Banyak orang tua yang dulu rajin beraktivitas, kini tampak enggan bergerak atau menolak melakukan kegiatan rutin, meskipun kegiatan itu jelas baik untuk kesehatannya. Mengapa hal ini terjadi? Apakah sekadar “malas”? Ternyata tidak sesederhana itu, berikut faktor penyebabnya.
|  | 
| Ilustrasi- lansia-yang-merasa-malas-berolahraga. (Sumber: image ai) | 
1. Perubahan Otak Mengurangi Semangat
Seiring bertambahnya usia, otak mengalami penurunan hormon dopamin — zat yang membuat kita merasa bersemangat dan termotivasi. Akibatnya, kegiatan sederhana seperti jalan pagi, senam, atau membaca terasa tidak menarik lagi.
Selain itu, beberapa lansia juga mengalami penurunan fungsi kognitif yang membuat otak cepat lelah, sehingga lebih suka duduk diam daripada melakukan hal baru. 
2. Faktor Emosional dan Psikologis
Perasaan kesepian, kehilangan pasangan, atau merasa tidak berguna setelah pensiun bisa menurunkan minat melakukan apa pun.
Dalam banyak kasus, apa yang tampak seperti “malas” sebenarnya adalah gejala depresi ringan. Lansia mungkin tidak menangis atau murung, tapi kehilangan minat terhadap kegiatan yang dulu disukai.
Tanda-tandanya:
- 
Tidak tertarik melakukan aktivitas rutin 
- 
Tidur terlalu lama atau sebaliknya sulit tidur 
- 
Tidak bersemangat makan 
- 
Lebih suka menyendiri 
3. Kondisi Fisik yang Melemah
Tubuh lansia cenderung mengalami penurunan massa otot dan energi, sehingga aktivitas kecil pun terasa melelahkan.
Nyeri sendi, gangguan keseimbangan, hingga masalah pernapasan juga bisa membuat lansia memilih untuk “tidak melakukan apa-apa”.
Masalah lain seperti anemia, diabetes, atau gangguan tiroid bisa menyebabkan rasa lemas terus-menerus yang disalahartikan sebagai kemalasan.
4. Kurangnya Dukungan Sosial dan Lingkungan
Lansia yang hidup sendiri atau jarang berinteraksi sosial lebih berisiko kehilangan motivasi.
Kegiatan yang dulu menyenangkan, seperti berjalan ke taman, menjadi membosankan jika dilakukan sendirian.
Selain itu, lingkungan yang tidak mendukung — seperti rumah sempit, cuaca panas, atau minim fasilitas — juga memperkuat rasa enggan beraktivitas.
5. Cara Mengembalikan Semangat Lansia
Agar lansia kembali bersemangat menjalani kegiatan rutin, kuncinya adalah membangun makna dan suasana positif.
Berikut beberapa tips yang efektif:
- 
Ciptakan kegiatan bermakna: Misalnya berkebun, memasak untuk keluarga, atau merawat hewan peliharaan. 
- 
Lakukan bersama orang lain: Aktivitas sosial meningkatkan hormon bahagia (endorfin) dan menurunkan risiko depresi. 
- 
Mulai dari hal kecil: Jalan kaki 5–10 menit per hari sudah cukup untuk membentuk kebiasaan baru. 
- 
Gunakan suasana menyenangkan: Putar musik favorit, lakukan di tempat terbuka, atau sambil bercerita dengan cucu. 
- 
Rutin cek kesehatan: Jika lansia tampak terus-menerus lemas, periksa kadar gula darah, tekanan darah, dan kondisi tiroid. 
- 
Berikan pujian atau penghargaan kecil: Dukungan emosional jauh lebih efektif daripada sekadar “menyuruh bergerak”. 
Kesimpulan
Lansia bukan malas, mereka hanya sedang menghadapi perubahan besar dalam tubuh, pikiran, dan perasaan.
Dengan dukungan keluarga, suasana yang positif, serta kegiatan yang penuh makna, semangat lansia bisa kembali tumbuh.
Ingat, gerak kecil hari ini adalah langkah besar untuk kesehatan di usia senja.
Artikel lain yang Menarik:
Artikel Inspirasi Lansia:
Sumber:
- 
Santrock, J. W. (2019). Life-Span Development. McGraw-Hill Education. 
- 
WHO. (2020). Ageing and Health. 
- 
National Institute on Aging. (2023). Depression and Older Adults. 
- 
Harvard Health Publishing. (2022). How to Stay Motivated as You Age. 
- 
Mayo Clinic. (2021). Senior Health: Tips for Staying Active. 
 
No comments:
Post a Comment