Wednesday, 16 August 2023

Lansia Jangan Asal Mendengkur, Periksa Kesehatan Anda

           Mendengkur adalah suara serak atau keras yang terjadi ketika udara mengalir melewati jaringan yang rileks di tenggorokan Anda, menyebabkan jaringan bergetar saat Anda bernapas. Hampir semua orang mendengkur sesekali, tetapi bagi sebagian orang itu bisa menjadi masalah kronis.

Mendengkur adalah suara yang dihasilkan saat seseorang tidur dan biasanya terjadi ketika aliran udara terhalang saat pernapasan. Meskipun mendengkur umumnya tidak membahayakan, bisa menjadi gangguan bagi orang di sekitar yang mencoba tidur. 

Beberapa lansia mengadakan malam tasyakuran kemerdekaan
RI ke-78, aktivitas sehat. (Sumber: foto forum warga 09/09)

Beberapa penyebab mendengkur pada umumnya, antara lain:

πŸ’€  Kelonggaran otot dan jaringan di saluran napas: 

Saat seseorang tidur, otot-otot di sekitar tenggorokan dan lidah dapat menjadi kendur, menyebabkan penyempitan saluran napas dan menghasilkan suara mendengkur.

Ilustrasi mendengkur yang mengganggu
(Sumber: canva.com)

πŸ’€ Kegemukan: 

Kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan risiko mendengkur karena adanya tekanan tambahan pada saluran napas.

πŸ’€ Posisi tidur:

Tidur dalam posisi tengkurap dapat menyebabkan relaksasi otot-otot tenggorokan dan menyebabkan mendengkur.

πŸ’€ Masalah hidung: 

Hidung yang tersumbat, misalnya karena pilek atau alergi, dapat mempersulit aliran udara dan menyebabkan mendengkur.

Lansia yang pilek atau alergi dapat mendengkur
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’€ Konsumsi alkohol dan obat-obatan:

 Alkohol dan beberapa obat-obatan tertentu dapat mengendurkan otot-otot tubuh, termasuk otot-otot di saluran napas, sehingga meningkatkan kemungkinan mendengkur.

           Mendengkur pada lansia dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada tubuh seiring penuaan. 

Beberapa penyebab mendengkur pada lansia meliputi:

πŸ‘… Relaksasi otot-otot saluran napas: 

Seiring bertambahnya usia, elastisitas dan kekuatan otot-otot di saluran napas dapat berkurang. Akibatnya, otot-otot tersebut menjadi lebih lemah dan rentan terhadap penyempitan saat tidur, yang dapat menyebabkan mendengkur.

πŸ‘… Penumpukan lemak di sekitar saluran napas: 

Pada beberapa lansia, terjadi penumpukan lemak di sekitar saluran napas. Hal ini dapat menyebabkan penyempitan saluran napas yang dapat mengganggu aliran udara saat tidur dan menyebabkan mendengkur.

πŸ‘… Sleep apnea: 

Sleep apnea adalah gangguan tidur yang ditandai oleh gangguan pernapasan yang berulang selama tidur. Pada sleep apnea obstruktif, saluran napas terblokir sebagian atau sepenuhnya, menyebabkan gangguan pernapasan dan seringkali mendengkur. Sleep apnea lebih umum terjadi pada lansia.

πŸ‘… Penyakit-penyakit terkait: 

Beberapa kondisi medis yang lebih umum pada lansia, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan gangguan pernapasan kronis seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dapat menyebabkan gangguan pernapasan saat tidur dan menyebabkan mendengkur.

πŸ‘… Efek samping obat: 

Beberapa obat yang sering dikonsumsi oleh lansia, seperti obat penenang atau obat tidur, dapat mengendurkan otot-otot tubuh termasuk otot-otot di saluran napas. Hal ini dapat mempengaruhi aliran udara dan menyebabkan mendengkur.

          Gejala mendengkur pada lansia dapat bervariasi, tergantung pada penyebab dan tingkat parah mendengkur. 

Beberapa gejala yang dapat terkait dengan mendengkur pada lansia meliputi:

😲 Suara mendengkur yang keras:

Lansia yang mendengkur cenderung menghasilkan suara mendengkur yang lebih keras dan terdengar selama tidur. Suara ini dapat mengganggu tidur pasangan atau orang lain di sekitar.

😲 Gangguan tidur: 

Mendengkur yang parah dapat menyebabkan gangguan tidur pada lansia. Mereka mungkin bangun secara berulang kali selama malam atau mengalami tidur yang tidak nyenyak.

😲 Kelelahan yang berlebihan: 

Gangguan tidur yang disebabkan oleh mendengkur dapat menyebabkan kelelahan yang berkelanjutan pada lansia. Mereka mungkin merasa tidak segar dan kurang bertenaga sepanjang hari.

Gangguan mendengkur menyebabkan kelelahan pada lansia
(Sumber: canva.com)

😲 Sembab atau sesak napas: 

Jika mendengkur pada lansia terkait dengan sleep apnea atau gangguan pernapasan lainnya, mereka mungkin mengalami sesak napas atau kesulitan bernapas saat tidur. Hal ini dapat memengaruhi kualitas tidur dan kesejahteraan secara keseluruhan.

😲 Peningkatan risiko masalah kesehatan: 

Mendengkur yang tidak diobati pada lansia dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan gangguan pernapasan kronis.

          Mendengkur pada dasarnya adalah suara yang dihasilkan oleh gangguan dalam saluran napas saat tidur. 

Beberapa penyakit atau kondisi medis yang berhubungan dengan mendengkur termasuk:

☎  Sleep Apnea Obstruktif: 

Sleep apnea adalah gangguan tidur yang ditandai oleh gangguan pernapasan yang berulang selama tidur. Pada sleep apnea obstruktif, saluran napas terblokir sebagian atau sepenuhnya, menyebabkan gangguan pernapasan, henti napas sementara, dan mendengkur yang keras.

Tidak semua orang yang mendengkur memiliki sleep apnea , tetapi kebanyakan orang dengan penyakit tersebut mendengkur. Sleep Apnea adalah gangguan pernapasan terkait tidur yang sering tidak terdiagnosis. Dengan gejala pernapasan yang berulang-ulang  selama tidur karena kolaps sebagian atau seluruh jalan napas.

☎  Obesitas: 

Kelebihan berat badan atau obesitas dapat menyebabkan penumpukan lemak di sekitar saluran napas, yang dapat menyebabkan penyempitan saluran napas dan mendengkur. Memiliki jaringan ekstra di leher dapat menyebabkan ukuran jalan napas yang lebih kecil dan peningkatan kerentanan terhadap kolaps jalan napas. 

☎  Penyakit Jantung: 

Beberapa penyakit jantung, seperti gagal jantung, dapat menyebabkan pembesaran jantung atau penumpukan cairan di paru-paru. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan mendengkur.

☎  Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK): 

PPOK adalah kondisi yang terkait dengan penyempitan saluran napas kronis, seperti bronkitis kronis dan emfisema. Penderita PPOK cenderung memiliki gangguan pernapasan dan dapat mengalami mendengkur.

☎  Hipotiroidisme: 

Hipotiroidisme adalah kondisi di mana kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup hormon tiroid. Hipotiroidisme dapat mempengaruhi otot-otot di saluran napas dan menyebabkan mendengkur. 

Jika tidak diobati, dapat menyebabkan gejala seperti wajah bengkak, suara serak, bicara lambat, dan detak jantung lambat, berkontribusi untuk mendengkur. Para peneliti memberikan studi tidur pada dua puluh pasien hipotiroidisme dan menemukan bahwa semuanya mendengkur

☎  Polip hidung atau penyumbatan hidung: 

Polip hidung atau penyumbatan hidung lainnya, seperti sinusitis kronis atau alergi, dapat menyebabkan gangguan aliran udara melalui saluran napas dan menyebabkan mendengkur.

                 Penting untuk diingat bahwa mendengkur bisa disebabkan oleh faktor yang berbeda dan dapat memiliki penyebab yang lebih kompleks. 

Beberapa kiat yang dapat membantu mengurangi mendengkur:

πŸ‘΅ Menjaga berat badan yang sehat: 

Mengelola berat badan dengan seimbang penting untuk mencegah penumpukan lemak di sekitar saluran napas yang dapat memicu mendengkur. Mengadopsi pola makan sehat dan menjaga gaya hidup aktif dapat membantu menjaga berat badan yang sehat.

πŸ‘΅ Tidur dalam posisi yang baik: 

Tidur dalam posisi terlentang dapat membantu mengurangi kemungkinan mendengkur. Hindari tidur tengkurap, karena posisi ini dapat menyebabkan relaksasi otot-otot di saluran napas dan menyebabkan penyempitan.

πŸ‘΅ Hindari alkohol dan obat-obatan yang mengendurkan otot: 

Alkohol dan beberapa obat-obatan tertentu dapat mengendurkan otot-otot tubuh, termasuk otot-otot di saluran napas. Menghindari konsumsi alkohol atau mengonsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan obat-obatan yang dapat mempengaruhi otot dapat membantu mengurangi mendengkur.

πŸ‘΅ Jaga kesehatan hidung dan saluran napas: 

Menjaga hidung dan saluran napas tetap bersih dan bebas dari penyumbatan dapat membantu mencegah mendengkur. Gunakan obat semprot hidung atau larutan garam fisiologis untuk membersihkan hidung jika ada penyumbatan atau alergi.

πŸ‘΅ Perubahan gaya hidup: 

Mengadopsi gaya hidup sehat secara keseluruhan, seperti menghentikan merokok dan mengelola stres, dapat berkontribusi pada pengurangan mendengkur.

πŸ‘΅ Konsultasikan dengan dokter: 

Jika mendengkur pada lansia berlanjut dan mengganggu tidur atau kualitas hidup, penting untuk berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan penyebab mendengkur dan memberikan saran atau pengobatan yang sesuai.

             Meskipun tidak ada makanan yang secara langsung dapat mencegah mendengkur, pola makan sehat secara umum dapat membantu menjaga berat badan yang sehat dan mengurangi kemungkinan mendengkur. 

Beberapa kiat mengenai makanan yang baik untuk membantu mencegah mendengkur pada lansia antara lain:

πŸ’’ Diet rendah lemak: 

Mengonsumsi makanan rendah lemak dapat membantu menjaga berat badan yang sehat. Hindari makanan berlemak tinggi, terutama lemak jenuh yang dapat menyebabkan penumpukan lemak di sekitar saluran napas.

πŸ’’Konsumsi buah dan sayuran: 

Buah dan sayuran kaya akan serat, vitamin, dan mineral yang penting untuk kesehatan umum. Serat dapat membantu menjaga berat badan yang sehat dan mengurangi risiko penyakit yang dapat berkontribusi pada mendengkur.

πŸ’’Batasi konsumsi alkohol dan obat-obatan: 

Alkohol dan beberapa obat-obatan dapat mengendurkan otot-otot tubuh, termasuk otot-otot di saluran napas. Batasi konsumsi alkohol dan konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan obat-obatan yang dapat mempengaruhi otot untuk mengurangi risiko mendengkur.

πŸ’’Hindari makan berat sebelum tidur: 

Makan berlebihan atau makan makanan berat sebelum tidur dapat menyebabkan perut terisi dan menekan diafragma, yang dapat memicu mendengkur. Usahakan untuk makan ringan beberapa jam sebelum tidur.

πŸ’’Kurangi konsumsi makanan penyebab alergi atau iritasi: 

Beberapa orang mungkin memiliki alergi makanan atau sensitivitas tertentu yang dapat memperburuk kondisi saluran napas dan memicu mendengkur. Jika Anda mencurigai adanya alergi atau sensitivitas makanan, konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk menentukan makanan mana yang harus dihindari.

         πŸ’­ Penting untuk diingat bahwa mendengkur bisa disebabkan oleh berbagai faktor, dan makanan saja tidak dapat menjadi solusi tunggal. Penting untuk mengadopsi gaya hidup sehat secara menyeluruh dan berkonsultasi dengan dokter jika mendengkur terus berlanjut dan mengganggu tidur atau kualitas hidup.

Jika Anda atau orang yang Anda kenal mengalami mendengkur yang berkelanjutan dan mengganggu tidur atau kualitas hidup, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi medis yang lebih lanjut dan penanganan yang tepat.






 Sumber:

https://thesleepdoctor.com/aging/

https://www.sleepfoundation.org/snoring/common-causes

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/snoring/ 

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15580-snoring

https://www.nhs.uk/conditions/snoring/

https://www.webmd.com/sleep-disorders/sleep-apnea/snoring

https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/why-do-people-snore-answers-for-better-health



Tuesday, 15 August 2023

Komorbiditas Memperparah Lansia Yang Sakit

            Komorbiditas adalah kondisi medis tambahan yang ada bersamaan dengan kondisi medis utama seseorang. Dalam konteks kesehatan, komorbiditas mengacu pada adanya satu atau lebih penyakit atau gangguan kesehatan yang ada, secara bersamaan dengan penyakit utama yang sedang diobati atau dikelola. Komorbiditas sering kali dapat mempengaruhi pengelolaan, prognosis, dan hasil dari penyakit utama atau kondisi kesehatan yang sedang dihadapi.

Contoh, seseorang dengan penyakit jantung koroner juga mungkin memiliki diabetes tipe 2 sebagai komorbiditas. Ini berarti bahwa kedua kondisi ini ada bersamaan dalam tubuh individu tersebut. Komorbiditas dapat mempengaruhi cara penyakit-penyakit tersebut berkembang, serta pengobatan dan perawatan yang diperlukan.  

Lansia karena proses penuaan memiliki komorbiditas adanya satu atau lebih
 penyakit yang secara bersamaan dengan penyakit utama yang sedang diobati.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Komorbiditas (kata benda) dan komorbid (kata sifat) artinya penyakit penyerta; sebuah istilah dalam dunia kedokteran yang menggambarkan kondisi bahwa ada penyakit lain yang dialami selain dari penyakit utamanya. 

Sering kali dalam Bahasa Indonesia sederhana sama artinya dengan komplikasi (medis), yaitu kondisi di mana dua penyakit atau lebih hadir secara bersama-sama. Definisi yang lebih luas menggambarkan kata ini bahwa yang hadir selain penyakit utamanya tidak selalu harus berbentuk penyakit tapi juga bisa berupa perilaku yang mengarah kepada gaya hidup tidak sehat. 

Istilah medis yang merujuk pada kondisi komorbiditas adalah multimorbiditas atau polykomorbiditas. Kedua istilah ini digunakan untuk menggambarkan adanya beberapa kondisi medis atau penyakit yang ada bersamaan dalam satu individu. 

Multimorbiditas mengacu pada adanya beberapa kondisi medis kronis yang ada bersamaan pada seseorang, sedangkan polykomorbiditas merujuk pada adanya beberapa kondisi medis atau penyakit yang ada secara bersamaan pada individu yang sama.

Lansia memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami komorbiditas karena beberapa alasan yang melibatkan faktor-faktor biologis, genetik, gaya hidup, dan faktor lingkungan. 

Beberapa faktor yang berperan dalam meningkatkan risiko komorbiditas pada lansia antara lain:

πŸ’₯ Proses Penuaan: 

Seiring bertambahnya usia, organ-organ tubuh mengalami perubahan secara alami. Fungsi-fungsi tubuh yang menurun dapat mengakibatkan peningkatan risiko berbagai penyakit dan gangguan kesehatan.

Lansia yang mengidap penyakit jantung koroner
juga memiliki diabetes tipe 2 sebagai komorbiditas
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’₯ Akumulasi Risiko: 

Seiring bertambahnya usia, paparan terhadap faktor-faktor risiko kesehatan seperti merokok, pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan paparan lingkungan yang berbahaya dapat terakumulasi selama bertahun-tahun, meningkatkan kemungkinan munculnya berbagai penyakit.

πŸ’₯ Penurunan Fungsi Imun:

Sistem kekebalan tubuh lansia cenderung mengalami penurunan fungsi, sehingga membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi dan kondisi medis lainnya.

Imunitas lansia menurun membuat rentan terhadap infeksi
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’₯ Faktor Genetik: 

Beberapa penyakit memiliki komponen genetik yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan penyakit tertentu. Faktor genetik ini dapat 

πŸ’₯ Penyakit Menular: 

Lansia sering kali lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit menular, seperti flu atau infeksi saluran pernapasan atas, yang dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut.

πŸ’₯ Penyakit Kronis: 

Seiring bertambahnya usia, risiko mengembangkan penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan hipertensi meningkat. Penyakit-penyakit ini sering kali menjadi faktor risiko satu sama lain dan dapat menjadi komorbiditas.

πŸ’₯ Penurunan Fungsi Organ:

Fungsi organ tubuh, seperti ginjal, hati, dan jantung, cenderung menurun seiring bertambahnya usia. Penurunan ini dapat berkontribusi pada pengembangan berbagai penyakit.

πŸ’₯ Pola Hidup: 

Gaya hidup yang tidak sehat seperti pola makan yang tidak seimbang, kurangnya aktivitas fisik, dan merokok dapat meningkatkan risiko penyakit dan komorbiditas pada lansia.

πŸ’₯ Interaksi Obat: 

Lansia sering mengonsumsi beberapa jenis obat secara bersamaan untuk mengelola berbagai kondisi medis. Interaksi obat ini dapat mempengaruhi efektivitas dan toleransi terhadap pengobatan. 

Banyak lansia memiliki kormobiditas
(Sumber: canva.com)

 Penyakit utama dan komorbiditas yang sering dijumpai pada lansia :

  • Hipertensi dan diabetes tipe 2
  • Penyakit jantung koroner dan diabetes tipe 2
  • PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis ) dan penyakit jantung koroner
  • Osteoartritis dan osteoporosis
  • Kanker dan penyakit jantung koroner
  • Stroke dan penyakit jantung koroner
  • Gangguan kognitif dan depresi
  • Penyakit Parkinson dan gangguan kognitif
  • Penyakit ginjal kronis dan diabetes tipe 2
  • Penyakit hati dan diabetes tipe 2
  • Penyakit pernapasan dan gangguan tidur
  • Gangguan tidur dan gangguan kognitif
  • Depresi dan gangguan kecemasan
  • Penyakit autoimun dan gangguan kognitif
  • Penyakit ginjal kronis dan penyakit jantung koroner
  • Penyakit pernapasan dan penyakit jantung koroner
  • Gangguan penglihatan dan penyakit jantung koroner
  • Gangguan pendengaran dan gangguan kognitif
  • Gangguan kecemasan dan gangguan tidur
  • Penyakit gastroenterologi dan penyakit jantung koroner  
Obesitas dapat meningkatkan berbagai penyakit penyerta
(Sumber: foto canva.com)

       Mencegah penyakit komorbiditas pada lansia melibatkan kombinasi upaya kesehatan dan perubahan gaya hidup yang sehat. 

Beberapa langkah yang dapat membantu mencegah penyakit komorbiditas pada lansia:

πŸ‘΄ Pola Makan Sehat: 

Mengonsumsi makanan yang kaya serat, sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, protein rendah lemak, dan lemak sehat seperti lemak tak jenuh ganda (misalnya, lemak zaitun dan kacang-kacangan) dapat membantu menjaga berat badan yang sehat dan mencegah diabetes, penyakit jantung, serta beberapa jenis kanker.

πŸ‘΄ Aktivitas Fisik:

Melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat membantu menjaga kesehatan jantung, otot, dan tulang. Olahraga aerobik seperti berjalan cepat, berenang, atau bersepeda, serta latihan kekuatan dan fleksibilitas, dapat membantu mengurangi risiko osteoporosis dan penyakit jantung.

πŸ‘΄ Pengelolaan Stres: 

Mengelola stres dengan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, dan pernapasan dalam dapat membantu menjaga kesehatan mental dan mencegah penyakit terkait stres.

πŸ‘΄ Penghindaran Merokok dan Konsumsi Alkohol yang Berlebihan:

Berhenti merokok dan menghindari konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengurangi risiko penyakit pernapasan, penyakit jantung, penyakit hati, serta beberapa jenis kanker.

Lansia harus berhenti merokok untuk mengurangi
risiko penyakit pernapasan, kanker dan jantung.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ‘΄ Pemeriksaan Kesehatan Rutin: 

Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, termasuk pemeriksaan tekanan darah, kadar gula darah, kadar kolesterol, serta skrining untuk penyakit tertentu seperti kanker dan osteoporosis, dapat membantu mendeteksi dan mengelola penyakit secara dini.

πŸ‘΄ Vaksinasi:

Melakukan vaksinasi yang dianjurkan, seperti vaksin influenza dan vaksin pneumonia, dapat membantu mencegah infeksi serius pada lansia.

πŸ‘΄ Pengelolaan Kondisi Medis yang Ada: 

Jika sudah ada kondisi medis, seperti hipertensi atau diabetes, penting untuk mengikuti pengobatan dan anjuran dokter dengan tepat.

πŸ‘΄ Kegiatan Mental:

Melakukan aktivitas yang merangsang otak seperti membaca, menulis, belajar hal baru, dan menjaga hubungan sosial dapat membantu menjaga kognisi dan mencegah penyakit neurologis.

πŸ‘΄ Tidur yang Cukup: 

Memastikan tidur yang cukup dan berkualitas dapat mendukung kesehatan fisik dan mental.

πŸ‘΄ Konsultasi dengan Profesional Kesehatan: 

Lansia sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau tenaga medis profesional untuk merencanakan program kesehatan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan individu.        

Sikap yang diambil oleh lansia yang memiliki komorbiditas sangatlah penting untuk menjaga kesehatan dan kualitas hidup mereka. 

Beberapa sikap yang dapat membantu lansia mengelola kondisi komorbiditas dengan baik:

😎  Penerimaan dan Pengetahuan: 

Lansia sebaiknya menerima kenyataan bahwa mereka memiliki komorbiditas dan berusaha memahami kondisi kesehatan mereka dengan baik. Pengetahuan tentang penyakit-penyakit yang ada akan membantu mereka mengelola kondisi dengan lebih efektif.

😎 Kerja sama dengan Tenaga Medis:

Penting untuk bekerja sama dengan dokter dan tenaga medis lainnya dalam merencanakan dan mengelola pengobatan serta perawatan yang diperlukan. Mengikuti arahan medis dengan disiplin dapat membantu mengendalikan komorbiditas.

😎 Pemantauan Rutin: 

Lansia sebaiknya menjalani pemeriksaan kesehatan dan pemantauan yang direkomendasikan oleh dokter. Ini termasuk mengukur tekanan darah, gula darah, kadar kolesterol, dan parameter kesehatan lainnya sesuai jadwal yang ditentukan.

😎 Perencanaan Pola Makan dan Diet:

Lansia dengan komorbiditas perlu merencanakan pola makan yang sehat dan sesuai dengan kondisi mereka. Dalam beberapa kasus, mungkin perlu mengikuti diet khusus untuk mengelola penyakit tertentu, seperti diet rendah garam atau rendah karbohidrat.

😎 Aktivitas Fisik yang Terukur: 

Aktivitas fisik yang terukur dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan dapat membantu menjaga kesehatan jantung, otot, dan tulang. Lansia dapat berkonsultasi dengan dokter atau ahli fisioterapi untuk menentukan jenis dan tingkat aktivitas yang sesuai.

😎 Pengelolaan Stres:

Menggunakan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, dan pernapasan dalam dapat membantu mengurangi stres yang dapat mempengaruhi kondisi komorbiditas.

😎 Keterlibatan dalam Perawatan Sendiri:

Lansia sebaiknya aktif dalam mengelola perawatan kesehatan mereka sendiri. Ini termasuk mengatur obat-obatan, mengikuti jadwal kunjungan medis, dan melaporkan perubahan kondisi yang mungkin terjadi.

😎 Pentingnya Komunikasi: 

Berkomunikasi dengan dokter dan keluarga tentang kondisi kesehatan, gejala, dan perubahan yang dialami sangat penting. Ini akan membantu dalam perencanaan perawatan yang efektif.

😎 Gaya Hidup Sehat:

Mematuhi gaya hidup sehat, termasuk menghindari merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan, serta menjaga pola makan yang seimbang, dapat membantu mengontrol komorbiditas.

😎 Dukungan Sosial:

Mendapatkan dukungan dari keluarga, teman, dan kelompok dukungan bisa sangat bermanfaat dalam menghadapi komorbiditas. Berbicara tentang pengalaman dan tantangan dengan orang lain yang memiliki kondisi serupa dapat memberikan pemahaman dan dukungan emosional.

             Setiap individu adalah unik, jadi penting untuk berkonsultasi dengan profesional medis untuk rekomendasi khusus berdasarkan kondisi kesehatan dan kebutuhan individu.





Sumber:

https://www.cdc.gov/ibd/data-and-statistics/comorbidities.html

https://www.webmd.com/a-to-z-guides/what-is-comorbidity

https://www.verywellhealth.com/comorbidity-5081615

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2713155/

https://nida.nih.gov/research-topics/comorbidity




Monday, 14 August 2023

Ada Penyakit "Bersahabat" Dengan Manusia, Ah Masa Sih!

              Orang-orang di seluruh dunia hidup lebih lama. Saat ini kebanyakan orang dapat berharap untuk hidup sampai usia enam puluhan dan seterusnya. Setiap negara di dunia mengalami pertumbuhan baik dalam jumlah maupun proporsi orang lanjut usia dalam populasi. 

Karena rentang hidup rata-rata baru-baru ini meningkat, demikian pula perhatian terhadap kebijakan kesehatan, keinginan untuk hidup tanpa penyakit dan kecacatan, dan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup terkait kesehatan.

Komunitas lansia sepeda ontel berziarah TMP Kali bata
menerapkan gaya hidup sehat. (Sumber: foto pens 49 ceria)

Usia yang lebih tua juga ditandai dengan munculnya beberapa kondisi kesehatan yang kompleks yang biasa disebut sindrom geriatri. Mereka sering merupakan konsekuensi dari berbagai faktor yang mendasari dan termasuk kelemahan, inkontinensia urin, jatuh, delirium, dan tukak tekan.

Dalam konteks lansia, pemahaman masyarakat "penyakit yang bersahabat" mengacu pada penyakit yang umum terjadi pada usia lanjut dan tidak secara langsung mengancam nyawa atau menyebabkan kondisi yang parah. Pemahaman ini mengakui bahwa beberapa penyakit pada lansia mungkin tidak memiliki dampak yang sama beratnya seperti pada populasi yang lebih muda.

Namun, penting untuk diingat bahwa persepsi "bersahabat " adalah istilah yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari atau dalam konteks informal untuk menggambarkan penyakit yang cenderung memiliki dampak yang lebih ringan atau tidak mengancam nyawa, ini tidak berarti bahwa penyakit tersebut tidak memiliki dampak atau tidak perlu diperhatikan. 

Meskipun penyakit tersebut mungkin tidak mengancam nyawa secara langsung, mereka masih dapat menyebabkan tidak nyaman, mengganggu kualitas hidup, dan mempengaruhi kemampuan lansia untuk menjalani kehidupan sehari-hari secara mandiri.

Pemahaman penyakit yang bersahabat dapat mengarah pada upaya untuk mencegah dan mengelola penyakit-penyakit tersebut secara efektif agar lansia tetap nyaman dan dapat menjalani kehidupan yang produktif. Ini melibatkan pengelolaan gejala, pemberian perawatan yang sesuai, dan penyesuaian gaya hidup yang sehat.

Penyakit terkait penuaan (biasanya disebut age-related disease, ARD) adalah penyakit yang paling sering terlihat dengan frekuensi yang meningkat seiring bertambahnya penuaan . Mereka pada dasarnya adalah komplikasi penuaan, dibedakan dari proses penuaan itu sendiri.

Penyakit terkait penuaan frekuensi meningkat seiring bertambah usia
(Sumber: foto canva.com)

Beberapa penyakit yang dapat dianggap "bersahabat" dengan lansia adalah penyakit-penyakit yang umum terjadi pada usia lanjut dan biasanya tidak mengancam nyawa secara langsung. Perlu diingat bahwa respons individu terhadap penyakit dapat bervariasi.

Beberapa contoh penyakit yang sering terlihat pada lansia:

πŸ‘΄ Osteoarthritis:

Osteoarthritis adalah bentuk umum dari arthritis yang terjadi ketika tulang rawan sendi mulai mengalami kerusakan. Prevalensi osteoarthritis tampaknya lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.

Obesitas merupakan faktor risiko osteoarthritis dan seiring bertambahnya usia populasi (dan khususnya seiring bertambahnya usia populasi yang kelebihan berat badan), tingkat artritis pinggul dan lutut yang parah akan meningkat. 

Manajemen nyeri akan terus menjadi masalah klinis dan kebijakan kesehatan yang menjengkelkan karena hampir semua analgesik memiliki risiko yang luar biasa pada orang dewasa yang lebih tua. Ini dapat menyebabkan nyeri, kekakuan, dan pembengkakan sendi. Meskipun osteoarthritis dapat membatasi gerakan dan menyebabkan tidak nyaman, biasanya tidak mengancam jiwa.

πŸ‘΄ Hipertensi (tekanan darah tinggi): 

Hipertensi umum terjadi pada lansia dan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Berhubungan dengan kematian bahkan sampai pada usia lanjut. Namun, dengan pengelolaan yang tepat melalui diet, gaya hidup sehat, dan pengobatan, banyak lansia dapat menjaga tekanan darah mereka dalam kisaran yang aman.

πŸ‘΄ Katarak:

Katarak adalah kekeruhan progresif pada lensa mata, akibat sejumlah faktor, termasuk usia, paparan sinar ultraviolet, merokok, dan diabetes. Ini adalah kondisi mata yang umum terjadi pada lansia di mana lensa mata menjadi keruh, menyebabkan penglihatan kabur atau buram. Namun, katarak dapat diobati melalui operasi pengangkatan katarak yang relatif sederhana.

πŸ‘΄ Gangguan tidur:

Lansia sering mengalami gangguan tidur, seperti insomnia atau sleep apnea. Meskipun gangguan tidur dapat mengganggu kualitas hidup, jarang berbahaya secara langsung.

πŸ‘΄ Demensia ringan:

Tingkat demensia meningkat seiring bertambahnya usia. Tingkat kematian akibat penyakit Alzheimer meningkat sementara tingkat kematian akibat penyakit kardiovaskular menurun. Prevalensi demensia di seluruh dunia dapat meningkat dari 47 juta pada tahun 2015 menjadi 131 juta pada tahun 2050. Meskipun demensia, seperti penyakit Alzheimer, adalah kondisi serius yang mempengaruhi kognisi dan ingatan, dalam tahap awalnya, gejalanya mungkin tidak parah. Lansia dengan demensia ringan masih dapat menjalani kehidupan yang relatif mandiri dan berfungsi dengan baik dalam aktivitas sehari-hari.

         Mencegah penyakit yang bersahabat pada lansia melibatkan serangkaian langkah yang dapat diambil untuk menjaga kesehatan fisik dan mental secara umum. 

Lansia hidup tanpa penyakit dan kecacatan, sindrom geriatri
( Sumber: canva.com)

Beberapa langkah yang dapat membantu mencegah penyakit tersebut:

Gaya Hidup Sehat:

✅ Makanlah makanan seimbang dan bergizi tinggi, termasuk buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan protein sehat.

✅ Hindari makanan yang tinggi lemak jenuh, gula, dan garam berlebih.

✅ Lakukan aktivitas fisik secara teratur, seperti berjalan, bersepeda, atau senam ringan.

✅ Hindari kebiasaan merokok dan batasi konsumsi alkohol.

✅ Jaga berat badan yang sehat sesuai dengan rekomendasi dokter.

Lansia harus menjaga berat badan sesuai rekomendasi dokter
(Sumber: foto canva.com)

✅ Perawatan Medis yang Tepat:

✅ Jalani pemeriksaan kesehatan rutin dan ikuti saran medis yang diberikan oleh dokter.

✅ Minum obat-obatan yang diresepkan sesuai petunjuk dokter.

Vaksinasi: 

Pastikan Anda mendapatkan vaksinasi yang dianjurkan, seperti vaksin flu, vaksin pneumonia, atau vaksin hepatitis, sesuai dengan rekomendasi medis.

Kesehatan Mental dan Emosional:

✅ Pertahankan hubungan sosial yang sehat dan aktif dengan keluarga, teman, dan komunitas.

✅  Latihan relaksasi dan teknik pengelolaan stres, seperti meditasi atau yoga.

✅ Jaga pikiran yang positif dan terlibat dalam kegiatan yang menstimulasi mental, seperti membaca, menulis, atau mempelajari hal baru.

✅ Bila perlu, cari dukungan profesional untuk kesehatan mental dan emosional.

Keamanan dan Pencegahan Cedera:

✅ Ciptakan lingkungan yang aman di rumah, termasuk pemasangan pegangan tangan, penghilangan hambatan, dan penerangan yang memadai.

✅ Kenakan pakaian yang nyaman dan sesuai untuk menghindari jatuh atau cedera.

✅ Gunakan alat bantu jika diperlukan, seperti kacamata, alat bantu dengar, atau tongkat.

Latihan Kognitif:

✅ Latih otak dengan melakukan latihan kognitif, seperti teka-teki, membaca, atau permainan puzzle.

✅ Terlibat dalam aktivitas yang merangsang pikiran, seperti bermain musik, belajar bahasa baru, atau mengikuti kursus.

                  πŸ’¬  Perlu diingat bahwa tidak semua penyakit dapat dicegah sepenuhnya, tetapi langkah-langkah ini dapat membantu mengurangi risiko penyakit dan meningkatkan kualitas hidup pada lansia. Selalu konsultasikan dengan dokter atau profesional kesehatan untuk rekomendasi yang sesuai dengan kondisi kesehatan individu.







  Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7349344/

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/10-facts-on-ageing-and-health

https://en.wikipedia.org/wiki/Aging-associated_diseases

https://www.verywellhealth.com/age-related-diseases-2223996

https://ncoa.org/article/the-top-10-most-common-chronic-conditions-in-older-adults