1. Perubahan Peran dalam Keluarga
Dulu, orang tua adalah pusat kehidupan anak. Namun, setelah anak menikah dan berkeluarga, prioritas mereka berubah. Lansia sering kali merasa kehilangan peran pentingnya dalam keluarga dan tidak lagi dibutuhkan seperti dulu. Perasaan ini bisa menimbulkan kesepian dan rasa kurang dihargai.
![]() |
Peran orang tua berubah setelah anaknya berkeluarga. (Sumber: foto file) |
2. Kesepian dan Kurangnya Perhatian
Anak yang sibuk dengan kehidupan baru mereka—pasangan, pekerjaan, dan anak-anak—kadang-kadang membuat lansia merasa ditinggalkan. Apalagi jika anak tinggal jauh, komunikasi bisa menjadi semakin jarang. Ketidakhadiran mereka dapat menimbulkan rasa kesepian yang mendalam bagi orang tua.
3. Hubungan dengan Menantu
Tidak semua orang tua memiliki hubungan yang harmonis dengan menantu mereka. Perbedaan pola pikir dan gaya hidup dapat menyebabkan gesekan. Selain itu, beberapa menantu mungkin merasa tidak nyaman jika orang tua terlalu sering ikut campur dalam rumah tangga mereka, yang bisa menimbulkan jarak emosional antara lansia dan anak.
4. Masalah Finansial dan Ketergantungan Ekonomi
Tidak semua lansia memiliki tabungan atau pensiun yang cukup. Beberapa di antaranya bergantung pada anak untuk biaya hidup mereka. Namun, tidak semua anak mampu atau mau menanggung kebutuhan finansial orang tua, yang bisa menjadi sumber konflik dan kekhawatiran.
5. Kesehatan dan Kemandirian yang Menurun
Seiring bertambahnya usia, lansia lebih rentan terhadap penyakit kronis dan membutuhkan lebih banyak perawatan. Beberapa juga mengalami kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari, sementara anak-anak mereka mungkin tidak selalu bisa merawat mereka secara langsung. Topik seperti perawatan lansia dan kemungkinan tinggal di panti jompo pun sering menjadi hal yang sensitif untuk dibicarakan.
Cara Mengatasi Tantangan Ini
1. Menerima Perubahan dengan Bijak
Lansia perlu memahami bahwa anak kini memiliki kehidupan dan tanggung jawab sendiri. Bukan berarti mereka melupakan orang tua, tetapi prioritas mereka berubah. Oleh karena itu, penting untuk bersikap fleksibel dan tidak terlalu menuntut perhatian dari anak.
2. Menjaga Komunikasi yang Sehat
Orang tua bisa tetap berkomunikasi dengan anak tanpa terkesan mengatur atau menuntut. Menggunakan teknologi seperti telepon atau video call bisa membantu menjaga kedekatan meskipun tinggal berjauhan. Selain itu, menjadi pendengar yang baik bagi anak akan memperkuat hubungan tanpa membuat mereka merasa tertekan.
3. Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
Tetap aktif dalam berbagai kegiatan bisa membantu lansia menjalani hari-hari mereka dengan lebih bermakna. Bergabung dengan komunitas lansia, berkebun, atau melakukan olahraga ringan dapat membantu menjaga kesehatan fisik dan emosional.
4. Menjalin Hubungan Harmonis dengan Keluarga Anak
Alih-alih mengkritik atau mengatur kehidupan anak dan menantu, lebih baik membangun hubungan yang suportif. Menjadi kakek atau nenek yang menyenangkan bagi cucu juga bisa memberikan kebahagiaan tersendiri dan mempererat ikatan keluarga.
5. Menemukan Makna Baru dalam Hidup
Menjalani hidup dengan ikigai—konsep Jepang tentang menemukan tujuan hidup—dapat membantu lansia tetap merasa bermanfaat dan berharga. Ikigai bisa berupa menyalurkan pengalaman kepada generasi muda, membantu komunitas, atau sekadar menikmati hobi yang selama ini tertunda.
Sumber:
https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8611109/
https://www.elderly.gov.hk/english/healthy_ageing/healthy_living/adultchildrennchildren.html
https://www.agingcare.com/articles/parents-living-with-adult-children-152285.htm
https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/13229400.2024.2363785
https://arborcounselingcenter.com/aging-parents-and-adult-children-the-challenge-of-changing-roles/
No comments:
Post a Comment