Komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan atau informasi antara dua atau lebih individu atau entitas. Ini adalah cara utama bagi manusia dan makhluk lainnya untuk berinteraksi, berbagi informasi, dan memahami satu sama lain. Komunikasi melibatkan pertukaran pesan melalui berbagai saluran, termasuk lisan, tulisan, visual, dan non-verbal.
Para lansia ini saling berkomunikasi satu dengan yang lain (Sumber: foto paguyuban pensiun purna) |
Dengan terjadinya proses penuaan , keterampilan komunikasi berubah secara halus setidaknya sebagian karena perubahan kesehatan fisik, depresi, dan penurunan kognitif. Penuaan bertanggung jawab atas perubahan fisiologis dalam pendengaran, suara, dan proses bicara.
Dua lansia duduk bersebelahan, apakah saling berkomunikasi? (Sumber: foto bodrekers) |
Bahkan usia seseorang dapat diprediksi dengan cukup akurat melalui karakteristik ucapan termasuk getaran suara, nada, kecepatan berbicara, kenyaringan, dan kelancaran.
Beberapa keterampilan bahasa tetap utuh, sedangkan yang lain cenderung menurun. Misalnya, kosakata, penilaian gramatikal, dan kemampuan pengulangan relatif stabil seiring bertambahnya usia; pemahaman ucapan yang kompleks dan penamaan mungkin menurun.
Perubahan dalam komunikasi yang dihasilkan dari proses penuaan adalah normal dan juga dari kondisi kronis yang sudah berlangsung lama, banyak kondisi neurologis yang terkait dengan ketidakmampuan komunikasi yang mulai muncul di usia tua. Kondisi ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang status, kecacatan, dan umum terjadi pada penuaan.
Dalam suatu eksperimen, orang dewasa yang lebih tua lebih rentan terhadap kegagalan pencarian kata karena semua koneksi jaringan melemah seiring bertambahnya usia; kata-kata lebih rentan daripada gagasan karena kata-kata harus diartikulasikan dengan tepat dari urutan fitur fonologis yang unik.
Kesulitan memahami ucapan merupakan salah satu gangguan komunikasi pada lansia ( Sumber: canva.com) |
Pernah mendengar lansia atau mungkin Anda sendiri, mencari kata hewan pengerat yang makan rumput, buah beri, lumut, akar atau bunga dan mirip tikus, (menjawab dan mengucapkan kata "marmot" dengan benar mungkin Anda akan mengacungkan jempol) sedangkan gagasan secara berlebihan ditentukan oleh banyak asosiasi dan keterkaitan yang menyatu (alih-alih berpikir marmot Anda mungkin berpikir tentang tikus atau kelinci, atau mungkin bajing).
Penuaan menghasilkan perubahan normal dalam kognisi. Tiga perubahan spesifik terjadi: berkurangnya kecepatan pemrosesan, kecenderungan lebih besar untuk teralihkan, dan berkurangnya kapasitas untuk memproses dan mengingat informasi baru.
Ciri-ciri lansia yang mengalami gangguan komunikasi dapat bervariasi tergantung pada penyebab dan tingkat parah gangguan tersebut.
Beberapa ciri umum lansia mengalami gangguan komunikasi, antara lain:
📢 Kesulitan Mendengar:
Lansia dengan gangguan pendengaran mungkin menunjukkan ciri-ciri kesulitan mendengar seperti bertanya-tanya berulang kali, merespons percakapan secara tidak tepat, atau meminta orang untuk mengulang pesan.
📢 Kesulitan Bicara:
Lansia dengan gangguan bicara, seperti afasia atau disartria, mungkin mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata-kata dengan jelas, menemukan kata-kata yang tepat, atau merangkai kalimat dengan benar.
📢 Kesulitan Memahami:
Lansia dengan gangguan kognitif atau gangguan bahasa mungkin kesulitan memahami percakapan atau mengikuti arah dalam percakapan.
📢 Pengulangan atau Penggunaan Kata yang Tidak Tepat:
Beberapa lansia yang mengalami gangguan komunikasi mungkin cenderung mengulang kata-kata atau menggunakan kata-kata yang tidak tepat secara berulang kali.
📢 Kesulitan dalam Menjaga Percakapan:
Lansia dengan gangguan komunikasi dapat mengalami kesulitan dalam menjaga alur percakapan, terutama jika ada banyak orang yang berbicara atau topik yang kompleks.
📢 Ekspresi Wajah dan Bahasa Tubuh Tidak Tepat:
Lansia yang kesulitan berkomunikasi mungkin menunjukkan ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang tidak sesuai dengan isi pesan yang ingin mereka sampaikan.
📢 Kesulitan Berbicara tentang Topik Tertentu:
Beberapa lansia mungkin kesulitan dalam berbicara tentang topik tertentu yang terkait dengan kenangan atau peristiwa tertentu.
📢 Penarikan Diri Sosial:
Lansia yang merasa kesulitan dalam berkomunikasi mungkin cenderung menarik diri dari interaksi sosial untuk menghindari frustrasi atau kebingungan.
Penting untuk diingat bahwa gejala dan ciri-ciri di atas dapat disebabkan oleh berbagai kondisi atau penyakit yang berbeda.
Beberapa penyakit atau kondisi tertentu pada lansia dapat menjadi gangguan komunikasi karena mempengaruhi kemampuan fisik dan kognitif mereka, yaitu:
🔇 Gangguan Pendengaran:
Hilangnya pendengaran atau gangguan pendengaran pada lansia dapat menyebabkan kesulitan dalam mendengar dan memahami percakapan. Ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan isolasi sosial.
🔇 Afasia:
Afasia adalah gangguan bahasa yang disebabkan oleh kerusakan pada area otak yang mengendalikan bahasa. Lansia yang mengalami afasia mungkin mengalami kesulitan dalam berbicara, memahami kata-kata, atau menemukan kata-kata yang tepat saat berbicara.
🔇 Disartria:
Disartria adalah gangguan bicara yang disebabkan oleh kelumpuhan atau kelemahan otot yang mengendalikan bicara. Lansia dengan disartria mungkin mengalami kesulitan dalam mengontrol gerakan lidah, bibir, dan rahang saat berbicara, sehingga bicaranya terdengar tidak jelas.
🔇 Apraksia:
Apraksia adalah gangguan dalam melakukan gerakan motorik yang kompleks, termasuk gerakan bicara. Lansia dengan apraksia bicara mungkin mengalami kesulitan dalam mengkoordinasikan gerakan yang diperlukan untuk berbicara dengan benar.
🔇 Gangguan Kognitif seperti Demensia:
Lansia dengan demensia, seperti penyakit Alzheimer, mungkin mengalami kesulitan dalam mengingat kata-kata, mengikuti percakapan, dan memproses informasi secara efisien.
🔇 Gangguan Neurologis:
Beberapa gangguan neurologis lainnya, seperti Parkinson, stroke, atau cedera otak traumatis, dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi lansia melalui berbagai cara.
🔇 Gangguan Penglihatan:
Gangguan penglihatan atau kehilangan penglihatan pada lansia dapat menyebabkan kesulitan dalam membaca, melihat ekspresi wajah, atau menginterpretasikan bahasa tubuh orang lain.
🔇 Disfonia:
Disfonia adalah gangguan yang mempengaruhi suara atau kualitas suara seseorang. Ini bisa menyebabkan suara serak, lemah, atau tidak stabil.
🔇 Disfagi:
Disfagi adalah gangguan menelan yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengonsumsi makanan atau minuman dengan benar, yang dapat mempengaruhi kemampuan berbicara.
🔇 Gangguan Artikulasi:
Gangguan artikulasi menyebabkan kesulitan dalam mengucapkan suara, bunyi, atau kata-kata dengan benar.
💭 Penting untuk diingat bahwa gangguan komunikasi dapat bersifat kompleks dan bervariasi pada setiap individu
Berkomunikasi dengan lansia yang mengalami gangguan komunikasi memerlukan pendekatan yang sensitif dan adaptif.
Beberapa kiat yang dapat membantu berkomunikasi dengan lansia yang mengalami gangguan komunikasi:
🔊 Perhatikan Lingkungan Komunikasi:
Pastikan lingkungan komunikasi bebas dari gangguan dan cukup terang. Hindari latar belakang yang berisik atau bising yang dapat mengganggu pemahaman percakapan.
🔊 Mendekat dan Jaga Kontak Mata:
Dekatkan diri Anda pada lansia dan pastikan Anda menjaga kontak mata. Ini membantu menciptakan ikatan dan mengalihkan perhatian mereka pada percakapan.
🔊 Bicara dengan Pelan dan Jelas:
Gunakan suara yang pelan dan jelas. Bicaralah dengan tempo yang lambat dan pastikan kata-kata Anda mudah dipahami.
🔊 Gunakan Bahasa yang Sederhana:
Gunakan bahasa yang sederhana dan kalimat yang pendek. Hindari penggunaan frasa atau kosakata yang rumit.
🔊 Gunakan Pertanyaan Terbuka:
Gunakan pertanyaan terbuka yang memungkinkan lansia memberikan respons yang lebih luas. Pertanyaan seperti "Bagaimana perasaanmu tentang ini?" atau "Ceritakan lebih lanjut" dapat membuka percakapan.
🔊 Dengarkan dengan Empati:
Dengarkan dengan penuh perhatian dan empati. Biarkan mereka mengungkapkan perasaan mereka tanpa interupsi.
🔊 Perhatikan Bahasa Tubuh dan Ekspresi Wajah:
Perhatikan bahasa tubuh dan ekspresi wajah lansia. Hal ini dapat membantu Anda memahami bagaimana mereka merespons percakapan.
Perhatikan Bahasa Tubuh dan Ekspresi Wajah dapat membantu berkomunikasi (Sumber: foto paguyuban pengawas purna) |
🔊 Sabar dan Tunggu Respons:
Berikan waktu untuk lansia untuk bereaksi dan jangan terburu-buru untuk mengisi keheningan dalam percakapan.
🔊 Gunakan Gambar atau Bahasa Tubuh:
Jika diperlukan, Anda dapat menggunakan gambar atau bahasa tubuh untuk membantu menyampaikan pesan atau memahami pesan dari lansia.
🔊 Hargai Perasaan dan Pengalaman:
Hargai perasaan dan pengalaman lansia. Jangan mengabaikan perasaan mereka atau meremehkan pengalaman hidup mereka.
🔊 Jangan Meremehkan:
Hindari meremehkan atau membicarakan lansia di depan mereka. Berbicaralah kepada mereka dengan hormat dan kesopanan.
🔊 Konfirmasi Pemahaman:
Untuk memastikan bahwa Anda memahami dengan benar apa yang ingin disampaikan oleh lansia, konfirmasi dan ulangi poin-poin penting dari percakapan.
Konfirmasi Pemahaman penting dilakukan agar pesan yang disampaikan kepada lansia sesuai (Sumber: foto paguyuban pensiun purna) |
Ciri-ciri gangguan komunikasi pada lansia dapat bervariasi. Yang terpenting adalah mendekati mereka dengan penuh pengertian, kesabaran, dan kepekaan terhadap kebutuhan mereka.
Mencegah gangguan komunikasi pada lansia melibatkan beberapa langkah untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan sosial mereka.
Beberapa cara untuk mencegah gangguan komunikasi pada lansia:
👄 Perawatan Kesehatan Rutin:
Penting untuk menjalani pemeriksaan kesehatan rutin dan mengikuti arahan medis untuk mengelola kondisi kesehatan yang mungkin mempengaruhi komunikasi, seperti pendengaran, bicara, atau kognisi.
👄 Latihan Fisik:
Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung, sirkulasi darah, dan fungsi otak, yang semuanya berperan dalam komunikasi yang baik.
👄 Pola Makan Sehat:
Diet seimbang dan bergizi berkontribusi pada kesehatan secara keseluruhan, termasuk kesehatan otak dan fungsi kognitif.
👄 Latih Otak:
Melakukan latihan otak, seperti teka-teki silang, permainan memori, atau kegiatan kognitif lainnya, dapat membantu menjaga keterampilan komunikasi dan kognitif.
👄 Batasi Penggunaan Alkohol dan Rokok:
Konsumsi alkohol berlebihan dan merokok dapat merusak kesehatan fisik dan kognitif, termasuk kemampuan komunikasi.
👄 Hindari Cedera Kepala:
Mencegah cedera kepala dan menghindari kecelakaan yang dapat merusak otak adalah langkah penting dalam menjaga fungsi kognitif.
👄 Interaksi Sosial:
Menjaga interaksi sosial yang aktif dapat membantu menjaga keterampilan komunikasi dan kognitif, serta memberikan dukungan sosial yang penting bagi kesejahteraan lansia.
👄 Jaga Kesehatan Mental:
Menjaga kesehatan mental, mengurangi stres, dan mengelola kondisi seperti depresi atau kecemasan dapat membantu mempertahankan kemampuan komunikasi yang baik.
👄 Perhatian pada Pendengaran:
Jika lansia mengalami masalah pendengaran, segera konsultasikan dengan profesional medis untuk penanganan dan solusi yang sesuai.
👄 Menggunakan Teknologi:
Beberapa aplikasi dan alat teknologi dapat membantu lansia dalam berkomunikasi, seperti aplikasi penerjemah teks untuk komunikasi lisan atau alat bantu dengar.
👄 Jaga Lingkungan Fisik:
Pastikan lingkungan di sekitar lansia aman dan nyaman untuk mencegah cedera dan stres yang tidak perlu.
👄 Rutin Melakukan Aktivitas Otak:
Terlibat dalam aktivitas yang merangsang otak, seperti membaca, menulis, belajar, atau bermain permainan mental, dapat membantu menjaga keterampilan komunikasi dan kognitif.
💬 Selain langkah-langkah di atas, menjaga komunikasi yang positif dan terbuka dengan lansia dapat membantu memastikan bahwa mereka merasa didukung dan terlibat dalam interaksi sosial.
💀 Tantangan, bagaimana komunikasi dua lansia (suami-istri atau dua orang yang berbeda), banyak lansia yang memiliki gangguan komunikasi sehingga menimbulkan bentrok dan tidak akur suami-istri, dua sahabat lansia yang saling marah dan saling menyalahkan tanpa disadari penyebabnya. Namun dengan pendekatan yang tepat, komunikasi yang efektif masih bisa terjadi.
Beberapa kiat untuk membantu komunikasi antara dua lansia atau lebih, yang mengalami gangguan komunikasi:
😁 Gunakan Bahasa yang Sederhana:
Gunakan bahasa yang sederhana dan kalimat yang pendek. Hindari penggunaan frasa atau kosakata yang rumit.
😁 Bicara dengan Pelan dan Jelas:
Gunakan suara yang pelan dan jelas. Bicaralah dengan tempo yang lambat dan pastikan kata-kata Anda mudah dipahami.
😁 Dengarkan dengan Sabar:
Berikan waktu untuk masing-masing lansia untuk merespon dan jangan terburu-buru untuk mengisi keheningan dalam percakapan.
😁 Gunakan Komunikasi Non-Verbal:
Ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan kontak mata dapat membantu menyampaikan perasaan dan maksud ketika kata-kata tidak cukup.
Gunakan Komunikasi Non-Verbal agar mudah berkomunikasi (Sumber: foto bodrekers) |
😁 Gunakan Gambar atau Gestur:
Jika diperlukan, Anda dapat menggunakan gambar atau gestur untuk membantu menyampaikan pesan atau memahami pesan dari satu sama lain.
😁 Berikan Dukungan:
Jika salah satu lansia kesulitan berbicara atau memahami, berikan dukungan dan tunjukkan kesabaran. Jangan menekan atau mengintimidasi mereka.
😁 Jangan Meremehkan:
Hindari meremehkan atau membicarakan satu sama lain di depan mereka. Berbicaralah dengan hormat dan kesopanan.
😁 Jaga Keterlibatan:
Pertahankan keterlibatan dalam percakapan. Cobalah mencari topik yang menarik bagi mereka dan berbicara tentang hal-hal yang relevan dan bermakna.
😁 Konfirmasi Pemahaman:
Untuk memastikan bahwa Anda memahami dengan benar apa yang ingin disampaikan oleh lansia lainnya, konfirmasi dan ulangi poin-poin penting dari percakapan.
😁 Gunakan Humor:
Penggunaan humor yang tepat dapat membantu meredakan ketegangan dan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam komunikasi.
Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi dapat membantu mencegah gangguan komunikasi pada lansia dengan menjaga kesehatan fisik dan fungsi kognitif.
Beberapa jenis makanan yang baik, untuk mencegah gangguan komunikasi pada lansia:
🍒 Buah-buahan dan Sayuran:
Konsumsi beragam buah-buahan dan sayuran memberikan vitamin, mineral, dan antioksidan yang penting bagi kesehatan otak dan sistem saraf.
🍒 Ikan Berlemak:
Ikan seperti salmon, tuna, dan sarden mengandung asam lemak omega-3 yang bermanfaat bagi fungsi otak dan kognitif.
🍒 Kacang-kacangan dan Biji-bijian:
Kacang-kacangan dan biji-bijian mengandung lemak sehat, serat, dan nutrisi lainnya yang baik untuk kesehatan otak dan tubuh.
🍒 Produk Susu Rendah Lemak:
Susu, yogurt, dan keju rendah lemak mengandung kalsium dan protein yang penting untuk kesehatan tulang dan otak.
🍒 Sumber Protein Rendah Lemak:
Daging tanpa lemak, dada ayam, dan tahu adalah contoh sumber protein rendah lemak yang baik untuk kesehatan.
🍒 Biji Chia dan Biji Rami:
Biji chia adalah salah satu jenis biji-bijian yang kerap menjadi campuran makanan dan minuman dan biji rami adalah salah satu jenis biji-bijian utuh yang sering dijadikan tepung untuk mengolah makanan, kaya akan asam lemak omega-3, serat, dan nutrisi lainnya yang baik untuk otak.
🍒 Minyak Zaitun:
Minyak zaitun mengandung lemak sehat yang bermanfaat bagi kesehatan otak dan kardiovaskular.
🍒 Telur:
Telur adalah sumber protein berkualitas tinggi dan kolin, yang penting untuk fungsi otak.
🍒 Produk Gandum Utuh:
Roti gandum utuh, nasi merah, dan pasta gandum utuh mengandung serat dan nutrisi tambahan untuk kesehatan otak dan tubuh.
🍒 Air Putih:
Menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan cukup minum air putih sangat penting untuk fungsi otak yang optimal.
🔉 Selain mengonsumsi makanan yang baik untuk kesehatan, penting juga untuk membatasi konsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak jenuh.
Sumber:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3074568/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK97337/
https://gerontology.ku.edu/sites/gerontology.drupal.ku.edu/files/
https://brieflands.com/articles/mejrh-65310.html
https://www.healthxchange.sg/seniors/caregiver-tips/communicate-effectively-with-elderly