Sunday, 2 November 2025

[TERBONGKAR] Kenapa Lansia Pegawai vs Non-Pegawai Beda Jauh Tenangnya Saat Pensiun? Ini Rahasianya!

        Masa lansia adalah fase penting dalam kehidupan manusia yang penuh perubahan — baik fisik, sosial, maupun emosional. Namun, tidak semua lansia melewati masa ini dengan cara yang sama. Latar belakang pekerjaan semasa muda, terutama apakah seseorang pernah menjadi pegawai formal atau bekerja di sektor non-pegawai, berpengaruh besar terhadap kondisi mereka di usia senja.

Adakah-perbedaan-lansia-pegawai-dan-bukan-pegawai.
(Sumber: foto image ai)

1. Lansia dari Kalangan Pegawai

Ciri dan Tantangan

Lansia dari kalangan pegawai (PNS, karyawan swasta, BUMN, dan sejenisnya) umumnya terbiasa dengan rutinitas terstruktur, target kerja, dan status sosial yang jelas. Setelah pensiun, mereka sering menghadapi perubahan drastis:

  • Kehilangan rutinitas dan jabatan → muncul rasa kosong dan tidak berguna (post power syndrome).

  • Penurunan interaksi sosial → karena lingkungan kerja menghilang.

  • Risiko penyakit metabolik seperti diabetes dan hipertensi akibat gaya hidup sedentari.

  • Kebosanan dan depresi ringan karena tidak ada aktivitas bermakna.

Cara Mengatasi

  1. Bangun Rutinitas Baru: Buat jadwal harian yang teratur, seperti waktu olahraga, membaca, atau mengurus kebun.

  2. Aktif di Komunitas: Bergabung dalam organisasi pensiunan, kegiatan sosial, atau kelompok relawan.

  3. Pelihara Kesehatan Fisik: Lakukan olahraga ringan seperti jalan pagi, yoga, atau senam lansia.

  4. Gunakan Pengalaman untuk Mengajar: Mengajar, menjadi mentor, atau berbagi pengalaman hidup bisa menghidupkan kembali rasa bermakna.

  5. Rencanakan Keuangan: Gunakan dana pensiun dengan bijak untuk kebutuhan dasar dan kegiatan positif.

2. Lansia Non-Pegawai

Ciri dan Tantangan

Lansia yang dulunya bekerja di sektor non-formal — seperti petani, pedagang, buruh, atau ibu rumah tangga — memiliki karakteristik berbeda:

  • Aktivitas fisik tinggi selama muda menyebabkan keluhan sendi dan nyeri otot di usia tua.

  • Tidak memiliki jaminan pensiun, membuat sebagian hidup dalam keterbatasan ekonomi.

  • Risiko kelelahan dan kekurangan gizi, terutama di pedesaan.

  • Akses layanan kesehatan sering terbatas karena faktor biaya atau lokasi.

Namun, mereka biasanya memiliki kekuatan sosial yang tinggi: dekat dengan keluarga, aktif di masyarakat, dan terbiasa bekerja keras.

Cara Mengatasi

  1. Manfaatkan Program Pemerintah: Seperti BPJS Kesehatan, Program Keluarga Harapan (PKH), atau bantuan sosial lansia.

  2. Dukung Usaha Mikro: Anak atau cucu bisa membantu menjual hasil usaha kecil lewat media sosial atau koperasi.

  3. Perkuat Koneksi Sosial: Tetap aktif di kegiatan RT, pengajian, atau posyandu lansia.

  4. Jaga Kesehatan Tulang dan Otot: Konsumsi makanan bergizi dan istirahat cukup.

  5. Kembangkan Aktivitas Ringan: Berkebun, membuat kerajinan, atau menjaga cucu bisa menjaga semangat dan kebugaran.

3. Tabel Perbandingan Singkat

AspekLansia PegawaiLansia Non-Pegawai
EkonomiStabil (pensiun)Tidak tetap
Status sosialPernah punya jabatanLebih setara di masyarakat
Kesehatan umumRisiko penyakit metabolikRisiko nyeri sendi dan otot
KognitifTerlatih berpikir analitisPraktis dan sederhana
SosialPerlu adaptasi baruIkatan sosial lebih kuat
Masalah umumPost power syndrome, bosanKeterbatasan ekonomi
Cara MengatasiAktivitas bermakna, relawanDukungan keluarga, program sosial

4. Kesimpulan

Baik lansia dari pegawai maupun non-pegawai memiliki kelebihan dan tantangan masing-masing.
Kunci kebahagiaan di masa tua bukan pada status sosial, tetapi pada kemampuan beradaptasi, menjaga makna hidup, dan membangun koneksi sosial.

Kemandirian, rasa diterima, dan rasa berguna adalah vitamin jiwa bagi setiap lansia.

Apakah pembaca setuju dengan kesimpulan ini, silakan beri komentar ? 


Artikel lain yang Menarik:

 

Artikel Inspirasi Lansia:


 

Sumber:

  1. Kemenkes RI. (2022). Profil Kesehatan Lansia di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

  2. WHO. (2021). World Report on Ageing and Health. Geneva: World Health Organization.

  3. Santrock, J. W. (2020). Life-Span Development (17th ed.). McGraw-Hill Education.

  4. Papalia, D. E., Feldman, R. D. (2018). Human Development. McGraw-Hill.

  5. Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

  6. Nugroho, W. (2021). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.

  7. Kementerian Sosial RI. (2023). Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Jakarta: Direktorat Rehabilitasi Sosial Lansia.

No comments:

Post a Comment