Friday, 22 March 2024

Suplemen Herbal, Apakah Aman untuk Lansia.

        Suplemen herbal adalah suplemen makanan yang berasal dari tumbuhan. Suplemen jenis ini diminum melalui mulut, baik dalam bentuk kapsul, tablet, bubuk, atau cair. Beberapa suplemen yang mungkin pernah Anda dengar adalah ginkgo biloba, ginseng, echinacea, dan black cohosh. 

Para peneliti sedang mempertimbangkan penggunaan suplemen herbal untuk mencegah atau mengobati beberapa masalah kesehatan, namun masih terlalu dini untuk mengetahui apakah keduanya aman dan bermanfaat. Penelitian sebelumnya terhadap suplemen herbal tertentu belum menunjukkan manfaat apa pun.

Lansia harus berhati-hati bila menggunakan suplemen herbal.
(Sumber: foto paguyubab pensiun 209)

Penggunaan suplemen herbal merupakan hal yang umum di kalangan lansia, sebuah populasi yang mengkonsumsi obat resep dalam jumlah yang tidak proporsional dibandingkan dengan populasi yang lebih muda.

Penggunaan suplemen herbal oleh lansia bervariasi. Beberapa orang menganggapnya sebagai cara alami untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup, sementara yang lain skeptis terhadap efektivitas dan keamanannya. Meskipun beberapa suplemen herbal memiliki dukungan ilmiah, risiko interaksi obat dan efek samping perlu dipertimbangkan.

Perlu diketahui bahwa meskipun suplemen itu alami, atau berasal dari tumbuhan, bukan berarti suplemen tersebut aman.

Beberapa suplemen herbal yang sering digunakan oleh lansia, meliputi:

Ginkgo Biloba: 
Dipercaya dapat meningkatkan aliran darah ke otak, membantu meningkatkan fungsi kognitif, dan mengurangi risiko gangguan kognitif seperti demensia.

Ginseng: 
Ada beberapa jenis ginseng yang digunakan, seperti ginseng Korea atau ginseng Amerika. Ginseng dipercaya dapat meningkatkan energi, menjaga keseimbangan gula darah, dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Ginseng korea sering digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
(Sumber: foto canva.com)
Ekstrak Saw Palmetto: 
Digunakan terutama oleh laki-laki untuk membantu mengelola gejala pembesaran prostat (hiperplasia prostat) dan masalah kesehatan prostat lainnya.

Ekstrak Ekinaea: 
Dipercaya memiliki efek merangsang sistem kekebalan tubuh, sehingga dapat membantu mencegah dan mengatasi infeksi saluran pernapasan atas, seperti flu dan pilek.

Ekstrak Valerian: 
Digunakan untuk membantu mengatasi gangguan tidur dan meningkatkan kualitas tidur pada lansia yang mengalami masalah tidur.

Kurkumin (Turmeric): 
Senyawa aktif dalam kunyit yang memiliki sifat antiinflamasi dan antioksidan. Dipercaya dapat membantu mengurangi peradangan dan risiko penyakit degeneratif yang berhubungan dengan usia.

Omega-3: 
Banyak ditemukan dalam minyak ikan, seperti minyak salmon atau minyak krill. Omega-3 dapat membantu menjaga kesehatan jantung, mengurangi peradangan, dan mendukung fungsi otak.

       Manfaat suplemen herbal telah diteliti secara medis dalam beberapa kasus, tetapi hasilnya bisa bervariasi. Beberapa suplemen herbal telah menunjukkan manfaat dalam penelitian ilmiah, sementara yang lainnya tidak memiliki bukti yang cukup kuat untuk mendukung klaim manfaatnya. 

Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

Ginkgo Biloba: 
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa ginkgo biloba dapat membantu meningkatkan aliran darah ke otak dan memperbaiki fungsi kognitif pada beberapa orang, terutama mereka yang mengalami gangguan kognitif ringan atau demensia. Namun, hasil penelitian tidak selalu konsisten, dan manfaatnya bisa bervariasi.

Ginseng: 
Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa ginseng dapat memiliki efek positif pada energi, keseimbangan gula darah, dan sistem kekebalan tubuh. Namun, bukti ilmiah yang konsisten masih diperlukan untuk mendukung klaim manfaat ini.

Ekstrak Saw Palmetto: 
Meskipun banyak digunakan untuk mengelola gejala pembesaran prostat, penelitian ilmiah tentang efektivitas saw palmetto belum sepenuhnya konsisten. Beberapa penelitian menemukan manfaatnya dalam mengurangi gejala prostat, sementara yang lain tidak menemukan perbedaan signifikan dibandingkan dengan plasebo.

Ekstrak Saw Palmetto digunakan untuk mengelola pembesaran prostat.
(Sumber: foto canva.com)
Ekstrak Ekinaea: 
Penelitian tentang ekstrak ekinaea dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu mencegah atau mengobati infeksi masih kontroversial. Beberapa studi menemukan manfaatnya, sementara yang lain tidak menemukan efek yang signifikan.

Ekstrak Valerian: 
Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa ekstrak valerian dapat membantu meningkatkan kualitas tidur pada orang yang mengalami insomnia ringan hingga sedang. Namun, lebih banyak penelitian masih diperlukan untuk memastikan keefektifannya dan menilai efek samping jangka panjangnya.

Kurkumin (Turmeric): 
Kurkumin telah diteliti secara luas karena potensi efek antiinflamasi dan antioksidannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kurkumin dapat membantu mengurangi peradangan dan risiko penyakit terkait usia, tetapi hasilnya masih perlu diverifikasi lebih lanjut.

Omega-3: 
Omega-3, terutama ditemukan dalam minyak ikan, telah terbukti memiliki manfaat kesehatan yang signifikan, termasuk mendukung kesehatan jantung, fungsi otak, dan mengurangi peradangan. Banyak penelitian mendukung penggunaan suplemen omega-3 untuk kesehatan umum.

Meskipun beberapa suplemen herbal memiliki bukti ilmiah yang mendukung, penting untuk dicatat bahwa regulasi terkait suplemen herbal bisa lebih longgar daripada obat-obatan yang dijual dengan resep, dan bukti ilmiah kadang-kadang masih kurang jelas. Konsultasikan dengan dokter atau ahli kesehatan sebelum memulai penggunaan suplemen herbal untuk memastikan keamanan dan potensi manfaatnya.

Beberapa hal yang perlu diwaspadai oleh lansia dalam menggunakan suplemen herbal:

Interaksi Obat: 
Suplemen herbal dapat berinteraksi dengan obat-obatan resep atau non-resep lain yang sedang dikonsumsi oleh lansia. Interaksi ini bisa meningkatkan atau mengurangi efektivitas obat atau bahkan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli farmasi sebelum memulai suplemen herbal baru.

Efek Samping:
Seperti obat-obatan, suplemen herbal juga dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan. Beberapa efek samping yang umum termasuk gangguan pencernaan, reaksi alergi, peningkatan risiko pendarahan, dan interaksi dengan kondisi medis tertentu. Lansia sering memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami efek samping karena sistem metabolisme mereka mungkin berbeda atau karena mereka memiliki kondisi medis yang sudah ada.

Kualitas Produk: 
Tidak semua suplemen herbal di pasaran memiliki kualitas yang sama. Beberapa mungkin mengandung bahan tambahan yang tidak tercantum dengan jelas di label, atau mungkin terkontaminasi dengan zat-zat berbahaya. Penting untuk memilih produk dari produsen yang terpercaya dan terkenal.

Kualitas suplemen herbal dipasaran tidak sama.
(Sumber: foto canva.com)
Keamanan Dalam Jangka Panjang: 
Meskipun beberapa suplemen herbal mungkin memiliki manfaat yang terbukti, keamanan penggunaan jangka panjang mereka belum selalu diteliti dengan baik. Beberapa suplemen herbal dapat menyebabkan masalah kesehatan jika digunakan dalam jangka panjang atau dalam dosis yang tinggi.

Toleransi dan Respons Individual: 
Respons terhadap suplemen herbal dapat bervariasi antara individu. Ada kemungkinan bahwa suatu suplemen herbal mungkin tidak sesuai dengan tubuh atau bisa menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan pada satu orang, tetapi tidak pada orang lain.

Pemalsuan dan Kontaminasi: 
Ada risiko bahwa suplemen herbal dapat dipalsukan atau terkontaminasi dengan bahan-bahan berbahaya. Ini bisa terjadi terutama dengan produk-produk yang dibeli secara online atau dari sumber yang tidak terpercaya.

Keseimbangan Nutrisi: 
Mengonsumsi suplemen herbal secara berlebihan bisa menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi dalam tubuh. Ini bisa berdampak negatif pada kesehatan Anda. Sebaiknya konsultasikan dengan ahli gizi atau dokter Anda untuk menentukan apakah Anda membutuhkan suplemen tertentu dan dosis yang tepat.

Perhatikan Gejala Aneh: 
Jika Anda mengonsumsi suplemen herbal dan mulai merasakan gejala yang tidak biasa atau memperhatikan perubahan dalam kondisi kesehatan Anda, penting untuk segera berhenti mengonsumsinya dan berkonsultasi dengan dokter.

Mengingat semua risiko ini, penting bagi lansia untuk selalu berkonsultasi dengan dokter atau ahli farmasi sebelum memulai menggunakan suplemen herbal baru, serta memilih produk dari sumber yang terpercaya dan memperhatikan dosis yang direkomendasikan.


Sumber:

https://www.nia.nih.gov/health/vitamins-and-supplements/dietary-supplements-older-adults

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25063588/

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17030294/

https://www.news-medical.net/news/20231126/Multi-ingredient-herbal-supplement-boosts-cognitive-speed-and-gut-health-in-seniors.aspx

https://bjgp.org/content/68/675/e711

https://www.nhs.uk/conditions/herbal-medicines/



Thursday, 21 March 2024

Risiko Medis Lansia, Saat Defisiensi Vitamin Multipel.

        Seiring bertambahnya usia, massa tubuh tanpa lemak dan laju metabolisme menurun. Pada gilirannya, tubuh tidak lagi efektif menyerap mineral dan vitamin tertentu. Karena orang lanjut usia memiliki nafsu makan yang lebih kecil dan kebutuhan kalori yang lebih rendah, mereka mungkin memerlukan lebih banyak nutrisi daripada sebelumnya.

Kebanyakan lansia tidak mengonsumsi makanan sehat setiap hari. Defisiensi vitamin ringan sangat umum terjadi pada lansia, dan khususnya pada lansia yang lemah dan berada di rumah sakit. Misal: Anemia, gangguan kognitif, peningkatan kecenderungan terjadinya infeksi, dan penyembuhan luka yang buruk merupakan beberapa gejala yang terkait dengan kekurangan vitamin ringan pada lansia. 

kebanyakan lansia tidak mengkonsumsi makanan sehat setiap hari.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

Walaupun defisiensi vitamin tunggal memang terjadi, biasanya defisiensi vitamin multipel terlihat pada malnutrisi umum. Kekurangan vitamin yang parah dapat menyebabkan kerusakan organ yang tidak dapat diperbaiki.

Vitamin jenis nutrisi utama yang dibutuhkan tubuh untuk bertahan hidup dan tetap sehat. Vitamin membantu tubuh tumbuh dan bekerja sebagaimana mestinya. Ada 13 vitamin penting,yaitu: vitamin A, C, D, E, K, dan vitamin B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, B6 , B12 , dan folat).

       Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil untuk menjaga kesehatan dan kinerja tubuh yang optimal. Vitamin tidak diproduksi oleh tubuh secara alami atau hanya diproduksi dalam jumlah yang terbatas, sehingga harus diperoleh melalui makanan atau suplemen. Vitamin terbagi menjadi dua kelompok: vitamin larut dalam lemak (seperti vitamin A, D, E, dan K) dan vitamin larut dalam air (seperti vitamin C dan semua jenis vitamin B). 

Beberapa nama vitamin, manfaat, dan sumber makanan yang mengandung vitamin tersebut:

Vitamin A (Retinol):

  • Manfaat: Mendukung kesehatan mata, kulit, dan sistem kekebalan tubuh.
  • Sumber: Wortel, bayam, ubi jalar, hati, telur.

Vitamin B1 (Tiamin):

  • Manfaat: Diperlukan untuk metabolisme karbohidrat dan fungsi saraf yang sehat.
  • Sumber: Kacang-kacangan, biji-bijian, daging, sereal, kentang.

Vitamin B2 (Riboflavin):

  • Manfaat: Penting untuk metabolisme energi, pertumbuhan sel, dan kesehatan kulit.
  • Sumber: Susu, yogurt, daging, sayuran hijau, biji-bijian.

Yogurt sumber riboflavin (vitamin B2)
(Sumber: foto canva.com)

Vitamin B3 (Niacin):

  • Manfaat: Berperan dalam metabolisme energi, sintesis DNA, dan kesehatan kulit.
  • Sumber: Daging, ikan, kacang-kacangan, kentang, sereal gandum.

Vitamin B5 (Asam Pantotenat):

  • Manfaat: Mendukung metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
  • Sumber: Daging, unggas, telur, kacang-kacangan, sayuran hijau.

Vitamin B6 (Piridoksin):

  • Manfaat: Diperlukan untuk metabolisme protein, produksi neurotransmitter, dan fungsi sistem kekebalan tubuh.
  • Sumber: Ayam, ikan, kacang-kacangan, biji-bijian, pisang.

Vitamin B7 (Biotin):

  • Manfaat: Mendukung kesehatan kulit, rambut, dan kuku, serta metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein.
  • Sumber: Telur, kacang-kacangan, sereal, hati, sayuran hijau.

Vitamin B9 (Asam Folat):

  • Manfaat: Penting untuk produksi sel darah merah, sintesis DNA, dan kesehatan janin selama kehamilan.
  • Sumber: Sayuran hijau, kacang-kacangan, buah jeruk, hati, sereal.

Vitamin B12 (Kobalamin):

  • Manfaat: Mendukung fungsi saraf, produksi sel darah merah, dan metabolisme energi.
  • Sumber: Daging, ikan, produk susu, telur, makanan laut.

Vitamin C (Asam Askorbat):

  • Manfaat: Berperan sebagai antioksidan, mendukung sistem kekebalan tubuh, dan membantu dalam penyembuhan luka.
  • Sumber: Buah jeruk, stroberi, paprika, brokoli, tomat.

Vitamin D (Kalsiferol):

  • Manfaat: Penting untuk kesehatan tulang, penyerapan kalsium, dan fungsi sistem kekebalan tubuh.
  • Sumber: Paparan sinar matahari, ikan berlemak, telur, produk susu.

Vitamin E (Tokoferol):

  • Manfaat: Melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan oksidatif, mendukung kesehatan jantung dan kulit.
  • Sumber: Minyak nabati, kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran hijau.

Vitamin K (Fitomenadion):

  • Manfaat: Diperlukan untuk pembekuan darah yang sehat, kesehatan tulang, dan fungsi saraf.
  • Sumber: Sayuran hijau, minyak sayur, hati, produk fermentasi.

💬 Vitamin dari makanan sehat adalah cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Beberapa penyakit atau kondisi yang dapat timbul akibat kekurangan vitamin pada lansia:

Osteoporosis (kekurangan vitamin D dan kalsium): 
Penyakit di mana tulang menjadi rapuh dan rentan patah karena kehilangan massa tulang. Kekurangan vitamin D dan kalsium dapat menyebabkan penipisan tulang.

Osteoporosis mengakibatkan tulang rapuh dan rentan patah.
(Sumber: foto canva.com)
Anemia (kekurangan vitamin B12 dan asam folat):
Kondisi di mana jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin dalam darah di bawah normal. Kekurangan vitamin B12 dan asam folat dapat menyebabkan produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.

Beri-beri (kekurangan vitamin B1): 
Penyakit yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B1 (thiamine), yang dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf dan jantung.

Pelagra (kekurangan vitamin B3): 
Kekurangan vitamin B3 (niacin) yang menyebabkan gejala seperti kulit kering, diare, gangguan pencernaan, dan masalah mental.

Defisiensi imun (kekurangan vitamin C dan D): 
Penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh karena kekurangan vitamin C dan D, yang dapat meningkatkan risiko infeksi dan penyakit.

Penyakit jantung (kekurangan vitamin B6, B12, dan E): 
Penyakit yang melibatkan gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Kekurangan vitamin B6, B12, dan E dapat berkontribusi pada perkembangan penyakit jantung.

Gangguan penglihatan (kekurangan vitamin A): 
Gangguan pada mata seperti kebutaan malam atau xerophthalmia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin A.
Gangguan mata karena kekurangan vitamin A.
(Sumber: foto canva.com)
Pernicious anemia (kekurangan vitamin B12): 
Jenis anemia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12, yang sering kali terkait dengan gangguan penyerapan vitamin B12 dari makanan.

Depresi (kekurangan vitamin B6, B12, dan D): 
Gangguan suasana hati yang disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kekurangan vitamin B6, B12, dan D.

Demensia (kekurangan vitamin B6, B12, dan D): 
Penurunan kemampuan kognitif yang signifikan yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kekurangan vitamin B6, B12, dan D.

Keguguran (kekurangan asam folat): 
Kekurangan asam folat dapat meningkatkan risiko keguguran pada wanita hamil dan berkontribusi pada perkembangan janin yang tidak sempurna.

Neuropati perifer (kekurangan vitamin B12): 
Neuropati perifer adalah gangguan pada saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang, yang dapat disebabkan oleh kekurangan vitamin B12.

Diabetes tipe 2 (kekurangan vitamin D): 
Kekurangan vitamin D telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 atau memperburuk kontrol gula darah pada penderita diabetes.

Hipertensi (kekurangan vitamin D): 
Kekurangan vitamin D telah dikaitkan dengan peningkatan risiko hipertensi atau tekanan darah tinggi.

Gangguan tiroid (kekurangan yodium dan selenium):
Kekurangan yodium dan selenium dapat mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid, menyebabkan gangguan seperti hipotiroidisme atau pembesaran kelenjar tiroid (gondok).

Kram otot (kekurangan magnesium dan potassium): 
Kekurangan magnesium dan potassium dapat menyebabkan kram otot yang menyakitkan dan kejang.

Sistem pencernaan yang buruk (kekurangan vitamin B12): 
Kekurangan vitamin B12 dapat mengganggu penyerapan nutrisi di saluran pencernaan, menyebabkan gangguan pencernaan dan masalah lainnya.

Gangguan kulit seperti dermatitis (kekurangan vitamin B2): 
Kekurangan vitamin B2 atau riboflavin dapat menyebabkan gangguan pada kulit seperti dermatitis atau peradangan kulit.

Gangguan sistem saraf seperti tremor (kekurangan vitamin B6): 
Kekurangan vitamin B6 dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf, termasuk tremor atau getaran tidak terkontrol.

Gangguan penglihatan malam atau xerophthalmia (kekurangan vitamin A): 
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan gangguan penglihatan seperti kesulitan melihat dalam kegelapan atau xerophthalmia, yaitu mata kering dan teriritasi.

Masalah periodontal (kekurangan vitamin C): 
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan masalah periodontal seperti peradangan gusi, pendarahan gusi, dan bahkan penyakit gusi yang parah seperti periodontitis.

Pelunakan tulang (kekurangan vitamin K): 
Kekurangan vitamin K dapat mengganggu proses pembentukan tulang yang kuat, meningkatkan risiko patah tulang, dan mengakibatkan pelunakan tulang atau osteomalasia.

Masalah tulang rawan dan otot (kekurangan vitamin A): 
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan gangguan pada tulang rawan dan otot, seperti kerusakan pada tulang rawan dan penurunan massa otot.

Penyakit gusi (kekurangan vitamin C): 
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan penyakit gusi seperti gusi berdarah, peradangan gusi, dan gingivitis.

Penyakit hati (kekurangan vitamin D): 
Kekurangan vitamin D telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit hati, termasuk hepatitis dan sirosis.

Gangguan perkembangan janin pada ibu hamil (kekurangan asam folat): 
Kekurangan asam folat pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan perkembangan janin, termasuk cacat tabung saraf dan risiko keguguran.

Gangguan pembekuan darah (kekurangan vitamin K): 
Kekurangan vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah dan meningkatkan risiko perdarahan yang berlebihan.

Infeksi saluran pernapasan (kekurangan vitamin D): 
Kekurangan vitamin D telah dikaitkan dengan peningkatan risiko infeksi saluran pernapasan, termasuk infeksi pernapasan atas dan pneumonia.

Gangguan sistem saraf pusat (kekurangan vitamin B12):
Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusat, termasuk gejala seperti kelemahan, kesemutan, dan masalah kognitif.

Gangguan fungsi ginjal (kekurangan vitamin D): 
Kekurangan vitamin D dapat mengganggu fungsi ginjal dan meningkatkan risiko gangguan ginjal, termasuk penyakit ginjal kronis.
 
Kekurangan vitamin tidak selalu menyebabkan penyakit secara langsung, tetapi dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi medis tersebut. Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk diagnosis dan perawatan yang tepat jika Anda mencurigai kekurangan vitamin pada diri sendiri atau seseorang yang Anda kenal.



Sumber:

https://www.nia.nih.gov/health/vitamins-and-supplements/vitamins-and-minerals-older-adults

https://www.uspharmacist.com/article/vitamin-deficiencies-in-seniors 

https://westhartfordhealth.com/news/senior-health/dietary-deficiencies/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8469089/

https://aperioncare.com/blog/6-common-dietary-deficiencies-in-older-adults/

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2405457723005387


Wednesday, 20 March 2024

Defisiensi Mineral, Sumber Penyakit pada Lansia.

        Populasi global mengalami penuaan dan banyak lansia menderita malnutrisi terkait usia, termasuk defisiensi mikronutrien. Asupan gizi yang cukup sangat penting agar lansia dapat terus hidup mandiri, serta mencegah penurunan status kesehatan. 

Mikronutrien adalah nutrien yang diperlukan oleh organisme dalam jumlah sangat kecil, tetapi tetap sangat penting untuk menjaga fungsi tubuh yang optimal. Ini termasuk mineral, yang dikenal karena peran pentingnya dalam menjaga kesehatan dan kinerja tubuh. Meskipun dibutuhkan dalam jumlah kecil, mikronutrien sangat penting untuk berbagai proses biologis, termasuk metabolisme, pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi sistem kekebalan tubuh. 

Mikronutrien sangat dibutuhkan lansia untuk menjaga kesehatan dan kinerja tubuh.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Kekurangan mikronutrien dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan penyakit. Beberapa mineral bekerja bersama dengan bantuan hormon sesuai dengan kebutuhannya pada organ tertentu. Mineral baik sebagian atau dalam kombinasi dengan vitamin menunjukkan fungsi utama yang dibutuhkan sel dan kekurangannya menunjukkan efek samping yang merugikan meskipun tidak bersifat keturunan. 

Mineral mayor adalah jenis mineral yang diperlukan oleh organisme dalam jumlah besar untuk menjaga kesehatan dan fungsi tubuh yang optimal. Istilah "mayor" digunakan untuk membedakan mereka dari mineral minor atau mineral jejak, yang dibutuhkan dalam jumlah yang jauh lebih kecil. Mineral mayor sering kali merupakan komponen utama dalam struktur tubuh. Mineral digolongkan menurut kebutuhannya antara lain fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan belerang (S).

Mineral minor, juga dikenal sebagai mineral jejak atau mineral mikro, adalah jenis mineral yang diperlukan oleh organisme dalam jumlah sangat kecil, biasanya kurang dari 100 miligram per hari, tetapi tetap penting untuk kesehatan dan fungsi tubuh yang optimal. Meskipun jumlahnya kecil, mineral-mineral ini memainkan peran yang krusial dalam berbagai proses biologis, seperti pembentukan enzim, regulasi metabolisme, dan menjaga keseimbangan elektrolit, contoh mineral minor Boron (B), klorin (Cl) , kromium (Cr), fluorida (F), yodium (I), besi (Fe), mangan (Mn), molibdenum (Mo), nikel (Ni), selenium (Se), natrium (Na), vanadium (V) dan seng (Zn).

Berikut penyakit karena kekurangan mineral mayor :

Kekurangan Fosfor (P):
  • Penyakit: Osteomalasia (penyakit tulang lunak) dan gangguan pertumbuhan pada anak-anak.
  • Sumber mineral: Daging, ikan, telur, produk susu, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Kekurangan Kalium (K):
  • Penyakit: Hipokalemia, yang dapat menyebabkan kelemahan otot, gangguan irama jantung, dan kejang.
  • Sumber mineral : Pisang, kentang, tomat, jeruk, sayuran hijau, dan kacang-kacangan.
Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan kelemahan otot.
(Sumber: foto canva.com)
Kekurangan Kalsium (Ca):
  • Penyakit: Osteoporosis (kerapuhan tulang), kejang, dan peningkatan risiko patah tulang.
  • Sumber mineral: Susu dan produk susu, kubis, brokoli, ikan berlemak, dan tahu.
Kekurangan Magnesium (Mg):
  • Penyakit: Kelemahan otot, kram, aritmia jantung, dan osteoporosis, mineral ini penting untuk mengatur kadar glukosa dan tekanan darah dalam tubuh.
  • Sumber mineral: Kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran hijau, dan cokelat hitam.
Kekurangan Belerang (S):
  • Penyakit: Jarang terjadi pada manusia secara langsung, tetapi defisiensi belerang bisa berkontribusi pada gangguan metabolisme sulfur, yang dapat memengaruhi kesehatan kulit, rambut, dan kuku.
  • Sumber mineral: Protein hewani seperti daging, telur, dan susu, serta sayuran seperti bawang putih, bawang bombay, dan kubis.
Beberapa penyakit karena Kekurangan mineral minor:

Anemia Defisiensi Besi (Kekurangan Zat Besi (Fe)):
  • Penyakit: Anemia, yang ditandai dengan kelelahan, pusing, pucat, dan penurunan kinerja fisik dan kognitif.
  • Sumber mineral: Daging merah, unggas, ikan, kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran berdaun hijau gelap, dan sereal yang diperkaya zat besi.
Gangguan Kognitif (Kekurangan Iodin (I)):
  • Penyakit: Gondok (pembengkakan kelenjar tiroid) dan gangguan kognitif, terutama pada anak-anak.
  • Sumber mineral: Garam beriodium, makanan laut, dan produk-produk susu.
Kekurangan Seng (Zinc (Zn)):
  • Penyakit: Penurunan sistem kekebalan tubuh, gangguan pertumbuhan, luka lambat sembuh, dan gangguan fungsi reproduksi.
  • Sumber mineral: Daging, unggas, kerang, kacang-kacangan, biji-bijian, dan susu.
Kekurangan seng (Zn) luka lambat sembuh.
(Sumber: foto canva.com)
Kekurangan Kromium (Chromium (Cr)):
  • Penyakit: Resistensi insulin dan gangguan metabolisme glukosa, meningkatkan risiko diabetes.
  • Sumber mineral: Daging, ikan, biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, dan produk-produk biji-bijian utuh.
Kekurangan Mangan (Manganese (Mn)):
  • Penyakit: Gangguan pertumbuhan, gangguan tulang, gangguan reproduksi, dan gangguan metabolisme karbohidrat.
  • Sumber mineral: Kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran berdaun hijau, teh, dan makanan laut.
Kekurangan Boron (B):
  • Penyakit: Penurunan fungsi otak, gangguan kognitif, dan kerusakan tulang.
  • Sumber mineral: Buah-buahan seperti apel, pir, dan anggur; sayuran seperti brokoli, kubis, dan kacang polong; serta kacang-kacangan dan biji-bijian.
Kekurangan Klorin (Cl):
  • Penyakit: Gangguan keseimbangan cairan tubuh, kelelahan, dan gangguan pencernaan.
  • Sumber mineral: Biasanya disediakan oleh garam dapur (natrium klorida) dan juga dapat ditemukan dalam sayuran berdaun hijau dan makanan laut.
Kekurangan Fluorida (F):
  • Penyakit: Risiko tinggi terhadap kerusakan gigi, seperti karies.
  • Sumber mineral: Air minum yang difluorida, seperti air keran yang telah difluorida oleh pemerintah, dan beberapa jenis teh.
Kekurangan Molibdenum (Mo):
  • Penyakit: Gangguan metabolisme sulfur, anemia, dan gangguan pertumbuhan.
  • Sumber mineral: Daging, kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran berdaun hijau, dan produk-produk gandum.
Kekurangan Nikel (Ni):
  • Penyakit: Belum diketahui secara pasti, tetapi kekurangan nikl dapat menyebabkan gangguan reproduksi dan kulit.
  • Sumber mineral: Daging, kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran, dan cokelat.
Kekurangan Selenium (Se):
  • Penyakit: Gangguan sistem kekebalan tubuh, risiko tinggi terhadap penyakit jantung, dan gangguan fungsi tiroid.
  • Sumber mineral: Kacang-kacangan, biji-bijian, daging, unggas, ikan, telur, dan produk-produk susu.
Kekurangan Natrium (Na):
  • Penyakit: Hiponatremia (konsentrasi natrium darah yang rendah), yang dapat menyebabkan kelemahan, kebingungan, dan bahkan koma.
  • Sumber mineral: Garam dapur, makanan olahan, dan makanan laut.
Kekurangan Natrium dapat menyebabkan kebingungan.
(Sumber: foto canva.com)
Kekurangan Vanadium (V):
  • Penyakit: Belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa penelitian menunjukkan kaitannya dengan gangguan metabolisme glukosa.
  • Sumber mineral: Sayuran hijau, biji-bijian, daging, ikan, dan makanan laut.

Kekurangan mineral-mineral ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang serius jika tidak diatasi melalui konsumsi makanan yang kaya akan mineral tersebut atau suplementasi yang sesuai. 



Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7230219/

https://westhartfordhealth.com/news/senior-health/dietary-deficiencies/

https://www.reanfoundation.org/most-common-nutrient-deficiencies-in-older-adults/

https://www.healthline.com/health/mineral-deficiency

https://www.intechopen.com/chapters/73735