Thursday, 2 January 2025

Harapan Hidup: Apa yang Membuat Populasi Bertahan Lebih Lama?

        Pergantian tahun dari tahun 2024 menjadi tahun 2025, merupakan tahap penambahan usia manusia. yang menjadi ukuran harapan hidup pada suatu populasi. Harapan hidup (dalam bahasa Inggris: life expectancy) adalah estimasi rata-rata jumlah tahun yang diharapkan dapat dijalani oleh seseorang dalam suatu populasi, berdasarkan kondisi sosial, ekonomi, dan kesehatan saat ini. Harapan hidup sering digunakan sebagai indikator utama untuk menilai kesehatan dan kesejahteraan suatu populasi.

Angka Harapan hidup di Indonesia sebesar 71,29 tahun.
(Sumber: foto Dwipatri Club 2023)

Pengertian Harapan Hidup pada Populasi
  • Harapan hidup menunjukkan tingkat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
  • Digunakan untuk membandingkan kesehatan antara negara, wilayah, atau kelompok sosial. Misalnya:
    • Negara maju biasanya memiliki harapan hidup lebih tinggi (misalnya, 80–85 tahun).
    • Negara berkembang cenderung memiliki harapan hidup yang lebih rendah karena tantangan kesehatan, ekonomi, dan sosial.
       Harapan hidup juga didefinisikan secara statistik sebagai jumlah rata-rata tahun yang tersisa pada usia tertentu. Sedangkan umur panjang dapat merujuk pada anggota populasi yang berumur panjang

Pengukuran Umur Panjang

Umur panjang sering diukur berdasarkan:

  • Harapan Hidup (Life Expectancy): Rata-rata usia yang diharapkan pada populasi tertentu.
  • Angka Centenarian: Proporsi individu yang mencapai usia 100 tahun di suatu wilayah atau populasi.

Menurut data United Nations Population Division yang dirangkum dalam Worldometers, angka harapan hidup global di 2024 mencapai 73,3 tahun. Urutan pertama angka harapan hidup di dunia, Hongkong sebesar 85,63 tahun. Setiap negara tercatat memiliki angka harapan hidup yang berbeda-beda, tergantung pada tingkat kesejahteraan penduduk, kesehatan, dan kemiskinan di negara tersebut.  

Sementara itu, di kawasan Asia Tenggara, Singapura jadi yang tertinggi dengan angka harapan hidup sebesar 83,86 tahun. Indonesia sendiri berada di urutan ke-135 dari 200 negara di dunia dengan angka harapan hidup sebesar 71,29 tahun, tepat berada di posisi tengah ASEAN. 

Penelitian Umur Panjang

Penelitian mengenai umur panjang pada lansia menunjukkan bahwa kombinasi berbagai faktor biologis, psikologis, dan sosial berperan penting. Berikut adalah beberapa faktor utama yang sering dikaitkan dengan umur panjang berdasarkan penelitian:

1. Gaya Hidup Sehat

  • Pola Makan:
    • Diet kaya buah, sayuran, biji-bijian, ikan, dan lemak sehat, seperti pada diet Mediterania, terbukti meningkatkan umur panjang.
    • Asupan protein berkualitas tinggi dan antioksidan membantu memperlambat penuaan.
  • Aktivitas Fisik:
    • Penelitian menunjukkan bahwa olahraga rutin, seperti berjalan kaki, yoga, atau latihan ringan, dapat memperpanjang usia dengan mengurangi risiko penyakit kronis.
  • Tidak Merokok dan Konsumsi Alkohol Secara Moderat:
    • Lansia yang menghindari rokok dan alkohol berlebihan memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit seperti kanker, penyakit jantung, dan stroke.

2. Genetika

  • Pengaruh Keturunan:
    • Studi menunjukkan bahwa gen tertentu, seperti gen FOXO3, berhubungan dengan umur panjang. Variasi genetik pada FOXO3 telah terbukti berhubungan dengan harapan hidup sehat dan umur panjang pada manusia. Hal ini ditemukan pada sebagian besar orang yang berusia seratus tahun dari berbagai kelompok etnis di seluruh dunia.
    • Lansia yang memiliki anggota keluarga dengan usia panjang cenderung memiliki peluang lebih besar untuk hidup lebih lama.

3. Pengelolaan Stres

  • Hubungan dengan Stres:
    • Stres kronis dapat mempercepat proses penuaan melalui mekanisme seperti peradangan.
    • Praktik pengelolaan stres, seperti meditasi, yoga, atau terapi psikologis, terbukti meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang usia.

4. Hubungan Sosial yang Baik

  • Kehidupan Sosial:
    • Lansia yang memiliki hubungan sosial yang erat dengan keluarga, teman, atau komunitas cenderung lebih sehat dan bahagia.
    • Penelitian di Blue Zones (wilayah dengan populasi umur panjang tertinggi) menunjukkan bahwa interaksi sosial aktif adalah kunci umur panjang.

5. Tidur yang Berkualitas

  • Durasi dan Kualitas Tidur:
    • Tidur 7–8 jam per malam dianggap ideal untuk kesehatan lansia.
    • Kurang tidur dapat meningkatkan risiko penyakit kronis, sedangkan tidur yang cukup mendukung fungsi otak dan sistem kekebalan tubuh.

6. Pola Pikir Positif dan Tujuan Hidup

  • Optimisme dan Tujuan Hidup:
    • Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan pola pikir positif dan tujuan hidup yang jelas memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit kronis dan memiliki umur panjang.
    • Di Jepang, konsep ikigai (alasan untuk hidup) terbukti berkontribusi pada umur panjang.

7. Akses ke Layanan Kesehatan

  • Pemeriksaan Rutin:
    • Deteksi dini penyakit melalui pemeriksaan kesehatan rutin membantu mengelola kondisi kronis lebih efektif.
    • Akses ke perawatan medis berkualitas juga berperan penting.

8. Lingkungan yang Mendukung

  • Faktor Eksternal:
    • Lingkungan yang bersih, aman, dan bebas polusi berkontribusi pada kesehatan jangka panjang.
    • Akses ke makanan sehat dan udara segar juga berperan penting.

Demikian beberapa faktor utama untuk berumur panjang yang dapat dimanfaatkan para lansia. Umur panjang pada lansia adalah hasil dari kombinasi genetik, gaya hidup sehat, hubungan sosial yang baik, serta kemampuan mengelola stres. Fokus pada aspek-aspek ini dapat meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup lansia.




Saturday, 28 December 2024

Hidup Hemat, Nikmat, dan Tenang: Seni Frugal Slow Living untuk Lansia

      Tujuan dari frugal living (hidup hemat) adalah untuk mengelola keuangan secara bijaksana dengan cara mengutamakan pengeluaran pada hal-hal yang benar-benar penting, bernilai, atau memberikan manfaat jangka panjang. Frugal living bukan berarti pelit, melainkan tentang memilih hidup sederhana dan memprioritaskan kebutuhan dibandingkan keinginan.

Sementara Slow living adalah gaya hidup yang mengutamakan kualitas daripada kuantitas, dengan cara menjalani hidup secara sadar, santai, dan penuh perhatian pada setiap momen.

       Menggabungkan frugal living (hidup hemat) dan slow living (hidup santai) pada lansia dapat menciptakan gaya hidup yang seimbang, hemat, dan penuh makna. Keduanya saling melengkapi, membantu lansia menikmati hidup dengan bijaksana tanpa stres finansial atau tekanan waktu. 

Minum bandrek dan makan ketimus sangat nikmat pada lingkungan yang nyaman.
(Sumber: foto Nenden)

Berikut adalah beberapa cara menggabungkan kedua konsep tersebut:

1. Prioritaskan Kebutuhan Dasar dan Kehidupan yang Sederhana

  • Frugal Living: Fokus pada kebutuhan utama, seperti makanan bergizi, kesehatan, dan tempat tinggal yang nyaman. Hindari pengeluaran untuk barang yang tidak perlu.
  • Slow Living: Nikmati setiap proses, seperti memasak sendiri makanan sehat, bercocok tanam, atau menikmati waktu bersama keluarga.

2. Ciptakan Aktivitas yang Bermakna dan Ekonomis

  • Frugal Living: Pilih aktivitas yang tidak membutuhkan biaya besar, seperti berjalan-jalan di taman, membaca buku, atau berkebun.
  • Slow Living: Nikmati aktivitas tersebut dengan penuh kesadaran, tanpa terburu-buru, dan fokus pada pengalaman yang mendalam.

3. Kelola Keuangan dengan Bijaksana

  • Frugal Living: Buat anggaran sederhana untuk menghindari pengeluaran berlebih. Manfaatkan diskon atau subsidi khusus lansia untuk kesehatan atau transportasi.
  • Slow Living: Hindari stres dalam mengelola keuangan. Anggaplah perencanaan keuangan sebagai langkah yang menenangkan, bukan sebagai beban.

4. Gunakan Barang dengan Efisien dan Bijak

  • Frugal Living: Gunakan kembali barang-barang yang masih layak pakai, seperti pakaian, perabotan, atau alat rumah tangga.
  • Slow Living: Hargai setiap barang yang dimiliki, rawat dengan baik, dan nikmati manfaatnya.

5. Lakukan Kegiatan Sosial yang Terjangkau

  • Frugal Living: Bergabung dengan komunitas lokal yang menyediakan kegiatan gratis atau murah, seperti klub lansia atau kelas keterampilan.
  • Slow Living: Manfaatkan waktu untuk membangun hubungan sosial, menikmati kebersamaan tanpa tergesa-gesa.

6. Jaga Kesehatan Secara Alami

  • Frugal Living: Konsumsi makanan sehat yang terjangkau, seperti sayur-mayur dari kebun sendiri atau bahan lokal yang murah.
  • Slow Living: Nikmati makanan dengan kesadaran penuh (mindful eating) dan fokus pada kebiasaan hidup sehat, seperti yoga atau meditasi ringan.

7. Kurangi Ketergantungan pada Teknologi yang Tidak Perlu

  • Frugal Living: Hindari pembelian gadget mahal atau langganan yang tidak penting. Gunakan teknologi hanya untuk kebutuhan mendasar.
  • Slow Living: Luangkan waktu untuk menikmati hal-hal sederhana, seperti membaca buku fisik atau bercakap-cakap dengan orang lain secara langsung.

8. Nikmati Kehidupan di Rumah

  • Frugal Living: Maksimalkan kenyamanan rumah tanpa harus merenovasi besar-besaran.
  • Slow Living: Jadikan rumah sebagai tempat untuk menikmati kedamaian, dengan kegiatan seperti mendengarkan musik, merajut, atau menonton film bersama keluarga.

Dengan menggabungkan kedua konsep ini, lansia dapat menikmati kehidupan yang lebih tenang, hemat, dan bermakna, tanpa merasa terbebani oleh tuntutan modern.

      Belum ada istilah yang secara resmi menggabungkan frugal living dan slow living, tetapi Anda bisa menyebutnya dengan istilah yang kreatif dan mencerminkan esensi keduanya, misal: Frugal Slow Living.

       Frugal Slow Living adalah gabungan dari prinsip hidup hemat (frugal living) dan hidup perlahan (slow living), yang berfokus pada menjalani kehidupan secara sadar, sederhana, dan hemat, sambil menikmati setiap momen tanpa terburu-buru.

Berikut adalah makna dari Frugal Slow Living:

1. Hidup Hemat dengan Kesadaran

  • Berhemat tidak hanya soal menekan pengeluaran, tetapi juga memprioritaskan kebutuhan yang benar-benar penting.
  • Mengelola uang dengan bijak sambil menikmati prosesnya, seperti memasak makanan di rumah daripada makan di luar, atau memperbaiki barang daripada membeli baru.

2. Menghargai Waktu dan Proses

  • Tidak terburu-buru untuk mengejar materi atau kesuksesan.
  • Menghargai perjalanan hidup, fokus pada kualitas hidup, dan menikmati aktivitas sehari-hari, seperti berkebun atau membaca.

3. Kesederhanaan yang Bermakna

  • Menyingkirkan hal-hal yang tidak diperlukan, baik dalam bentuk barang, aktivitas, atau hubungan yang tidak membawa kebahagiaan.
  • Mengisi hidup dengan hal-hal yang memberikan kebahagiaan jangka panjang, seperti hubungan yang erat atau pengalaman bermakna.

4. Keseimbangan Antara Ekonomi dan Emosi

  • Menggabungkan pengelolaan keuangan yang cermat dengan perhatian pada kesejahteraan emosional dan mental.
  • Menghindari stres akibat gaya hidup boros atau ritme hidup yang terlalu cepat.

5. Hidup Ramah Lingkungan

  • Hidup hemat sering kali selaras dengan keberlanjutan, seperti menggunakan kembali barang, mengurangi limbah, atau memilih produk lokal.
  • Slow living memungkinkan fokus pada gaya hidup yang ramah lingkungan, seperti bercocok tanam atau mendukung komunitas lokal.

Frugal Slow Living menekankan bahwa kita bisa hidup hemat tanpa mengorbankan kebahagiaan dan bisa menikmati hidup tanpa merasa perlu untuk mengikuti tekanan hidup modern yang serba cepat dan konsumtif.

       Lansia dapat menjalani frugal slow living dengan menyesuaikan gaya hidup sederhana sesuai kebutuhan, memperhatikan kebahagiaan dalam setiap momen, dan menjaga keuangan tetap stabil tanpa mengorbankan kualitas hidup.



Sumber:

https://shavanoparkseniorliving.com/11-benefits-of-slow-living-how-you-can-start-it-in-your-senior-homes/

https://www.lifespleasuresandstruggles.com/2021/03/13/benefits-of-frugal-living/

https://forums.moneysavingexpert.com/discussion/6493531/slow-living-2024-doing-it-old-style

https://www.crestingthehill.com.au/2020/06/how-slow-living-works-for-me-in.html


Thursday, 19 December 2024

PPN 12% Bikin Panik? Ini Kiat Ampuh Lansia Bertahan di Tengah Kenaikan Harga!

       Lansia tidak hanya ditentukan oleh usia, tetapi juga oleh kondisi fisik, mental, dan sosial yang dialami seseorang. Dari sisi ekonomi, lansia merupakan kelompok usia yang memiliki karakteristik dan tantangan khusus yang memengaruhi kesejahteraan mereka secara finansial.

Kegembiraan lansia mungkin akan berkurang dengan berlakunya PPN 12%
(Sumber: Foto Rozali)

Beberapa aspek yang berkaitan dengan lansia dari sisi ekonomi:

1. Sumber Pendapatan Lansia

Lansia biasanya memiliki sumber pendapatan yang terbatas karena mereka sudah tidak aktif bekerja di usia produktif. Sumber pendapatan utama mereka meliputi:

  • Pensiun: Lansia yang pernah bekerja formal sering mengandalkan dana pensiun sebagai sumber utama penghasilan.
  • Tabungan atau investasi: Lansia yang menabung atau berinvestasi selama masa produktif dapat menggunakan dana tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup.
  • Bantuan keluarga: Banyak lansia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia, bergantung pada dukungan finansial dari anak atau anggota keluarga lainnya.
  • Bantuan sosial pemerintah: Lansia dari golongan ekonomi rendah sering mengandalkan program bantuan pemerintah seperti subsidi, bantuan pangan, atau layanan kesehatan gratis.

2. Kebutuhan Ekonomi Lansia

Lansia memiliki kebutuhan ekonomi yang sering kali berbeda dari kelompok usia lainnya:

  • Kebutuhan kesehatan: Biaya kesehatan menjadi salah satu pengeluaran terbesar karena lansia lebih rentan terhadap penyakit kronis.
  • Kebutuhan hidup sehari-hari: Meski kebutuhan dasar (makanan, pakaian) cenderung sederhana, pengeluaran tetap signifikan karena lansia sering memiliki pendapatan terbatas.
  • Kebutuhan sosial: Lansia mungkin membutuhkan dana untuk menjaga interaksi sosial, seperti menghadiri acara keluarga atau komunitas.

3. Tantangan Ekonomi yang Dihadapi Lansia

  • Pendapatan tetap yang terbatas: Dengan tidak adanya penghasilan tetap, lansia sering kesulitan mengimbangi kenaikan biaya hidup.
  • Ketergantungan finansial: Lansia yang tidak memiliki tabungan atau investasi sering kali bergantung pada keluarga atau bantuan sosial.
  • Inflasi: Kenaikan harga barang dan jasa, seperti kenaikan PPN menjadi 12%, dapat semakin mempersempit daya beli lansia.
  • Kurangnya literasi keuangan: Banyak lansia belum terbiasa mengelola keuangan secara mandiri atau menggunakan teknologi finansial modern.

4. Potensi Ekonomi Lansia

Meski menghadapi tantangan, lansia juga memiliki potensi ekonomi yang bisa dimanfaatkan:

  • Usaha mikro atau UMKM: Lansia yang masih sehat dapat menjalankan usaha kecil, seperti berdagang atau memanfaatkan keterampilan tangan.
  • Kontribusi pada keluarga: Lansia sering berkontribusi dalam kegiatan ekonomi keluarga, seperti membantu mengasuh cucu atau mengelola rumah tangga.
  • Pekerjaan paruh waktu: Lansia dengan kemampuan tertentu, seperti mengajar, memberi konsultasi, atau keterampilan seni, masih bisa menghasilkan pendapatan.

5. Solusi Ekonomi untuk Lansia

  • Program perlindungan sosial: Pemerintah dapat meningkatkan program bantuan, seperti jaminan sosial, subsidi pangan, dan layanan kesehatan gratis.
  • Dukungan literasi keuangan: Edukasi tentang pengelolaan keuangan dan investasi sederhana dapat membantu lansia lebih mandiri secara finansial.
  • Pengelolaan dana pensiun: Lansia perlu memastikan dana pensiun dikelola dengan baik agar cukup memenuhi kebutuhan hingga akhir hayat.
  • Peluang usaha kecil: Lansia yang masih produktif dapat diberikan dukungan untuk membuka usaha kecil melalui pelatihan atau modal usaha.

6. Lansia dan Ketimpangan Ekonomi

  • Ketimpangan regional: Lansia di daerah perkotaan mungkin memiliki akses lebih baik ke program sosial dan kesehatan dibandingkan dengan lansia di pedesaan.
  • Gender gap: Lansia perempuan cenderung lebih rentan secara ekonomi karena lebih sering tidak bekerja formal selama masa produktif mereka.

         PPN (Pajak Pertambahan Nilai) merupakan pajak tidak langsung yang dikenakan pada setiap tahap produksi atau distribusi barang dan jasa. Pajak ini ditanggung oleh konsumen akhir, tetapi disetor ke negara oleh pelaku usaha yang menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).    

Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% yang direncanakan di Indonesia mulai 2025 dapat memiliki beberapa dampak pada lansia, tergantung pada situasi ekonomi mereka dan kebutuhan sehari-hari yang mereka konsumsi. 

Berikut adalah beberapa dampaknya:

1. Beban Biaya Hidup Meningkat

Lansia yang mengandalkan pensiun, tabungan, atau bantuan keluarga cenderung lebih sensitif terhadap kenaikan harga barang dan jasa. Kenaikan PPN dapat membuat:

  • Kebutuhan pokok lebih mahal, seperti makanan, obat-obatan yang tidak masuk daftar pengecualian PPN, dan kebutuhan rumah tangga.
  • Layanan kesehatan lebih mahal, terutama bagi lansia yang memiliki penyakit kronis dan memerlukan perawatan rutin.

2. Pengurangan Daya Beli

Dengan pendapatan tetap atau terbatas, daya beli lansia dapat menurun. Hal ini berisiko mengurangi akses mereka terhadap barang atau layanan penting yang sebelumnya terjangkau.

3. Ketergantungan pada Bantuan Sosial

Lansia yang hidup di bawah garis kemiskinan mungkin semakin bergantung pada bantuan sosial dari pemerintah, seperti subsidi kesehatan (BPJS PBI) atau program bantuan pangan. Jika kebijakan sosial tidak diperluas seiring kenaikan PPN, ini bisa memperburuk kondisi mereka.

4. Dampak pada Lansia dengan Usaha Mikro

Lansia yang memiliki usaha kecil atau mikro (seperti warung) dapat terpengaruh dua kali:

  • Mereka harus menanggung kenaikan harga barang dagangan yang terkena PPN.
  • Konsumen mereka mungkin berkurang daya belinya, sehingga penjualan menurun.

Potensi Kebijakan Mitigasi

Untuk meminimalkan dampak ini, pemerintah dapat:

  • Mengecualikan barang dan jasa esensial untuk lansia dari PPN.
  • Meningkatkan bantuan sosial untuk lansia, seperti dana pensiun atau subsidi kesehatan.
  • Mengawasi inflasi, agar kenaikan PPN tidak memicu lonjakan harga barang kebutuhan pokok.

Beberapa kiat praktis bagi lansia untuk menghadapi dampak kenaikan PPN 12% agar tetap bisa mengelola kehidupan sehari-hari dengan baik:

1. Prioritaskan Kebutuhan Esensial

  • Fokus pada kebutuhan pokok seperti makanan, obat-obatan, dan tagihan penting (listrik, air, dan lainnya). Hindari pengeluaran untuk barang mewah atau non-esensial.
  • Pilih barang bebas PPN jika memungkinkan, seperti bahan pangan tertentu atau layanan yang tidak dikenakan pajak.

2. Manfaatkan Program Pemerintah

  • Gunakan BPJS Kesehatan untuk mengurangi biaya kesehatan. Lansia yang tergolong kurang mampu bisa mendaftar BPJS PBI (gratis).
  • Cari informasi bantuan sosial, seperti Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) atau program subsidi energi, untuk meringankan beban biaya sehari-hari.
  • Cek kebijakan daerah: Beberapa daerah memiliki program khusus untuk lansia, seperti pengurangan biaya transportasi atau belanja. Contoh: Transjakarta untuk lansia atau diskon kereta  KAI untuk lansia.

3. Belanja dengan Cerdas

  • Manfaatkan diskon dan promosi: Cari toko atau supermarket yang menawarkan diskon khusus untuk lansia.
  • Berbelanja di pasar tradisional: Biasanya harga lebih murah dibandingkan supermarket.
  • Beli dalam jumlah besar: Untuk barang yang sering digunakan (seperti sembako), beli dalam jumlah grosir untuk menghemat biaya jangka panjang.
  • Bandingkan harga: Gunakan aplikasi belanja online atau cek toko fisik untuk mencari harga termurah.

4. Kelola Keuangan dengan Bijak

  • Buat anggaran bulanan: Catat semua pemasukan dan pengeluaran untuk mengetahui prioritas kebutuhan.
  • Sisihkan uang untuk keadaan darurat: Meski sedikit, menabung sangat penting untuk mengantisipasi kebutuhan mendesak.
  • Kurangi utang atau cicilan: Hindari utang baru agar tidak membebani keuangan.

5. Tingkatkan Pendapatan

  • Coba usaha kecil: Lansia yang masih produktif dapat menjalankan usaha sederhana, seperti menjual makanan ringan, hasil kerajinan, atau hasil kebun.
  • Sewakan aset: Jika memiliki aset seperti kamar kosong atau lahan, sewakan untuk mendapatkan pendapatan tambahan.
  • Ikut program komunitas produktif: Banyak komunitas yang mendukung lansia untuk terlibat dalam aktivitas usaha mikro.

6. Bergabung dengan Komunitas Lansia yang Ramah

  • Bergabung dengan kelompok lansia di daerah atau komunitas sosial yang memberikan bantuan berupa barang murah, layanan kesehatan gratis, atau program pengurangan biaya hidup.
  • Dengan komunitas, lansia juga dapat saling berbagi informasi tentang peluang dan subsidi yang tersedia.

7. Jaga Kesehatan untuk Kurangi Pengeluaran

  • Lakukan pencegahan penyakit: Konsumsi makanan bergizi, olahraga ringan, dan cukup istirahat untuk mengurangi risiko penyakit yang membutuhkan biaya pengobatan tinggi.
  • Gunakan obat generik: Obat generik memiliki harga lebih terjangkau dengan kualitas yang sama.

8. Tingkatkan Literasi Keuangan

  • Lansia perlu belajar mengelola uang secara lebih cerdas, seperti mencari informasi tentang kenaikan harga dan solusi hemat.
  • Gunakan bantuan anggota keluarga atau teman untuk belajar menggunakan aplikasi belanja online atau e-wallet untuk mencari harga yang lebih murah.

9. Libatkan Keluarga

  • Jangan ragu meminta bantuan dari anggota keluarga untuk membantu mengelola keuangan, berbelanja, atau mencari informasi terkait bantuan pemerintah.
  • Kerja sama dalam keluarga dapat meringankan beban lansia secara signifikan.
Demikian kiat ampuh yang mungkin dapat membantu lansia menghadapi kenaikan PPN 12% agar lansia tetap berdaya dan hidup sehat.





Sumber:

https://klikpajak.id/blog/pajak-pertambahan-nilai-ppn/

https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/Tarif-PPN-12-Wujudkan-Keadilan