Sunday 4 August 2024

Apa Gejala Normal Jantung yang Buat Lansia Cemas.

        Jantung adalah otot kuat yang memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung orang dewasa yang sehat dan normal berukuran sebesar kepalan tangan.  Bagian-bagian jantung yang berbeda memiliki fungsi yang berbeda:
  • Sisi kanan memompa darah ke paru-paru untuk mengambil oksigen.
  • Sisi kiri menerima darah kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya melalui arteri ke seluruh tubuh. 
  • Sistem kelistrikan dalam jantung mengendalikan detak jantung (detak jantung atau denyut nadi) dan mengoordinasikan kontraksi ruang atas dan bawah jantung.
Beberapa kegiatan jantung normal namun lansia cemas.
(Sumber : foto Dwipatri club)
Saat ini, lebih dari sebelumnya, para peneliti memahami dampak penuaan terhadap jantung dan pembuluh darah, serta bagaimana penuaan dan faktor-faktor lain memengaruhi risiko penyakit kardiovaskular.  

Mereka mempelajari lebih lanjut mengenai pengaruh aktivitas fisik, pola makan, dan faktor gaya hidup lainnya terhadap laju penuaan pada jantung dan arteri. Proses penuaan pada sistem organ lain, termasuk otot, ginjal, dan paru-paru, juga kemungkinan berkontribusi terhadap penyakit kardiovaskular.
       
       Beberapa kegiatan atau gejala jantung yang sebenarnya normal tetapi seringkali membuat lansia khawatir termasuk:

Palpitasi: Sensasi detak jantung yang cepat, berdebar-debar, atau tidak teratur. Meskipun ini bisa menakutkan, palpitasi sering kali tidak berbahaya dan bisa disebabkan oleh stres, kafein, atau olahraga.

Perasaan Denyut Jantung yang Kuat: Kadang-kadang, denyut jantung yang kuat dapat dirasakan terutama saat berbaring atau setelah aktivitas fisik. Ini biasanya normal dan tidak perlu dikhawatirkan.

Detak Jantung yang Lambat (Bradykardia): Lansia mungkin mengalami denyut jantung yang lebih lambat dari biasanya. Ini sering kali normal, terutama jika mereka dalam kondisi fisik yang baik atau sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Nyeri Dada Ringan: Nyeri dada ringan yang datang dan pergi, terutama setelah makan besar atau saat berbaring, seringkali disebabkan oleh refluks asam atau gangguan pencernaan, bukan masalah jantung.

Sesak Napas Ringan: Sedikit sesak napas setelah aktivitas fisik bisa normal, terutama jika lansia tersebut tidak terbiasa berolahraga secara teratur.

Perubahan Tekanan Darah: Fluktuasi tekanan darah yang ringan sepanjang hari bisa normal, terutama saat bangun tidur, setelah makan, atau saat beraktivitas.

Meskipun gejala-gejala ini bisa normal, penting bagi lansia untuk tetap berkonsultasi dengan dokter jika mereka mengalami gejala yang mengganggu atau jika ada perubahan signifikan dalam kesehatan mereka. Pemeriksaan rutin dapat membantu memastikan bahwa gejala-gejala tersebut memang normal dan bukan tanda masalah yang lebih serius.

       Mengatasi rasa khawatir tentang gejala jantung yang normal pada lansia memerlukan pendekatan yang melibatkan edukasi, dukungan emosional, dan manajemen kesehatan yang baik. 

Beberapa langkah yang bisa diambil:

Edukasi dan Informasi:
  • Konsultasi Rutin dengan Dokter: Mengatur kunjungan rutin ke dokter untuk memantau kesehatan jantung dan mendiskusikan gejala yang muncul. Dokter dapat memberikan penjelasan yang meyakinkan bahwa gejala tersebut normal.
  • Membaca Sumber yang Tepercaya: Lansia dan keluarganya bisa mencari informasi dari sumber medis yang tepercaya mengenai gejala jantung yang normal dan yang tidak. Pengetahuan yang lebih baik dapat membantu meredakan kecemasan.
Manajemen Stres dan Kecemasan:
  • Teknik Relaksasi: Melatih teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, meditasi, atau yoga dapat membantu mengurangi kecemasan.
  • Aktivitas Fisik Ringan: Olahraga ringan seperti berjalan kaki, berenang, atau senam lansia dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung dan mengurangi stres.
  • Hobi dan Kegiatan Sosial: Terlibat dalam hobi dan kegiatan sosial dapat mengalihkan perhatian dari kekhawatiran dan memberikan rasa kebahagiaan.
Dukungan Emosional:
  • Dukungan Keluarga dan Teman: Membangun jaringan dukungan dari keluarga dan teman-teman dapat memberikan rasa aman dan mengurangi rasa khawatir.
  • Kelompok Dukungan: Bergabung dengan kelompok dukungan untuk lansia yang memiliki masalah serupa dapat memberikan ruang untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan emosional.
Perubahan Gaya Hidup Sehat:
  • Diet Seimbang: Mengonsumsi makanan sehat yang rendah lemak jenuh, garam, dan gula dapat membantu menjaga kesehatan jantung.
  • Hindari Kafein dan Alkohol Berlebihan: Kafein dan alkohol dapat memicu palpitasi atau gejala lain yang membuat khawatir.
  • Tidur yang Cukup: Tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk kesehatan jantung dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Penggunaan Teknologi:
  • Monitor Kesehatan: Menggunakan perangkat yang dapat memantau detak jantung dan tekanan darah di rumah dapat memberikan data yang akurat dan meyakinkan mengenai kesehatan jantung.
Konseling atau Terapi:
  • Terapi Psikologis: Jika rasa khawatir sangat mengganggu, berkonsultasi dengan psikolog atau konselor bisa membantu mengelola kecemasan.
  • Obat-obatan: Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat untuk membantu mengelola kecemasan atau gejala fisik yang mengganggu.
Mengatasi rasa khawatir memang memerlukan waktu dan usaha. Dukungan dari keluarga dan tenaga medis sangat penting dalam membantu lansia merasa lebih tenang dan percaya diri mengenai kesehatan jantung mereka.





Sumber:

https://www.nia.nih.gov/health/heart-health/heart-health-and-aging

https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/anxiety-and-heart-disease

https://www.ncoa.org/article/anxiety-and-older-adults-a-guide-to-getting-the-relief-you-need

https://mhanational.org/anxiety-older-adults

https://www.griswoldcare.com/blog/normal-heart-rate-for-elderly-adults/

https://medlineplus.gov/ency/article/004006.htm



Thursday 1 August 2024

Menghadapi Situasi yang Tidak Menyenangkan di Usia Lanjut

         Apakah Anda mengalami proses penuaan dan mendapati bahwa hal-hal yang dulu Anda nikmati kini mulai terasa tidak menyenangkan? Atau apakah toleransi Anda terhadap hal-hal yang dulu dapat diterima kini berkurang secara signifikan?

Fenomena ini sering kali ditandai dengan meningkatnya rasa frustrasi terhadap situasi atau aktivitas yang sebelumnya tidak mengganggu, atau bahkan yang pernah memberikan kenikmatan. Perubahan persepsi dan reaksi ini adalah bagian alami dari proses tumbuh dewasa dan penuaan.

Banyak hal tidak disukai lansia.
(Sumber: foto LPC-Lansia)
Beberapa hal yang seringkali tidak disukai oleh lansia:

Kesepian dan Isolasi Sosial:
Lansia sering kali merasa terisolasi dari keluarga dan teman-teman mereka. Penelitian menunjukkan bahwa kesepian dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik lansia.

Kehilangan Kemandirian:
Ketergantungan pada orang lain untuk melakukan kegiatan sehari-hari dapat membuat lansia merasa frustasi dan tidak berdaya. Kehilangan kemampuan untuk mengurus diri sendiri adalah salah satu hal yang paling ditakuti dan dibenci oleh lansia.

Kehilangan Fungsi Fisik dan Kognitif:
Penurunan kemampuan fisik dan kognitif dapat menyebabkan rasa tidak berdaya dan depresi. Lansia sering merasa frustasi karena tidak bisa melakukan aktivitas yang sebelumnya bisa mereka lakukan dengan mudah.

Ketidakpedulian atau Kurangnya Perhatian dari Orang Lain:
Kurangnya perhatian atau pengabaian dari keluarga, teman, atau masyarakat dapat membuat lansia merasa tidak dihargai dan tidak diinginkan. Saat individu memasuki usia senja, mereka sering kali menghadapi berkurangnya rasa hormat dari generasi muda. 

Ketidakhormatan terhadap individu yang lebih tua menjadi semakin membuat frustrasi dan menyakitkan. Orang dewasa yang lebih tua ingin diperlakukan dengan bermartabat, bijaksana, dan diakui atas pengalaman hidup mereka. Mereka menghargai pemahaman antargenerasi dan bercita-cita untuk masyarakat yang menghormati kebijaksanaan dan kontribusi anggotanya yang lebih tua.

Perubahan Lingkungan Hidup:
Pindah ke tempat tinggal yang baru, seperti panti jompo, bisa menjadi pengalaman yang menakutkan dan tidak menyenangkan bagi lansia. Mereka mungkin merasa kehilangan tempat yang mereka anggap rumah.

Stigma dan Diskriminasi Usia:
Lansia sering kali menghadapi diskriminasi berdasarkan usia, yang dapat mempengaruhi harga diri mereka dan membuat mereka merasa tidak dihargai.

Teknologi yang Tidak Dapat Diandalkan:
Meskipun kemajuan teknologi tidak diragukan lagi telah mengubah hidup kita, orang-orang yang lebih tua mungkin merasa frustrasi dengan ketidakandalannya. Laju inovasi teknologi yang cepat dapat membuat sebagian orang merasa kewalahan dan kesulitan untuk mengikutinya. 

Gangguan yang sering terjadi, pembaruan perangkat lunak, dan masalah kompatibilitas dapat menjadi sumber gangguan utama. Kesederhanaan dan keandalan menjadi kualitas yang sangat dihargai dalam teknologi karena orang-orang mencari kemudahan penggunaan dan ketenangan pikiran.

Beberapa faktor utama yang sering menjadi sumber ketidaknyamanan dan kebencian bagi  lansia.

Penyalahgunaan Lansia: 
Salah satu masalah terbesar yang dihadapi lansia adalah penyalahgunaan, baik secara fisik, psikologis, finansial, maupun emosional. WHO melaporkan bahwa sekitar 1 dari 6 orang berusia 60 tahun ke atas mengalami penyalahgunaan dalam setahun terakhir. Penyalahgunaan ini bisa terjadi di komunitas maupun di institusi seperti panti jompo, dengan angka yang sangat mengkhawatirkan​.

Ageisme: 
Lansia sering kali mengalami diskriminasi usia atau ageisme, yang merupakan sikap negatif atau stereotip tentang orang yang lebih tua. Ini mencakup pandangan bahwa orang tua adalah beban atau tidak berguna. Ageisme bisa berdampak signifikan pada kesehatan mental dan kesejahteraan lansia, membuat mereka merasa tidak dihargai atau diabaikan dalam masyarakat​ ​.

Persepsi Sosial Negatif: Masyarakat sering kali memandang penuaan sebagai masa penurunan atau kemunduran, dan lansia sering dianggap sebagai versi lemah dan kurang menarik dari diri mereka yang lebih muda. Stigma ini dapat membuat lansia merasa terisolasi dan kehilangan harga diri mereka​.

Faktor-faktor ini menciptakan lingkungan di mana lansia mungkin merasa tidak dihargai dan terpinggirkan, yang pada akhirnya mempengaruhi kesejahteraan mereka secara keseluruhan. Upaya untuk mengatasi masalah ini melibatkan pendidikan masyarakat tentang nilai dan kontribusi lansia serta mendorong sikap yang lebih inklusif dan hormat terhadap mereka.

        Mengatasi ketidaksukaan pada lansia memerlukan pendekatan yang holistik, melibatkan aspek fisik, mental, dan emosional. 

Beberapa strategi yang dapat membantu:

Memahami Penyebabnya: Identifikasi penyebab ketidaksukaan, apakah terkait perubahan fisik, kesehatan mental, atau lingkungan sosial. Mengetahui penyebabnya adalah langkah pertama dalam mencari solusi.

Menciptakan Lingkungan yang Mendukung: Pastikan lingkungan fisik nyaman dan aman. Penyesuaian kecil seperti pencahayaan yang baik, pengaturan suhu ruangan, dan perabotan yang mudah dijangkau dapat meningkatkan kenyamanan.

Melibatkan dalam Aktivitas Bermakna: Dorong partisipasi dalam aktivitas yang memberikan rasa tujuan dan kepuasan. Ini bisa berupa hobi lama, kegiatan sosial, atau aktivitas fisik yang ringan seperti berjalan kaki.

Menjaga Kesehatan Mental: Dukungan psikologis penting. Terapis atau konselor bisa membantu mengatasi perasaan frustrasi dan kecemasan. Meditasi, latihan pernapasan, dan teknik relaksasi juga bermanfaat.

Menjalin Hubungan Sosial: Rasa kesepian dan isolasi dapat memperburuk ketidaksukaan. Berinteraksi dengan keluarga, teman, atau komunitas dapat memberikan dukungan emosional dan meningkatkan suasana hati.

Mengatur Pola Makan dan Tidur: Pola makan yang sehat dan tidur yang cukup dapat mempengaruhi suasana hati dan energi. Konsumsi makanan bergizi dan cukup tidur sangat penting untuk kesejahteraan keseluruhan.

Mengelola Kesehatan Fisik: Rutin memeriksakan kesehatan dan mengikuti anjuran medis untuk kondisi kronis dapat meningkatkan kualitas hidup. Aktivitas fisik yang sesuai dengan kemampuan juga membantu menjaga kebugaran.

Memberikan Dukungan Emosional: Berbicara dan mendengarkan dengan empati sangat penting. Dukungan dari orang terdekat dapat memberikan rasa aman dan dihargai.

Menghindari Overstimulasi: Batasi paparan terhadap situasi yang dapat menyebabkan stres atau kecemasan. Berikan waktu untuk istirahat dan relaksasi.

Melibatkan Lansia dalam Keputusan: Memberikan peran dalam pengambilan keputusan terkait kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan rasa kontrol dan kepuasan diri.

Dengan pendekatan yang terintegrasi dan penuh perhatian, ketidaksukaan pada lansia dapat dikelola dengan lebih efektif, memungkinkan mereka menikmati masa tua dengan lebih baik.




Sumber:

https://adimesaved.com/things-people-hate-more-the-older-they-get

https://www.agingcare.com/articles/deal-with-too-much-complaining-from-elders-141481.htm

https://www.agingcare.com/articles/how-to-handle-an-elderly-parents-bad-behavior-138673.htm

https://www.justice.gc.ca/eng/rp-pr/cj-jp/fv-vf/crim/sum-som.html?wbdisable=true

https://www.nhs.uk/mental-health/feelings-symptoms-behaviours/feelings-and-symptoms/loneliness-in-older-people/


Tuesday 30 July 2024

Menunda-nunda Pekerjaan: Memahami dan Mengatasi Prokrastinasi Lansia

      Biasanya, para lansia menunda tugas-tugas seperti memperbarui surat wasiat, menghadiri janji temu medis, atau mengatur bantuan hidup sehari-hari . Setiap tugas ini sangat penting. Mengabaikannya dapat menyebabkan permasalahan di kemudian hari.

Prokrastinasi pada lansia adalah perilaku menunda-nunda pekerjaan atau tugas yang seharusnya dilakukan oleh individu yang sudah berusia lanjut. Meskipun prokrastinasi bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pada lansia, ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi perilaku ini pada kelompok usia tersebut.
Menunda-nunda pekerjaan  dapat terjadi pada siapa saja.
(Sumber: foto LPC-Lansia)
Penyebab Prokrastinasi pada Lansia:

Penurunan Kognitif: Lansia mungkin mengalami penurunan kognitif yang membuat mereka lebih sulit untuk memfokuskan perhatian, merencanakan, atau menyelesaikan tugas.

Kesehatan Fisik: Masalah kesehatan fisik seperti nyeri kronis, kelelahan, atau penyakit lainnya dapat membuat mereka enggan atau menunda-nunda aktivitas tertentu.

Depresi dan Kecemasan: Lansia yang mengalami depresi atau kecemasan mungkin merasa kurang termotivasi untuk menyelesaikan tugas atau merasa cemas tentang kemampuan mereka untuk melakukannya dengan baik.

Kurangnya Rasa Urgensi: Lansia yang sudah pensiun mungkin merasa bahwa mereka memiliki lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas dan kurang merasakan tekanan untuk segera menyelesaikannya.

Ketergantungan pada Orang Lain: Lansia yang bergantung pada bantuan orang lain untuk menyelesaikan tugas sehari-hari mungkin menunda-nunda karena merasa bahwa tugas tersebut akan dilakukan oleh orang lain.

Dampak Prokrastinasi pada Lansia:

Penurunan Kualitas Hidup: Menunda-nunda tugas penting seperti pengobatan, pemeriksaan kesehatan, atau perawatan diri dapat mengurangi kualitas hidup dan memperburuk kondisi kesehatan.

Stres dan Kecemasan: Prokrastinasi dapat menyebabkan stres dan kecemasan karena tugas yang belum selesai terus membayangi pikiran.

Hubungan Sosial: Menunda-nunda tugas atau janji dapat mempengaruhi hubungan dengan keluarga, teman, atau penyedia layanan kesehatan.

Penurunan Produktivitas: Lansia yang sering menunda-nunda mungkin merasa kurang produktif dan tidak puas dengan pencapaian mereka sehari-hari.

Mengatasi Prokrastinasi pada Lansia:

Buat Jadwal Rutin: Membuat jadwal harian atau mingguan dapat membantu lansia mengatur waktu mereka dengan lebih baik.

Tetapkan Tujuan yang Realistis: Membagi tugas besar menjadi tugas-tugas kecil yang lebih mudah dicapai dapat membantu mengurangi rasa kewalahan.

Bantuan dan Dukungan: Mencari bantuan dari keluarga, teman, atau penyedia layanan kesehatan dapat membantu lansia menyelesaikan tugas yang menantang.

Terapi dan Konseling: Jika prokrastinasi terkait dengan masalah kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan, terapi atau konseling dapat sangat bermanfaat.

Aktivitas Fisik dan Mental: Mengikuti aktivitas fisik dan mental yang teratur dapat membantu meningkatkan energi dan motivasi.

       Dengan pendekatan yang tepat, lansia dapat mengurangi perilaku prokrastinasi dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Setiap tugas yang diselesaikan merupakan langkah menuju ketenangan pikiran. Ini bukan hanya tentang tugas itu sendiri, tetapi tentang kualitas hidup dan kemandirian. Jadi, ambillah langkah pertama itu. Jangkau, cari bantuan, dan mulailah mengubah penundaan menjadi tindakan.



Sumber:

https://withalittlehelp.com/overcoming-procrastination-for-seniors 

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6039828/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10049005/

https://mural.maynoothuniversity.ie/18495 

https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/13607863.2024.2345781#abstract