Tuesday, 18 July 2023

Apakah Kuku Dapat Menunjukkan Penyakit, Ayo Cari Tahu

              Mengingat pertumbuhan populasi lanjut usia dan perubahan demografis yang terkait serta rentang hidup yang lebih lama. Perubahan kuku  ini dapat memengaruhi berbagai komponen unit kuku dan mungkin merupakan perubahan kuku normal yang berkaitan dengan usia atau kelainan kuku yang memerlukan intervensi segera

Kuku lansia dapat mengalami kerusakan atau perubahan karena beberapa faktor yang terkait dengan penuaan dan kondisi kesehatan yang umum terjadi pada usia lanjut

Ilustrasi kuku lansia yang menunjukkan penyakit
(Sumber: canva.com)

Beberapa penyebab kerusakan kuku pada lansia meliputi:

πŸ’… Penuaan alami: 

Proses penuaan alami dapat menyebabkan perubahan pada kuku. Produksi minyak alami di kuku dan kulit di sekitarnya dapat menurun seiring bertambahnya usia, menyebabkan kekeringan dan kerapuhan pada kuku.

πŸ’… Kekurangan nutrisi: 

Lansia sering kali mengalami penurunan asupan nutrisi yang penting untuk kesehatan kuku, seperti zat besi, protein, vitamin A, dan vitamin B. Kekurangan nutrisi ini dapat menyebabkan kelemahan dan kerapuhan pada kuku.

πŸ’… Penyakit atau kondisi kesehatan:

Beberapa kondisi kesehatan yang lebih umum pada lansia, seperti diabetes, gangguan sirkulasi, hipotiroidisme, atau masalah imunologi, dapat mempengaruhi kesehatan dan kekuatan kuku. Penurunan sirkulasi darah pada lansia juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan nutrisi kuku.

πŸ’… Efek samping obat-obatan: 

Lansia sering mengonsumsi berbagai jenis obat untuk mengelola kondisi kesehatan mereka. Beberapa obat-obatan memiliki efek samping yang dapat mempengaruhi kesehatan kuku. Misalnya, beberapa obat tekanan darah tinggi atau diuretik dapat menyebabkan kekeringan atau kerapuhan pada kuku.

πŸ’… Kurangnya perawatan yang tepat:

Lansia mungkin memiliki kesulitan dalam merawat dan menjaga kebersihan kuku mereka. Perubahan dalam fleksibilitas atau mobilitas sendi, penglihatan yang berkurang, atau masalah kesehatan lainnya dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam memotong, membersihkan, atau merawat kuku dengan baik. Kurangnya perawatan yang tepat dapat menyebabkan penumpukan kotoran, infeksi, atau perubahan struktural pada kuku.

Kuku sehat adalah kuku yang terawat sejak muda hingga lansia
( Sumber: foto pens 49 ceria)

            πŸ’­ Perubahan morfologi kuku dapat terjadi karena berbagai alasan, termasuk perubahan alami, penyakit, trauma, atau masalah kesehatan lainnya. 

Berikut komponen-komponen utama struktur kuku:

πŸ’§ Lempeng Kuku (Nail Plate): 

Ini adalah bagian terluar kuku yang terlihat, terbuat dari keratin yang keras dan transparan. Lempeng kuku melindungi jari-jari dan ujung jari serta memberikan bentuk dan kekuatan pada kuku.

πŸ’§ Lunula:

Lunula adalah area berbentuk setengah lingkaran berwarna putih atau pucat di pangkal kuku. Biasanya terlihat pada bagian atas kuku. Meskipun sering disebut "bulan kuku," sebenarnya lunula adalah area dari pangkal lempeng kuku yang tidak tertutupi oleh kulit. Warnanya dapat bervariasi tergantung pada individu.

πŸ’§ Matras Kuku (Nail Bed):

Matras kuku adalah jaringan lunak di bawah lempeng kuku yang memberikan nutrisi dan dukungan bagi pertumbuhan kuku. Matras kuku mengandung pembuluh darah dan saraf yang penting untuk mempertahankan kesehatan kuku.

πŸ’§ Kulit Kuku (Nail Fold): 

Kulit kuku merupakan lipatan kulit yang melingkupi sisi-sisi kuku dan membantu melindungi matras kuku dari infeksi atau cedera. Kulit kuku membantu menjaga kelembapan dan integritas kuku.

πŸ’§ Kulit Lunula (Cuticle):

Kulit lunula adalah lapisan tipis kulit yang terletak di pangkal kuku. Ini adalah pertumbuhan kulit yang melindungi area pertumbuhan kuku dari bakteri, jamur, atau infeksi lainnya.

πŸ’§ Matras Kuku Lunak (Nail Bed Matrix): 

Matras kuku lunak adalah area di bawah matras kuku yang bertanggung jawab untuk produksi sel-sel baru yang membentuk lempeng kuku. Matras kuku lunak terletak di bawah matras kuku dan mendukung pertumbuhan kuku baru dari pangkal ke ujung.

πŸ’§ Kulit Penyangga Kuku (Nail Bed Matrix Support): 

Kulit penyangga kuku adalah jaringan yang melindungi dan memberikan dukungan pada matras kuku. Ini membantu menjaga kuku tetap stabil dan mencegah pergeseran atau deformasi yang tidak diinginkan.

        πŸ’­ Struktur kuku yang sehat penting untuk kesehatan dan kekuatan kuku. Perawatan yang tepat, nutrisi yang seimbang, dan menjaga kebersihan kuku dapat membantu menjaga kuku tetap kuat dan sehat.

Beberapa perubahan morfologi kuku yang umum terjadi:

πŸ’© Perubahan warna: 

Kuku yang normal memiliki warna merah muda atau putih dengan permukaan yang rata. Perubahan warna kuku dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan. Misalnya, kuku yang berubah menjadi kekuningan bisa menunjukkan infeksi jamur. Kuku yang berubah menjadi kecoklatan atau hitam dapat menjadi tanda adanya pendarahan di bawah kuku atau melanoma (kanker kulit).

πŸ’© Kerapuhan: 

Jika kuku menjadi rapuh, mudah patah, atau terbelah, hal ini dapat menunjukkan adanya kekurangan nutrisi, seperti kekurangan zat besi, vitamin A, atau protein. Kegiatan yang berlebihan pada kuku, penggunaan produk kimia, atau paparan air yang berlebihan juga dapat membuat kuku menjadi rapuh.

πŸ’© Perubahan bentuk:

Perubahan bentuk kuku dapat terjadi akibat trauma atau masalah kesehatan tertentu. Misalnya, kuku yang melengkung secara ke atas dan melekat erat pada ujung jari dapat menjadi tanda adanya penyakit paru-paru, seperti penyakit paru-paru obstruktif kronik (PPOK).

πŸ’© Pembengkakan:

Jika kuku mengalami pembengkakan, bisa jadi ada infeksi di sekitar kuku atau ada masalah pada sistem peredaran darah. Pembengkakan kuku juga dapat disebabkan oleh kondisi seperti psoriasis atau reumatoid arthritis.

πŸ’© Perubahan ketebalan: 

Kuku yang menjadi lebih tebal dari biasanya dapat menjadi tanda adanya infeksi jamur. Di sisi lain, kuku yang menjadi tipis dan cenderung mudah patah dapat disebabkan oleh masalah kesehatan seperti hipotiroidisme.

              πŸ’¬ Kuku terbuat dari protein yang disebut keratin. Ini adalah protein yang sama yang membentuk kulit dan rambut. Kuku tumbuh dari sel-sel yang berkembang biak di dalam pangkal kuku, kemudian saling melapisi dan mengeras. Ini disebut keratinisasi. Kekuatan, ketebalan, dan tingkat pertumbuhan kuku merupakan karakteristik yang kita warisi dari orang tua kita. 

              πŸ’¬ Melihat kuku lansia tidak dapat secara langsung mengungkapkan penyakit spesifik yang dialami oleh mereka. Namun, kondisi kuku dapat memberikan petunjuk umum tentang kesehatan mereka secara keseluruhan. Perubahan pada kuku dapat mengindikasikan adanya masalah kesehatan yang mendasarinya.

             πŸ’­ Perubahan kuku tidak spesifik untuk lansia dan juga dapat terjadi pada orang-orang dari berbagai kelompok usia. Jadi, penting untuk diingat bahwa perubahan pada kuku hanya memberikan petunjuk umum dan tidak dapat dijadikan diagnosis tunggal. 

Beberapa penyakit kuku yang dapat menyerang lansia meliputi:

πŸ”’ Onikomikosis: 

Ini adalah infeksi jamur pada kuku yang dapat menyebabkan perubahan warna, kekakuan, kerapuhan, dan penebalan kuku. Lansia lebih rentan terhadap infeksi jamur karena sistem kekebalan tubuh mereka biasanya melemah seiring bertambahnya usia.

πŸ”’ Onikogrifosis:

Ini adalah kondisi di mana kuku tumbuh tebal, melengkung, dan sulit dipotong. Lansia mungkin memiliki risiko lebih tinggi mengembangkan onikogrifosis karena perubahan hormonal dan perubahan pada struktur kuku seiring bertambahnya usia.

πŸ”’ Onikoskisis:

Ini adalah kondisi di mana kuku menjadi rapuh dan mudah terbelah atau terpecah. Lansia mungkin mengalami onikoskisis karena kehilangan kelembapan alami pada kulit dan kuku seiring bertambahnya usia.

πŸ”’ Onikosklerosis: 

Ini adalah kondisi di mana kuku menjadi keras, tebal, dan terdistorsi. Onikosklerosis biasanya terjadi karena adanya gangguan sirkulasi darah yang mempengaruhi pertumbuhan kuku. Lansia yang menderita penyakit sirkulasi seperti aterosklerosis mungkin lebih rentan terhadap kondisi ini.

πŸ”’ Paronikia:

Ini adalah infeksi pada jaringan di sekitar kuku, yang dapat menyebabkan peradangan, kemerahan, pembengkakan, dan rasa sakit. Paronikia dapat terjadi pada semua usia, tetapi lansia mungkin lebih rentan karena sistem kekebalan tubuh yang melemah.

πŸ”’ Kanker kulit pada kuku: 

Kanker kulit, termasuk kanker yang berkembang di sekitar kuku, dapat mempengaruhi lansia. Perubahan kulit dan paparan sinar matahari selama bertahun-tahun dapat meningkatkan risiko kanker kulit pada kuku pada populasi lansia.

                Penting untuk konsultasi masalah kuku dengan dokter atau profesional kesehatan yang berkualifikasi untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan rekomendasi perawatan yang tepat.

Adanya kuku lansia yang rusak dapat memiliki beberapa dampak yang memengaruhi kenyamanan dan kualitas hidup mereka, antara lain:

πŸ˜‘ Nyeri dan tidak nyaman: 

Kuku yang rusak dapat menyebabkan rasa sakit, sensitivitas, atau tidak nyaman saat menggunakan tangan, memegang benda, atau melakukan aktivitas sehari-hari. Ini dapat mengganggu kualitas hidup dan kemampuan lansia untuk menjalani kegiatan sehari-hari dengan nyaman.

πŸ˜‘ Infeksi:

Kuku yang rusak atau terluka pada lansia dapat menjadi pintu masuk bagi infeksi bakteri, jamur, atau virus. Infeksi kuku dapat menyebabkan pembengkakan, kemerahan, dan bahkan dapat menyebar ke jaringan di sekitarnya. Infeksi ini dapat memperburuk masalah kuku dan memerlukan perawatan medis yang tepat.

πŸ˜‘ Gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari: 

Kuku yang rusak dapat mempengaruhi kemampuan lansia untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti berpakaian, membersihkan diri, memegang benda, dan mengoperasikan alat-alat rumah tangga. Kekakuan, kelemahan, atau nyeri pada kuku dapat membuat tugas-tugas tersebut sulit atau tidak nyaman dilakukan.

πŸ˜‘ Gangguan estetika: 

Kuku yang rusak pada lansia dapat memiliki tampilan yang tidak menarik, seperti patah, rapuh, atau berubah warna. Hal ini dapat mengganggu kepercayaan diri dan mengurangi kepuasan lansia terhadap penampilan mereka.

πŸ˜‘ Gangguan interaksi sosial:

Lansia yang merasa tidak nyaman atau malu dengan kondisi kuku yang rusak mungkin menghindari interaksi sosial atau mengurangi partisipasi dalam aktivitas sosial. Hal ini dapat memengaruhi hubungan sosial dan kesejahteraan emosional mereka.

            Penting untuk memperhatikan dan merawat kuku lansia dengan baik untuk mencegah dampak-dampak yang tidak diinginkan tersebut. 

Beberapa makanan yang dapat membantu menjaga kesehatan kuku pada lansia:

🌱 Protein:

Asupan protein yang cukup penting untuk pertumbuhan dan kesehatan kuku. Makan makanan seperti daging tanpa lemak, ikan, telur, kacang-kacangan, dan produk susu rendah lemak dapat memberikan protein yang diperlukan.

🌱 Vitamin A:

Vitamin A membantu dalam pertumbuhan dan perbaikan sel-sel tubuh, termasuk sel-sel kuku. Makan makanan seperti wortel, labu, bayam, mangga, dan hati sapi dapat memberikan vitamin A yang cukup.

🌱 Vitamin C:

Vitamin C membantu dalam produksi kolagen, yang penting untuk kekuatan dan integritas kuku. Konsumsi buah-buahan dan sayuran segar seperti jeruk, stroberi, kiwi, brokoli, dan paprika merah dapat membantu memenuhi kebutuhan vitamin C.

🌱 Vitamin E: 

Vitamin E memiliki sifat antioksidan dan membantu mempertahankan kelembapan kuku. Makan makanan seperti kacang-kacangan, biji-bijian, minyak sayur, dan sayuran hijau dapat memberikan vitamin E yang penting.

🌱 Zat besi: 

Kekurangan zat besi dapat menyebabkan kuku rapuh dan lemah. Makan makanan yang kaya zat besi, seperti daging merah, hati, ayam, ikan, biji labu, kacang-kacangan, dan sayuran hijau, dapat membantu menjaga kesehatan kuku.

🌱 Biotin: 

Biotin atau vitamin B7 penting untuk pertumbuhan kuku yang sehat. Telur, kacang-kacangan, alpukat, dan ubi jalar adalah beberapa sumber makanan yang kaya biotin.

🌱 Omega-3 asam lemak:

Asam lemak omega-3 membantu menjaga hidrasi kuku dan melindungi mereka dari kekeringan. Makan makanan seperti ikan berlemak (sarden, salmon, tuna), biji chia, biji rami, dan minyak ikan dapat memberikan asupan omega-3 yang diperlukan.

        πŸ’¬  Selain itu, pastikan lansia mengonsumsi diet seimbang yang mencakup berbagai makanan sehat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi secara menyeluruh. Juga, penting untuk minum cukup air setiap hari untuk menjaga hidrasi tubuh, termasuk kuku.

Beberapa kiat untuk menjaga kesehatan kuku pada lansia:

✅ Jaga kebersihan: 

Pastikan untuk membersihkan kuku secara teratur. Gunakan sikat lembut dan air hangat untuk membersihkan kuku, terutama di bawah tepi kuku. Hindari penggunaan alat yang tajam atau kasar yang dapat merusak kuku.

✅ Gunakan pelembab: 

Oleskan pelembab khusus untuk kuku atau minyak kuku pada kuku dan kulit di sekitarnya setiap hari. Ini membantu menjaga kelembapan alami kuku dan mencegah kekeringan dan kerapuhan.

✅ Potong kuku dengan benar:

Gunakan gunting atau kuku gunting yang tajam untuk memotong kuku secara teratur. Hindari memotong terlalu pendek atau memotong sudut-sudut tajam yang dapat menyebabkan masalah seperti kuku yang dalam atau kuku yang tumbuh ke dalam.

✅ Hindari trauma pada kuku: 

Lindungi kuku dari cedera atau trauma. Hindari kegiatan yang dapat merusak kuku, seperti memencet atau menggigit kuku. Selain itu, gunakan sarung tangan ketika melakukan pekerjaan rumah tangga atau kegiatan yang dapat mempengaruhi kesehatan kuku.

✅ Konsumsi makanan sehat:

Pastikan lansia mendapatkan diet seimbang dan nutrisi yang cukup. Nutrisi penting seperti protein, vitamin A, vitamin C, vitamin E, zat besi, dan kalsium dapat membantu menjaga kesehatan kuku. Makan makanan seperti ikan, kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran hijau, dan produk susu dapat membantu menjaga kuku yang kuat.

✅ Perhatikan kesehatan umum: 

Jaga kesehatan umum lansia dengan menjaga sistem kekebalan tubuh yang kuat, rutin berolahraga, tidur yang cukup, dan mengelola stres. Kesehatan yang baik secara keseluruhan dapat mempengaruhi kesehatan kuku.

✅ Kunjungi dokter atau ahli kesehatan:

Jika ada masalah kuku yang berkelanjutan atau infeksi, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan yang berkualifikasi. Mereka dapat memberikan diagnosis yang akurat dan perawatan yang sesuai.

            Dengan perawatan yang tepat dan gaya hidup yang sehat, lansia dapat menjaga kesehatan kuku mereka dan mencegah masalah yang mungkin timbul.




Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3038811

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16394478

https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/nails-fingernail-and-toenail-problems

https://www.agingcare.com/articles/fingernail-problems-indicating-health-issues-145734.htm

https://medlineplus.gov/ency/imagepages/8671.htm


Sunday, 16 July 2023

Sakit Pinggang, Bikin Tak Bisa Tolak Pinggang

           Tolak pinggang, bahasa tubuh (gerak anggota tubuh) atau yang biasa disebut gestur yaitu dengan telapak tangan memegang pinggang dengan siku tangan membentuk sudut 45 derajat. Tolak pinggang biasanya digunakan saat sedang bersantai ataupun sedang merasa percaya diri.

Tetapi penyakit pinggang yang sudah mengenai tubuh, akan sulit untuk bersantai, apalagi percaya diri, yang terasa adalah: pinggang pegal, kaku, seperti ditusuk, rasa nyeri dari pinggang ke bokong sampai kaki, rasa nyeri dari pinggang ke selangkangan hingga alat kelamin, sulit bergerak dan berdiri tegak, dan perasaan lain yang tidak nyaman. Bagaimana mungkin bertolak pinggang dengan perasaan nyeri tak terkira.

Ilustrasi lansia sakit pinggang, nyeri tak terkira
( Sumber: canva.com)

Penyakit pinggang dapat mencakup berbagai kondisi yang mempengaruhi organ, struktur, atau fungsi di daerah pinggang. Beberapa penyakit pinggang secara umum, meliputi:

πŸ‡ Batu Ginjal: 

Terbentuknya batu keras dalam ginjal yang dapat menyebabkan nyeri hebat di area pinggang saat batu ginjal bergerak melalui saluran kemih.

πŸ‡ Infeksi Saluran Kemih (ISK): 

Infeksi yang terjadi di saluran kemih, termasuk ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Infeksi ginjal (pielonefritis) dapat menyebabkan nyeri di daerah pinggang.

πŸ‡ Gangguan Ginjal:

Termasuk gangguan seperti penyakit ginjal polikistik, gagal ginjal, glomerulonefritis, atau penyakit ginjal lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan fungsi ginjal dan masalah di area pinggang.

πŸ‡ Cedera Otot atau Ligamen Pinggang:

Cedera pada otot atau ligamen di sekitar pinggang, seperti regangan otot pinggang atau cedera ligamen pada tulang belakang, dapat menyebabkan nyeri dan gangguan fungsi.

Lansia sehat dan tidak sakit pinggang
( Sumber: pens 49 ceria)

πŸ‡ Hernia Nukleus Pulposus (HNP): 

Juga dikenal sebagai "hernia tulang belakang" atau "herniated disc," kondisi ini terjadi ketika cakram intervertebralis di tulang belakang mendorong keluar dari tempatnya, dapat memberikan tekanan pada saraf dan menyebabkan nyeri di area pinggang.

 πŸ‡Spondilosis: 

Kondisi degeneratif pada tulang belakang yang melibatkan kerusakan diskus intervertebralis dan perubahan pada tulang belakang. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pinggang dan kekakuan.

πŸ‡ Radang Sendi: 

Radang sendi di daerah pinggang, seperti pada osteoarthritis atau arthritis reumatoid, dapat menyebabkan nyeri dan peradangan di sekitar pinggang.

πŸ‡ Skoliosis:

Kelainan tulang belakang di mana tulang belakang melengkung secara abnormal. Skoliosis dapat menyebabkan gangguan postur dan nyeri pinggang.

                Tentu saja, ini hanya beberapa contoh penyakit pinggang secara umum, dan diagnosis akurat harus dilakukan oleh tenaga medis atau dokter berdasarkan gejala dan pemeriksaan lebih lanjut. Jika Anda mengalami gejala atau masalah di area pinggang, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi dan penanganan yang tepat.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan lansia sering mengalami sakit pinggang, alasan yang mungkin, termasuk:

πŸ’‚ Osteoarthritis: 

Osteoarthritis adalah kondisi yang umum terjadi pada lansia. Ini terjadi ketika tulang rawan di antara sendi mengalami kerusakan atau aus, yang dapat menyebabkan peradangan dan nyeri di area pinggang.

πŸ’‚ Penyakit Degeneratif pada Tulang Belakang:

Penuaan dapat menyebabkan perubahan degeneratif pada tulang belakang, seperti hernia nukleus pulposus (HNP) atau spondilosis. Kondisi ini dapat menyebabkan penekanan pada saraf dan menyebabkan nyeri pinggang.

πŸ’‚ Penyakit Ginjal: 

Gangguan ginjal, seperti penyakit ginjal polikistik atau gagal ginjal, dapat menyebabkan nyeri pinggang. Ini bisa terjadi karena kerusakan pada ginjal atau peningkatan tekanan dalam ginjal.

πŸ’‚ Penyakit Infeksi:

Infeksi saluran kemih atau infeksi ginjal (pielonefritis) dapat menyebabkan nyeri pinggang pada lansia.

πŸ’‚ Patah Tulang Belakang: 

Osteoporosis, yang umum terjadi pada lansia, dapat membuat tulang belakang menjadi rapuh dan rentan terhadap patah tulang. Patah tulang belakang dapat menyebabkan nyeri pinggang.

πŸ’‚ Postur yang Buruk:

Kekurangan otot dan kekuatan tulang belakang akibat penuaan dapat menyebabkan postur yang buruk. Postur yang tidak baik dapat memberikan tekanan ekstra pada tulang belakang dan menyebabkan nyeri pinggang.

πŸ’‚ Aktivitas Fisik yang Berlebihan atau Kurang Aktif: 

Aktivitas fisik yang berlebihan atau kekurangan aktivitas fisik dapat mempengaruhi kesehatan tulang dan otot, termasuk di daerah pinggang. Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan nyeri pinggang pada lansia.

πŸ’‚ Efek Samping Obat-obatan: 

Beberapa obat yang umum dikonsumsi oleh lansia, seperti obat anti inflamasi non steroid  atau diuretik, dapat menyebabkan efek samping berupa nyeri pinggang.

         πŸ’¬ Penting untuk memeriksakan lansia ke dokter untuk penilaian dan diagnosis yang tepat jika mereka sering mengalami sakit pinggang. Dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik, tes diagnostik, dan memberikan penanganan yang sesuai berdasarkan kondisi khusus individu.

Beberapa ciri yang mungkin muncul pada lansia yang mengalami sakit pinggang adalah sebagai berikut:

πŸ‘ƒ Nyeri: 

Lansia dengan sakit pinggang umumnya akan mengalami nyeri atau ketidaknyamanan di daerah pinggang. Nyeri dapat bersifat tumpul, tajam, menyebar, atau terlokalisasi pada satu sisi atau kedua sisi pinggang.

πŸ‘ƒ Kekakuan: 

Lansia dengan sakit pinggang mungkin mengalami kekakuan di daerah pinggang, terutama setelah beristirahat atau bangun tidur. Kekakuan dapat membuat gerakan tubuh menjadi terbatas atau sulit.

πŸ‘ƒ Kesulitan Berjalan: 

Sakit pinggang yang parah atau berkepanjangan dapat menyebabkan kesulitan berjalan pada lansia. Mereka mungkin merasa tidak nyaman atau merasa nyeri ketika bergerak atau melakukan aktivitas fisik.

πŸ‘ƒ Penurunan Fungsi: 

Sakit pinggang yang berlangsung lama atau parah dapat mengganggu kemampuan lansia untuk menjalankan aktivitas sehari-hari dengan normal. Mereka mungkin mengalami penurunan fungsi fisik atau kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti membersihkan rumah, berbelanja, atau merawat diri sendiri.

πŸ‘ƒ Gangguan Tidur:

Lansia dengan sakit pinggang mungkin mengalami gangguan tidur karena nyeri yang dialami. Mereka mungkin mengalami kesulitan tidur atau terbangun karena nyeri di area pinggang.

πŸ‘ƒ Kelemahan Otot: 

Sakit pinggang yang kronis atau berat dapat menyebabkan kelemahan otot di sekitar daerah pinggang. Kelemahan ini dapat mempengaruhi keseimbangan dan kekuatan tubuh secara keseluruhan.

πŸ‘ƒ Gangguan Buang Air Kecil: 

Beberapa kasus sakit pinggang pada lansia dapat mempengaruhi fungsi ginjal atau saluran kemih, yang mungkin menyebabkan masalah saat buang air kecil. Hal ini dapat termasuk perubahan frekuensi buang air kecil, nyeri saat buang air kecil, atau perubahan warna atau bau urin.

              πŸ’¬ Penting untuk diingat bahwa ciri-ciri di atas tidak spesifik hanya untuk sakit pinggang pada lansia. Diagnosis akurat harus dilakukan oleh tenaga medis atau dokter berdasarkan evaluasi yang menyeluruh, termasuk pemeriksaan fisik, riwayat medis, dan jika diperlukan, tes diagnostik. Jika ada gejala atau kekhawatiran, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi dan penanganan yang tepat.

Untuk mencegah sakit pinggang pada lansia, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

πŸ‘³ Pergi ke dokter secara teratur:

Lansia sebaiknya menjalani pemeriksaan rutin dengan dokter untuk memantau kesehatan mereka secara keseluruhan. Dokter dapat mendeteksi masalah potensial pada pinggang atau memberikan nasihat untuk mencegah masalah lebih lanjut.

πŸ‘³ Pertahankan postur yang baik: 

Memiliki postur yang baik saat duduk, berdiri, dan berjalan dapat membantu menjaga kesehatan tulang belakang dan mencegah stres berlebih pada pinggang. Hindari membungkuk atau melengkungkan punggung saat beraktivitas.

πŸ‘³ Jaga berat badan yang sehat: 

Mempertahankan berat badan yang sehat sangat penting untuk mengurangi beban pada tulang belakang dan mencegah stres berlebih pada pinggang. Jika diperlukan, konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk rekomendasi tentang manajemen berat badan.

πŸ‘³ Lakukan latihan fisik secara teratur:

Aktivitas fisik yang teratur dan seimbang dapat membantu memperkuat otot-otot pinggang dan mempertahankan fleksibilitas tulang belakang. Pilih olahraga yang sesuai dengan kondisi fisik dan usia lansia, seperti berjalan, berenang, atau yoga.

πŸ‘³ Hindari mengangkat beban yang berat:

Jika terpaksa lansia perlu mengangkat beban, pastikan mereka menggunakan teknik pengangkatan yang benar untuk menghindari cedera pada pinggang. Bantu mereka untuk tidak mengangkat beban yang terlalu berat atau menggunakan alat bantu jika diperlukan.

πŸ‘³ Jaga postur tidur yang baik: 

Pastikan lansia tidur dengan posisi yang nyaman dan dengan alas tidur yang adekuat. Gunakan bantal yang mendukung leher dan tulang belakang dengan baik.

πŸ‘³ Hindari aktivitas yang berlebihan:

Jaga keseimbangan antara aktivitas fisik dan istirahat. Hindari aktivitas yang berlebihan yang dapat menyebabkan kelelahan otot atau tekanan berlebih pada pinggang.

πŸ‘³ Perhatikan tulang belakang: 

Hindari mengangkat atau memindahkan benda yang berat secara tiba-tiba. Saat membungkuk, tekuk lutut dan jaga punggung tetap lurus.

πŸ‘³ Gunakan peralatan bantu jika diperlukan:

Jika lansia memiliki kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti membersihkan rumah atau berkebun, pertimbangkan untuk menggunakan alat bantu atau peralatan yang dapat mengurangi stres pada pinggang.

              πŸ’­  Makanan sehat yang kaya nutrisi dapat membantu menjaga kesehatan tulang, otot, dan sistem tubuh secara keseluruhan, yang pada gilirannya dapat membantu mencegah sakit pinggang pada lansia.

Berikut adalah beberapa makanan yang baik untuk lansia dalam menjaga kesehatan pinggang:

πŸ’Š Kalsium: 

Makanan kaya kalsium seperti susu rendah lemak atau tanpa lemak, yoghurt, keju rendah lemak, dan sayuran hijau berdaun seperti brokoli dan bayam, dapat membantu menjaga kekuatan tulang dan mencegah kerapuhan tulang.

πŸ’Š Vitamin D: 

Vitamin D membantu penyerapan kalsium yang baik untuk kesehatan tulang. Sumber makanan alami vitamin D termasuk ikan berlemak seperti salmon, sarden, dan tuna, serta kuning telur. Lansia juga dapat mendapatkan vitamin D dari paparan sinar matahari yang cukup.

πŸ’Š Serat: 

Konsumsi makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan dapat membantu menjaga kesehatan pencernaan dan mencegah sembelit, yang dapat mengurangi ketegangan pada pinggang.

πŸ’Š Omega-3: 

Makanan kaya omega-3 seperti ikan berlemak (salmon, sarden, tuna), biji chia, biji rami, dan kenari dapat memiliki efek antiinflamasi yang dapat membantu mengurangi peradangan pada tubuh dan mengurangi risiko sakit pinggang yang terkait dengan peradangan.

πŸ’Š Antioksidan: 

Buah-buahan dan sayuran berwarna-warni kaya akan antioksidan, seperti vitamin C dan vitamin E, yang membantu melawan stres oksidatif dan peradangan. Blueberry, strawberry, wortel, bayam, dan brokoli adalah contoh makanan dengan kandungan antioksidan yang tinggi.

πŸ’Š Protein: 

Makanan tinggi protein seperti daging tanpa lemak, ayam, ikan, telur, kacang-kacangan, dan tahu, dapat membantu membangun dan memperbaiki jaringan otot, yang penting untuk menjaga kekuatan dan stabilitas pinggang.

πŸ’Š Air: 

Penting bagi lansia untuk minum cukup air setiap hari. Air membantu menjaga hidrasi yang baik dan membantu fungsi tubuh yang tepat, termasuk kesehatan tulang dan otot.

           Penting juga untuk memperhatikan asupan garam dan mengurangi konsumsi makanan olahan yang tinggi sodium, karena dapat mempengaruhi keseimbangan air dalam tubuh.

           πŸ’¬ Selain makanan, penting untuk menjaga gaya hidup sehat secara keseluruhan dengan menghindari merokok, membatasi konsumsi alkohol, dan menjaga berat badan yang sehat. Selalu konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk saran yang sesuai dengan kondisi khusus lansia.








Sumber;

https://www.webmd.com/back-pain/ss/slideshow-low-back-pain-overview

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/7936-lower-back-pain

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538173/

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/back-pain/symptoms-causes/syc-20369906


Friday, 14 July 2023

Bahaya lansia Hilang "Keseimbangan", Ini Cara Tes Keseimbangan Romberg.

    Kehilangan keseimbangan adalah masalah umum yang dihadapi oleh lansia. Anda dapat melihat kawan, mulai dari posisi duduk, berdiri dan cara berjalan atau Anda merasakan sendiri bagaimana kondisi yang Anda hadapi, perhatikan ciri-ciri bahwa seseorang lansia mulai kehilangan keseimbangan:

  • Kesulitan dalam menjaga langkah yang mantap saat berjalan, langkah kaki hanya dilempar ke depan, dan  mungkin bergantung pada alat bantu seperti tongkat atau kursi roda untuk membantu menjaga keseimbangan.
Ilustrasi lansia terganggu keseimbangan perlu pendampingan
( Sumber: canva.com)

  • Sering mengalami kejadian terjatuh atau hampir terjatuh
  • Membungkuk atau miring saat berdiri atau berjalan,  padahal sudah merasa badan tegap.
  • Kesulitan dalam berpindah dari posisi duduk atau berbaring ke posisi berdiri. Bahkan mungkin membutuhkan bantuan atau waktu yang lebih lama untuk melakukannya
  • Penurunan kekuatan otot yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk menjaga keseimbangan dengan baik.
  • Kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari seperti mandi, berpakaian, atau beraktivitas di sekitar rumah.
  • Kesulitan memakai celana panjang atau pendek dengan posisi berdiri.
Keseimbangan mengacu pada kemampuan individu untuk mempertahankan garis gravitasi mereka di dalam Base of support (BOS). Hal ini juga dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan, dengan kesetimbangan dapat didefinisikan sebagai kondisi semua gaya kerja dihilangkan satu sama lain sehingga menghasilkan sistem seimbang yang stabil

Ilustrasi titik kontak objek dengan permukaan pendukung (BOS)
(Sumber: Canva.com)
Sedangkan Base of support (BOS) mengacu pada area di bawah objek atau orang yang mencakup setiap titik kontak yang dibuat objek atau orang dengan permukaan pendukung. Titik kontak ini mungkin bagian tubuh misalnya kaki atau tangan, atau mungkin termasuk hal-hal seperti kruk atau kursi yang diduduki seseorang.

Bila kehilangan keseimbangan maka lansia tidak mampu mempertahankan garis gravitasi untuk jaga keseimbangan kaki dengan tanah/lantai yang dipijak sehingga badan bergoyang atau limbung, bahkan sampai terjatuh.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan lansia mengalami gangguan keseimbangan, meliputi:

πŸ‘† Perubahan pada sistem vestibular: 

Sistem vestibular, yang terletak di dalam telinga dalam, bertanggung jawab dalam mengatur keseimbangan tubuh. Seiring bertambahnya usia, terjadi penurunan fungsi sistem vestibular, yang dapat mengganggu keseimbangan dan koordinasi gerakan.

πŸ‘† Penurunan kekuatan dan fleksibilitas otot: 

Proses penuaan dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot dan fleksibilitas tubuh. Kelemahan otot dapat membuat lansia lebih rentan terhadap gangguan keseimbangan.

πŸ‘† Perubahan penglihatan: 

Masalah penglihatan, seperti penglihatan kabur, penglihatan ganda, atau penurunan penglihatan, dapat mempengaruhi persepsi jarak dan ruang, yang penting dalam menjaga keseimbangan tubuh.

πŸ‘† Penurunan fungsi sensorik: 

Lansia mungkin mengalami penurunan fungsi sensorik, seperti penurunan sensitivitas proprioceptive (sensori yang memberikan informasi tentang posisi tubuh) atau gangguan pendengaran. Fungsi sensorik yang terganggu dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk merasakan perubahan posisi dan merespons dengan benar.

πŸ‘† Efek samping obat-obatan: 

Beberapa obat yang umum dikonsumsi oleh lansia dapat memiliki efek samping yang mempengaruhi keseimbangan dan koordinasi gerakan. Misalnya, obat penenang atau obat-obatan yang mempengaruhi sistem saraf pusat dapat menyebabkan gangguan keseimbangan.

πŸ‘† Penyakit atau kondisi kesehatan tertentu:

Beberapa kondisi kesehatan, seperti penyakit Parkinson, penyakit Meniere, masalah sirkulasi darah, atau gangguan neurologis, dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh pada lansia.

πŸ‘† Kurangnya aktivitas fisik: 

Kurangnya aktivitas fisik atau gaya hidup yang kurang aktif dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot, fleksibilitas, dan keterampilan keseimbangan.

             πŸ’¬ Adanya kombinasi dari faktor-faktor di atas dapat meningkatkan risiko gangguan keseimbangan pada lansia. Penting untuk mendapatkan penilaian medis yang tepat jika lansia mengalami gangguan keseimbangan, karena dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka dan meningkatkan risiko jatuh yang serius.

Beberapa gejala gangguan keseimbangan pada lansia yang mungkin terjadi meliputi:

♿ Pusing atau rasa tidak stabil.

♿ Kesulitan berjalan atau merasa tidak mantap saat berdiri atau berjalan.

♿ Kesulitan mempertahankan keseimbangan saat melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berpaling, berbalik, atau berpindah posisi.

♿ Sensasi limbung atau perasaan melayang.

♿ Gangguan koordinasi gerakan atau kehilangan kontrol atas gerakan tubuh.

♿ Kesulitan mengendalikan pergerakan mata.

♿ Sulit menggerakkan kepala atau leher tanpa merasa pusing atau tidak seimbang.

♿ Sensasi terjatuh atau kecemasan yang berkaitan dengan keseimbangan.

♿ Perubahan dalam langkah berjalan, seperti langkah yang tidak teratur, terhuyung-huyung, atau tergesa-gesa.

♿ Jatuh tanpa penyebab yang jelas.

          πŸ’¬ Gejala gangguan keseimbangan pada lansia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan sensorik (seperti penglihatan atau pendengaran yang buruk), kekuatan dan fleksibilitas otot yang berkurang, masalah dengan sistem vestibular (yang mengatur keseimbangan), atau efek samping obat-obatan tertentu. 

Gangguan keseimbangan dapat menjadi faktor risiko jatuh yang serius pada lansia, sehingga penting untuk memperhatikan gejala tersebut dan segera berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut.

Tes Romberg adalah tes yang mengukur rasa keseimbangan seseorang. Secara khusus, tes menilai fungsi kolom dorsal sumsum tulang belakang (kolom dorsal bertanggung jawab untuk proprioception) . 

Jalur kolom dorsal adalah salah satu saluran menaik yaitu jalur saraf di mana informasi sensorik dari saraf perifer ditransmisikan ke korteks serebral. Di sumsum tulang belakang , jalur ini berjalan di kolom dorsal, dan di batang otak , yang ditransmisikan melalui lemniscus medial sehingga disebut sebagai jalur lemniscus kolom-medial dorsal.

Proprioception (rasa posisi tubuh dalam ruang) adalah rasa neuromuskular tubuh yang penting. Dan itu termasuk dalam "indra keenam" kita, lebih dikenal sebagai somatosensasi

Tes keseimbangan: 

Tes keseimbangan fisik dapat membantu mendeteksi risiko jatuh atau gangguan keseimbangan yang mungkin terkait dengan masalah neurologis atau gangguan pada sistem vestibular.

Manfaat Tes Romberg: 

πŸ‘‹ Pada tes ini, seseorang diminta untuk berdiri tegak dengan kaki rapat dan mata tertutup selama beberapa detik. Jika seseorang mengalami kesulitan menjaga keseimbangan atau terguncang saat mata tertutup, ini dapat menjadi indikasi masalah keseimbangan.

πŸ‘‹ Tes Romberg adalah alat yang tepat untuk mendiagnosis ataksia sensorik  ( gangguan gaya berjalan yang disebabkan oleh propriosepsi abnormal yang melibatkan informasi tentang lokasi sendi). 

Contoh kondisi meliputi: 

  • Degenerasi gabungan subakut sumsum tulang belakang ( kekurangan vitamin B12 ); 
  • Sindrom tali posterior (infark arteri tulang belakang posterior); 
  • Hemiseksi sumsum tulang belakang ( sindrom Brown Sequard ) .

πŸ‘‹ Alat ini juga terbukti sensitif dan akurat untuk mengukur tingkat ketidakseimbangan yang disebabkan oleh vertigo sentral , vertigo perifer, dan trauma kepala. Telah digunakan di klinik selama 150 tahun.

 Cara melakukan Tes Romberg Asli 

Tes dilakukan sebagai berikut:

πŸ‘‰ Pasien diminta untuk melepas sepatunya dan berdiri dengan kedua kaki dirapatkan. Lengan dipegang di samping badan atau disilangkan di depan badan.

πŸ‘‰ Dokter meminta pasien untuk berdiri diam dengan mata terbuka, dan kemudian dengan mata tertutup. Pasien berusaha menjaga keseimbangannya. Untuk keamanan, pengamat harus berdiri dekat dengan pasien untuk mencegah potensi cedera jika pasien jatuh. Saat pasien menutup matanya, dia tidak boleh mengarahkan dirinya sendiri dengan cahaya, indera atau suara, karena hal ini dapat mempengaruhi hasil tes dan menyebabkan hasil positif palsu.

πŸ‘‰ Tes Romberg dinilai dengan menghitung detik pasien mampu berdiri dengan mata tertutup.

  • Tes Romberg positif ketika pasien tidak dapat menjaga keseimbangan dengan mata tertutup. Kehilangan keseimbangan dapat didefinisikan sebagai peningkatan goyangan tubuh, menempatkan satu kaki ke arah jatuh, atau bahkan terjatuh.

 πŸ“Ί  Perhatikan dan tonton  klik  video Tes Romberg

Tes Sharpened atau Tandem Romberg adalah variasi dari tes aslinya. Implementasinya sebagian besar sama.

Ilustrasi Tes Romberg Sharpened
( Sumber: canva.com)
πŸ‘‰ Untuk tes kedua ini, pasien harus meletakkan kakinya pada posisi tumit ke ujung kaki, dengan satu kaki tepat di depan kaki lainnya ( perhatikan ilustrasi tes romberg sharpened).

πŸ‘‰ Seperti tes Romberg asli, penilaian dilakukan pertama kali dengan mata terbuka dan kemudian dengan mata tertutup.

πŸ‘‰ Pasien menyilangkan tangan di depan dada, dan telapak tangan yang terbuka terletak di bahu yang berlawanan. Pasien juga mendistribusikan berat badannya pada kedua kakinya dan menahan dagunya sejajar dengan lantai

πŸ“Ί Perhatikan dan lihat,  klik Tes Sharpened atau Tandem Romberg

Keandalan dan Validitas.

Tidak ada konsensus dalam Keandalan (Intra dan antar) dan validitas untuk Romberg dalam literatur karena tes ini lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif (Tujuan). Namun, tes ini dapat digunakan sebagai alat klinis cepat untuk menyaring. Pengenalan berbagai instrumen dalam arena penilaian keseimbangan dan penggunaan force platform telah memberikan pengukuran yang lebih objektif dan akurat. 

Hasil Tes Romberg.

Jika pasien bergoyang atau terjatuh selama prosedur, hal ini menandakan tes romberg memiliki hasil positif. 

Tes Romberg yang positif mungkin menunjukkan adanya masalah dengan:

  • Sistem sensorik
  • Sistem vestibular
  • Sistem proprioseptif

          Ketiga sistem tersebut membantu pasien tetap seimbang saat berdiri tegak. Namun jika ada masalah dengan salah satu sistem, pasien mungkin tidak dapat menjaga keseimbangan.

Mencegah masalah keseimbangan pada lansia melibatkan langkah-langkah untuk menjaga kekuatan fisik, koordinasi, dan stabilitas mereka. 

Beberapa kiat untuk mencegah masalah keseimbangan pada lansia:

πŸ„ Aktivitas fisik teratur: 

Latihan fisik yang teratur, seperti jalan santai, berenang, atau senam ringan, dapat membantu memperkuat otot, memperbaiki koordinasi, dan mempertahankan fleksibilitas tubuh. Konsultasikan dengan dokter atau ahli kebugaran terlebih dahulu sebelum memulai program latihan.

πŸ„ Latihan keseimbangan:

Latihan khusus yang menargetkan keseimbangan, seperti latihan berdiri di atas satu kaki, berjalan pada garis lurus, atau latihan keseimbangan pada bola khusus, dapat membantu melatih dan memperkuat kemampuan keseimbangan.

Lansia latihan keseimbangan dengan berdiri satu kaki
(Sumber: Canva.com)

πŸ„ Perbaiki kondisi visual dan pendengaran: 

Memastikan penglihatan dan pendengaran yang optimal sangat penting dalam menjaga keseimbangan. Rutin menjalani pemeriksaan mata dan pendengaran, serta memakai kacamata atau alat bantu pendengaran yang sesuai jika diperlukan.

πŸ„ Hindari obat-obatan yang dapat mempengaruhi keseimbangan:

Beberapa obat dapat menyebabkan efek samping yang mempengaruhi keseimbangan. Konsultasikan dengan dokter atau apoteker mengenai efek samping obat yang mungkin terjadi, terutama pada lansia, dan cari alternatif jika diperlukan.

πŸ„ Atur lingkungan rumah yang aman: 

Mengurangi risiko jatuh dengan memastikan lingkungan rumah aman dan bebas hambatan. Pasang pegangan di kamar mandi, gunakan karpet anti selip, dan pastikan pencahayaan yang memadai di seluruh rumah.

πŸ„ Gunakan alat bantu jika diperlukan:

Bantuan seperti tongkat, kursi roda, atau penyangga dapat membantu lansia menjaga keseimbangan dan mengurangi risiko jatuh.

πŸ„ Konsumsi makanan sehat: 

Gizi yang seimbang dan diet yang sehat dapat mendukung kekuatan otot dan kesehatan tulang. Pastikan asupan kalsium, vitamin D, dan protein yang cukup untuk menjaga kesehatan tulang.

πŸ„ Minum cukup air: 

Kehilangan cairan dapat mempengaruhi keseimbangan dan kekuatan tubuh. Pastikan untuk minum cukup air setiap hari untuk menjaga hidrasi yang baik.

Tetap waspada dan perhatikan gejala yang mencurigakan:

Jika ada perubahan atau gejala yang mencurigakan terkait keseimbangan, seperti pusing yang berulang atau ketidakstabilan, segera konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.

            Selalu penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau tenaga medis yang berpengalaman untuk mendapatkan saran yang sesuai dengan kondisi kesehatan individu dan kebutuhan lansia.





Sumber:

https://www.physio-pedia.com/Romberg_Test

https://www.verywellhealth.com/proprioception-in-multiple-sclerosis-2440810

https://my.clevelandclinic.org/health/diagnostics/22901-romberg-test

https://en.wikipedia.org/wiki/Romberg%27s_test