Halusinasi adalah pengalaman sensorik yang terjadi tanpa adanya stimulus yang sesungguhnya di lingkungan sekitar. Artinya, seseorang yang mengalami halusinasi akan merasakan indra seperti melihat, mendengar, meraba, mencium, atau merasakan sesuatu, meskipun stimulus fisik atau nyata yang dapat menyebabkan pengalaman tersebut tidak hadir.
Halusinasi dapat terjadi dalam berbagai bentuk, melihat cahaya berkilauan di sekitar seseorang atau suatu benda, merasakan serangga merayap di kulit, atau mendengar suara-suara di kepala adalah berbagai jenis halusinasi. Namun yang paling umum adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan.
Halusinasi pada lansia terjadi karena efek obat-obatan. (Sumber: foto LPC-Lansia) |
Obat-obatan umum yang digunakan oleh lansia dapat menyebabkan efek samping berupa halusinasi.
Beberapa jenis obat yang terkait dengan risiko halusinasi pada lansia meliputi:
Obat-obatan untuk gangguan tidur:
Beberapa obat tidur atau obat penenang, terutama golongan benzodiazepin, dapat menyebabkan halusinasi pada sebagian orang, terutama pada dosis yang tinggi atau jika digunakan secara tidak benar.
Antidepresan:
Beberapa jenis antidepresan, terutama golongan trisiklik, dapat menyebabkan halusinasi pada lansia. Efek samping ini mungkin lebih umum pada dosis tinggi.
Obat-obatan antikolinergik:
Beberapa obat yang memiliki efek antikolinergik, seperti obat untuk alergi, mual, atau penyakit Parkinson, dapat memicu halusinasi pada lansia. Ini karena efek samping antikolinergik dapat memengaruhi sistem saraf pusat.
Obat untuk penyakit Parkinson:
Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati penyakit Parkinson, seperti levodopa, bisa menyebabkan gangguan persepsi sensorik atau halusinasi.
Obat untuk tekanan darah tinggi:
Beberapa obat golongan beta-blocker atau digoksin yang digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi atau masalah jantung dapat menyebabkan halusinasi sebagai efek samping.
Obat golongan beta-blocker menyebabkan halusinasi. (Sumber: foto canva.com) |
Jika seseorang mengalami halusinasi setelah mengonsumsi obat-obatan, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan. Penting untuk mengikuti petunjuk dokter dan memberi tahu mereka tentang setiap efek samping yang dialami.
Meskipun tidak ada obat tertentu yang secara khusus "dirancang" untuk menimbulkan halusinasi pada lansia. Namun, beberapa jenis obat yang umumnya digunakan oleh lansia dapat menyebabkan efek samping berupa halusinasi. Efek samping ini tidak dialami oleh semua orang dan dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya.
Beberapa kelas obat yang berpotensi menyebabkan halusinasi pada lansia meliputi:
Benzodiazepin:
Obat-obatan ini biasanya digunakan untuk mengatasi kecemasan, insomnia, atau masalah tidur. Contohnya termasuk diazepam, lorazepam, dan alprazolam.
Antidepresan trisiklik:
Beberapa antidepresan golongan trisiklik dapat memiliki efek samping halusinasi pada dosis tinggi. Contoh obat termasuk amitriptyline, nortriptyline, dan imipramine.
Antikolinergik:
Obat-obatan yang memiliki efek antikolinergik, seperti obat antihistamin untuk alergi atau obat untuk mual, dapat menyebabkan halusinasi pada beberapa individu.
Obat untuk penyakit Parkinson:
Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati penyakit Parkinson, seperti levodopa atau pramipexole, dapat menyebabkan efek samping berupa halusinasi pada beberapa orang.
Obat untuk tekanan darah tinggi:
Beberapa obat golongan beta-blocker atau digoksin yang digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi atau masalah jantung juga dapat berkontribusi pada timbulnya halusinasi pada sebagian orang.
Konsultasi dengan dokter bila halusinasi setelah konsumsi obat. (Sumber: foto canva.com) |
Jika seorang lansia mengalami halusinasi setelah mengonsumsi obat, sangat penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan untuk mengevaluasi kondisi dan menyesuaikan rencana pengobatan jika diperlukan.
Mencegah halusinasi akibat efek obat pada lansia memerlukan pendekatan yang hati-hati dan berkoordinasi dengan dokter atau profesional kesehatan yang meresepkan obat.
Beberapa langkah yang dapat membantu mencegah atau mengurangi risiko halusinasi pada lansia:
Konsultasikan dengan dokter:
- Penting untuk berbicara dengan dokter atau profesional kesehatan sebelum memulai atau mengubah dosis obat.
- Informasikan dokter tentang riwayat medis, termasuk riwayat gangguan tidur, kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya.
Informasikan tentang obat dan suplemen lainnya:
Beri tahu dokter tentang semua obat, suplemen, atau obat-obatan bebas yang sedang atau pernah digunakan, termasuk obat tradisional atau herbal.
Jangan ubah dosis atau berhenti tanpa berkonsultasi:
Tidak pernah mengubah dosis atau berhenti mengonsumsi obat tanpa persetujuan dokter, karena hal ini dapat meningkatkan risiko efek samping.
Pantau gejala dan efek samping:
Perhatikan perubahan gejala atau efek samping setelah memulai atau mengubah penggunaan obat. Laporkan segera kepada dokter jika terjadi halusinasi atau gejala lain yang tidak diinginkan.
Perhatikan perubahan gejala dan efek samping setelah minum obat. (Sumber: foto canva.com) |
Pilih obat dengan hati-hati:
Dokter dapat memilih obat dengan risiko efek samping yang lebih rendah, terutama jika lansia memiliki riwayat sensitivitas terhadap obat tertentu.
Evaluasi dan sesuaikan rencana pengobatan:
Lakukan evaluasi rutin dengan dokter untuk menilai efektivitas dan toleransi obat. Dokter mungkin perlu menyesuaikan dosis atau mengganti obat jika diperlukan.
Hindari obat-obatan tertentu jika memungkinkan:
Hindari penggunaan obat-obatan dengan risiko tinggi efek samping pada lansia, terutama jika alternatif yang lebih aman tersedia.
Rencanakan jadwal berkonsultasi:
Tetapkan jadwal berkonsultasi rutin dengan dokter untuk memastikan bahwa rencana pengobatan tetap sesuai dengan kebutuhan kesehatan lansia.
Fokus pada gaya hidup sehat:
Gaya hidup yang sehat, termasuk pola makan seimbang, aktivitas fisik teratur, dan tidur yang cukup, dapat mendukung kesehatan lansia dan mengurangi risiko efek samping obat.
Komunikasi dengan dokter atau profesional kesehatan sebelum membuat perubahan apa pun dalam rencana pengobatan lansia. Dengan komunikasi terbuka dan kerja sama yang baik, risiko efek samping obat, termasuk halusinasi, dapat diminimalkan.
Sumber:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9936323/
https://www.hmpgloballearningnetwork.com/site/altc/articles/visual-hallucinations-long-term-care
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3181655/
https://brainxchange.ca/Public/Files/Hallucinations/Hallucination_in_the_elderly_slides.aspx