenjangan ekonomi atau ketidaksetaraan keuangan dapat menyebabkan iri hati pada lansia. Mereka yang merasa kurang memiliki sumber daya keuangan mungkin iri terhadap orang yang lebih mampu.

Hubungan Sosial dan Keluarga: 
Perasaan iri hati bisa timbul dalam hubungan sosial atau keluarga, terutama jika lansia merasa diabaikan, tidak dihargai, atau terpinggirkan oleh anggota keluarga atau teman-teman.

Perasaan iri hati dapat muncul dalam hubungan sosial dan keluarga.
(Sumber: foto canva.com)
Kesejahteraan Emosional: 
Lansia yang mengalami kesedihan, kesepian, atau perasaan tidak puas dengan kehidupan mereka sendiri mungkin lebih rentan terhadap perasaan iri hati terhadap orang lain yang dianggap lebih bahagia atau sukses.

Perubahan Peran dan Identitas:
Lansia sering mengalami perubahan peran dalam keluarga atau masyarakat, seperti pensiun atau kehilangan pasangan hidup. Perubahan ini dapat memicu perasaan iri hati terhadap orang yang masih aktif atau sukses dalam peran mereka.

Tingkat Pendidikan dan Keterampilan: 
Orang yang merasa kurang terdidik atau merasa kurangnya keterampilan tertentu mungkin merasa iri terhadap orang yang dianggap lebih terampil atau berpendidikan.

Perubahan Sosial dan Lingkungan: 
Perubahan dalam lingkungan sosial atau komunitas, seperti kehilangan teman-teman atau perubahan dalam dinamika sosial, dapat memicu perasaan iri hati pada lansia.

Pengakuan dan Perhatian: 
Lansia yang merasa kurang mendapatkan pengakuan atau perhatian dari orang lain mungkin merasa iri terhadap mereka yang lebih banyak mendapatkan perhatian atau pujian.

       Iri hati pada dasarnya adalah respons emosional dan sosial terhadap perasaan ketidakpuasan atau ketidakadilan, dan bukan penyakit langsung. Namun, dampak iri hati pada kesehatan mental dan fisik dapat memengaruhi lansia dalam berbagai cara, dan dalam jangka panjang, dapat berkontribusi pada risiko penyakit atau masalah kesehatan tertentu.

Beberapa penyakit yang dapat timbul dari iri hati pada lansia, antara lain:

Stres Pada Kesehatan Mental: 
Iri hati yang terus-menerus dapat menyebabkan stres yang berkepanjangan, yang dapat mempengaruhi kesehatan mental. Stres yang berlebihan dapat meningkatkan risiko gangguan mental seperti depresi atau kecemasan.

Masalah Kesehatan Jantung: 
Stres kronis dan perasaan negatif seperti iri hati dapat memberikan dampak buruk pada kesehatan jantung. Ini dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular pada lansia.

Menurunkan Sistem Kekebalan Tubuh: 
Stres kronis yang disebabkan oleh iri hati dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat tubuh lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi.

Gangguan Tidur: 
Emosi negatif yang terkait dengan iri hati dapat mengganggu pola tidur seseorang. Gangguan tidur dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental lansia.

Penurunan Kesejahteraan Psikologis: 
Iri hati yang berlebihan dapat merugikan kesejahteraan psikologis lansia, menyebabkan penurunan mood, perasaan putus asa, atau hilangnya motivasi.

Isolasi Sosial:
Perasaan iri hati yang tidak diatasi dapat menyebabkan isolasi sosial. Lansia yang merasa iri terhadap orang lain mungkin cenderung menjauh dari interaksi sosial, yang dapat berdampak negatif pada kesejahteraan sosial dan mental mereka.

Penurunan Kualitas Hidup: 
Iri hati yang terus-menerus dapat merusak kualitas hidup lansia. Perasaan ketidakpuasan dan frustrasi dapat menghambat kemampuan mereka untuk menikmati hidup dan merasa bahagia.

Pengaruh Perilaku Merugikan: 
Beberapa orang mungkin mencoba mengatasi perasaan iri hati dengan perilaku merugikan, seperti konsumsi alkohol berlebihan, merokok, atau pola makan yang tidak sehat, yang dapat meningkatkan risiko penyakit terkait gaya hidup.

       Mencegah iri hati pada lansia melibatkan pendekatan yang komprehensif untuk mempromosikan kesejahteraan mental dan emosional mereka. 

Beberapa kiat yang dapat membantu mencegah iri hati pada lansia:

Kembangkan Rasa Harga Diri Positif:
Dorong lansia untuk mengakui dan menghargai prestasi dan kualitas positif dalam diri mereka sendiri.
Fokus pada aspek-aspek positif dari kehidupan mereka dan apresiasi atas kontribusi yang mereka buat.

Aktif Sosial dan Komunitas:
Mendorong keterlibatan sosial dapat membantu mencegah perasaan isolasi dan iri hati.
Terlibat dalam aktivitas kelompok atau klub sosial dapat memperluas jaringan sosial dan merangsang kehidupan sosial.

Pentingkan Kesehatan Mental dan Fisik:
  • Menjaga kesehatan mental dan fisik dapat membantu meningkatkan perasaan kesejahteraan dan mengurangi stres.
  • Ajak lansia untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi mereka dan dorong untuk merawat kesehatan mental, seperti dengan meditasi atau berbicara dengan seorang profesional kesehatan mental.

Promosikan Keterlibatan dalam Kegiatan Baru:
Mendorong partisipasi dalam kegiatan baru dapat membantu menjaga semangat dan minat yang positif.
Lansia dapat menemukan kepuasan baru dan merasa lebih termotivasi dengan mengeksplorasi minat atau hobi baru.

Bentuk Dukungan Sosial yang Positif:
Bangun dan pertahankan hubungan sosial yang positif.
Dorong lansia untuk berbicara dengan teman atau anggota keluarga jika mereka merasa tertekan atau memiliki perasaan negatif.

Terapkan Penilaian Realistik dan Terima Kebahagiaan Orang Lain:
Ajarkan pentingnya menerima bahwa setiap orang memiliki kebahagiaan dan pencapaian masing-masing.
Bantu lansia untuk merayakan kesuksesan orang lain dan melihatnya sebagai inspirasi, bukan ancaman.

Latih Keterampilan Mengatasi Stres dan Emosi:
  • Ajarkan teknik relaksasi atau praktik kegiatan yang dapat membantu mengurangi stres.
  • Bantu lansia untuk mengembangkan keterampilan mengatasi konflik dan mengelola emosi dengan cara yang positif.
Menciptakan lingkungan yang mendukung, merawat kesehatan secara holistik, dan mempromosikan pola pikir positif dapat membantu mencegah atau mengurangi iri hati pada lansia. Selain itu, peran keluarga, teman, dan tenaga kesehatan dapat sangat penting dalam memberikan dukungan dan bimbingan.

       Meskipun iri hati bukan penyakit fisik yang dapat diobati secara langsung, namun mengatasi atau mengurangi gejala-gejala iri hati pada lansia melibatkan pendekatan holistik terhadap kesejahteraan mental dan emosional mereka. 

Beberapa strategi yang dapat membantu mengelola iri hati pada lansia:

Dorong Pembicaraan Terbuka:
Ajak lansia untuk berbicara terbuka tentang perasaan mereka. Pembicaraan yang jujur dapat membantu mereka memahami dan mengidentifikasi akar permasalahan yang mungkin menyebabkan iri hati.

Bimbing untuk Mengidentifikasi Perasaan:
Membantu lansia untuk mengenali perasaan mereka, memahami apa yang menyebabkan iri hati, dan mengidentifikasi pola pikir yang mungkin memperburuk situasi.

Fokus pada Berpikir Positif dan Bersyukur:
Ajarkan teknik melihat sisi positif dari situasi dan menghargai hal-hal yang positif dalam hidup mereka.
Mendorong praktik rasa syukur dapat membantu menggeser fokus dari kekurangan ke aspek positif.

Kembangkan Empati dan Pemahaman:
  • Latih lansia untuk mengembangkan empati terhadap orang lain dan memahami bahwa setiap individu memiliki perjuangannya sendiri.
  • Mengajarkan mereka untuk merayakan keberhasilan orang lain sebagai inspirasi, bukan sebagai ancaman.
Partisipasi dalam Kegiatan Positif:
  • Mendorong lansia untuk terlibat dalam kegiatan positif dan membangun hubungan yang positif dengan orang lain.
  • Aktivitas yang meningkatkan kesejahteraan emosional, seperti seni, olahraga ringan, atau kegiatan sosial, dapat membantu mengurangi iri hati.

Dorong Pencarian Dukungan Sosial:
  • Ajak lansia untuk mencari dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok pendukung.
  • Berbicara dengan seseorang yang dapat memahami dan memberikan dukungan dapat membantu meredakan perasaan iri hati.
Bantu Mengelola Stres:
Latih teknik relaksasi, seperti meditasi atau pernapasan dalam, untuk membantu mengelola stres.
Jaga agar lingkungan sekitar lansia mendukung kesejahteraan mental mereka.

Perhatikan Kesehatan Fisik:
  • Pastikan kesehatan fisik lansia terjaga, karena kesehatan fisik yang buruk dapat memengaruhi kesejahteraan mental.
  • Bantu mereka menjalani pola hidup sehat dengan makanan seimbang dan olahraga yang sesuai dengan kondisi fisik mereka.

Jika perasaan iri hati pada lansia menjadi semakin parah dan memengaruhi kesejahteraan mereka secara signifikan, konsultasi dengan profesional kesehatan mental atau konselor dapat menjadi pilihan yang baik. Profesional ini dapat memberikan dukungan dan bimbingan khusus untuk membantu mengatasi masalah emosional.




Sumber: