Wednesday, 3 April 2024

Paradoks Obesitas, Tingkat Kematian Rendah pada Obesitas Tertentu

        Paradoks obesitas merujuk pada fenomena di mana ada hubungan yang tidak diharapkan antara obesitas dan hasil kesehatan tertentu, seperti risiko kematian. Secara klasik, obesitas dikaitkan dengan risiko kesehatan yang lebih tinggi, tetapi dalam beberapa kelompok populasi, seperti lansia atau individu dengan penyakit kronis tertentu, obesitas tampaknya terkait dengan tingkat kematian yang lebih rendah atau hasil kesehatan yang lebih baik, yang merupakan paradoks yang menarik dan masih belum sepenuhnya dipahami.

Gemuk pada orang tertentu tetap sehat, ini adalah paradoks obesitas.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Dalam beberapa penelitian mengenai tingkat kematian yang lebih rendah pada orang yang kelebihan berat badan atau obesitas dalam subpopulasi tertentu.  Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kelebihan berat badan dan obesitas, diukur dengan indeks massa tubuh (BMI) berhubungan dengan risiko kematian yang lebih rendah pada orang lanjut usia dan pada pasien sakit parah atau pasien kanker.

Paradoks obesitas (tidak termasuk paradoks kolesterol) pertama kali dijelaskan pada tahun 1999 pada orang yang kelebihan berat badan dan obesitas yang menjalani hemodialisis, dan kemudian ditemukan pada mereka yang menderita gagal jantung, infark miokard,sindrom koroner akut, penyakit paru obstruktif kronik (COPD), emboli paru , dan pada penghuni panti jompo yang lebih tua . 

Paradoks obesitas pertama kali dijelaskan pada tahun 1999.
(Sumber: foto canva.com)

Meskipun orang yang mengalami obesitas memiliki risiko dua kali lipat terkena gagal jantung dibandingkan orang dengan BMI normal, namun seseorang mengalami gagal jantung, dengan BMI antara 30,0 dan 34,9 (obesitas kelas 1) memiliki angka kematian lebih rendah dibandingkan orang dengan BMI normal. 

Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa orang sering kali mengalami penurunan berat badan ketika mereka menderita penyakit parah dan kronis (sindrom yang disebut cachexia ). Temuan serupa juga ditemukan pada jenis penyakit jantung lainnya. Di antara orang-orang dengan penyakit jantung, orang-orang dengan obesitas kelas 1 tidak memiliki tingkat masalah jantung lebih lanjut yang lebih besar dibandingkan orang-orang dengan berat badan normal.

Namun, pada orang dengan tingkat obesitas yang lebih tinggi, risiko terjadinya kejadian lebih lanjut juga meningkat. Bahkan setelah operasi bypass jantung , tidak ada peningkatan angka kematian yang terlihat pada orang yang kelebihan berat badan dan obesitas.

       Faktor-faktor yang menyebabkan paradoks obesitas pada lansia masih merupakan subjek penelitian yang aktif.

Beberapa faktor yang telah diidentifikasi mencakup:

Efek Penyimpanan Cadangan Energi:
Cadangan energi yang disimpan di lemak dapat memberikan keuntungan saat kondisi makanan terbatas atau saat penyakit menyebabkan penurunan nafsu makan.

Respon Imun dan Inflamasi: 
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lansia dengan indeks massa tubuh (BMI) yang lebih tinggi mungkin memiliki respon imun yang lebih baik, yang dapat membantu melindungi mereka dari infeksi dan penyakit tertentu.

Respons imun yang baik dapat melindungi dari penyakit tertentu.
(Sumber: foto canva.com)
Efek Proteksi pada Osteoporosis: 
Obesitas dapat memberikan perlindungan terhadap osteoporosis pada lansia, karena jumlah lemak tubuh yang lebih tinggi dapat memberikan peningkatan dukungan pada tulang.

Efek Metabolik: 
Ada bukti bahwa lansia dengan obesitas memiliki cadangan energi yang lebih besar, yang dapat membantu mereka dalam mengatasi situasi stres metabolik atau penyakit yang serius.

Efek Katabolisme Protein: 
Obesitas dapat menyediakan cadangan protein yang lebih besar dalam tubuh, yang dapat membantu menjaga massa otot pada lansia, yang kemudian dapat terkait dengan kelangsungan hidup yang lebih baik.

Faktor Genetik: 
Pola genetik yang terkait dengan obesitas mungkin juga memiliki efek protektif terhadap hasil kesehatan tertentu pada lansia.

Penting untuk  dicatat bahwa meskipun paradoks obesitas dapat diamati pada lansia, obesitas tetap merupakan faktor risiko penting untuk berbagai penyakit kronis, dan promosi gaya hidup sehat tetap menjadi prioritas utama dalam upaya pencegahan dan pengelolaan penyakit pada populasi lansia.

       Penelitian tentang paradoks obesitas pada lansia memiliki dampak yang signifikan dalam pemahaman tentang hubungan antara obesitas dan hasil kesehatan pada populasi ini. 

Dampak dari penelitian paradoks obesitas pada lansia, antara lain:

Peningkatan Kesadaran: 
Penelitian paradoks obesitas meningkatkan kesadaran tentang kompleksitas hubungan antara berat badan dan kesehatan pada lansia. Ini membantu menggeser paradigma bahwa obesitas selalu berkorelasi dengan hasil kesehatan yang buruk.

Pengembangan Intervensi yang Lebih Tepat: 
Dengan memahami faktor-faktor yang mendasari paradoks obesitas, penelitian ini dapat membantu dalam pengembangan intervensi yang lebih tepat dan efektif untuk meningkatkan kesehatan lansia, termasuk program-program manajemen berat badan yang sesuai.

Perbaikan Kebijakan Kesehatan: 
Temuan dari penelitian paradoks obesitas dapat memberikan landasan bagi perubahan kebijakan kesehatan yang lebih baik, seperti menyesuaikan panduan klinis atau saran pencegahan untuk mempertimbangkan nuansa obesitas pada lansia.

Peningkatan Praktik Klinis: 
Penelitian ini memungkinkan praktisi kesehatan untuk mengubah pendekatan mereka dalam menangani lansia dengan obesitas, termasuk penyesuaian penilaian risiko dan rencana perawatan yang lebih individual.
Penelitian memungkinkan mengubah pendekatan kesehatan.
(Sumber: foto canva.com)
Kualitas Hidup yang Lebih Baik: 
Dengan memahami bahwa tidak semua lansia dengan obesitas memiliki risiko kesehatan yang tinggi, penelitian ini dapat memberikan harapan dan meningkatkan kualitas hidup lansia yang mungkin khawatir tentang dampak negatif obesitas.

Basis untuk Penelitian Lanjutan: 
Penelitian paradoks obesitas memberikan landasan bagi penelitian lanjutan untuk menjelajahi mekanisme yang mendasari fenomena ini lebih lanjut, membuka pintu bagi penemuan-penemuan baru yang dapat mengarah pada perbaikan kesehatan lansia secara keseluruhan.

Dengan demikian, penelitian paradoks obesitas pada lansia memberikan kontribusi yang berharga dalam upaya untuk memahami kesehatan lansia dengan lebih baik dan mengembangkan strategi intervensi yang efektif.



 Sumber:

https://en.wikipedia.org/wiki/Obesity_paradox

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10096985/

https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/obr.13534

https://link.springer.com/article/10.1007/s40519-019-00815-4

https://www.nmcd-journal.com/article/S0939-4753(19)30473-9/pdf

Tuesday, 2 April 2024

Penyakit Lansia yang Dideteksi Melalui Cek Kesehatan.

          Mengetahui penyakit lansia yang hanya dapat dideteksi melalui cek kesehatan adalah pemahaman tentang jenis-jenis penyakit atau kondisi kesehatan tertentu yang sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas pada tahap awal, sehingga hanya dapat terdeteksi melalui pemeriksaan medis atau tes kesehatan tertentu.

 

Penyakit lansia yang hanya dideteksi dengan cek kesehatan.
(Sumber: foto paguyuban 209)

Pemeriksaan kesehatan rutin dapat mengidentifikasi tanda-tanda awal masalah kesehatan. Menemukan masalah sejak dini berarti peluang untuk mendapatkan pengobatan yang efektif meningkat.  Melakukan pemeriksaan kesehatan juga merupakan saat untuk memeriksa gaya hidup. Ini mungkin sesuatu yang rutin lakukan sendiri atau diskusikan dengan ahli kesehatan.

Pengetahuan ini penting karena memungkinkan individu, terutama para lansia, untuk mendapatkan perawatan dan penanganan yang tepat lebih awal, bahkan sebelum gejala muncul secara nyata. Ini juga memungkinkan untuk deteksi dini dan pencegahan penyakit yang lebih efektif, mengurangi risiko komplikasi yang lebih serius, dan meningkatkan kualitas hidup.

Meskipun seseorang tidak merasakan gejala pada awalnya, penyakit tersebut tetap berpotensi menyebabkan kerusakan atau komplikasi serius jika tidak dideteksi dan diobati dengan cepat. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan rutin dan konsultasi dengan profesional medis sangat penting, terutama bagi orang yang berusia lanjut, untuk memastikan deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap penyakit yang mungkin tidak menunjukkan gejala pada awalnya.

Beberapa penyakit pada lansia yang sering kali hanya dapat diketahui melalui cek kesehatan :

Osteoporosis: 
Penyakit ini ditandai dengan penurunan massa tulang, membuat tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Biasanya tidak menimbulkan gejala pada tahap awal, sehingga deteksi biasanya melalui pemeriksaan densitometri tulang.

Penyakit Ginjal Kronis: 
Gangguan fungsi ginjal yang memburuk secara bertahap. Gejalanya mungkin tidak muncul sampai penyakit sudah parah, dan deteksi dini biasanya melalui tes darah dan urin untuk memeriksa fungsi ginjal.

Gangguan ginjal memburuk secara bertahap.
(Sumber: foto canva.com)
Glaukoma: 
Penyakit mata yang merusak saraf optik dan dapat menyebabkan kebutaan. Seringkali tidak menimbulkan gejala pada tahap awal, dan deteksi biasanya melalui pemeriksaan mata rutin, termasuk pengukuran tekanan bola mata.

Penyakit Hati (Hepatitis):
Penyakit hati dapat berkembang tanpa gejala yang jelas. Deteksi biasanya melalui pemeriksaan darah untuk mengukur enzim hati dan fungsi hati.

Kolesterol Tinggi: 
Tingkat kolesterol yang tinggi mungkin tidak menimbulkan gejala, namun dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Deteksi biasanya melalui tes darah.

Kanker Kolorektal: 
Penyakit ini seringkali tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui kolonoskopi atau tes darah okultisme.

Kanker Prostat: 
Kanker prostat mungkin tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui tes PSA dan pemeriksaan fisik.

Kanker Payudara: 
Kanker payudara pada lansia juga mungkin tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui mamografi.

Kanker Serviks: 
Kanker serviks seringkali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui Pap smear atau tes HPV.

Diabetes: 
Diabetes dapat berkembang tanpa gejala yang jelas pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui tes gula darah.

Anemia: 
Kekurangan zat besi atau anemia defisiensi zat besi seringkali tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui tes darah lengkap.

Anemia dideteksi dengan tes darah lengkap.
(Sumber: foto canva.com)
Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi): 
Biasanya tidak menimbulkan gejala yang jelas pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui pengukuran tekanan darah.

Penyakit Alzheimer: 
Penyakit ini seringkali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, dan deteksi biasanya melalui pemeriksaan klinis dan tes kognitif.

Demensia Vaskular: 
Gejalanya mungkin tidak jelas pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui pemeriksaan klinis dan tes kognitif.

Aterosklerosis: 
Penyakit ini mungkin tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui pemeriksaan fisik dan tes pencitraan medis seperti angiografi.

Penyakit Tidak Alkoholik Steatohepatitis (NASH): 
Penyakit hati ini seringkali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui tes darah untuk mengukur enzim hati dan fungsi hati.

Penyakit Paru-paru Obstruktif Kronik (PPOK): 
PPOK mungkin tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui tes fungsi paru-paru dan pemeriksaan fisik.

Kanker Paru-paru: 
Kanker paru-paru seringkali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui tes pencitraan seperti CT scan atau rontgen dada.

Kanker Lambung: 
Kanker lambung mungkin tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui tes pencitraan seperti endoskopi atau CT scan.

Kanker Hati: 
Kanker hati seringkali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui tes darah untuk mengukur enzim hati dan fungsi hati.

Kanker Pankreas: 
Kanker pankreas biasanya tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui tes pencitraan seperti CT scan atau ultrasonografi.

Kanker Usus Besar: 
Kanker usus besar mungkin tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui kolonoskopi atau tes darah okultisme.

Kanker Kandung Kemih: 
Kanker kandung kemih biasanya tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui pemeriksaan urin dan tes pencitraan seperti cystoscopy.

Kanker Ginjal: 
Kanker ginjal seringkali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui tes pencitraan seperti CT scan atau ultrasonografi.

Kanker Hidung dan Tenggorokan:
Kanker hidung dan tenggorokan mungkin tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui pemeriksaan fisik dan tes pencitraan seperti MRI atau CT scan.

Kanker Mulut: 
Kanker mulut seringkali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui pemeriksaan fisik dan biopsi.

Kanker Leher Rahim: 
Kanker leher rahim mungkin tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui Pap smear atau tes HPV.

Kanker Kepala dan Leher: 
Kanker kepala dan leher seringkali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui pemeriksaan fisik dan tes pencitraan seperti MRI atau CT scan.

Kanker Hidung: 
Kanker hidung mungkin tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui pemeriksaan fisik dan biopsi.

Kanker Pankreas: 
Kanker pankreas mungkin tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Deteksi biasanya melalui tes pencitraan seperti CT scan atau MRI.

Deteksi dini penyakit-penyakit ini sangat penting untuk pengobatan yang efektif dan penanganan yang tepat. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan rutin dan konsultasi dengan profesional medis sangat dianjurkan, terutama bagi lansia.

       Meminta dokter untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh, terutama untuk penyakit yang belum diketahui, memerlukan komunikasi yang jelas dan terperinci. 

Berikut adalah langkah-langkah yang dapat Anda ikuti:

Persiapan Sebelum Konsultasi:
  • Lakukan peninjauan terhadap riwayat kesehatan Anda sendiri dan keluarga.
  • Tinjau hasil pemeriksaan kesehatan sebelumnya, jika ada.
  • Identifikasi gejala atau perubahan fisik yang perlu Anda sampaikan kepada dokter.
Konsultasi dengan dokter untuk pemeriksaan menyeluruh.
(Sumber: foto canva.com)
Jelaskan Tujuan Konsultasi:
  • Jelaskan kepada dokter bahwa Anda ingin melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh untuk mendeteksi penyakit yang mungkin belum terdiagnosis.
  • Sampaikan dengan jelas bahwa Anda ingin mengidentifikasi faktor risiko dan masalah kesehatan potensial.
Rincikan Gejala atau Perubahan Fisik:
  • Jelaskan gejala atau perubahan fisik yang Anda alami secara spesifik dan jelas.
  • Berikan informasi tentang durasi, frekuensi, dan intensitas gejala tersebut.
  • Jika memungkinkan, catat gejala tersebut sebelumnya dan perubahan apa yang Anda perhatikan.
Sebutkan Riwayat Keluarga:
  • Sampaikan informasi tentang riwayat penyakit yang mungkin ada di dalam keluarga Anda.
  • Beritahukan dokter jika ada anggota keluarga yang menderita penyakit tertentu, terutama yang berhubungan dengan genetika atau faktor risiko tertentu.
Jelaskan Kebutuhan Pemeriksaan Tambahan:
  • Jika Anda merasa perlu, ajukan untuk dilakukan pemeriksaan tambahan yang meliputi tes laboratorium, pencitraan medis, atau pemeriksaan spesifik lainnya.
  • Jelaskan alasan mengapa Anda merasa pemeriksaan tambahan ini penting untuk mendeteksi penyakit yang mungkin belum terdiagnosis.
Berikan Informasi Latar Belakang Kesehatan:
  • Sampaikan informasi tentang gaya hidup Anda, termasuk kebiasaan makan, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan merokok.
  • Berikan informasi tentang riwayat penyakit dan pengobatan sebelumnya, serta alergi atau sensitivitas terhadap obat-obatan tertentu.
Ajukan Pertanyaan dan Jelaskan Keraguan:
  • Jangan ragu untuk mengajukan pertanyaan kepada dokter tentang jenis pemeriksaan yang direkomendasikan dan tujuannya.
  • Jelaskan jika Anda memiliki keraguan atau kekhawatiran tentang prosedur pemeriksaan tertentu.
Diskusikan Rencana Tindak Lanjut:
  • Setelah melakukan pemeriksaan dan evaluasi awal, diskusikan dengan dokter tentang rencana tindak lanjut yang sesuai, termasuk jadwal pemeriksaan lanjutan dan tes tambahan yang mungkin diperlukan.
Buat Catatan atau Pertanyaan Tambahan:
  • Jika perlu, buat catatan tentang apa yang Anda bicarakan dengan dokter atau daftar pertanyaan tambahan yang ingin Anda ajukan.
  • Pastikan Anda memahami instruksi dan rekomendasi dokter sebelum meninggalkan konsultasi.
Dengan melakukan komunikasi terbuka dan jelas dengan dokter, Anda dapat membantu memastikan bahwa pemeriksaan kesehatan dilakukan secara menyeluruh dan sesuai dengan kebutuhan Anda.




Sumber:







Monday, 1 April 2024

Banyak Manfaat Bicara dengan Lansia,Jangan Diam Membisu

        Berbagi kenangan (terkadang disebut tinjauan hidup atau kenang-kenangan) membantu  lansia menghidupkan kembali peristiwa masa lalu dalam hidup mereka . Dengan berbagi kenangan, lansia dapat mengeksplorasi pikiran dan perasaan mereka tentang masa lalu.

Tinjauan hidup pada lansia mengacu pada proses refleksi dan evaluasi atas pengalaman hidup, pencapaian, dan tujuan yang telah dicapai selama sepanjang hidup mereka. Ini adalah periode yang sering dialami pada tahap lanjut usia ketika seseorang merenungkan perjalanan hidupnya secara keseluruhan.

Membagi kenangan membantu lansia menghidupkan kembali masa lalu.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Dalam tinjauan hidup, lansia cenderung mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk hubungan interpersonal, pencapaian karier, pengalaman spiritual, dan kepuasan secara keseluruhan. Proses ini dapat melibatkan penilaian terhadap keberhasilan, kegagalan, atau hal-hal yang mereka harapkan dapat mereka lakukan.

Tinjauan hidup pada lansia juga dapat membantu mereka menemukan makna baru dalam kehidupan mereka, menemukan cara untuk mengatasi rasa kehilangan atau kekecewaan, dan mengidentifikasi nilai-nilai atau prioritas yang penting bagi mereka pada tahap lanjut kehidupan.

Secara psikologis, tinjauan hidup dapat memberikan kesempatan bagi lansia untuk menciptakan narasi tentang hidup mereka, yang dapat membantu mereka merasa lebih bermakna dan memahami peran mereka dalam masyarakat dan keluarga mereka. Hal ini juga dapat menjadi proses penyembuhan atau pertumbuhan pribadi yang penting pada tahap lanjut kehidupan.

       Berbicara dengan lansia memiliki berbagai manfaat, baik bagi lansia itu sendiri maupun bagi orang yang berinteraksi dengannya. 

Berikut adalah beberapa manfaat dari berbicara dengan lansia:

Menjaga Kesehatan Mental: 
Berbicara dengan lansia dapat membantu menjaga kesehatan mental mereka. Interaksi sosial adalah bagian penting dari kesehatan mental, dan berbicara dengan orang lain dapat mengurangi risiko isolasi sosial dan depresi pada lansia.

Lansia akan sehat mental dengan aktivitas dan berbicara.
(Sumber: foto canva.com)
Memperkuat Keterampilan Kognitif: 
Berbicara dengan lansia dapat membantu melatih keterampilan kognitif mereka seperti ingatan, pemecahan masalah, dan berpikir kritis. Diskusi atau percakapan yang menantang dapat merangsang otak mereka dan memperkuat fungsi kognitif.

Meningkatkan Kualitas Hidup: 
Interaksi sosial yang positif dapat meningkatkan kualitas hidup lansia. Berbicara dengan orang lain dapat memberi mereka perasaan dihargai, diperhatikan, dan terlibat dalam komunitas mereka.

Membangun Hubungan Emosional: 
Berbicara dengan lansia memungkinkan untuk membangun hubungan emosional yang lebih dalam dengan mereka. Ini dapat membantu mengurangi rasa kesepian dan meningkatkan kebahagiaan mereka.

Mendukung Kesehatan Fisik: 
Interaksi sosial yang positif dapat memiliki dampak positif pada kesehatan fisik lansia. Melalui percakapan yang berarti, mereka mungkin merasa lebih termotivasi untuk menjaga pola makan yang sehat, berolahraga, dan merawat diri mereka sendiri secara keseluruhan.

Meningkatkan Perspektif:
Berbicara dengan lansia dapat memberikan kita perspektif yang berharga tentang kehidupan, sejarah, dan pengalaman hidup yang berbeda. Hal ini dapat membantu memperluas pemahaman kita tentang dunia dan meningkatkan toleransi serta penghargaan terhadap perbedaan.

Membangun Solidaritas Antar Generasi: 
Berbicara dengan lansia dapat membantu membangun solidaritas dan hubungan yang baik antar generasi. Hal ini dapat membantu masyarakat secara keseluruhan merasa lebih terhubung dan saling mendukung.

Dengan memahami manfaat-manfaat tersebut, kita dapat lebih menyadari pentingnya memperhatikan dan berinteraksi dengan lansia dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika berbicara dengan orang lanjut usia (lansia):

Menyapa dan Bersikap Ramah:
Mulailah dengan sapaan yang ramah dan bersikap sopan. Tunjukkan ketertarikan dan kepedulian Anda terhadap mereka.

Bersikap ramah dan sopan dalam menyapa lansia.
(Sumber: foto canva.com)
Mengobrol tentang Pengalaman Hidup Mereka: 
Orang lanjut usia sering memiliki banyak pengalaman hidup yang berharga. Ajukan pertanyaan tentang kehidupan mereka, pekerjaan, perjalanan, atau kenangan masa lalu. Dengarkan dengan penuh perhatian saat mereka bercerita.

Mengenali Minat dan Hobi Mereka: 
Tanyakan tentang minat dan hobi mereka. Ini bisa menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan dan membantu mereka merasa dihargai dan terlibat.

Mengajukan Pertanyaan Terbuka: 
Gunakan pertanyaan terbuka yang memungkinkan mereka untuk berbicara secara luas. Misalnya, "Apa yang Anda sukai dari masa muda Anda?" atau "Apa impian atau tujuan hidup yang ingin Anda capai?"

Memperhatikan Kesehatan dan Kesejahteraan Mereka: 
Tanyakan tentang kesehatan dan kesejahteraan mereka dengan sopan. Jika mereka memiliki keluhan atau masalah kesehatan, dengarkan dengan empati dan tunjukkan dukungan.

Mengobrol tentang Topik Ringan: 
Selain percakapan yang mendalam, jangan ragu untuk membicarakan topik-topik ringan seperti cuaca, musik, film, atau makanan favorit. Ini dapat membantu menciptakan suasana santai dan menyenangkan.

Menghormati dan Menghargai Pengetahuan Mereka:
Meskipun lansia mungkin memiliki keterbatasan fisik atau kognitif, penting untuk tetap menghormati pengetahuan dan pengalaman mereka. Hindari meremehkan atau merasa bahwa mereka tidak relevan.

Menawarkan Dukungan dan Bantuan: 
Jika sesuai, tawarkan dukungan dan bantuan kepada mereka. Ini bisa berupa menawarkan bantuan dengan tugas-tugas rumah tangga, membantu mereka mengatur transportasi, atau sekadar menyediakan pendengar yang baik.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut dan menunjukkan penghargaan dan empati, Anda dapat membantu menciptakan interaksi yang positif dan bermakna dengan orang lanjut usia.

       Berbicara dengan lansia bisa dimulai dengan pembuka percakapan yang ramah dan membangun keakraban. 

Beberapa pembuka percakapan yang dapat digunakan adalah:

Bicara Tentang Masa Kecil Mereka:
Bertanya tentang masa kecil mereka bisa menjadi pembuka yang bagus. Anda dapat menanyakan tentang kenangan-kenangan favorit mereka, sekolah, atau tempat-tempat yang mereka sukai saat masih kecil.

Berbicara masa kecil lansia dapat menjadi pembuka yang bagus.
(Sumber: foto canva.com)
 Bicara Tentang Saat Ini: 
Bertanya tentang kegiatan atau hobi mereka saat ini bisa membuka percakapan yang menyenangkan. Ini juga membantu Anda memahami minat dan kegiatan yang mereka nikmati.

Bicara Tentang Peristiwa Kehidupan: 
Bertanya tentang peristiwa penting dalam hidup mereka, seperti pernikahan, kelahiran anak, atau pencapaian karier, dapat mengarah pada percakapan yang menarik dan mendalam.

Kumpulkan Kebijaksanaan Mereka: 
Mengakui dan menanyakan pandangan atau pengalaman hidup mereka juga bisa menjadi pembuka yang bagus. Lansia sering memiliki kebijaksanaan dan pengalaman hidup yang berharga untuk dibagikan.

Mintalah Rekomendasi Mereka: 
Meminta rekomendasi atau saran dari pengalaman hidup mereka bisa menjadi cara yang bagus untuk memulai percakapan. Anda dapat bertanya tentang buku, film, atau tempat yang mereka rekomendasikan.

Bicara Tentang Keluarga Mereka: 
Bertanya tentang keluarga mereka, anak cucu, atau kenalan juga bisa menjadi pembuka yang baik. Ini memungkinkan mereka untuk berbagi tentang orang-orang yang mereka cintai dan penting dalam hidup mereka.

Dengan memulai percakapan menggunakan topik-topik ini, Anda dapat membantu memecahkan kebekuan dan menciptakan hubungan yang lebih dekat dengan lansia.

       Berbicara dengan lansia bisa memiliki dampak positif pada kesehatan mental dan emosional mereka, yang pada gilirannya dapat membantu dalam mengelola atau memperbaiki beberapa kondisi kesehatan. 

Beberapa penyakit yang tidak langsung dapat diatasi dengan berbicara pada lansia meliputi:

Depresi: 
Berinteraksi sosial dan memiliki koneksi emosional dapat membantu mengurangi gejala depresi pada lansia. Melalui percakapan yang positif dan terlibat, mereka dapat merasa lebih didukung dan termotivasi untuk menjalani hidup dengan lebih baik.

Kecemasan: 
Berbicara dengan lansia dapat mengurangi tingkat kecemasan mereka dengan memberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mereka. Mendengarkan dengan empati dan memberikan dukungan dapat membantu mereka merasa lebih tenang.

Isolasi Sosial: 
Lansia sering mengalami isolasi sosial, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental mereka. Berbicara dengan mereka secara teratur dapat membantu mengurangi rasa kesepian dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

Stres:
Berbicara dengan lansia dapat menjadi bentuk relaksasi atau distraksi yang efektif dari stres yang mereka alami. Percakapan yang menyenangkan dan positif dapat membantu mengalihkan perhatian dari masalah yang menyebabkan stres.

Ketidakmampuan Kognitif Ringan: 
Berbicara dengan lansia secara teratur dapat membantu menjaga keterampilan kognitif mereka. Diskusi yang menantang atau berpikir kritis dapat merangsang otak mereka dan memperlambat kemunduran kognitif.

Meskipun berbicara dengan lansia tidak secara langsung menyembuhkan penyakit tertentu, tetapi dapat membantu mengelola gejala atau kondisi kesehatan tertentu melalui dukungan sosial dan interaksi yang positif.



Sumber:

https://myhealth.alberta.ca/Health/pages/conditions.aspx? 

https://www.arborcompany.com/blog/conversation-starters-and-icebreakers-for-the-elderly

https://www.beyondblue.org.au/who-does-it-affect/older-people/have-the-conversation-with-older-people

https://scholars.direct/Articles/nursing/jnp-3-031.php?jid=nursing

https://companionsforseniors.com/2020/05/conversation-starters-with-elderly/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5867281/