Monday, 24 July 2023

Perasaan Hampa Dan Perasaan Kosong, Menerpa Mental Lansia

             Perasaan adalah pengalaman emosi atau keadaan mental yang muncul sebagai respons terhadap situasi, peristiwa, atau pengalaman tertentu. Perasaan melibatkan reaksi fisik dan psikologis yang kompleks, dan sering sulit dijelaskan secara tepat karena bersifat subjektif dan unik bagi setiap individu.

             Perasaan kosong kadang bentuk manifestasi dari  rasa kesepian, kebingungan tentang hidup dan tujuan hidup, atau kurangnya motivasi untuk mengejar apa pun dalam hidup. Setiap orang mungkin merasakan kekosongan dari waktu ke waktu. 

Perasaan kosong pada lansia mengacu pada perasaan tidak berdaya, kurangnya emosi yang kuat, dan perasaan datar atau kosong yang mendalam.

             Perasaan hampa adalah kondisi emosional di mana seseorang merasa kehilangan makna, semangat, atau kebahagiaan dalam hidup mereka

Meskipun tidak selalu tepat, perasaan hampa juga dapat diakibatkan oleh gangguan kesehatan mental, seperti: depresi, gangguan bipolar, atau gangguan stres pasca trauma, ini menjadi tanda penting, ada masalah kesehatan mental yang perlu diperhatikan. 

Terkadang perasaan hampa cepat berlalu dan hanya berlangsung beberapa hari atau minggu. Sering perasaan itu sembuh dengan sendirinya dan Anda merasa seperti baru dapat pencerahan. Namun terkadang perasaan hampa terus menggerogoti dan tidak hilang .

Interaksi lansia dan cucu menghilangkan perasaan hampa
( Sumber: foto pens 49 ceria)

            Perasaan hampa dan perasaan kosong adalah dua kondisi emosional yang berbeda, meskipun keduanya sering digambarkan sebagai perasaan yang mendalam dan kurangnya kepuasan emosional. 

Berikut perbedaan antara perasaan hampa dan perasaan kosong:

😞 Perasaan Hampa

Perasaan hampa mencakup perasaan kekosongan, tidak berdaya, dan kurangnya tujuan dalam hidup. Seseorang yang merasa hampa mungkin merasa seperti ada sesuatu yang hilang atau kurang dalam hidup mereka.

Perasaan hampa kadang terkait dengan perasaan tidak puas dengan keadaan hidup, perubahan besar dalam kehidupan, atau masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Orang yang merasa hampa mungkin mengalami perasaan sedih, putus asa, dan kurangnya minat pada aktivitas sehari-hari.

😞 Perasaan Kosong

Perasaan kosong adalah perasaan tidak berdaya yang intens dan kurangnya emosi positif atau negatif yang kuat. Seseorang yang merasa kosong mungkin merasa seolah-olah tidak ada perasaan sama sekali atau perasaan datar yang mendalam.

Lansia berkumpul dengan anak, cucu dan saudara
menghilangkan perasaan kosong (Sumber: foto LPC- lansia

Perasaan kosong sering terkait dengan depersonalisasi atau disosiasi, di mana seseorang merasa terputus dari diri mereka sendiri atau dari realitas. Perasaan kosong dapat muncul sebagai respons terhadap stres berat, trauma, atau keadaan emosional yang kompleks.

              Meskipun perasaan hampa dan perasaan kosong memiliki beberapa perbedaan, keduanya dapat tumpang tindih atau berkaitan satu sama lain. Seseorang yang merasa hampa dapat merasa kosong karena kurangnya emosi atau tujuan yang kuat dalam hidup mereka. Sebaliknya, perasaan kosong yang intens dapat menyebabkan perasaan hampa karena kurangnya kepuasan emosional.

                💬 Perasaan hampa pada lansia adalah perasaan emosional yang kuat dari kekosongan, kehilangan arah, dan kurangnya rasa makna dalam hidup. Hal ini dapat menjadi pengalaman emosional yang mendalam dan kompleks bagi lansia. 

Perasaan hampa dapat menyertainya karena berbagai alasan yang terkait dengan proses penuaan dan perubahan kehidupan yang dialami oleh individu pada usia tersebut.

Perasaan hampa muncul ketika lansia merasa terasing, terlupakan, atau tidak mampu menemukan kebahagiaan atau tujuan dalam kehidupan mereka. 

Perasaan hampa pada lansia sering terkait dengan beberapa faktor, antara lain :

😔 Kehilangan sosial: 

Salah satu alasan umum mengapa lansia bisa merasa hampa adalah karena kehilangan orang-orang terdekat dalam hidup mereka. Mereka mungkin telah kehilangan pasangan hidup, teman-teman, atau keluarga akibat kematian atau berbagai alasan lainnya. Hal ini dapat menyebabkan perasaan kesepian dan merasa terasing.

😔 Perubahan peran: 

Seiring dengan bertambahnya usia, lansia dapat mengalami perubahan dalam peran mereka di masyarakat, keluarga, atau pekerjaan. Misalnya, pensiun dari pekerjaan dapat mengubah rutinitas sehari-hari dan menyebabkan perasaan kurang bermanfaat atau memiliki tujuan yang jelas.

😔 Penurunan kesehatan fisik dan mental: 

Kondisi kesehatan yang memburuk, seperti penyakit kronis atau masalah kognitif, dapat membatasi kemampuan lansia untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik dan sosial, yang pada gilirannya dapat menyebabkan perasaan hampa.

😔 Isolasi sosial: 

Beberapa lansia mungkin mengalami isolasi sosial karena keterbatasan fisik atau mobilitas. Hal ini dapat menyebabkan terbatasnya interaksi sosial, yang kemudian dapat menyebabkan perasaan hampa dan kesepian.

😔 Ketergantungan pada orang lain:

Beberapa lansia mungkin merasa hampa karena mereka merasa terlalu bergantung pada orang lain untuk kebutuhan sehari-hari. Ini dapat merasa tidak nyaman dan merugikan rasa harga diri.

😔 Masalah finansial: 

Kesulitan finansial pada usia lanjut dapat menyebabkan stres dan kekhawatiran tentang masa depan, yang pada gilirannya dapat menyebabkan perasaan hampa dan kecemasan.

😔 Refleksi tentang kehidupan:

Pada tahap lanjut kehidupan, banyak orang cenderung merefleksikan masa lalu dan pertanyaan tentang makna hidup, pencapaian, dan tujuan mereka. Jika seseorang merasa bahwa mereka belum mencapai apa yang mereka harapkan dalam hidup, hal ini dapat menyebabkan perasaan hampa.

            Perasaan lansia terhadap refleksi tentang kehidupan dan fakta umurnya merupakan sisa dari hidupnya, sangat beragam dan dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Beberapa perasaan yang mungkin dialami oleh lansia ketika menyadari bahwa mereka memiliki masa hidup yang lebih pendek, antara lain:

😕 Refleksi dan Kepuasan: 

Beberapa lansia mungkin merasa reflektif tentang hidup mereka dan merasa puas dengan apa yang telah mereka capai sejauh ini. Mereka bisa merasa bahagia dengan kenangan indah dan pencapaian yang telah mereka raih.

😕 Kekhawatiran dan Ketakutan: 

Kebalikannya, beberapa lansia mungkin merasa cemas dan takut menghadapi sisa hidup mereka. Mereka bisa merasa khawatir tentang kesehatan, keterbatasan fisik, atau kesendirian.

😕 Bersyukur dan Berharga: 

Beberapa lansia mungkin merasa bersyukur atas setiap hari yang diberikan kepada mereka dan menghargai setiap momen berharga. Mereka bisa lebih berfokus pada kehadiran dan merasa berharga sebagai individu.

😕 Penyesalan dan Penerimaan: 

Beberapa lansia mungkin merasa penyesalan tentang hal-hal yang belum mereka capai atau pilihan yang telah mereka buat dalam hidup. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka bisa mencapai penerimaan atas hal tersebut dan mencoba untuk hidup tanpa penyesalan.

😕 Kesiapan dan Perencanaan: 

Beberapa lansia mungkin merasa sudah merencanakan masa depan mereka dengan bijaksana. Mereka bisa mengatur rencana keuangan, kesehatan, atau pilihan hidup lainnya agar masa tua mereka lebih terjamin.

😕 Kehidupan Bermakna:

Lansia yang merasa hidup mereka memiliki arti dan tujuan yang lebih tinggi mungkin merasa lebih puas dan damai mengenai sisa hidup mereka, karena mereka merasa telah memberikan kontribusi yang berarti dalam hidup orang lain, keluarga dan masyarakat.

               😰 Perasaan lansia tentang sisa hidup mereka sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi kesehatan, lingkungan sosial, dukungan keluarga, dan bagaimana mereka merasa tentang hidup mereka secara keseluruhan. Berikan dukungan dan empati kepada lansia dan membantu mereka dalam menghadapi berbagai perasaan dan tantangan yang mungkin muncul ketika menyadari bahwa umurnya merupakan sisa dari hidupnya.

               Intervensi sosial dan psikologis dapat membantu meningkatkan kualitas hidup lansia dan membantu mereka menemukan arti dan tujuan baru dalam hidup mereka.

Ciri-ciri lansia yang merasa hampa dapat bervariasi dari individu ke individu, beberapa tanda umum yang mungkin dapat diamati:

😱 Perasaan kesepian yang mendalam: 

Lansia yang merasa hampa sering kali mengalami perasaan kesepian yang intens. Mereka mungkin merasa terisolasi dan memiliki sedikit interaksi sosial dengan orang lain.

😱 Kurangnya minat dan semangat:

Lansia yang merasa hampa cenderung kehilangan minat dan semangat dalam melakukan aktivitas yang sebelumnya mereka nikmati. Mereka mungkin kehilangan gairah hidup dan motivasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari.

😱 Rasa kehilangan dan duka: 

Perasaan hampa pada lansia sering kali terkait dengan kehilangan yang dialami, seperti kehilangan pasangan hidup, teman, atau anggota keluarga. Rasa duka ini bisa berdampak dalam jangka panjang dan menyebabkan perasaan kosong.

😱 Kehilangan tujuan hidup:

Lansia yang merasa hampa mungkin merasa bahwa mereka kehilangan tujuan hidup atau merasa tidak lagi memiliki arti dalam hidup mereka. Mereka mungkin merasa tidak lagi memiliki peran atau kontribusi yang signifikan.

😱 Gangguan tidur: 

Perasaan hampa dan stres emosional yang dialami lansia dapat menyebabkan gangguan tidur, seperti sulit tidur, tidur terputus-putus, atau tidur terlalu banyak.

😱 Perubahan perilaku: 

Lansia yang merasa hampa dapat menunjukkan perubahan perilaku yang mencolok, seperti menjadi lebih tertutup, kurang berenergi, atau menghindari interaksi sosial.

😱 Perasaan putus asa atau tidak berdaya: 

Lansia yang merasa hampa sering merasa putus asa atau tidak berdaya menghadapi situasi hidup tertentu. Mereka mungkin merasa sulit untuk mencari solusi atau perubahan positif dalam kehidupan mereka.

😱 Kurangnya perhatian terhadap diri sendiri:

Lansia yang merasa hampa mungkin mulai mengabaikan perawatan diri dan kesehatan mereka. Mereka dapat mengalami penurunan dalam menjaga kebersihan pribadi, makan dengan baik, atau menjaga rutinitas kesehatan.

Beberapa penyakit yang mungkin menyertai perasaan hampa pada lansia antara lain:

😑 Depresi: 

Depresi adalah salah satu penyebab umum perasaan hampa pada lansia. Lansia yang mengalami depresi cenderung merasa sedih, kehilangan minat pada kegiatan yang sebelumnya dinikmati, merasa putus asa, kurang energi, dan memiliki perasaan rendah diri yang mendalam.

😑 Gangguan kecemasan: 

Kecemasan yang berlebihan dan kronis dapat menyebabkan perasaan hampa pada lansia. Gangguan kecemasan seperti gangguan kecemasan umum, gangguan kecemasan sosial, atau gangguan cemas lainnya dapat mempengaruhi kualitas hidup dan kesejahteraan mental mereka.

😑 Demensia: 

Demensia adalah kelompok penyakit yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif, termasuk gangguan memori dan kesulitan dalam berpikir dan berbicara. Perasaan hampa dapat menyertai proses demensia karena perubahan dalam persepsi dan interaksi sosial.

😑 Penyakit kronis: 

Lansia yang menderita penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, artritis, atau penyakit lainnya mungkin mengalami perasaan hampa akibat keterbatasan fisik dan perubahan dalam gaya hidup mereka.

😑 Trauma emosional atau kehilangan: 

Lansia yang telah mengalami trauma emosional atau kehilangan yang signifikan dalam hidup mereka, seperti kematian pasangan hidup atau anggota keluarga terdekat, cenderung merasa hampa.

😑 Isolasi sosial: 

Lansia yang mengalami isolasi sosial atau kurangnya interaksi dengan orang lain dapat mengalami perasaan hampa dan kesepian.

😑 Masalah tidur:

Gangguan tidur, seperti insomnia atau tidur yang tidak nyenyak, dapat berkontribusi pada perasaan hampa pada lansia.

              💬 Penting untuk diingat bahwa perasaan hampa pada lansia bisa menjadi gejala yang kompleks dengan banyak penyebab yang mungkin berperan bersama-sama.

Mencegah lansia memiliki perasaan hampa melibatkan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup mereka secara fisik, mental, dan sosial. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu mencegah perasaan hampa pada lansia:

💢 Jaga kesehatan fisik: 

Dukung lansia dalam menjalani gaya hidup sehat dengan mendorong mereka untuk berolahraga secara teratur, mengikuti pola makan yang seimbang, dan menjaga berat badan yang sehat. Kesehatan fisik yang baik dapat membantu meningkatkan suasana hati dan memperkuat perasaan positif.

💢 Fasilitasi interaksi sosial: 

Bantu lansia untuk tetap terlibat dalam komunitas dan keluarga mereka. Dorong mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial, seperti klub lansia, kelompok kegiatan, atau relawan di masyarakat. Interaksi sosial yang aktif dapat mengurangi rasa kesepian dan perasaan hampa.

Lansia berkumpul dengan sahabat lama mengurangi kesepian dan perasaan hampa
( Sumber: foto pens 49 ceria)

💢 Dukung kemandirian: 

Berikan kesempatan bagi lansia untuk tetap mandiri sebanyak mungkin. Dukung mereka untuk terus melakukan aktivitas yang mereka nikmati dan masih mampu lakukan. Ini dapat membantu meningkatkan rasa harga diri dan memberikan perasaan pencapaian.

💢 Fasilitasi pengembangan keterampilan dan hobi baru: 

Mencoba keterampilan baru atau hobi yang menarik bagi lansia. Hal ini dapat memberikan kesempatan untuk belajar dan tumbuh, dan memberikan rasa pencapaian dan kepuasan.

💢 Perhatikan kesehatan mental: 

Dorong lansia untuk berbicara tentang perasaan mereka dan mencari bantuan profesional jika diperlukan. Bantuan dari terapis atau konselor dapat membantu mengatasi masalah emosional dan mencegah perasaan hampa yang berkepanjangan.

💢 Tingkatkan kesadaran diri: 

Ajak lansia untuk merenung dan merenungi tujuan hidup mereka, serta prestasi dan kebahagiaan yang telah mereka alami. Mendorong kesadaran diri dan apresiasi akan kehidupan mereka dapat membantu mengurangi perasaan hampa.

💢 Tetap aktif secara intelektual: 

Dorong lansia untuk menjaga otak tetap aktif dengan membaca, menulis, atau bermain permainan otak. Stimulasi intelektual dapat membantu menjaga kognisi dan emosi tetap sehat.

💢 Jaga ikatan keluarga: 

Perhatikan dan pertahankan ikatan keluarga dengan lansia. Interaksi dan dukungan dari anggota keluarga dapat membantu mencegah perasaan hampa dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

               💬  Setiap lansia adalah individu yang unik, dan pendekatan yang penuh perhatian dan pengertian diperlukan untuk membantu mereka merasa terhubung, dicintai, dan dihargai. Membantu lansia tetap aktif, berarti, dan terlibat dalam kehidupan adalah kunci dalam mencegah perasaan hampa pada tahap lanjut kehidupan mereka.

Mengonsumsi makanan yang tepat dapat membantu meningkatkan suasana hati dan kesejahteraan mental pada lansia. 

Beberapa makanan yang baik untuk mengurangi perasaan hampa pada lansia:

🐓 Ikan berlemak: 

Ikan seperti salmon, sarden, dan tuna mengandung asam lemak omega-3, yang telah terbukti memiliki efek positif pada kesehatan otak dan suasana hati. Omega-3 dapat membantu mengurangi peradangan dan meningkatkan neurotransmiter yang terkait dengan perasaan bahagia.

🐓 Buah-buahan dan sayuran:

Konsumsi berbagai buah-buahan dan sayuran memberikan nutrisi penting dan serat yang dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Beberapa buah dan sayuran, seperti pisang, stroberi, bayam, dan brokoli, mengandung vitamin B dan antioksidan yang membantu menjaga kesehatan otak dan mengurangi stres.

🐓 Kacang-kacangan dan biji-bijian: 

Kacang-kacangan, seperti almond, kenari, dan kacang merah, serta biji-bijian, seperti biji bunga matahari dan biji labu, mengandung magnesium yang dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan suasana hati.

🐓 Dark chocolate (cokelat hitam): 

Dark chocolate mengandung senyawa yang disebut feniletilamin, yang dapat merangsang pelepasan endorfin dan serotonin, dua zat kimia yang terkait dengan perasaan bahagia dan relaksasi. Pastikan memilih cokelat hitam dengan kandungan kakao yang tinggi dan rendah gula tambahan.

🐓 Teh hijau: 

Teh hijau mengandung senyawa seperti L-theanine yang dapat membantu menenangkan pikiran dan memberikan efek relaksasi.

🐓 Yogurt dan makanan fermentasi:

Makanan fermentasi, seperti yogurt dan kimchi, mengandung probiotik yang bermanfaat bagi kesehatan usus. Kesehatan usus yang baik dapat berpengaruh positif pada suasana hati dan kesejahteraan mental.

🐓 Telur: 

Telur mengandung banyak nutrisi penting, termasuk vitamin D yang penting untuk kesehatan otak dan suasana hati yang stabil. Vitamin D juga dapat membantu mengatasi perasaan hampa pada lansia.

🐓 Kopi: 

Secangkir kopi dapat meningkatkan energi dan fokus pada lansia, yang pada gilirannya dapat membantu mengurangi perasaan hampa.

                      💭 Selain makanan di atas, penting juga untuk mengonsumsi makanan secara seimbang dan memastikan asupan nutrisi yang cukup untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan. Menerapkan pola makan yang sehat dapat membantu meningkatkan suasana hati dan kesejahteraan emosional pada lansia. 






Sumber:

https://www.nhs.uk/mental-health/feelings-symptoms-behaviours/feelings-and-symptoms/loneliness-in-older-people/

https://www.webmd.com/depression/what-is-anhedonia 

https://psychcentral.com/blog/stop-feeling-empty

https://www.betterhelp.com/advice/general/i-feel-empty-when-a-lack-of-meaning-is-something-more-serious/

https://www.psychologytoday.com/intl/blog/brick-brick/202207/why-we-feel-empty




Saturday, 22 July 2023

Kekhawatiran Dan Kecemasan, Dua Hal Ini Merongrong lansia

           Lansia dengan segala permasalahan penyakit yang terus mendera tubuhnya dan segala macam gangguan, juga dirongrong oleh serangan mental berupa kekhawatiran dan kecemasan. 

Kecemasan dan kekhawatiran adalah dua konsep yang berhubungan erat, tetapi memiliki perbedaan yang penting. 

Berikut penjelasan tentang perbedaan antara kecemasan dan kekhawatiran:

👍 Kecemasan adalah respons emosional yang melibatkan perasaan tidak nyaman atau ketegangan yang berlebihan terhadap ancaman atau ketidakpastian. Ini sering merupakan respons yang lebih umum dan lebih menyeluruh terhadap situasi atau masalah tertentu. Kecemasan dapat disertai dengan gejala fisik seperti jantung berdebar, napas cepat, keringat, gemetar, atau ketegangan otot.

Lansia sehat tidak memiliki kekhawatiran yang berlebihan
(Sumber: foto pens 49 ceria)

👍 Kekhawatiran adalah pola pikir yang berkaitan dengan khawatir, cemas, atau takut terhadap kemungkinan terjadinya sesuatu yang buruk di masa depan. Kekhawatiran dapat berkaitan dengan situasi konkret atau hal-hal yang lebih abstrak. Meskipun kekhawatiran dapat memicu kecemasan, terutama berfokus pada pikiran atau perenungan tentang kemungkinan-kemungkinan buruk.

Dalam banyak kasus, kekhawatiran sering merupakan komponen yang penting dari kecemasan. Kekhawatiran yang berulang atau kronis dapat berkontribusi terhadap kecemasan yang berkelanjutan dan mengganggu kehidupan sehari-hari. Dalam beberapa kasus, kecemasan yang terus-menerus dan berlebihan dapat menjadi gangguan kecemasan yang memerlukan perhatian dan penanganan medis.

Kecemasan dan kekhawatiran adalah pengalaman yang umum dan dapat dialami oleh siapa saja, termasuk lansia. Jika kecemasan atau kekhawatiran tersebut mengganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan kesulitan yang signifikan, penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan  untuk evaluasi dan penanganan yang tepat.

Beberapa faktor yang membuat lansia memiliki kekhawatiran, antara lain:

🔔 Perubahan fisik dan kesehatan: 

Dalam proses penuaan, tubuh mengalami perubahan fisik dan penurunan kesehatan. Hal ini dapat menimbulkan kekhawatiran tentang kemandirian, penyakit, atau kemampuan untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Ilustrasi lansia mengalami kecemasan
( Sumber: canva.com)

🔔 Kehilangan orang terdekat:

Lansia sering menghadapi kehilangan teman, pasangan hidup, atau anggota keluarga. Hal ini dapat meningkatkan kecemasan, kesepian, dan ketidakpastian tentang masa depan.

🔔 Perubahan sosial: 

Dalam beberapa kasus, lansia dapat mengalami penurunan interaksi sosial karena pensiun, perubahan lingkungan, atau keterbatasan fisik. Perubahan ini dapat menyebabkan perasaan isolasi dan kecemasan tentang kehilangan hubungan sosial.

🔔 Perubahan kognitif: 

Beberapa lansia mengalami perubahan kognitif seperti gangguan memori atau penurunan fungsi kognitif yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengatasi situasi sehari-hari. Hal ini dapat menyebabkan kecemasan dan ketidakpastian tentang kemampuan mereka untuk menjaga kemandirian.

🔔 Kondisi kesehatan mental:

Lansia memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kecemasan, seperti gangguan kecemasan generalisasi atau gangguan kecemasan sosial. Gangguan ini dapat menyebabkan pola pikir yang cenderung khawatir.

            💬 Tidak semua lansia mengalami kecemasan atau pikiran khawatir secara berlebihan. Namun, jika kecemasan dan pikiran khawatir mengganggu kehidupan sehari-hari atau kualitas hidup seseorang, penting untuk mencari bantuan medis dari profesional kesehatan, seperti dokter atau psikolog. 

Berikut ciri-ciri umum yang dapat muncul pada lansia yang mengalami kecemasan atau pikiran khawatir:

💥 Kekhawatiran yang berlebihan:

Lansia yang mengalami kecemasan cenderung memiliki kekhawatiran yang terus-menerus dan berlebihan terkait berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk kesehatan, keuangan, masa depan, atau kehilangan orang terdekat.

💥 Sulit untuk mengendalikan kekhawatiran: 

Mereka mungkin merasa sulit untuk menghentikan atau mengendalikan pikiran-pikiran negatif yang membuat mereka cemas. Kekhawatiran dapat terus berputar dalam pikiran mereka sepanjang waktu.

💥 Gejala fisik:

Kecemasan pada lansia juga dapat menyebabkan gejala fisik seperti ketegangan otot, sakit kepala, gangguan tidur (insomnia), mulut kering, detak jantung yang cepat, atau perasaan gelisah.

💥 Ketidakmampuan untuk bersantai: 

Lansia yang mengalami kecemasan cenderung merasa sulit untuk bersantai atau menikmati momen saat ini. Mereka sering selalu terjaga dan waspada terhadap potensi bahaya atau masalah di sekitar mereka.

💥 Kecemasan sosial: 

Beberapa lansia yang cemas mungkin mengalami kecemasan sosial, merasa tidak nyaman dalam situasi sosial atau takut akan penghakiman orang lain. Hal ini dapat menyebabkan isolasi sosial atau penghindaran interaksi sosial.

💥 Kekhawatiran tentang kesehatan: 

Lansia yang cemas sering memiliki kekhawatiran yang berlebihan terkait kondisi kesehatan mereka. Mereka dapat menjadi terobsesi dengan gejala fisik kecil dan sering kali mencari perhatian medis yang berlebihan.

             💭 Ciri-ciri di atas hanyalah petunjuk umum, dan setiap individu dapat mengalami gejala yang berbeda. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala kecemasan atau pikiran khawatir yang signifikan dan mengganggu kehidupan sehari-hari, disarankan untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan untuk evaluasi dan perawatan yang tepat.

Beberapa kiat yang dapat membantu lansia dalam mengatasi dan mencegah kekhawatiran:

👉 Mempertahankan gaya hidup sehat: 

Makan makanan seimbang, menjaga kecukupan tidur, dan berpartisipasi dalam aktivitas fisik secara teratur dapat membantu menjaga kesehatan fisik dan mental yang baik. Ini dapat membantu mengurangi kekhawatiran dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

👉 Mengembangkan rutinitas:

Membuat rutinitas harian dapat memberikan rasa struktur dan kestabilan pada kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat membantu mengurangi ketidakpastian dan kecemasan.

👉 Tetap terhubung dengan orang lain:

Interaksi sosial yang aktif dan hubungan yang mendukung dapat membantu mengurangi perasaan kesepian dan kekhawatiran. Melibatkan diri dalam kelompok sosial, mengunjungi teman atau keluarga, atau berpartisipasi dalam kegiatan sosial dapat memberikan dukungan emosional.

👉 Mengembangkan strategi pengelolaan stres:

Mempelajari teknik relaksasi, seperti pernapasan dalam, meditasi, atau yoga, dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kesejahteraan mental. Mengidentifikasi kegiatan yang menyenangkan atau hobi yang menenangkan juga dapat membantu mengurangi stres.

Lansia sehat mampu mengelola stres
( Sumber: foto pens 49 ceria)

👉 Mencari dukungan profesional:

Jika kekhawatiran lansia terus mengganggu kehidupan sehari-hari, penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan. Dokter atau psikolog dapat memberikan evaluasi dan penanganan yang tepat, seperti terapi kognitif perilaku atau terapi bicara, untuk membantu mengatasi kekhawatiran.

👉 Menghindari konsumsi berlebihan berita negatif: 

Berita negatif yang berlebihan dapat meningkatkan kekhawatiran dan kecemasan. Membatasi paparan terhadap berita yang menyebabkan stres dan mencari sumber informasi yang dapat dipercaya dan seimbang.

👉 Menggunakan strategi pemecahan masalah: 

Membangun keterampilan pemecahan masalah yang efektif dapat membantu lansia menghadapi kekhawatiran dengan lebih baik. Mengidentifikasi masalah, mencari solusi yang memungkinkan, dan mengambil tindakan yang tepat dapat membantu mengurangi kekhawatiran yang berlebihan.

👉 Mengidentifikasi kekhawatiran yang spesifik:

Mencoba mengidentifikasi kekhawatiran yang spesifik dan konkret dapat membantu lansia memahami dan mengatasi masalah yang mendasarinya. Menulis kekhawatiran tersebut dalam jurnal atau mencatatnya secara teratur dapat membantu dalam mengklarifikasi pikiran dan merencanakan tindakan yang tepat.

👉 Evaluasi realitas kekhawatiran: 

Lansia mungkin memiliki kekhawatiran yang berlebihan atau tidak realistis. Mengevaluasi kekhawatiran tersebut dengan objektivitas dan mempertimbangkan bukti-bukti yang ada dapat membantu menilai apakah kekhawatiran tersebut beralasan atau dibesar-besarkan. Hal ini dapat membantu menyeimbangkan pemikiran dan mengurangi kekhawatiran yang tidak perlu.

👉 Membangun jaringan dukungan sosial:

Berbagi kekhawatiran dengan teman, keluarga, atau kelompok dukungan dapat memberikan rasa pemahaman dan dukungan emosional. Mendapatkan perspektif dari orang lain dan mendiskusikan kekhawatiran dengan mereka dapat membantu mengurangi beban emosional yang dirasakan oleh lansia.

👉 Menghadiri terapi:

Terapi psikologis, seperti terapi perilaku  Cognitive Behavioral Therapy (CBT), dapat membantu lansia mengatasi kekhawatiran dengan bekerja sama dengan seorang profesional. Terapis dapat membantu mengidentifikasi pola pikir negatif, mengajarkan keterampilan pengelolaan kecemasan, dan mengubah pemikiran yang tidak sehat menjadi lebih seimbang dan positif.

           💬 Tidak ada makanan yang secara langsung dapat menghilangkan kekhawatiran pada lansia. Namun, pola makan yang sehat dan seimbang dapat memainkan peran penting dalam mendukung kesehatan fisik dan mental secara keseluruhan. 

Beberapa makanan memiliki nutrisi tertentu yang dapat membantu menjaga keseimbangan suasana hati dan mengurangi stres, yang pada gilirannya dapat membantu mengurangi kekhawatiran. Beberapa contoh:

🍓 Makanan tinggi omega-3: 

Makanan seperti ikan berlemak (sarden, salmon, trout), kacang-kacangan, dan biji-bijian (chia seeds, biji rami) mengandung asam lemak omega-3. Omega-3 dapat membantu menjaga keseimbangan kimia otak dan berpotensi memberikan efek positif pada kesehatan mental.

🍓 Buah-buahan dan sayuran: 

Buah-buahan dan sayuran yang kaya akan antioksidan, serat, dan vitamin dapat mendukung kesehatan umum dan keseimbangan nutrisi. Misalnya, buah-buahan beri seperti stroberi, blueberry, dan raspberry mengandung antioksidan yang dapat membantu mengurangi peradangan dan stres oksidatif.

🍓 Makanan tinggi tryptophan: 

Tryptophan adalah asam amino yang ditemukan dalam makanan seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Tryptophan merupakan bahan dasar untuk produksi serotonin, neurotransmiter yang terkait dengan suasana hati yang seimbang. Mengonsumsi makanan yang mengandung tryptophan dapat membantu meningkatkan produksi serotonin.

🍓 Teh herbal: 

Beberapa jenis teh herbal seperti chamomile, lavender, atau mint memiliki sifat menenangkan dan dapat membantu mengurangi kecemasan. Minum secangkir teh herbal hangat sebelum tidur atau dalam situasi yang menekankan dapat memberikan efek menenangkan.

           💬 Selain menjaga pola makan sehat, penting juga untuk menghindari konsumsi berlebihan kafein dan makanan olahan yang tinggi gula atau lemak jenuh. Memperhatikan pola makan secara keseluruhan sebagai bagian dari gaya hidup yang sehat dapat mendukung kesejahteraan mental dan fisik secara keseluruhan.

Namun, peran makanan dalam mengatasi kekhawatiran pada lansia terbatas dan bukan satu-satunya faktor yang perlu diperhatikan. Bantuan dari profesional kesehatan dan strategi lainnya, seperti terapi, dukungan sosial, dan teknik pengelolaan stres, juga perlu dipertimbangkan untuk mengatasi kekhawatiran secara holistik.







Sumber:

https://www.nia.nih.gov/health/loneliness-and-social-isolation-tips-staying-connected

https://www.helpguide.org/articles/depression/depression-in-older-adults.htm

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/social-anxiety-disorder/symptoms-causes/syc-20353561

https://www.agingcare.com/articles/senior-anxiety-hoarding-ocd-144712.htm

Thursday, 20 July 2023

Lansia Mengiler, Ada Masalah Pada Kesehatan

                 Istilah medis untuk mengiler adalah "sialorrhea" atau "ptyalism". Istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana produksi saliva berlebihan, yang dapat menyebabkan air liur mengalir keluar dari mulut secara berlebihan. 

Sialorrhea dapat terjadi pada semua kelompok usia, termasuk lansia, dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kondisi medis, obat-obatan, atau gangguan saraf. 

Mengiler (Sialorrhea) atau air liur yang berlebihan merupakan masalah utama pada anak-anak dengan cerebral palsy dan orang dewasa dengan gangguan neurodegeneratif. 

Keluarnya air liur dari mulut saat tidur adalah hal yang sangat normal. Pasalnya, mulut akan terus memproduksi air liur atau saliva, bahkan saat Anda tertidur. Penyebab mengiler saat tidur biasanya karena mulut yang terbuka ketika itu.

Ilustrasi lansia mengiler
( Sumber: canva.com)

Saat tidur, otot-otot tubuh rileks, apalagi jika memasuki tahap tidur REM (repid eye movement). Otot area mulut kondisi juga sama, sehingga mungkin saja Anda tertidur dalam posisi mulut yang terbuka. Mulut terbuka saat tidur juga biasanya disebabkan karena tubuh ingin mendapatkan lebih banyak oksigen, sehingga dengan otomatis Anda bernapas dari mulut.  

Air liur yang terus-terusan diproduksi tersebut tidak bisa tertelan semua karena Anda tertidur, akhirnya air liur tertumpuk di mulut dan malah keluar, alias Anda mengiler.

Pada lansia  air liur yang berlebihan tidak hanya memalukan, tetapi juga bisa menjadi tanda masalah kesehatan yang mendasarinya. Air liur pada lansia adalah bagian yang tak terhindarkan dari proses penuaan.  Lansia mengiler atau produksi saliva yang berlebihan dapat menjadi masalah yang lebih umum. 


Lansia terbit air liur melihat makanan lezat hal yang normal
(Sumber: foto grup bodrekers)

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan lansia mengiler adalah:

🎃 Perubahan struktur dan fungsi mulut:

Proses penuaan dapat menyebabkan perubahan dalam struktur dan fungsi mulut. Misalnya, penurunan kontrol otot-otot wajah dan mulut dapat mempengaruhi kemampuan mengendalikan produksi saliva, sehingga menyebabkan mengiler.

🎃 Masalah gigi dan gusi:

Lansia sering menghadapi masalah gigi dan gusi seperti gigi yang tanggal, gigi palsu yang tidak pas, atau penyakit gusi. Masalah ini dapat mengganggu keseimbangan normal saliva di mulut dan menyebabkan mengiler.

🎃 Penggunaan obat-obatan: 

Lansia umumnya lebih mungkin untuk mengonsumsi berbagai obat-obatan untuk kondisi kesehatan mereka. Beberapa obat-obatan tertentu, termasuk obat-obatan yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, depresi, atau penyakit Parkinson, dapat mempengaruhi produksi saliva dan menyebabkan mengiler.

🎃 Gangguan neuromuskuler:

Beberapa gangguan neuromuskuler yang lebih umum pada lansia, seperti penyakit Parkinson atau stroke, dapat mempengaruhi fungsi otot-otot yang terlibat dalam mengendalikan produksi saliva, sehingga menyebabkan mengiler.

🎃 Kehilangan gigi: 

Kehilangan gigi dapat mengganggu distribusi saliva di dalam mulut dan menyebabkan mengiler.

            💬  Mengiler yang berlebihan pada lansia dapat menyebabkan tidak nyaman dan kesulitan dalam berbicara, makan, atau menelan. 

Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan lansia mengiler adalah:

👷 Penyakit Parkinson: 

Penyakit Parkinson adalah gangguan neurodegeneratif yang mempengaruhi sistem saraf dan dapat menyebabkan perubahan dalam kontrol otot. Salah satu gejala yang mungkin terjadi pada penyakit Parkinson adalah peningkatan produksi saliva dan mengiler yang berlebihan.

👷 Stroke: 

Stroke adalah kondisi di mana pasokan darah ke otak terganggu, biasanya karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah. Stroke dapat mempengaruhi berbagai fungsi otak dan saraf, termasuk kontrol terhadap produksi saliva. Akibatnya, seseorang yang telah mengalami stroke dapat mengalami masalah mengiler.

👷 Gangguan neuromuskuler lainnya: 

Selain penyakit Parkinson, ada beberapa gangguan neuromuskuler lainnya yang dapat mempengaruhi kontrol otot dan mengakibatkan mengiler berlebihan pada lansia. Contoh lain termasuk sindrom Tourette, distrofi otot, atau neuropati perifer.

👷 Penyakit Alzheimer: 

Penyakit Alzheimer adalah bentuk umum dari demensia yang berkaitan dengan kerusakan otak dan penurunan fungsi kognitif. Pada tahap lanjut penyakit Alzheimer, kontrol terhadap produksi saliva dapat terganggu, menyebabkan mengiler berlebihan.

👷 Efek samping obat-obatan:

Lansia sering mengonsumsi berbagai jenis obat untuk mengelola kondisi kesehatan mereka. Beberapa obat, seperti obat-obatan untuk tekanan darah tinggi, depresi, atau penyakit Parkinson, dapat menyebabkan efek samping berupa meningkatnya produksi saliva dan mengiler.

              💭 Perlu diingat bahwa mengiler pada lansia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dan lebih baik berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan penanganan yang tepat.

Beberapa contoh makanan yang dapat membantu mengurangi jumlah saliva atau air liur :

🍪 Biskuit kering: 

Biskuit kering atau kerupuk memiliki tekstur kering yang dapat membantu menyerap saliva berlebih.

🍪 Roti tawar atau roti gandum:

Roti tawar atau roti gandum dengan tekstur yang lebih kering dapat membantu menyerap saliva.

🍪 Biji-bijian:

Biji-bijian seperti beras, quinoa, atau bulgur memiliki tekstur kering dan serat tinggi yang dapat membantu mengurangi produksi saliva berlebih.

🍪 Buah-buahan yang dikeringkan:

Buah-buahan seperti kismis, aprikot kering, atau plum kering memiliki tekstur yang kering dan dapat membantu menyerap saliva.

🍪 Keripik singkong atau keripik kentang: 

Keripik singkong atau keripik kentang dapat menjadi pilihan makanan dengan tekstur kering untuk mengurangi mengiler.

🍪 Kurma: 

Kurma kering memiliki tekstur yang lebih kering dan dapat membantu menyerap saliva berlebih.

🍪 Sayuran mentah atau rebus: 

Sayuran mentah atau direbus seperti wortel, seledri, atau brokoli memiliki tekstur yang kering dan dapat membantu mengurangi produksi saliva.

🍪 Camilan garing:

Camilan seperti kacang panggang, biji labu panggang, atau kerupuk jagung memiliki tekstur yang kering dan dapat membantu menyerap saliva berlebih.

Beberapa kiat yang dapat membantu mencegah atau mengurangi masalah mengiler pada lansia:

💡 Konsultasikan dengan dokter: 

Jika mengiler menjadi masalah yang signifikan, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut dan penanganan yang tepat. Dokter dapat melakukan pemeriksaan dan mengevaluasi kondisi kesehatan yang mendasari yang mungkin mempengaruhi produksi saliva.

💡 Perawatan mulut yang baik:

Menjaga kebersihan mulut yang baik dapat membantu mengurangi masalah mengiler. Sikat gigi secara teratur, gunakan benang gigi, dan berkumurlah dengan air kumur antibakteri. Berkonsultasilah dengan dokter gigi untuk mendapatkan nasihat tentang perawatan mulut yang sesuai.

💡 Perhatikan pola makan: 

Hindari makanan yang menggugah produksi saliva seperti makanan yang terlalu manis, asam, atau pedas. Sementara itu, makan makanan yang lebih kering atau serat tinggi dapat membantu menyerap saliva berlebih.

Makanan yang dapat menggugah selera dan air liur
( Sumber: foto grup bodrekers)

💡 Hindari stimulus yang meningkatkan produksi saliva: 

Beberapa stimulus seperti permen karet, permen, atau makanan yang perlu dikunyah secara berlebihan dapat merangsang produksi saliva. Menghindari stimulus ini dapat membantu mengurangi mengiler.

💡 Posisi duduk yang baik saat makan: 

Saat makan, pastikan lansia dalam posisi duduk tegak dengan kepala sedikit miring ke depan. Ini dapat membantu mengarahkan aliran saliva ke dalam mulut dan mengurangi risiko mengiler.

💡 Evaluasi obat-obatan:

Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan efek samping berupa meningkatnya produksi saliva. Diskusikan dengan dokter atau apoteker tentang efek samping obat yang sedang dikonsumsi dan apakah ada alternatif yang dapat mengurangi masalah mengiler.

💡 Terapi fisik atau terapi okupasi: 

Untuk lansia dengan gangguan neuromuskuler yang mendasari, terapi fisik atau terapi okupasi dapat membantu meningkatkan kontrol otot dan mengurangi mengiler.

             💬  Bicarakan dengan dokter tentang penggunaan obat-obatan yang dapat membantu mengurangi produksi saliva berlebihan. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat-obatan seperti antikolinergik atau botulinum toxin untuk mengatasi masalah mengiler.

             💬 Makanan dengan tekstur kering atau serat tinggi dapat membantu menyerap saliva berlebih dan mengurangi masalah mengiler. 

              💬 Penting untuk diingat bahwa setiap individu dapat merespons makanan dengan cara yang berbeda, jadi eksperimen dengan berbagai makanan untuk menemukan yang paling membantu dalam mengurangi air liur. Selain itu, berkonsultasilah dengan dokter atau ahli gizi untuk mendapatkan nasihat yang sesuai dengan kebutuhan khusus Anda.





Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3709276/

https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2004/0601/p2628.html

https://www.healthline.com/health/dental-and-oral-health/hypersalivation

https://www.webmd.com/oral-health/what-is-saliva

https://www.parkinsonsresource.org/news/articles/