Pikun pada lansia, atau dikenal juga sebagai demensia, adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan kemampuan kognitif, seperti ingatan, berpikir, dan penalaran, yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Pikun tidak dianggap sebagai bagian normal dari penuaan, melainkan gejala dari gangguan tertentu yang memengaruhi otak. Penyebab paling umum dari pikun adalah Alzheimer, namun ada juga penyebab lain seperti demensia vaskular, demensia frontotemporal, dan demensia karena penyakit Parkinson.
Beberapa metode pengukuran yang mudah dan sederhana untuk mengetahui apakah seorang lansia mengalami pikun (demensia). Tes-tes ini biasanya dilakukan oleh tenaga medis, tetapi beberapa di antaranya cukup sederhana sehingga dapat dilakukan oleh keluarga atau pengasuh untuk deteksi awal.
|
Tes sederhana untuk mengetahui pikun pada Lansia. (Sumber: foto Karningsih) |
Beberapa Metode Pengukuran yang Mudah:
1. Mini-Cog Test
Ini adalah tes singkat dan mudah yang sering digunakan untuk mendeteksi demensia. Mini-Cog mengombinasikan tes ingatan jangka pendek dan kemampuan visual-spasial. Tes ini dapat dilakukan dalam beberapa menit dan memiliki dua komponen:
- Tes Ingatan: Orang diminta untuk mengingat tiga kata sederhana (misalnya, apel, meja, dan koin).
- Clock Drawing Test (CDT): Setelah itu, orang diminta menggambar jam dan menunjukkan waktu tertentu (misalnya, jam 11:10).
- Setelah tes menggambar selesai, orang diminta mengulang tiga kata yang disebutkan sebelumnya.
Interpretasi:
- Jika mereka kesulitan mengingat kata-kata atau membuat jam yang benar, ini bisa menjadi indikasi adanya masalah kognitif.
2. Clock Drawing Test (CDT)
Tes ini dapat dilakukan secara mandiri dan berfungsi untuk mengukur fungsi visual-spasial dan kemampuan perencanaan seseorang. Prosesnya adalah sebagai berikut:
- Orang diminta untuk menggambar lingkaran (sebagai jam), menempatkan angka-angka dengan benar di posisi yang tepat, dan kemudian menggambar jarum jam yang menunjukkan waktu tertentu (misalnya, jam 10:15).
Interpretasi:
- Kesalahan dalam menggambar jam, seperti menempatkan angka di tempat yang salah atau tidak bisa menempatkan jarum dengan tepat, dapat menunjukkan masalah kognitif.
3. Geriatric Depression Scale (GDS) - Skala Depresi Geriatri
Depresi bisa memengaruhi kemampuan kognitif, dan tes ini digunakan untuk menilai apakah depresi berperan dalam penurunan memori atau kognisi. Meskipun bukan tes demensia, ini berguna karena depresi sering salah didiagnosis sebagai demensia pada lansia.
- Tes terdiri dari serangkaian pertanyaan yang dapat dijawab dengan "ya" atau "tidak", dan hasilnya membantu mengevaluasi apakah seseorang mungkin mengalami depresi yang mempengaruhi fungsi otak mereka.
4. Memory Impairment Screen (MIS)
Tes ini sangat sederhana dan bisa dilakukan dalam beberapa menit. Orang diminta untuk mengingat empat kata dan kemudian diinstruksikan untuk mengategorikan masing-masing kata (misalnya, apel sebagai buah). Setelah beberapa menit, orang diminta mengingat kembali kata-kata tersebut.
Interpretasi:
- Kesulitan dalam mengingat kata-kata setelah gangguan sementara bisa menjadi indikasi awal adanya masalah memori.
5. Six-Item Screener (SIS)
Ini adalah tes singkat yang menilai fungsi kognitif seseorang dalam enam pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini mencakup ingatan dan orientasi waktu. Contoh pertanyaan:
- Hari apa ini?
- Bulan apa ini?
- Ulangi tiga kata ini setelah saya: apel, kunci, dan mobil. (Kemudian diminta untuk mengulang kata-kata tersebut setelah beberapa waktu.)
Interpretasi:
- Skor rendah pada tes ini dapat menunjukkan adanya penurunan kognitif.
6. Informant Questionnaire on Cognitive Decline in the Elderly (IQCODE)
Kuesioner ini diisi oleh keluarga atau pengasuh yang dekat dengan lansia. Kuesioner ini menilai perubahan perilaku dan kemampuan sehari-hari yang terkait dengan penurunan kognitif. Ini sangat membantu dalam mengevaluasi apakah penurunan fungsi terjadi secara bertahap.
7. 10-Word Recall Test
Ini adalah tes sederhana di mana seseorang diminta untuk mengingat 10 kata yang dibacakan dengan interval singkat. Setelah itu, orang diminta untuk mengulang kata-kata tersebut. Tes ini berfokus pada kemampuan memori jangka pendek.
Rekomendasi Penggunaan
Tes-tes ini efektif sebagai deteksi awal dan bisa memberikan indikasi apakah lansia mengalami penurunan kognitif. Namun, hasil dari tes ini tidak bisa dijadikan diagnosis pasti. Jika hasilnya menunjukkan potensi masalah, langkah selanjutnya adalah konsultasi dengan dokter atau ahli saraf untuk evaluasi lebih lanjut dan diagnosa yang lebih akurat.
Kapan Tes Ini Diperlukan?
Jika lansia mulai menunjukkan gejala seperti:
- Lupa janji atau peristiwa baru-baru ini.
- Kebingungan tentang waktu atau tempat.
- Kesulitan menyelesaikan tugas-tugas sederhana.
- Perubahan kepribadian atau suasana hati.
Maka tes-tes ini bisa digunakan sebagai langkah awal untuk memahami apakah penurunan kognitif tersebut memerlukan penanganan lebih lanjut.
Apakah Tes Sederhana untuk Pikun dapat Dikerjakan Sendiri oleh Lansia ?
Tes sederhana untuk mendeteksi pikun (demensia) dapat dilakukan oleh lansia sendiri, tetapi lebih disarankan dilakukan bersama dengan anggota keluarga atau pengasuh. Hal ini karena beberapa tes mungkin membutuhkan penilaian objektif atau instruksi yang harus diikuti dengan benar. Selain itu, melakukan tes bersama orang lain dapat membantu memastikan hasil yang lebih akurat dan membantu mendeteksi masalah yang mungkin terlewat.
Namun, ada beberapa tes yang cukup sederhana dan dapat dilakukan oleh lansia sendiri. Contoh-contoh tes tersebut adalah:
Tes yang Dapat Dilakukan Sendiri oleh Lansia:
Clock Drawing Test (CDT)
- Lansia bisa mencoba menggambar jam dengan waktu tertentu (misalnya, jam 10:15). Ini adalah tes sederhana untuk mengukur kemampuan visual-spasial dan fungsi eksekutif.
- Interpretasi: Jika hasilnya tidak sesuai (misalnya, salah menempatkan angka atau waktu), hal ini bisa menjadi tanda awal penurunan kognitif.
10-Word Recall Test
- Lansia mendengarkan atau mencatat 10 kata sederhana dan mencoba mengingatnya setelah beberapa menit.
- Interpretasi: Jika sulit mengingat sebagian besar kata, ini bisa mengindikasikan masalah memori.
Mini-Cog (Bagian Tes Mengingat Kata)
- Tes ini termasuk mengingat 3 kata (seperti apel, meja, koin), kemudian setelah beberapa menit diminta untuk mengulang kata-kata tersebut.
- Interpretasi: Jika kesulitan mengingat ketiga kata setelah gangguan singkat, bisa menjadi indikasi masalah kognitif.
Mengapa Lebih Baik Dilakukan Bersama Orang Lain?
Kesalahan Interpretasi: Beberapa tes memerlukan penilaian, seperti Clock Drawing Test, di mana lansia mungkin merasa gambarnya benar padahal tidak. Keterlibatan orang lain membantu dalam menilai hasil secara lebih objektif.
Memastikan Instruksi Dilaksanakan dengan Benar: Beberapa tes, seperti Mini-Cog atau MMSE, memerlukan instruksi yang tepat. Orang lain bisa memastikan bahwa lansia mengikuti instruksi dengan benar dan membantu mencatat hasilnya.
Deteksi Perubahan Perilaku: Orang yang mengenal lansia dengan baik, seperti anggota keluarga atau pengasuh, sering kali lebih baik dalam melihat perubahan perilaku atau kebingungan yang mungkin tidak disadari oleh lansia sendiri.
Lansia dapat melakukan beberapa tes sederhana sendiri untuk mendeteksi pikun, terutama yang melibatkan tugas-tugas ingatan atau menggambar. Namun, untuk hasil yang lebih akurat, lebih baik dilakukan dengan bantuan orang lain, baik itu keluarga atau tenaga medis, yang dapat membantu memberikan instruksi, mengamati perilaku, dan menilai hasil secara objektif.
Sumber:
https://mini-cog.com/
https://www.cgakit.com/m-1-clock-test
https://geriatrictoolkit.missouri.edu/cog/GDS_SHORT_FORM.PDF
https://www.alz.org/media/documents/memory-impairment-screening-mis.pdf
https://sites.cscc.unc.edu/hchs/system/files/forms/SIB_QXQ.pdf
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34278561/
https://en.wikipedia.org/wiki/Recall_test
https://www.alz.org/alzheimers-dementia/what-is-dementia#:~:text=Dementia%20is%20a%20general%20term,Diagnosis