Thursday, 18 July 2024

Ketika Lansia Terjebak: Bahaya Judi Online di Usia Senja

       Penelitian mengenai lansia yang terlibat dalam judi online menunjukkan beberapa dampak signifikan. Lansia, meskipun tidak sebanyak kelompok usia lainnya, tetap terpengaruh oleh perjudian online.  Menurut data, sekitar 34% dari pemain judi online di Indonesia berusia di atas 50 tahun (setara dengan 1,35 juta pelaku), menunjukkan bahwa lansia cukup rentan terhadap aktivitas ini.

Menkopolhukam Hadi Tjahjanto mengemukakan, nominal transaksi judi online di kelompok kelas menengah ke bawah mulai dari Rp10 ribu sampai Rp100 ribu. Kemudian di kelas menengah ke atas transaksinya mulai dari Rp100 ribu hingga Rp 40 miliar.

Seluruh lapisan masyarakat, tua-muda bahkan lansia harus terhindar dari judi online.
(Sumber: foto LPC-Lansia)
Judi online adalah bentuk perjudian yang dilakukan melalui internet. Ini mencakup berbagai jenis permainan dan taruhan yang dapat diakses menggunakan komputer, smartphone, atau perangkat lain yang terhubung ke internet. 

Beberapa jenis judi online yang umum:

Kasino Online:
Menyediakan berbagai permainan kasino tradisional seperti poker, blackjack, roulette, dan mesin slot yang dapat dimainkan secara virtual.

Taruhan Olahraga:
Melibatkan taruhan pada hasil pertandingan olahraga seperti sepak bola, basket, tenis, dan balap kuda.
Poker Online:

Permainan kartu poker yang dimainkan melawan pemain lain secara online.

Bingo Online:
Versi digital dari permainan bingo tradisional.

Lotere Online:
Membeli tiket lotere dan berpartisipasi dalam undian lotere yang diadakan secara online.

Perdagangan Taruhan (Betting Exchange):
Platform di mana pemain dapat bertaruh melawan satu sama lain daripada melawan bandar.
Judi online menawarkan beberapa keunggulan seperti kemudahan akses, berbagai macam permainan, dan bonus atau promosi menarik. Namun, ada juga risiko yang terkait dengan judi online, seperti kecanduan, masalah keuangan, dan potensi penipuan. 

       Judi online dapat menjadi perangkap yang sangat efektif karena sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk terjebak dalam aktivitas ini. 

Beberapa perangkap utama yang membuat orang terjebak dalam judi online:

Kemudahan Akses:
Judi online dapat diakses kapan saja dan di mana saja dengan perangkat yang terhubung ke internet, membuatnya sangat mudah diakses.

Anonimitas:
Pemain dapat berjudi secara anonim tanpa harus bertemu langsung dengan orang lain, sehingga mengurangi rasa malu atau stigma sosial.

Promosi dan Bonus Menarik:
Banyak situs judi online menawarkan bonus pendaftaran, putaran gratis, dan promosi menarik yang dapat memikat pemain untuk mencoba dan terus bermain.

Ilusi Kendali:
Banyak pemain merasa mereka memiliki kendali atas permainan, terutama dalam permainan yang melibatkan keterampilan seperti poker, padahal hasilnya sering kali bergantung pada keberuntungan.

Kecepatan dan Intensitas Permainan:
Permainan judi online sering kali sangat cepat dan intens, memberikan sensasi dan adrenalin yang bisa membuat pemain terus kembali untuk bermain lebih banyak.

Fitur Interaktif dan Menarik:
Situs judi online sering kali dirancang dengan grafis yang menarik, suara yang menggugah, dan fitur interaktif yang membuat permainan lebih menyenangkan dan menghibur.

Kemudahan Pembayaran:
Kemudahan dalam melakukan deposit dan penarikan uang secara online membuat transaksi menjadi cepat dan mudah, sehingga memudahkan pemain untuk terus bermain tanpa hambatan.

Kurangnya Pemantauan dan Regulasi:
Beberapa situs judi online beroperasi di yurisdiksi dengan regulasi yang lemah, sehingga kurangnya pengawasan dapat membuat pemain rentan terhadap praktik tidak etis atau penipuan.

Tekanan Sosial dan Emosional:
Orang yang merasa kesepian, stres, atau mengalami masalah emosional mungkin mencari pelarian melalui judi online sebagai cara untuk mengatasi perasaan mereka.

Ketergantungan dan Kecanduan:
Judi online memiliki potensi untuk menyebabkan ketergantungan dan kecanduan, di mana pemain merasa sulit untuk berhenti meskipun menyadari dampak negatifnya.

Penting untuk mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menghindari terjebak dalam judi online, seperti menetapkan batasan waktu dan uang, mencari dukungan dari teman dan keluarga, dan mencari bantuan profesional jika diperlukan.

Pejabat pemeritntah dan tokoh masyarakat dapat memberikan edukasi bahaya judi online.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

       Istilah medis untuk orang yang kecanduan judi, termasuk judi online, adalah Gambling Disorder atau Gangguan Perjudian. Ini adalah kondisi yang diakui oleh American Psychiatric Association dan termasuk dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).

Beberapa karakteristik dari Gambling Disorder menurut DSM-5:
  • Kebutuhan untuk berjudi dengan jumlah uang yang semakin besar untuk mencapai kegembiraan yang diinginkan.
  • Gelisah atau mudah tersinggung ketika mencoba mengurangi atau menghentikan judi.
  • Berusaha berulang kali untuk mengontrol, mengurangi, atau menghentikan judi tanpa berhasil.
  • Sering memikirkan tentang judi (misalnya, mengingat pengalaman judi di masa lalu, merencanakan usaha judi berikutnya, memikirkan cara mendapatkan uang untuk berjudi).
  • Sering berjudi ketika merasa tertekan (misalnya, merasa tidak berdaya, bersalah, cemas, depresi).
  • Setelah kalah uang dalam berjudi, sering kembali keesokan harinya untuk membalas kekalahan ("chasing" losses).
  • Berbohong kepada anggota keluarga, terapis, atau orang lain untuk menyembunyikan sejauh mana keterlibatannya dalam judi.
  • Membahayakan atau kehilangan hubungan penting, pekerjaan, atau kesempatan pendidikan atau karier karena berjudi.
  • Mengandalkan orang lain untuk memberikan uang guna mengatasi situasi keuangan yang putus asa yang disebabkan oleh judi.
Gambling Disorder dapat memiliki dampak serius pada kehidupan individu, termasuk masalah keuangan, hubungan yang rusak, dan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. 

Beberapa alasan utama mengapa lansia bisa terjebak dalam judi online antara lain:

Kesepian dan Isolasi Sosial:
Lansia sering mengalami kesepian dan isolasi sosial, terutama jika mereka tinggal sendiri atau kehilangan pasangan hidup. Judi online dapat menjadi cara untuk mengisi waktu dan merasa terhubung dengan orang lain, meskipun hanya secara virtual.

Ketersediaan Waktu Luang:
Setelah pensiun, lansia memiliki lebih banyak waktu luang. Tanpa aktivitas yang berarti atau tujuan yang jelas, mereka mungkin mencari hiburan dan stimulasi melalui judi online.

Kesehatan Mental dan Emosional:
Masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, atau demensia dapat membuat lansia lebih rentan terhadap kecanduan judi online. Judi dapat menjadi cara untuk melarikan diri dari perasaan negatif atau mengisi kekosongan emosional.

Kemudahan Akses:
Judi online mudah diakses dari rumah, yang sangat menarik bagi lansia yang mungkin memiliki mobilitas terbatas atau kesulitan mengunjungi kasino fisik.

Kurangnya Pengetahuan tentang Risiko:
Lansia mungkin kurang memahami risiko dan dampak negatif dari judi online. Mereka mungkin tidak menyadari betapa mudahnya kehilangan uang atau betapa cepatnya kecanduan bisa berkembang.

Promosi dan Bonus Menarik:
Situs judi online sering menawarkan promosi dan bonus menarik yang dapat memikat lansia untuk mencoba dan terus bermain. Penawaran ini bisa membuat mereka merasa mendapatkan keuntungan tambahan atau kesempatan untuk menang besar.

Tekanan Finansial:
Beberapa lansia menghadapi tekanan finansial atau merasa tidak memiliki cukup uang untuk hidup nyaman di masa pensiun. Judi online bisa terlihat sebagai cara cepat untuk mendapatkan uang tambahan, meskipun risiko kehilangan jauh lebih besar.

Kurangnya Dukungan Sosial:
Lansia yang tidak memiliki jaringan dukungan sosial yang kuat mungkin lebih rentan terhadap kecanduan judi. Mereka mungkin merasa tidak ada yang memperhatikan atau peduli dengan apa yang mereka lakukan.

Nostalgia dan Kenangan Masa Lalu:
Beberapa lansia mungkin memiliki kenangan positif dari berjudi di masa lalu dan mencari pengalaman serupa melalui judi online. Mereka mungkin berharap bisa mengulang momen-momen menyenangkan tersebut.

Ilusi Kendali dan Keberuntungan:
Lansia mungkin merasa bahwa mereka memiliki kendali atas hasil permainan atau percaya bahwa mereka bisa menang dengan keberuntungan. Ilusi ini bisa membuat mereka terus bermain meskipun mengalami kerugian.

       Menyadarkan lansia yang terjebak dalam judi online membutuhkan pendekatan yang hati-hati dan penuh empati. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu lansia yang terjebak dalam judi online:

Membangun Komunikasi yang Terbuka:
  • Mulailah dengan percakapan yang terbuka dan tanpa penilaian. Dengarkan mereka dengan penuh perhatian dan empati.
  • Hindari menyalahkan atau menghakimi, karena ini bisa membuat mereka merasa defensif dan tidak terbuka untuk berdiskusi lebih lanjut.
Menyediakan Informasi yang Tepat:
  • Berikan informasi tentang risiko dan dampak negatif dari judi online, termasuk risiko keuangan, kesehatan mental, dan hubungan sosial.
  • Tunjukkan contoh nyata atau kisah orang lain yang mengalami masalah serupa dan berhasil keluar dari kecanduan judi online.
Mengidentifikasi Tanda-tanda Masalah:
  • Bantu mereka mengenali tanda-tanda bahwa judi online telah menjadi masalah, seperti perubahan dalam kebiasaan tidur, stres yang berlebihan, atau masalah keuangan.
  • Diskusikan bagaimana judi online mempengaruhi kehidupan mereka secara keseluruhan, termasuk hubungan dengan keluarga dan teman.
Menawarkan Dukungan dan Alternatif:
  • Tawarkan dukungan emosional dan bantuan praktis, seperti menemani mereka mencari kegiatan alternatif yang positif dan menghibur.
  • Ajak mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial, hobi, atau olahraga yang bisa mengalihkan perhatian mereka dari judi online.
Membantu Membuat Batasan:
  • Bantu mereka menetapkan batasan waktu dan uang untuk judi online. Gunakan alat bantu seperti pengingat waktu atau aplikasi yang dapat membantu mereka mengatur penggunaan internet.
  • Ajak mereka untuk menghapus akun judi online atau menggunakan perangkat lunak pemblokir situs judi.
Menyarankan Konseling atau Terapi:
  • Sarankan mereka untuk mencari bantuan profesional dari konselor atau terapis yang berpengalaman dalam masalah kecanduan.
  • Tawarkan untuk menemani mereka ke sesi konseling pertama atau membantu mencari layanan yang tersedia.
Menghubungkan dengan Kelompok Dukungan:
  • Ajak mereka untuk bergabung dengan kelompok dukungan bagi orang yang mengalami masalah kecanduan judi, seperti Gamblers Anonymous.
  • Berpartisipasi dalam kelompok dukungan dapat memberikan mereka rasa komunitas dan dorongan untuk pulih.
Mendukung Keuangan yang Sehat:
  • Bantu mereka mengelola keuangan dengan lebih baik, termasuk membuat anggaran dan memonitor pengeluaran.
  • Jika perlu, ajak mereka untuk berkonsultasi dengan penasihat keuangan yang dapat memberikan saran tentang bagaimana mengatasi masalah keuangan akibat judi online.
Menjaga Kesehatan Mental dan Fisik:
  • Dorong mereka untuk menjaga kesehatan mental dan fisik dengan cara berolahraga, makan sehat, dan tidur yang cukup.
  • Bantu mereka menemukan teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga yang dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan.
Memberikan Dukungan Berkelanjutan:
  • Terus berikan dukungan dan dorongan selama proses pemulihan. Pemulihan dari kecanduan bisa memakan waktu dan memerlukan komitmen jangka panjang.
  • Jangan ragu untuk mencari bantuan tambahan jika diperlukan, baik dari profesional kesehatan atau anggota keluarga lainnya.
Dengan pendekatan yang penuh empati dan dukungan, lansia yang terjebak dalam judi online dapat diberikan kesempatan untuk menyadari masalah mereka dan mengambil langkah-langkah untuk pulih.






Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4444736/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6886010/

https://responsiblegambling.vic.gov.au/documents/747/VRGF_RR_OlderAdults_0220_FA.pdf

https://www.communitycare.co.uk/2017/08/07/gambling-impact-vulnerable-adults/

https://www.apa.org/monitor/2023/07/how-gambling-affects-the-brain

https://www.webmd.com/healthy-aging/features/senior-gamblers-testing-odds

https://aifs.gov.au/research/research-snapshots/exposure-and-impact-sports-and-race-betting-advertising-australia

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2024/06/24/4-juta-orang-indonesia-judi-online-dari-anak-sampai-orang-tua









Monday, 15 July 2024

Awas ada Hiburan Berbahaya: Pilih Hiburan yang Cocok untuk Lansia

        Hiburan dan rekreasi adalah dua konsep yang sering kali saling terkait, tetapi memiliki perbedaan utama dalam tujuan dan bentuk aktivitasnya. 

Lansia memerlukan hiburan dan rekreasi.
(Sumber: foto J.Hanaris)

Perbedaan antara hiburan dan rekreasi:

Hiburan
Hiburan adalah segala bentuk aktivitas yang dirancang untuk memberikan kesenangan, kegembiraan, atau relaksasi kepada seseorang. Hiburan biasanya pasif dan berfokus pada konsumsi konten yang menyenangkan.

Contoh Aktivitas:

  • Menonton film atau acara TV
  • Mendengarkan musik
  • Membaca buku atau majalah
  • Bermain video game
  • Menghadiri konser atau pertunjukan teater

Tujuan hiburan untuk memberikan kesenangan dan mengalihkan pikiran dari rutinitas sehari-hari. Hiburan sering kali merupakan aktivitas yang dilakukan untuk bersantai dan mengisi waktu luang.

Rekreasi
Rekreasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyegarkan tubuh dan pikiran, biasanya melibatkan aktivitas fisik atau interaksi sosial yang aktif. Rekreasi sering kali lebih interaktif dan dapat melibatkan elemen edukatif atau kesehatan.

Contoh Aktivitas:

  • Berolahraga (seperti berlari, bersepeda, berenang)
  • Berkebun
  • Mendaki gunung atau berjalan-jalan di alam
  • Bermain olahraga tim (seperti sepak bola, basket)
  • Berkemah atau piknik

Tujuan rekreasi untuk meningkatkan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial. Aktivitas rekreasi sering kali dirancang untuk menjaga kesehatan, mengembangkan keterampilan, atau menikmati alam dan lingkungan sekitar.

Meskipun keduanya memiliki perbedaan, hiburan dan rekreasi sama-sama penting untuk keseimbangan hidup yang sehat dan bahagia. Kombinasi keduanya dapat membantu seseorang mengelola stres, menjaga kesehatan, dan meningkatkan kualitas hidup.

Beberapa manfaat hiburan bagi lansia, antara lain:

Meningkatkan Kesehatan Mental: Hiburan seperti permainan, musik, dan aktivitas sosial dapat membantu mengurangi stres, kecemasan, dan depresi. Ini penting untuk menjaga kesehatan mental mereka.

Meningkatkan Kualitas Hidup: Aktivitas hiburan memberikan kebahagiaan dan rasa puas, yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.

Menjaga Kesehatan Fisik: Beberapa bentuk hiburan, seperti olahraga ringan, berjalan-jalan, atau menari, dapat membantu lansia tetap aktif secara fisik dan menjaga kesehatan mereka.

Stimulasi Kognitif: Aktivitas seperti bermain teka-teki, membaca, atau bermain game edukatif dapat merangsang otak dan membantu menjaga fungsi kognitif.

Sosialisasi: Hiburan yang melibatkan interaksi sosial, seperti bergabung dalam klub atau kelompok hobi, dapat membantu lansia merasa lebih terhubung dan mengurangi perasaan kesepian.

Pemenuhan Hobi dan Minat: Memberikan lansia kesempatan untuk mengejar hobi dan minat mereka dapat memberikan perasaan tujuan dan pencapaian.

Beberapa lansia yang kurang hiburan mungkin menunjukkan, ciri berikut:

Perubahan Suasana Hati: Mereka mungkin tampak lebih murung, cemas, atau depresi. Kehilangan minat pada kegiatan yang sebelumnya mereka nikmati juga bisa menjadi tanda.

Kesepian dan Isolasi Sosial: Lansia yang kurang hiburan mungkin merasa lebih kesepian dan terisolasi dari orang lain. Mereka mungkin jarang berinteraksi dengan teman atau keluarga.

Penurunan Kesehatan Mental: Kurangnya hiburan dapat menyebabkan penurunan kognitif, seperti masalah dengan memori, kesulitan berkonsentrasi, dan penurunan kemampuan berpikir.

Penurunan Kesehatan Fisik: Lansia yang tidak aktif mungkin mengalami penurunan kesehatan fisik, seperti penurunan mobilitas, kekuatan, dan kebugaran umum.

Kurangnya Motivasi: Mereka mungkin tampak kurang termotivasi untuk melakukan kegiatan sehari-hari atau untuk mencoba hal-hal baru.

Perubahan Pola Tidur: Kurangnya hiburan dan aktivitas bisa mempengaruhi pola tidur, menyebabkan insomnia atau tidur berlebihan.

Penurunan Kualitas Hidup: Lansia yang kurang hiburan mungkin merasa hidup mereka kurang bermakna atau tidak memuaskan.

Kurangnya Kepuasan Hidup: Mereka mungkin sering mengeluh tentang kebosanan dan merasa tidak ada hal menarik dalam hidup mereka.

Menyediakan hiburan yang sesuai dan mendukung keterlibatan sosial dapat membantu mencegah atau mengatasi masalah-masalah ini, serta meningkatkan kesejahteraan lansia secara keseluruhan.

       Kurangnya hiburan pada lansia dapat berkontribusi pada berbagai masalah kesehatan fisik dan mental. 

Beberapa penyakit dan kondisi yang bisa berkembang atau diperburuk oleh kurangnya hiburan:

Depresi dan Kecemasan: Kurangnya hiburan dan aktivitas sosial dapat menyebabkan perasaan kesepian, yang sering kali berujung pada depresi dan kecemasan.

Penurunan Kognitif: Kurangnya stimulasi mental dapat mempercepat penurunan kognitif, termasuk demensia dan penyakit Alzheimer.

Penyakit Jantung: Stres dan kurangnya aktivitas fisik akibat kebosanan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan kondisi kardiovaskular lainnya.

Insomnia dan Gangguan Tidur: Kebosanan dan kurangnya aktivitas bisa mengganggu pola tidur, menyebabkan insomnia atau gangguan tidur lainnya.

Obesitas dan Masalah Metabolik: Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan peningkatan berat badan, obesitas, dan masalah metabolik seperti diabetes tipe 2.

Masalah Mobilitas dan Kesehatan Tulang: Tidak aktif secara fisik dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot, masalah mobilitas, dan kesehatan tulang yang buruk, seperti osteoporosis.

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi): Stres kronis dan kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko hipertensi.

Sakit Kronis: Kurangnya aktivitas dapat memperburuk kondisi sakit kronis seperti arthritis atau nyeri punggung.

Masalah Pencernaan: Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti sembelit.

Penurunan Imunitas: Kurangnya aktivitas dan stres dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat lansia lebih rentan terhadap infeksi.

       Berbagai jenis hiburan dapat bermanfaat bagi lansia, tergantung pada minat, kemampuan fisik, dan kondisi kesehatan mereka. 

Beberapa bentuk hiburan yang baik untuk lansia:

1. Aktivitas Sosial
  • Bergabung dengan Klub atau Komunitas: Klub buku, kelompok seni, klub jalan kaki, atau kelompok relawan dapat memberikan kesempatan untuk bersosialisasi dan bertemu teman baru.
  • Acara Keluarga: Menghadiri pertemuan keluarga, makan malam, atau perayaan dapat membantu menjaga hubungan keluarga yang kuat.
Contoh acara keluarga dengan bermain:

2. Aktivitas Fisik
  • Olahraga Ringan: Berjalan, yoga, tai chi, atau berenang adalah contoh olahraga yang aman dan bermanfaat.
  • Tarian: Menari dapat menjadi cara yang menyenangkan untuk tetap aktif dan berinteraksi sosial.
3. Aktivitas Mental
  • Bermain Teka-teki dan Permainan: Sudoku, teka-teki silang, permainan papan, dan permainan kartu dapat merangsang otak.
  • Membaca dan Menulis: Membaca buku, menulis jurnal, atau bahkan menulis surat dapat meningkatkan kesehatan mental.
4. Aktivitas Kreatif
  • Seni dan Kerajinan: Melukis, menggambar, merajut, menjahit, atau membuat kerajinan tangan lainnya dapat memberikan kepuasan dan ekspresi kreatif.
  • Musik: Mendengarkan musik, bermain alat musik, atau bernyanyi dapat meningkatkan suasana hati dan kesehatan mental.
5. Teknologi
  • Belajar Teknologi Baru: Menggunakan komputer, tablet, atau smartphone untuk menjelajahi internet, media sosial, atau video call dengan keluarga dan teman.
  • Menonton Film dan Program TV: Menonton film, acara TV, atau dokumenter yang menarik dapat menjadi hiburan yang menyenangkan.
6. Aktivitas Relaksasi
  • Meditasi dan Relaksasi: Meditasi, pernapasan dalam, atau terapi relaksasi lainnya dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan.
  • Berkebun: Berkebun dapat menjadi aktivitas fisik yang ringan dan memberikan kepuasan dari hasil kerja keras.
7. Aktivitas Relawan
  • Kegiatan Sosial: Menjadi sukarelawan dalam kegiatan sosial atau amal dapat memberikan perasaan berharga dan kontribusi pada komunitas.
8. Wisata dan Rekreasi
  • Perjalanan Singkat: Mengunjungi taman, museum, kebun binatang, atau tempat wisata lokal lainnya.
  • Piknik dan Berjalan-jalan di Alam: Menghabiskan waktu di alam dapat memberikan ketenangan dan kebahagiaan.
Contoh berjalan-jalan di alam:


Memilih jenis hiburan yang tepat untuk lansia sebaiknya mempertimbangkan minat dan kebutuhan individu. Dukungan dari keluarga dan teman juga penting untuk memastikan bahwa mereka terlibat dalam aktivitas yang bermanfaat dan memuaskan.

Beberapa contoh hiburan yang mungkin berisiko dan perlu diwaspadai:

1. Aktivitas Fisik Ekstrim
  • Olahraga Berat: Aktivitas seperti angkat beban berat, lari maraton, atau olahraga dengan kontak fisik (seperti sepak bola atau basket) dapat berisiko menyebabkan cedera.
  • Aktivitas Ekstrem: Bungee jumping, skydiving, atau kegiatan lain yang membutuhkan fisik yang prima dan keseimbangan yang baik bisa sangat berbahaya.
2. Hiburan dengan Paparan Suara Keras
  • Konser Musik Keras: Menghadiri konser dengan suara yang sangat keras dapat merusak pendengaran.
  • Acara dengan Kebisingan Tinggi: Pesta atau acara dengan tingkat kebisingan tinggi dapat menyebabkan stres dan gangguan pendengaran.
3. Hiburan yang Melibatkan Bahan Kimia
  • Penggunaan Alkohol Berlebihan: Mengonsumsi alkohol secara berlebihan dapat berdampak buruk pada kesehatan, termasuk risiko jatuh dan interaksi negatif dengan obat-obatan.
  • Merokok atau Penggunaan Narkoba: Kebiasaan ini sangat berbahaya bagi kesehatan dan dapat memperburuk kondisi medis yang sudah ada.
4. Aktivitas yang Membutuhkan Keterampilan Motorik dan Kognitif Tinggi
  • Bermain Game Video Intensif: Beberapa video game yang membutuhkan reaksi cepat dan keterampilan motorik halus mungkin sulit dan dapat menyebabkan frustrasi atau kelelahan mata.
  • Mengemudi di Malam Hari atau di Jalan Raya Sibuk: Aktivitas ini bisa berisiko jika lansia mengalami masalah penglihatan atau refleks yang melambat.
5. Paparan Prolonged Screen Time
  • Menonton TV atau Bermain Video Game Berlebihan: Terlalu banyak waktu di depan layar dapat menyebabkan masalah mata, gangguan tidur, dan gaya hidup yang tidak aktif.
6. Kegiatan yang Menyebabkan Keletihan Mental
  • Permainan dengan Kompleksitas Tinggi: Permainan yang membutuhkan konsentrasi tinggi dan berpikir keras dalam waktu lama dapat menyebabkan keletihan mental.
7. Hiburan yang Melibatkan Risiko Sosial atau Keamanan
  • Perjudian: Kegiatan perjudian dapat menyebabkan masalah finansial dan stres emosional.
  • Interaksi Online dengan Orang Tak Dikenal: Lansia mungkin rentan terhadap penipuan atau eksploitasi online.
Pencegahan dan Penyesuaian

Beberapa langkah pencegahan dapat diambil:
  • Konsultasi dengan Dokter: Sebelum memulai aktivitas fisik baru atau perubahan besar dalam rutinitas hiburan, konsultasikan dengan profesional kesehatan.
  • Modifikasi Aktivitas: Sesuaikan tingkat kesulitan dan intensitas aktivitas sesuai kemampuan fisik dan mental.
  • Pengawasan dan Pendampingan: Untuk aktivitas yang berisiko, pastikan ada pendamping atau pengawasan yang memadai.
  • Pilih Hiburan yang Aman: Fokus pada hiburan yang memberikan kesenangan dan manfaat tanpa menimbulkan risiko signifikan.
Dengan memperhatikan faktor-faktor ini, lansia dapat menikmati berbagai bentuk hiburan dengan aman dan tetap menjaga kesehatan serta kesejahteraan mereka.






Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9558104/

https://fairviewadc.com/recreation/elderly-entertainment-benefits-of-interaction/

https://openarmshc.org/is-watching-tv-good-for-seniors/

https://sukino.com/the-effects-of-social-media-on-the-elderly/






Saturday, 13 July 2024

Waspada Komunitas Lansia yang Toksik, Merusak Kesejahteraan Mental.

       Munculnya beberapa komunitas lansia antara lain bertujuan untuk menjalin kebersamaan, kesetaraan, kesejahteraan secara suka dan rela. Namun dibalik kemuliaan yang dimajukan untuk kesejahteraan lansia tersebut. Muncul beberapa orang yang sadar atau tidak, berpikir negatif dan pesimis yang dapat menular pada individu yang lain. Orang yang toksik cenderung mencari kawan dan merasa puas bila ada anggota lain yang tertekan dan dikucilkan. 

Komunitas lansia ini memiliki AD/ART sejak awal sehingga terhindar dari toksik.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

Contoh pengesahan AD/ART komunitas lansia yang baik:


Komunitas lansia yang toksik adalah kelompok di mana interaksi sosial di antara anggotanya bersifat negatif dan merugikan, menyebabkan stres dan menurunnya kesejahteraan. 

Beberapa karakteristik dari komunitas lansia yang toksik antara lain:

Gosip dan Fitnah: 
Gosip yang berlebihan dapat menciptakan lingkungan yang penuh ketidakpercayaan dan ketidaknyamanan. Hal ini bisa membuat anggota komunitas merasa tidak aman dan terganggu​.

Diskriminasi dan Eksklusi: 
Lansia dalam komunitas yang toksik mungkin mengalami diskriminasi atau eksklusi berdasarkan kondisi fisik, kesehatan mental, status ekonomi, atau latar belakang sosial. Ini dapat menyebabkan isolasi sosial dan perasaan tidak berharga​.

Kontrol dan Manipulasi: 
Beberapa individu mungkin mencoba mengendalikan atau memanipulasi anggota komunitas lainnya untuk keuntungan pribadi, yang dapat merusak dinamika kelompok dan menyebabkan konflik​.

Sikap Negatif dan Pesimis: 
Lingkungan yang dipenuhi dengan sikap negatif dan pesimis dapat menular, membuat anggota komunitas merasa tertekan dan kehilangan motivasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial​.

Kurangnya Dukungan Emosional:
Di komunitas yang toksik, dukungan emosional mungkin kurang atau tidak ada sama sekali. Anggota komunitas tidak merasa didukung dalam menghadapi tantangan atau kesulitan yang mereka hadapi​.

Komunitas jamur ini bersifat racun.
(Sumber: foto canva.com)
Ada 4 Tanda Komunitas yang Toksik:
1. Ada orang yang merasa berkuasa:
Komunitas yang baik adalah komunitas yang egaliter atau memiliki kesetaraan. Memiliki hak dan kewajiban yang sama. Kesetaraan membuat anggota nyaman, karena memiliki aturan yang jelas sejak awal pendirian. Namun komunitas menjadi toksik bila dipimpin oleh orang yang merasa berkuasa dan main perintah. Komunitas toksik sebaiknya ditinggalkan saja karena tidak punya nilai dan buang waktu saja.

2. Tidak Memiliki Aturan yang Jelas:
Komunitas yang baik sejak awal memiliki aturan tertentu. Tanpa aturan menjadikan komunitas bertindak semaunya. Aturan dibuat berdasarkan pimpinannya dan kelompok toksik yang ada. Aturan berubah tanpa mekanisme yang jelas.

3. Saling Menikam:
Dalam komunikasi yang toksik, tidak jarang sesama anggota memiliki hubungan yang tidak baik, cemburu dan iri hati. Tanda yang jelas dari komunitas yang toksik, penggunaan bahasa yang kasar dan kotor, tidak membalas salam dari anggota yang lebih awal menyampaikan salam, saling sahut-menyahut sesama anggota toksik. Cenderung tidak peduli dengan pesan dari anggota tertentu. Tertutup dan tidak menerima perbedaan. 

4. Lebih Banyak Kegiatan tidak bermanfaat:
Komunitas sering kali melakukan kegiatan bersama. Mulai dari kegiatan bersenang-senang atau kegiatan lain yang bermanfaat. Bila kegiatan dilakukan tidak bermanfaat, hanya memenuhi ambisi pribadi dan kroninya maka dipastikan komunitas itu tidak baik dan toksik. Biasanya anggota yang penakut hanya tertekan dan tidak berdaya. Hindari komunitas toksik meskipun itu komunitas lansia karena usia tua dan muda tidak ada bedanya mengenai perilaku.

Beberapa Cara Mengatasi Komunitas Lansia yang Toksik:

Mendorong Komunikasi Terbuka: 
Mendorong anggota komunitas untuk berbicara secara terbuka dan jujur tentang perasaan mereka dapat membantu mengatasi masalah sebelum mereka berkembang menjadi lebih serius.

Penyuluhan dan Edukasi:
Mengadakan program penyuluhan tentang pentingnya hubungan yang sehat dan menghormati sesama dapat meningkatkan kesadaran dan mengurangi perilaku toksik.

Membangun Dukungan Sosial:
Mendorong kegiatan kelompok yang positif dan membangun dukungan sosial dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan mendukung.

Mediasi dan Resolusi Konflik: 
Menyediakan mekanisme untuk mediasi dan penyelesaian konflik dapat membantu mengatasi masalah antar anggota dengan cara yang konstruktif.

Pemantauan dan Evaluasi:
Secara teratur memantau dinamika kelompok dan mengevaluasi interaksi sosial dapat membantu mengidentifikasi masalah sejak dini dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki situasi.

Dengan mengambil langkah-langkah ini, diharapkan komunitas lansia dapat menjadi tempat yang lebih positif dan mendukung bagi semua anggotanya.





Sumber:

https://www.psychologytoday.com/us/blog/charm-harm/202004/when-elderly-parents-are-abusive

https://www.agingcare.com/articles/setting-boundaries-with-parents-who-are-abusive-142804.htm

https://www.agingcare.com/articles/setting-boundaries-with-parents-who-are-abusive-142804.htm

https://www.webmd.com/mental-health/features/handle-toxic-family

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/abuse-of-older-people

https://www.psychologytoday.com/intl/blog/boomers-30/201901/why-do-younger-people-dislike-older-people