Thursday, 19 December 2024

PPN 12% Bikin Panik? Ini Kiat Ampuh Lansia Bertahan di Tengah Kenaikan Harga!

       Lansia tidak hanya ditentukan oleh usia, tetapi juga oleh kondisi fisik, mental, dan sosial yang dialami seseorang. Dari sisi ekonomi, lansia merupakan kelompok usia yang memiliki karakteristik dan tantangan khusus yang memengaruhi kesejahteraan mereka secara finansial.

Kegembiraan lansia mungkin akan berkurang dengan berlakunya PPN 12%
(Sumber: Foto Rozali)

Beberapa aspek yang berkaitan dengan lansia dari sisi ekonomi:

1. Sumber Pendapatan Lansia

Lansia biasanya memiliki sumber pendapatan yang terbatas karena mereka sudah tidak aktif bekerja di usia produktif. Sumber pendapatan utama mereka meliputi:

  • Pensiun: Lansia yang pernah bekerja formal sering mengandalkan dana pensiun sebagai sumber utama penghasilan.
  • Tabungan atau investasi: Lansia yang menabung atau berinvestasi selama masa produktif dapat menggunakan dana tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup.
  • Bantuan keluarga: Banyak lansia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia, bergantung pada dukungan finansial dari anak atau anggota keluarga lainnya.
  • Bantuan sosial pemerintah: Lansia dari golongan ekonomi rendah sering mengandalkan program bantuan pemerintah seperti subsidi, bantuan pangan, atau layanan kesehatan gratis.

2. Kebutuhan Ekonomi Lansia

Lansia memiliki kebutuhan ekonomi yang sering kali berbeda dari kelompok usia lainnya:

  • Kebutuhan kesehatan: Biaya kesehatan menjadi salah satu pengeluaran terbesar karena lansia lebih rentan terhadap penyakit kronis.
  • Kebutuhan hidup sehari-hari: Meski kebutuhan dasar (makanan, pakaian) cenderung sederhana, pengeluaran tetap signifikan karena lansia sering memiliki pendapatan terbatas.
  • Kebutuhan sosial: Lansia mungkin membutuhkan dana untuk menjaga interaksi sosial, seperti menghadiri acara keluarga atau komunitas.

3. Tantangan Ekonomi yang Dihadapi Lansia

  • Pendapatan tetap yang terbatas: Dengan tidak adanya penghasilan tetap, lansia sering kesulitan mengimbangi kenaikan biaya hidup.
  • Ketergantungan finansial: Lansia yang tidak memiliki tabungan atau investasi sering kali bergantung pada keluarga atau bantuan sosial.
  • Inflasi: Kenaikan harga barang dan jasa, seperti kenaikan PPN menjadi 12%, dapat semakin mempersempit daya beli lansia.
  • Kurangnya literasi keuangan: Banyak lansia belum terbiasa mengelola keuangan secara mandiri atau menggunakan teknologi finansial modern.

4. Potensi Ekonomi Lansia

Meski menghadapi tantangan, lansia juga memiliki potensi ekonomi yang bisa dimanfaatkan:

  • Usaha mikro atau UMKM: Lansia yang masih sehat dapat menjalankan usaha kecil, seperti berdagang atau memanfaatkan keterampilan tangan.
  • Kontribusi pada keluarga: Lansia sering berkontribusi dalam kegiatan ekonomi keluarga, seperti membantu mengasuh cucu atau mengelola rumah tangga.
  • Pekerjaan paruh waktu: Lansia dengan kemampuan tertentu, seperti mengajar, memberi konsultasi, atau keterampilan seni, masih bisa menghasilkan pendapatan.

5. Solusi Ekonomi untuk Lansia

  • Program perlindungan sosial: Pemerintah dapat meningkatkan program bantuan, seperti jaminan sosial, subsidi pangan, dan layanan kesehatan gratis.
  • Dukungan literasi keuangan: Edukasi tentang pengelolaan keuangan dan investasi sederhana dapat membantu lansia lebih mandiri secara finansial.
  • Pengelolaan dana pensiun: Lansia perlu memastikan dana pensiun dikelola dengan baik agar cukup memenuhi kebutuhan hingga akhir hayat.
  • Peluang usaha kecil: Lansia yang masih produktif dapat diberikan dukungan untuk membuka usaha kecil melalui pelatihan atau modal usaha.

6. Lansia dan Ketimpangan Ekonomi

  • Ketimpangan regional: Lansia di daerah perkotaan mungkin memiliki akses lebih baik ke program sosial dan kesehatan dibandingkan dengan lansia di pedesaan.
  • Gender gap: Lansia perempuan cenderung lebih rentan secara ekonomi karena lebih sering tidak bekerja formal selama masa produktif mereka.

         PPN (Pajak Pertambahan Nilai) merupakan pajak tidak langsung yang dikenakan pada setiap tahap produksi atau distribusi barang dan jasa. Pajak ini ditanggung oleh konsumen akhir, tetapi disetor ke negara oleh pelaku usaha yang menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).    

Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% yang direncanakan di Indonesia mulai 2025 dapat memiliki beberapa dampak pada lansia, tergantung pada situasi ekonomi mereka dan kebutuhan sehari-hari yang mereka konsumsi. 

Berikut adalah beberapa dampaknya:

1. Beban Biaya Hidup Meningkat

Lansia yang mengandalkan pensiun, tabungan, atau bantuan keluarga cenderung lebih sensitif terhadap kenaikan harga barang dan jasa. Kenaikan PPN dapat membuat:

  • Kebutuhan pokok lebih mahal, seperti makanan, obat-obatan yang tidak masuk daftar pengecualian PPN, dan kebutuhan rumah tangga.
  • Layanan kesehatan lebih mahal, terutama bagi lansia yang memiliki penyakit kronis dan memerlukan perawatan rutin.

2. Pengurangan Daya Beli

Dengan pendapatan tetap atau terbatas, daya beli lansia dapat menurun. Hal ini berisiko mengurangi akses mereka terhadap barang atau layanan penting yang sebelumnya terjangkau.

3. Ketergantungan pada Bantuan Sosial

Lansia yang hidup di bawah garis kemiskinan mungkin semakin bergantung pada bantuan sosial dari pemerintah, seperti subsidi kesehatan (BPJS PBI) atau program bantuan pangan. Jika kebijakan sosial tidak diperluas seiring kenaikan PPN, ini bisa memperburuk kondisi mereka.

4. Dampak pada Lansia dengan Usaha Mikro

Lansia yang memiliki usaha kecil atau mikro (seperti warung) dapat terpengaruh dua kali:

  • Mereka harus menanggung kenaikan harga barang dagangan yang terkena PPN.
  • Konsumen mereka mungkin berkurang daya belinya, sehingga penjualan menurun.

Potensi Kebijakan Mitigasi

Untuk meminimalkan dampak ini, pemerintah dapat:

  • Mengecualikan barang dan jasa esensial untuk lansia dari PPN.
  • Meningkatkan bantuan sosial untuk lansia, seperti dana pensiun atau subsidi kesehatan.
  • Mengawasi inflasi, agar kenaikan PPN tidak memicu lonjakan harga barang kebutuhan pokok.

Beberapa kiat praktis bagi lansia untuk menghadapi dampak kenaikan PPN 12% agar tetap bisa mengelola kehidupan sehari-hari dengan baik:

1. Prioritaskan Kebutuhan Esensial

  • Fokus pada kebutuhan pokok seperti makanan, obat-obatan, dan tagihan penting (listrik, air, dan lainnya). Hindari pengeluaran untuk barang mewah atau non-esensial.
  • Pilih barang bebas PPN jika memungkinkan, seperti bahan pangan tertentu atau layanan yang tidak dikenakan pajak.

2. Manfaatkan Program Pemerintah

  • Gunakan BPJS Kesehatan untuk mengurangi biaya kesehatan. Lansia yang tergolong kurang mampu bisa mendaftar BPJS PBI (gratis).
  • Cari informasi bantuan sosial, seperti Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) atau program subsidi energi, untuk meringankan beban biaya sehari-hari.
  • Cek kebijakan daerah: Beberapa daerah memiliki program khusus untuk lansia, seperti pengurangan biaya transportasi atau belanja. Contoh: Transjakarta untuk lansia atau diskon kereta  KAI untuk lansia.

3. Belanja dengan Cerdas

  • Manfaatkan diskon dan promosi: Cari toko atau supermarket yang menawarkan diskon khusus untuk lansia.
  • Berbelanja di pasar tradisional: Biasanya harga lebih murah dibandingkan supermarket.
  • Beli dalam jumlah besar: Untuk barang yang sering digunakan (seperti sembako), beli dalam jumlah grosir untuk menghemat biaya jangka panjang.
  • Bandingkan harga: Gunakan aplikasi belanja online atau cek toko fisik untuk mencari harga termurah.

4. Kelola Keuangan dengan Bijak

  • Buat anggaran bulanan: Catat semua pemasukan dan pengeluaran untuk mengetahui prioritas kebutuhan.
  • Sisihkan uang untuk keadaan darurat: Meski sedikit, menabung sangat penting untuk mengantisipasi kebutuhan mendesak.
  • Kurangi utang atau cicilan: Hindari utang baru agar tidak membebani keuangan.

5. Tingkatkan Pendapatan

  • Coba usaha kecil: Lansia yang masih produktif dapat menjalankan usaha sederhana, seperti menjual makanan ringan, hasil kerajinan, atau hasil kebun.
  • Sewakan aset: Jika memiliki aset seperti kamar kosong atau lahan, sewakan untuk mendapatkan pendapatan tambahan.
  • Ikut program komunitas produktif: Banyak komunitas yang mendukung lansia untuk terlibat dalam aktivitas usaha mikro.

6. Bergabung dengan Komunitas Lansia yang Ramah

  • Bergabung dengan kelompok lansia di daerah atau komunitas sosial yang memberikan bantuan berupa barang murah, layanan kesehatan gratis, atau program pengurangan biaya hidup.
  • Dengan komunitas, lansia juga dapat saling berbagi informasi tentang peluang dan subsidi yang tersedia.

7. Jaga Kesehatan untuk Kurangi Pengeluaran

  • Lakukan pencegahan penyakit: Konsumsi makanan bergizi, olahraga ringan, dan cukup istirahat untuk mengurangi risiko penyakit yang membutuhkan biaya pengobatan tinggi.
  • Gunakan obat generik: Obat generik memiliki harga lebih terjangkau dengan kualitas yang sama.

8. Tingkatkan Literasi Keuangan

  • Lansia perlu belajar mengelola uang secara lebih cerdas, seperti mencari informasi tentang kenaikan harga dan solusi hemat.
  • Gunakan bantuan anggota keluarga atau teman untuk belajar menggunakan aplikasi belanja online atau e-wallet untuk mencari harga yang lebih murah.

9. Libatkan Keluarga

  • Jangan ragu meminta bantuan dari anggota keluarga untuk membantu mengelola keuangan, berbelanja, atau mencari informasi terkait bantuan pemerintah.
  • Kerja sama dalam keluarga dapat meringankan beban lansia secara signifikan.
Demikian kiat ampuh yang mungkin dapat membantu lansia menghadapi kenaikan PPN 12% agar lansia tetap berdaya dan hidup sehat.





Sumber:

https://klikpajak.id/blog/pajak-pertambahan-nilai-ppn/

https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/Tarif-PPN-12-Wujudkan-Keadilan




Monday, 16 December 2024

Hidup Tenang di Masa Tua: Rahasia Slow Living untuk Lansia yang Bahagia dan Sehat!

        Slow living adalah filosofi atau gaya hidup yang menekankan pada hidup dengan lebih lambat, sadar, dan seimbang. Slow living mengajak seseorang untuk menikmati setiap momen, mengurangi stres, serta fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup, seperti hubungan, kesehatan, dan kebahagiaan.

Beberapa prinsip utama slow living meliputi:

  1. Kesadaran penuh (mindfulness): Fokus pada saat ini, alih-alih terburu-buru memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
  2. Kesederhanaan: Mengurangi konsumsi yang berlebihan dan memilih gaya hidup yang lebih minimalis.
  3. Keseimbangan: Menjaga harmoni antara pekerjaan, keluarga, waktu pribadi, dan istirahat.
  4. Koneksi dengan alam: Menghargai dan melibatkan diri lebih banyak dalam lingkungan alam sekitar.
  5. Kualitas, bukan kuantitas: Memprioritaskan kualitas dalam pekerjaan, waktu bersama keluarga, atau bahkan dalam hal materi.

Slow living sering kali menjadi respons terhadap tekanan hidup modern yang serba cepat, seperti teknologi yang terus-menerus menuntut perhatian atau budaya hustle yang berorientasi pada produktivitas berlebihan. Filosofi ini membantu menciptakan kehidupan yang lebih bermakna dan memuaskan.

Gaya Slow Living penting diterapkan lansia agar sehat jasmani dan rohani.
(Sumber: foto file)

      Lansia dapat melakukan slow living, bahkan gaya hidup ini sangat cocok untuk mereka. Slow living menawarkan pendekatan yang lebih santai dan penuh makna, yang dapat membantu lansia menikmati masa tua dengan lebih sehat, bahagia, dan bermakna. Berikut beberapa alasan dan cara lansia dapat menerapkan slow living:

Mengapa Slow Living Cocok untuk Lansia?

  1. Meminimalkan stres: Lansia cenderung menghadapi perubahan besar seperti pensiun, kesehatan yang menurun, atau kehilangan orang tercinta. Slow living membantu mengurangi tekanan dengan fokus pada hal-hal yang membuat mereka bahagia.
  2. Menikmati hidup lebih mendalam: Masa tua adalah waktu yang tepat untuk refleksi dan menikmati momen kecil, seperti berbicara dengan keluarga, berkebun, atau membaca buku favorit.
  3. Meningkatkan kesehatan mental dan fisik: Gaya hidup santai dan sadar dapat mengurangi kecemasan serta mendorong kegiatan yang mendukung kesehatan, seperti olahraga ringan atau meditasi.

Cara Lansia Melakukan Slow Living

  1. Melakukan aktivitas yang disukai: Fokus pada hobi seperti berkebun, menjahit, memasak, atau berjalan-jalan di alam.
  2. Mengatur waktu dengan bijak: Tidak terburu-buru dalam menyelesaikan sesuatu, melainkan menikmati prosesnya, seperti menikmati waktu makan atau bercengkerama dengan keluarga.
  3. Praktik mindfulness: Latihan pernapasan, meditasi, atau hanya duduk santai sambil mendengarkan suara alam.
  4. Hidup sederhana: Lansia dapat memilih untuk mengurangi barang-barang yang tidak diperlukan dan menikmati hidup dengan lebih sedikit gangguan.
  5. Berinteraksi dengan orang lain: Berbicara dengan cucu, teman, atau tetangga dapat membawa kebahagiaan dan menguatkan rasa koneksi sosial.
  6. Beristirahat cukup: Menghargai waktu istirahat dan tidur yang berkualitas adalah bagian penting dari slow living.

Dengan menerapkan slow living, lansia dapat menciptakan rutinitas yang memberikan rasa damai, kebahagiaan, dan kesehatan yang lebih baik di masa tua.

       Beberapa jenis daerah yang cocok untuk lansia menjalani slow living, yang mendukung suasana tenang, nyaman, dan ramah bagi kesehatan fisik maupun mental:

1. Pedesaan

  • Ciri khas: Udara segar, lingkungan hijau, suasana tenang, dan jauh dari keramaian kota.
  • Keuntungan:
    • Lingkungan yang tidak terlalu sibuk cocok untuk relaksasi.
    • Lansia bisa menikmati aktivitas sederhana seperti berkebun, berjalan-jalan di sawah, atau berinteraksi dengan komunitas lokal.
    • Biaya hidup di pedesaan biasanya lebih rendah dibandingkan perkotaan.
  • Contoh: Desa-desa di daerah pegunungan seperti Ubud (Bali), Lembang (Jawa Barat), atau kawasan pedesaan di sekitar Yogyakarta.

2. Daerah Pegunungan

  • Ciri khas: Udara sejuk, pemandangan alam indah, dan lingkungan yang menenangkan.
  • Keuntungan:
    • Cocok untuk lansia yang ingin menikmati ketenangan dengan latar belakang pegunungan.
    • Aktivitas ringan seperti berjalan-jalan, membaca, atau sekadar menikmati panorama alam dapat memberikan manfaat kesehatan.
  • Contoh: Batu (Malang), Puncak (Bogor), atau Bukittinggi (Sumatera Barat).

3. Daerah Pantai

  • Ciri khas: Suara deburan ombak, angin laut yang menenangkan, dan pemandangan matahari terbit/terbenam.
  • Keuntungan:
    • Lansia dapat menikmati terapi alam dengan duduk santai di tepi pantai atau berjalan di atas pasir.
    • Suasana santai sangat cocok untuk gaya hidup slow living.
  • Contoh: Sanur (Bali), Pangandaran (Jawa Barat), atau Pantai Parangtritis (Yogyakarta).

4. Kawasan Wisata Alam

  • Ciri khas: Berada di dekat hutan, danau, atau area konservasi alam.
  • Keuntungan:
    • Lansia dapat menikmati udara segar dan suasana alam yang mendamaikan.
    • Cocok untuk lansia yang ingin lebih dekat dengan alam tanpa aktivitas fisik berat.
  • Contoh: Danau Toba (Sumatera Utara), Ranu Kumbolo (Jawa Timur, area ringan di luar jalur pendakian), atau Situ Patenggang (Jawa Barat).

5. Kota Kecil dengan Komunitas Ramah Lansia

  • Ciri khas: Kota yang tidak terlalu ramai tetapi memiliki fasilitas kesehatan dan infrastruktur yang memadai.
  • Keuntungan:
    • Lansia dapat tetap hidup nyaman dengan akses mudah ke layanan kesehatan dan kebutuhan harian.
    • Komunitas kecil sering kali lebih ramah dan mendukung kehidupan sosial.
  • Contoh: Salatiga (Jawa Tengah), Mataram (Lombok), atau Purwokerto (Jawa Tengah).

Kriteria Utama Daerah Slow Living untuk Lansia:

  1. Lingkungan yang tenang: Minim polusi suara dan udara.
  2. Akses fasilitas kesehatan: Rumah sakit atau klinik mudah dijangkau.
  3. Komunitas yang suportif: Tetangga yang ramah dan bersahabat.
  4. Kondisi geografis yang tidak terlalu sulit: Area datar lebih baik untuk mobilitas lansia.
  5. Biaya hidup terjangkau: Menjadi pertimbangan penting untuk masa pensiun.

Lansia dapat memilih daerah yang sesuai dengan preferensi mereka, apakah lebih menyukai suasana gunung, pantai, atau kota kecil. Kombinasi suasana tenang dan fasilitas yang mendukung adalah kunci utama untuk slow living di masa tua.



Sumber:

https://www.rittenhousevillages.com/assisted-living-blog/6-simple-ways-to-start-practicing-slow-living-after-retirement/

https://www.conservatoryseniorliving.com/senior-living-blog/the-reasons-why-slow-living-is-a-good-retirement-lifestyle/

https://www.summerhouseseniorliving.com/senior-living-blog/why-slow-living-makes-for-the-perfect-lifestyle-after-retirement/

https://www.caruthhavencourt.com/dallas-tx-assisted-living-blog/a-guide-to-practicing-slow-living-in-retirement/



Wednesday, 27 November 2024

Hidup Hemat, Tua Nikmat: Rahasia Frugal Living untuk Lansia!

         Frugal living adalah gaya hidup yang menekankan penghematan, efisiensi, dan penggunaan sumber daya secara bijak untuk meminimalkan pengeluaran dan menghindari pemborosan. Tujuannya bukan sekadar untuk menghemat uang, tetapi juga untuk memprioritaskan apa yang benar-benar penting dan memberikan nilai dalam kehidupan seseorang.

Frugal living diterapkan lansia untuk tetap berdaya dan sehat.
(Sumber: foto file)
Dalam frugal living, seseorang biasanya berfokus pada:
  1. Membedakan kebutuhan dan keinginan – Memprioritaskan kebutuhan dasar daripada barang atau layanan yang tidak penting.
  2. Mengoptimalkan penggunaan barang – Memanfaatkan barang atau sumber daya hingga benar-benar habis.
  3. Mengurangi konsumsi – Membeli barang atau jasa hanya jika benar-benar diperlukan.
  4. Memanfaatkan kembali – Menggunakan kembali barang yang masih layak guna, seperti mendaur ulang atau memperbaiki barang yang rusak.
  5. Berhemat secara kreatif – Mencari cara alternatif untuk memenuhi kebutuhan dengan biaya lebih rendah, seperti memasak di rumah daripada makan di luar.

Prinsip ini tidak selalu berarti hidup serba kekurangan, tetapi lebih kepada hidup dengan penuh kesadaran finansial dan nilai-nilai minimalisme. Frugal living juga sering dikaitkan dengan upaya mencapai tujuan finansial seperti menabung, melunasi utang, atau berinvestasi.

Perjalanan menuju Yogyakarta dengan KAI diskon 20%, seminar kesehatan gratis, plus makan siang.

       Frugal living dapat menjadi pilihan yang bijak untuk lansia, terutama karena pada tahap ini, pendapatan cenderung tetap atau menurun (misalnya, pensiun), sementara kebutuhan akan perawatan kesehatan atau biaya lain bisa meningkat. 

Beberapa syarat atau alasan lansia perlu mempertimbangkan gaya hidup hemat:

1. Pendapatan Terbatas

Lansia biasanya mengandalkan tabungan, dana pensiun, atau jaminan sosial. Karena sumber penghasilan cenderung tetap, penting untuk mengelola pengeluaran agar tidak melebihi pendapatan.

2. Meningkatnya Kebutuhan Kesehatan

Biaya perawatan kesehatan sering kali menjadi pengeluaran terbesar bagi lansia. Dengan frugal living, lansia bisa mengalokasikan anggaran lebih untuk kebutuhan kesehatan tanpa membebani keuangan.

3. Menghindari Risiko Utang

Mengelola uang dengan gaya hidup hemat membantu lansia menghindari utang, terutama jika ada kebutuhan mendadak seperti perawatan medis atau renovasi rumah.

4. Memaksimalkan Masa Pensiun

Dengan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, lansia dapat memastikan bahwa tabungan mereka cukup untuk mendukung gaya hidup nyaman dalam jangka panjang.

5. Prioritas pada Kebutuhan Esensial

Pada usia lanjut, prioritas hidup berubah. Frugal living membantu lansia fokus pada apa yang benar-benar penting, seperti kesehatan, kenyamanan, dan kebahagiaan, tanpa tekanan untuk mengikuti tren atau konsumsi berlebihan.

6. Penerapan Nilai Hidup Sederhana

Lansia sering kali sudah memiliki pengalaman hidup yang mengajarkan pentingnya hidup sederhana dan bersyukur atas hal-hal kecil. Frugal living sejalan dengan nilai-nilai ini.

Beberapa Cara Lansia Menerapkan Frugal Living

  • Mengurangi pengeluaran tidak penting: Misalnya, makan di rumah daripada sering makan di luar.
  • Menggunakan diskon atau subsidi: Lansia sering kali berhak atas diskon di transportasi umum, tempat wisata, atau obat-obatan.
  • Menghindari pembelian barang baru: Memperbaiki barang yang rusak atau membeli barang bekas berkualitas.
  • Memanfaatkan program pemerintah: Seperti layanan kesehatan atau bantuan sosial untuk mengurangi beban biaya.

Dengan gaya hidup hemat, lansia dapat hidup lebih nyaman dan tenang tanpa kekhawatiran keuangan di masa tua.

        Dalam menjalankan gaya hidup frugal living, lansia tetap perlu memperhatikan asupan makanan yang sehat dan bergizi untuk mendukung kesehatan tubuh, terutama karena kebutuhan nutrisi meningkat seiring bertambahnya usia. 

Beberapa rekomendasi makanan yang hemat, sehat, dan cocok untuk lansia:

1. Sumber Karbohidrat Murah dan Bernutrisi

  • Beras merah atau beras putih (dikombinasikan dengan porsi kecil untuk penghematan).
  • Oatmeal: Pilihan murah dan mengenyangkan, baik untuk kesehatan jantung.
  • Singkong, ubi, atau kentang: Alternatif karbohidrat yang murah dan kaya serat.

2. Sumber Protein Terjangkau

  • Tahu dan tempe: Kaya protein, murah, dan mudah diolah.
  • Telur: Pilihan hemat untuk protein berkualitas tinggi.
  • Ikan murah lokal: Seperti ikan teri, ikan kembung, atau bandeng, yang kaya omega-3 untuk kesehatan otak dan jantung.
  • Daging ayam bagian tertentu: Misalnya, bagian dada atau ceker ayam, yang lebih ekonomis dan bernutrisi.

3. Sayuran Musiman yang Murah

Sayuran musiman lebih murah dan segar. Beberapa pilihan:

  • Bayam: Kaya zat besi untuk mencegah anemia.
  • Kangkung atau sawi: Terjangkau dan mudah dimasak.
  • Labu siam atau wortel: Baik untuk kesehatan mata.
  • Kol dan kubis: Ekonomis serta mengandung vitamin C dan serat.

4. Buah Hemat dan Bergizi

  • Pisang: Kaya potasium, baik untuk kesehatan jantung.
  • Pepaya: Terjangkau dan membantu pencernaan.
  • Jeruk lokal: Sumber vitamin C yang murah dan meningkatkan daya tahan tubuh.
  • Semangka: Murah saat musim dan kaya air untuk hidrasi.

5. Sumber Lemak Sehat

  • Minyak kelapa atau minyak zaitun (secukupnya): Untuk memasak atau sebagai campuran makanan.
  • Kacang-kacangan lokal: Seperti kacang tanah atau kedelai, untuk lemak sehat yang murah.
  • Alpukat (jika terjangkau): Lemak sehat dan baik untuk kesehatan jantung.

6. Cemilan Hemat dan Sehat

  • Jagung rebus atau kukus: Sumber karbohidrat ringan.
  • Kacang rebus: Kaya protein dan serat.
  • Keripik singkong buatan sendiri: Alternatif cemilan murah dan rendah bahan tambahan.

Kiat-kiat untuk Frugal Living pada Lansia terkait Makanan

  1. Belanja di pasar tradisional untuk mendapatkan bahan makanan segar dengan harga lebih murah.
  2. Beli dalam jumlah besar untuk bahan seperti beras, kacang-kacangan, atau telur yang tahan lama.
  3. Masak dalam porsi besar dan simpan sisa makanan di kulkas untuk dikonsumsi beberapa kali.
  4. Manfaatkan bahan lokal musiman, yang biasanya lebih murah dan berkualitas.
  5. Tanam sendiri sayuran sederhana, seperti bayam, kangkung, atau cabai, untuk menghemat.

Dengan pola makan ini, lansia dapat menjaga kesehatan tanpa perlu mengeluarkan banyak biaya. 



Sumber:

https://www.seniorliving.org/finance/frugal-living-tips/

https://www.judsonmeadowsassistedliving.com/resources/blog/frugal-living-tips-for-seniors/

https://www.rocketmoney.com/learn/investing/100-frugal-living-tips-for-seniors

https://www.fidelity.com/learning-center/smart-money/frugal-living-tips