Monday, 25 September 2023

Narsisistik Pada Lansia, Untuk Apa

      Orang yang berlebihan mencari pujian sering kali disebut sebagai "narcissist" atau "narsisistik." Narsisisme adalah karakteristik psikologis yang menggambarkan seseorang yang memiliki perasaan berlebihan akan kepentingan diri sendiri, perasaan superioritas, dan keinginan kuat untuk dipuji atau diakui oleh orang lain. 

Beberapa keluarga melaporkan bahwa perilaku kerabat mereka yang narsis semakin memburuk seiring bertambahnya usia. Seiring bertambahnya usia, semua membutuhkan lebih banyak perhatian dan dukungan dari orang-orang di sekitar. Seorang narsisis lanjut usia bergumul dengan gagasan untuk terlihat lemah atau bergantung pada orang lain. Dalam beberapa kasus, narsisisme bisa menjadi ciri kepribadian yang dominan dan mengganggu dalam hubungan inter personal.

Narsisisme bisa menjadi ciri kepribadian yang dominan.
(Sumber: foto LPC- Lansia

Ada dua jenis narsisisme yang umum dibahas dalam konteks ini:

πŸ‘‰ Narsisisme Naratif: 

Orang yang menderita narsisisme naratif cenderung bercerita tentang diri mereka sendiri secara berlebihan, mencari perhatian dengan menceritakan kisah-kisah yang mengesankan tentang diri mereka sendiri, dan berusaha agar orang lain memberikan pengakuan terhadap pencapaian atau karakteristik mereka.

πŸ‘‰ Narsisisme Grandiose: 

Orang dengan narsisisme grandiose memiliki perasaan yang sangat tinggi akan diri sendiri, merasa lebih unggul daripada orang lain, dan mencari pengakuan dan pujian sebagai cara untuk mempertahankan perasaan superioritas mereka.

Narsisisme memiliki perasaan yang sangat tinggi akan diri sendiri.
(Sumber: foto canva.com)

Narsisisme adalah ciri kepribadian kompleks dan dapat bervariasi dalam tingkat keparahan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku narsisistik, dan seseorang dapat mengalami kesulitan atau kesengsaraan yang signifikan akibat narsisisme.  

Beberapa ciri perilaku yang mungkin dapat diamati pada lansia yang memiliki kecenderungan untuk mencari pujian atau pengakuan:

πŸ’ Pencarian perhatian berlebihan: 

Mereka mungkin mencoba untuk menarik perhatian orang lain dengan cara yang mencolok atau mencari kesempatan untuk berbicara tentang diri mereka sendiri secara berlebihan.

πŸ’ Cerita-cerita berulang: 

Lansia yang mencari pujian mungkin sering kali mengulangi cerita atau pencapaian yang mengesankan dari masa lalu sebagai cara untuk mendapatkan pengakuan atau pujian dari orang lain.

πŸ’ Keinginan untuk diberi pujian: 

Mereka mungkin secara terbuka mengungkapkan keinginan mereka untuk dipuji atau diakui oleh orang lain atas apa yang mereka lakukan atau capai.

πŸ’ Perubahan dalam tingkat sosial:

Ada kemungkinan bahwa lansia yang lebih dulu introvert atau tidak terlalu mencari perhatian dapat mengalami perubahan dalam perilaku sosial mereka saat bertambahnya usia.

πŸ’ Isolasi sosial: 

Meskipun tidak semua lansia mencari pujian, beberapa mungkin mengalami isolasi sosial karena perubahan perilaku mereka atau kesulitan berinteraksi dengan orang lain.

πŸ’ Kecenderungan untuk mencela orang lain: 

Lansia yang mencari pujian dapat mencoba untuk mendapatkan pengakuan dengan mencela atau mengkritik orang lain.

       Perubahan perilaku pada lansia bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan fisik dan kognitif yang terjadi seiring bertambahnya usia, isolasi sosial, atau gangguan kesehatan mental. 

Beberapa faktor yang dapat memengaruhi seseorang, termasuk lansia, untuk berlebihan mencari pujian atau pengakuan :

πŸ‘ Kurangnya Perasaan Dihargai: 

Lansia mungkin merasa kurang dihargai atau tidak lagi mendapatkan perhatian yang mereka butuhkan dari orang lain. Ini bisa terjadi karena faktor-faktor seperti pensiun, kematian pasangan hidup, isolasi sosial, atau perubahan dalam dinamika hubungan. Meskipun gangguan kepribadian narsistik tampaknya menimbulkan tantangan bagi orang lanjut usia, tingkat narsisme yang lebih rendah tampaknya bertindak sebagai pertahanan terhadap kesepian. Orang lanjut usia dengan tingkat narsisme subklinis cenderung mencari lebih banyak peluang untuk berinteraksi sosial, sehingga menghasilkan kesehatan mental dan emosional yang lebih baik.

Lansia merasa kurang dihargai.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ‘ Kehilangan Identitas: 

Setelah pensiun atau perubahan besar dalam hidup, seseorang dapat mengalami kesulitan dalam menjaga rasa identitas mereka. Mencari pujian atau pengakuan dapat menjadi cara untuk mengisi kekosongan ini atau untuk merasa relevan dalam kehidupan sehari-hari.

πŸ‘ Perasaan Kesepian: 

Lansia yang menghadapi kesepian atau isolasi sosial mungkin mencari pujian sebagai cara untuk mendapatkan interaksi sosial atau merasa lebih terhubung dengan orang lain.

πŸ‘ Perubahan Kesehatan Mental:

Beberapa masalah kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan, dapat memengaruhi perilaku dan kebutuhan seseorang untuk mendapatkan perhatian positif. Orang yang merasa tidak aman atau cemas mungkin mencari pujian sebagai cara untuk mengurangi perasaan negatif tersebut.

πŸ‘ Perubahan Kesehatan Fisik: 

Kehilangan kesehatan fisik atau kemampuan fisik dapat membuat seseorang merasa tidak lagi memiliki nilai atau relevansi. Mencari pengakuan bisa menjadi cara untuk mengatasi perasaan ini.

πŸ‘ Kurangnya Aktivitas Sosial atau Hobi: 

Ketika seseorang kurang memiliki aktivitas sosial atau hobi yang memenuhi waktu luang mereka, mereka mungkin mencari pujian sebagai pengganti untuk mengisi waktu dan memberikan rasa makna.

πŸ‘ Perubahan Kognitif: 

Perubahan dalam fungsi kognitif atau penyakit seperti demensia dapat memengaruhi kontrol impuls dan perilaku seseorang, termasuk kebutuhan untuk mencari pujian.

       Menjadi gejala atau tanda penyakit mental atau kondisi lain yang mungkin memengaruhi seseorang, termasuk lansia. 

Beberapa kondisi yang mungkin berhubungan dengan perilaku berlebihan mencari pujian pada lansia, antara lain:

😰 Depresi: 

Depresi dapat memengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan dunia dan orang lain. Beberapa orang yang mengalami depresi dapat mencari pujian atau perhatian sebagai cara untuk mengatasi perasaan negatif yang mereka rasakan.

😰 Gangguan Kecemasan:

Gangguan kecemasan, seperti gangguan kecemasan sosial, dapat membuat seseorang mencari validasi dari orang lain untuk mengatasi perasaan cemas dan tidak aman.

😰 Gangguan Kepribadian Narsistik:

Meskipun narsisisme biasanya dikaitkan dengan perilaku berlebihan mencari pujian, ini bisa menjadi tanda dari gangguan kepribadian narsistik. Gangguan kepribadian narsistik adalah gangguan mental yang melibatkan keinginan yang kuat untuk dipuji dan perasaan superioritas yang berlebihan.

Narsistik memiliki keinginan kuat untuk dipuji.
(Sumber: foto canva.com)

😰 Perubahan Kognitif: 

Lansia dengan perubahan kognitif, seperti demensia, mungkin mengalami perubahan dalam perilaku sosial dan kebutuhan untuk mendapatkan perhatian. Ini bisa menjadi bagian dari perubahan kepribadian yang terkait dengan demensia.

Perilaku berlebihan mencari pujian pada lansia dapat memiliki berbagai penyebab, dan tidak selalu berkaitan dengan kondisi medis atau mental tertentu. 

       Perilaku narsisistik adalah karakteristik kepribadian yang kompleks dan bisa menjadi tantangan untuk diobati sepenuhnya. 

Beberapa pendekatan terapeutik dan strategi dapat membantu individu yang mengalami perilaku narsisistik, terutama jika perilaku tersebut mengganggu hubungan mereka atau kualitas hidup mereka. 

Beberapa pendekatan yang dapat dipertimbangkan:

πŸ“‘ Terapi Psikoterapi: 

Terapi psikoterapi adalah pendekatan yang umum digunakan dalam mengatasi perilaku narsisistik. Terapis dapat membantu individu untuk memahami perasaan, perilaku, dan motif di balik perilaku narsisistik mereka. Terapi kognitif perilaku (CBT), terapi dialektikal perilaku (DBT), terapi psikoanalitik, atau terapi kelompok adalah beberapa jenis terapi yang dapat efektif. Terapi dapat membantu individu:

  1. Mengidentifikasi pola perilaku narsisistik.
  2. Mempahami akar penyebab perilaku tersebut.
  3. Mengembangkan perasaan empati terhadap orang lain.
  4. Belajar mengelola emosi dan mengurangi tingkat kecenderungan narsistik.

πŸ“‘ Terapi Keluarga: 

Terapi keluarga dapat membantu memperbaiki hubungan antara individu narsisistik dan anggota keluarga mereka. Hal ini dapat membantu anggota keluarga belajar berkomunikasi lebih efektif, memahami perasaan mereka sendiri, dan membatasi perasaan kecemasan yang dapat muncul dalam hubungan dengan individu narsisistik.

πŸ“‘ Perubahan Gaya Hidup: 

Mengubah gaya hidup dengan fokus pada kesejahteraan fisik dan mental dapat membantu mengurangi perilaku narsisistik. Ini termasuk mengadopsi pola makan sehat, berolahraga secara teratur, dan mendapatkan cukup tidur. Perubahan ini dapat membantu individu merasa lebih sehat secara keseluruhan.

πŸ“‘ Dukungan Sosial: 

Mempertahankan hubungan sosial yang sehat dan mendukung dapat membantu mengimbangi perilaku narsisistik. Mendapatkan dukungan dari teman, keluarga, atau kelompok dukungan dapat membantu individu memahami perasaan mereka dan mengurangi perasaan isolasi.

πŸ“‘ Pendekatan Holistik: 

Pendekatan holistik yang mencakup perawatan fisik, mental, dan sosial dapat membantu individu narsisistik mencapai keseimbangan dalam hidup mereka. Ini dapat melibatkan berbagai spesialis kesehatan, seperti psikolog, psikiater, ahli gizi, dan pelatih kesejahteraan

       Individu dengan perilaku narsisistik sering kali tidak merasa ada yang salah dengan perilaku mereka, dan pengobatan mungkin memerlukan waktu dan kerja sama yang baik dari individu tersebut. Juga, pendekatan terapeutik yang paling sesuai dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan dan situasi individu. Konsultasikan dengan seorang profesional kesehatan mental untuk menilai situasi secara lebih mendalam dan merencanakan perawatan yang sesuai.





Sumber:

https://bluemoonseniorcounseling.com/narcissistic-personality-disorder-in-seniors 

https://mantracare.org/therapy/narcissistic/aging-narcissistic/

https://www.psychologytoday.com/us/blog/fulfillment-at-any-age/202306/what-is-life-like-for-the-aging-narcissist

https://christineschoenwald.medium.com/14-ways-narcissists-become-more-toxic-as-they-age-f7099c426f83

https://academic.oup.com/psychsocgerontology/article/78/9/1493/7142622

Sunday, 24 September 2023

Nokturia Pada Lansia, Sangat Mengganggu Tidur

       Nokturia adalah kondisi medis di mana seseorang sering terbangun dari tidur di malam hari untuk buang air kecil (kencing). Hal ini berarti seseorang harus bangun dari tidur lebih dari sekali selama malam untuk mengosongkan kandung kemih. Nokturia bisa mengganggu tidur dan kualitas hidup seseorang karena gangguan tidur dapat menyebabkan rasa lelah dan gangguan kesejahteraan secara umum.

Lansia berusia 60 hingga 70 tahun, prevalensi nokturia adalah antara 11% dan 50%. Bagi mereka yang berusia 80 tahun, prevalensinya meningkat antara 80% dan 90%, dengan hampir 30% mengalami dua atau lebih episode setiap malam. Gejala nokturia juga sering memburuk seiring bertambahnya usia.

Nokturia bisa mengurangi kualitas tidur.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Nokturia bisa menjadi gejala berbagai masalah kesehatan, seperti infeksi saluran kemih, pembesaran prostat pada pria (hiperplasia prostat jinak), diabetes, penyakit ginjal, dan masalah lainnya yang memengaruhi fungsi kandung kemih atau produksi urin. Nokturia bukanlah penyakit itu sendiri, tetapi gejala yang mengindikasikan adanya masalah kesehatan yang mendasarinya.

Frekuensi buang air kecil pada malam hari pada lansia dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya, dan apa yang dianggap "normal" dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk kesehatan umum, gaya hidup, dan faktor-faktor individu lainnya. Secara umum, sejumlah faktor seperti usia, jenis kelamin, dan kesehatan seseorang dapat memengaruhi seberapa sering mereka bangun untuk buang air kecil di malam hari. 

Beberapa panduan umum yang dapat digunakan sebagai pedoman adalah:

πŸ‘‰1-2 Kali per Malam: 

Sebagian besar orang, termasuk lansia, mungkin bangun untuk buang air kecil satu atau dua kali selama malam. Ini masih dianggap dalam kisaran normal asalkan tidak mengganggu tidur yang nyenyak dan tidak ada gejala yang mencurigakan.

πŸ‘‰Nokturia: 

Sering terbangun malam hari untuk kencing.
(Sumber: foto canva.com)

Ketika seseorang bangun untuk buang air kecil lebih dari dua kali selama malam secara teratur (biasanya lebih dari tiga kali), ini dapat dianggap sebagai nokturia. Nokturia bisa menjadi tanda masalah kesehatan yang mendasari dan mungkin memerlukan perhatian medis.

Istilah medis untuk nokturia adalah "nykturia." Nykturia digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana seseorang sering terbangun dari tidur di malam hari untuk buang air kecil. Istilah ini sering digunakan dalam dunia medis untuk merujuk kepada gejala seringnya buang air kecil pada malam hari, terutama ketika hal ini tidak sesuai dengan pola tidur yang normal.

Nokturia dapat memengaruhi orang dari berbagai kelompok usia, termasuk lansia. Namun, pada lansia, beberapa faktor kesehatan dan perubahan fisik yang terkait dengan penuaan dapat meningkatkan risiko terjadinya nokturia. 

Beberapa ciri yang mungkin terkait dengan lansia yang mengalami nokturia:

🌜 Frekuensi bangun malam: 

Lansia yang mengalami nokturia mungkin terbangun dari tidur di malam hari lebih sering daripada sebelumnya. Mereka mungkin harus buang air kecil beberapa kali selama malam.

Lansia lebih sering bangun malam hari
(Sumber: foto canva.com)

🌜 Berkurangnya kapasitas kandung kemih: 

Seiring bertambahnya usia, kapasitas kandung kemih dapat berkurang. Ini berarti kandung kemih mungkin tidak dapat menyimpan jumlah urin sebanyak ketika seseorang lebih muda, yang dapat menyebabkan seringnya buang air kecil.

🌜 Pembesaran prostat pada pria: 

Pada pria lansia, pembesaran prostat (hiperplasia prostat jinak) dapat menjadi penyebab nokturia. Prostat yang membesar dapat menekan uretra dan mempengaruhi aliran urin, menyebabkan seringnya buang air kecil.

🌜 Penurunan produksi hormon antidiuretik: 

Dalam beberapa kasus, produksi hormon antidiuretik oleh kelenjar hipofisis dapat menurun seiring bertambahnya usia. Hormon ini mengatur berapa banyak air yang dikeluarkan oleh ginjal dan dapat mempengaruhi produksi urin pada malam hari.

🌜 Konsumsi cairan yang tidak tepat: 

Lansia mungkin memiliki kebiasaan minum cairan sebelum tidur, dan ini dapat meningkatkan risiko nokturia jika mereka tidak dapat mengosongkan kandung kemih sepenuhnya sebelum tidur.

🌜 Gangguan tidur lainnya: 

Lansia juga cenderung mengalami gangguan tidur lainnya, seperti sleep apnea atau insomnia, yang dapat berkontribusi pada masalah nokturia.

       Nokturia pada lansia dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, baik yang berhubungan dengan penuaan maupun faktor-faktor kesehatan tertentu. 

Beberapa faktor penyebab nokturia pada lansia meliputi:

πŸ’£ Pembesaran Prostat (Hiperplasia Prostat Jinak): 

Pada pria lansia, pembesaran prostat adalah penyebab umum nokturia. Prostat yang membesar dapat menekan uretra dan mengganggu aliran urin, sehingga menyebabkan seringnya buang air kecil, terutama di malam hari.

πŸ’£ Penurunan Kapasitas Kandung Kemih: 

Seiring bertambahnya usia, kapasitas kandung kemih bisa berkurang. Ini berarti kandung kemih mungkin tidak dapat menyimpan jumlah urin sebanyak ketika seseorang lebih muda, sehingga seseorang akan sering merasa perlu untuk buang air kecil.

Penurunan kapasitas kandung kemih karena usia.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’£ Gangguan Hormonal: 

Perubahan hormonal yang terjadi seiring penuaan, termasuk penurunan produksi hormon antidiuretik, dapat memengaruhi pengaturan produksi urin pada malam hari. Hormon antidiuretik membantu mengurangi produksi urin saat tidur. Penurunan produksi hormon ini dapat menyebabkan produksi urin yang lebih banyak di malam hari.

πŸ’£ Gangguan Kesehatan Lainnya: 

Lansia lebih rentan terhadap berbagai masalah kesehatan yang dapat berkontribusi pada nokturia, seperti diabetes, gangguan ginjal, infeksi saluran kemih, dan penyakit jantung. Pengobatan untuk kondisi-kondisi ini atau gejala yang muncul sebagai akibat dari penyakit-penyakit tersebut juga dapat memengaruhi frekuensi buang air kecil.

πŸ’£ Konsumsi Cairan Tidak Tepat: 

Minum cairan dalam jumlah besar, terutama menjelang tidur, dapat meningkatkan produksi urin pada malam hari. Ini bisa terjadi jika seseorang minum banyak cairan sebelum tidur atau jika ada masalah dengan regulasi cairan tubuh.

πŸ’£ Gangguan Tidur: 

Gangguan tidur seperti sleep apnea atau insomnia juga dapat memengaruhi pola tidur dan menyebabkan seseorang bangun di malam hari untuk buang air kecil.

       Mencegah nokturia pada lansia melibatkan sejumlah strategi yang dapat membantu mengurangi risiko atau mengelola kondisi yang mungkin menyebabkan seringnya buang air kecil pada malam hari. 

Beberapa langkah yang dapat membantu mengurangi buang air kecil :

⛨ Kontrol Kesehatan Umum:

Pertahankan kesehatan secara keseluruhan dengan mengikuti pedoman gaya hidup sehat. Ini mencakup menjaga berat badan yang sehat, mengonsumsi makanan seimbang, berolahraga secara teratur, dan mengelola stres. Penyakit seperti diabetes, penyakit ginjal, dan penyakit jantung yang dapat menyebabkan nokturia dapat dikendalikan lebih baik dengan mengadopsi gaya hidup sehat.

⛨ Minum dengan Bijak: 

Hindari minum banyak cairan, terutama cairan berkafein atau alkohol, menjelang tidur. Batasi konsumsi cairan beberapa jam sebelum tidur untuk mengurangi risiko seringnya buang air kecil di malam hari.

⛨ Pengelolaan Obat-obatan: 

Jika Anda mengonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat menyebabkan nokturia sebagai efek samping, bicarakan dengan dokter Anda. Dokter mungkin bisa mengubah dosis atau obat yang diresepkan untuk mengurangi gejala nokturia.

⛨ Latihan Kegel: 

Latihan Kegel dapat membantu memperkuat otot panggul bawah dan kandung kemih, yang dapat membantu mengurangi inkontinensia urin dan gejala nokturia.

⛨ Pengelolaan Pembesaran Prostat:

Jika Anda adalah seorang pria yang mengalami nokturia akibat pembesaran prostat, bicarakan dengan dokter Anda tentang berbagai pilihan perawatan. Ini bisa termasuk pengobatan obat-obatan atau tindakan medis lainnya untuk mengatasi masalah prostat.

⛨ Perhatikan Rutin Tidur:

Cobalah menjaga rutinitas tidur yang baik. Ini dapat membantu menjaga pola tidur yang konsisten dan mengurangi gangguan tidur yang mungkin berkontribusi pada nokturia.

⛨ Hindari Makanan Pedas atau Asam: 

Makanan pedas atau asam tertentu bisa merangsang kandung kemih dan meningkatkan frekuensi buang air kecil. Hindari makanan ini, terutama menjelang tidur.

⛨ Konsultasikan dengan Dokter: 

Jika nokturia terus berlanjut atau memburuk, konsultasikan dengan dokter Anda. Dokter dapat melakukan evaluasi lebih lanjut, mungkin termasuk tes diagnostik, untuk mengidentifikasi penyebabnya dan merencanakan perawatan yang sesuai.

        Nokturia pada lansia sering kali merupakan gejala dari masalah kesehatan yang mendasarinya. Dengan konsultasi medis yang tepat dan perubahan gaya hidup yang sesuai, kondisi ini dapat dikelola atau dikurangi sehingga tidur malam yang lebih baik dapat dicapai.

Mengobati nokturia pada lansia melibatkan pengobatan penyebab yang mendasarinya. Nokturia adalah gejala dari masalah kesehatan tertentu, dan pengobatan akan bergantung pada apa yang menjadi penyebabnya. 

Beberapa langkah umum yang dapat diambil untuk mengobati nokturia pada lansia:

πŸ‘³ Konsultasi dengan Dokter:

Langkah pertama adalah berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan evaluasi medis yang komprehensif untuk mengidentifikasi penyebab nokturia. Hal ini mungkin melibatkan wawancara tentang riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tes darah atau urin.

πŸ‘³ Pengobatan Penyakit Mendasar:

Jika dokter menemukan bahwa nokturia disebabkan oleh penyakit atau kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes, penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, atau masalah prostat pada pria, pengobatan akan ditujukan pada kondisi tersebut. Ini mungkin melibatkan perubahan dalam pengobatan yang ada atau penambahan obat-obatan baru.

πŸ‘³ Perubahan Gaya Hidup:

Terkadang, perubahan gaya hidup dapat membantu mengatasi nokturia. Ini mungkin termasuk mengurangi konsumsi cairan pada malam hari, menjaga rutinitas tidur yang baik, atau menghindari makanan atau minuman tertentu yang dapat merangsang kandung kemih.

πŸ‘³ Latihan Kegel: 

Latihan Kegel dapat membantu memperkuat otot panggul bawah dan kandung kemih, yang dapat membantu mengurangi inkontinensia urin dan gejala nokturia.

πŸ‘³ Terapi Perilaku dan Fisioterapi:

Dalam beberapa kasus, terapi perilaku atau fisioterapi yang dipimpin oleh profesional medis dapat membantu mengatasi nokturia, terutama jika kondisi ini terkait dengan masalah kontrol kandung kemih atau gangguan struktural.

πŸ‘³ Intervensi Bedah:

Jika nokturia disebabkan oleh masalah prostat yang serius pada pria atau kondisi fisik lain yang memerlukan perbaikan bedah, dokter dapat merujuk pasien untuk tindakan bedah.

πŸ‘³ Obat-obatan: 

Terkadang, dokter dapat meresepkan obat-obatan yang bertujuan untuk mengurangi frekuensi buang air kecil di malam hari. Ini mungkin obat yang mempengaruhi produksi urin atau otot kandung kemih.

      Pengobatan nokturia pada lansia akan bervariasi tergantung pada penyebab spesifiknya. Oleh karena itu, penting untuk bekerja sama dengan dokter untuk menentukan pengobatan yang paling sesuai dengan kondisi Anda. Diskusikan gejala dan masalah tidur Anda secara terbuka dengan dokter agar dapat menerima perawatan yang tepat.




Sumber:

https://en.wikipedia.org/wiki/Nocturia

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3061378/#:~:text=Nocturia 

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/10641954/

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/14510-nocturia

Saturday, 23 September 2023

Urtikaria, Ruam Biduran, Buat Lansia Tidak Nyaman

      Urtikaria dikenal sebagai "ruam gatal" atau "ruam biduran," adalah kondisi kulit yang ditandai dengan munculnya bercak merah yang gatal dan meningkat menjadi bengkak. Urtikaria biasanya bersifat sementara dan dapat muncul secara tiba-tiba. Bercak-bercak ini disebut juga sebagai "urtika" atau "papula urtikaria."

Urtikaria atau ruam biduran bersifat sementara.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Urtikaria dibedakan sebagai berikut:

Urtikaria akut, jika ruam hilang sepenuhnya dalam waktu enam minggu (kebanyakan kasus berlangsung 24 hingga 48 jam)

Urtikaria kronis, dalam kasus yang jarang terjadi, di mana ruam tetap ada atau hilang timbul selama lebih dari enam minggu, sering kali selama bertahun-tahun

Urtikaria ditandai dengan kulit muncul bercak merah yang gatal.
(Sumber: foto canva.com)

Gejala utama dari urtikaria adalah:

πŸ‘‰ Ruam kulit: 

Bercak merah atau putih yang terasa gatal dan meningkat menjadi bengkak, biasanya berdiameter beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter. Bercak ini dapat muncul di berbagai bagian tubuh.

πŸ‘‰ Gatal: 

Gatal yang intens dapat menyertai urtikaria, dan rasa gatal ini dapat sangat mengganggu penderitanya.

Beberapa ciri urtikaria pada lansia:

πŸ‘† Bercak Merah yang Gatal: 

Lansia yang mengalami urtikaria akan mengalami munculnya bercak merah di kulit yang terasa gatal. Bercak ini dapat berbentuk seperti lepuh atau benjolan dan dapat muncul secara tiba-tiba.

πŸ‘† Bengkak: 

Bercak-barcak pada kulit biasanya akan meningkat menjadi bengkak. Bengkak ini dapat terjadi di berbagai bagian tubuh.

πŸ‘† Ruam Berpindah-pindah: 

Ciri khas urtikaria adalah ruam yang berpindah-pindah, artinya bercak-bercak dapat muncul di satu area kulit, menghilang, dan kemudian muncul di area kulit yang lain.

πŸ‘† Gatal Intens: 

Rasa gatal yang intens seringkali menyertai urtikaria. Gatal ini bisa sangat mengganggu dan dapat menyebabkan ketidaknyamanan.

πŸ‘† Durasi Bervariasi: 

Urtikaria bisa bersifat akut (berlangsung kurang dari 6 minggu) atau kronis (berlangsung lebih dari 6 minggu). Pada lansia, urtikaria bisa menjadi masalah yang berulang atau kronis, tetapi juga dapat terjadi secara akut.

Urtikaria dapat dipicu oleh berbagai faktor, dan seseorang yang rentan terhadap urtikaria mungkin mengalami reaksi akibat satu atau lebih faktor berikut:

πŸ’© Alergi: 

Alergen seperti makanan tertentu (contohnya, kacang, seafood, telur), obat-obatan (seperti antibiotik atau aspirin), serbuk sari, bulu hewan peliharaan, atau debu dapat menjadi pemicu urtikaria alergi. Ini adalah salah satu penyebab paling umum urtikaria.

Urtikaria karena alergi terhadap makanan tertentu.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’© Faktor Lingkungan:

Faktor lingkungan tertentu seperti cuaca panas dan lembap, suhu dingin, paparan sinar matahari, kelembaban, atau gigitan serangga tertentu (seperti nyamuk atau lebah) dapat memicu urtikaria.

πŸ’© Stres: 

Stres fisik atau emosional dapat menjadi pemicu urtikaria pada beberapa individu. Reaksi tubuh terhadap stres dapat menyebabkan pelepasan histamin, yang dapat mengakibatkan bercak kulit dan gatal.

πŸ’© Infeksi:

Beberapa jenis infeksi, seperti infeksi virus atau bakteri, dapat menyebabkan urtikaria. Ini termasuk infeksi seperti pilek, flu, atau infeksi saluran pernapasan atas lainnya.

πŸ’© Autoimun:

Urtikaria autoimun adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang dirinya sendiri dan dapat menyebabkan urtikaria kronis.

πŸ’© Fisik: 

Beberapa individu dapat mengalami urtikaria sebagai respons terhadap rangsangan fisik tertentu, seperti tekanan kulit (urtikaria dermografik), panas (urtikaria panas), atau dingin (urtikaria dingin). Getaran, misalnya akibat jogging atau penggunaan mesin pemotong rumput. Tekanan pada kulit, seperti dari ikat pinggang yang ketat

πŸ’© Makanan atau Minuman:

Beberapa makanan atau minuman tertentu, seperti alkohol, makanan pedas, makanan yang mengandung histamin (seperti anggur merah), atau makanan yang mengandung bahan tambahan tertentu, dapat memicu urtikaria pada beberapa individu.

Makanan tertentu dapat memicu urtikaria pada lansia.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’© Obat-obatan: 

Beberapa obat-obatan tertentu, seperti antibiotik, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), atau obat penurun tekanan darah, dapat menjadi pemicu urtikaria pada beberapa orang.

       Mencegah urtikaria pada lansia dapat melibatkan beberapa langkah untuk mengurangi risiko terjadinya reaksi alergi atau respons kulit yang berlebihan. 

Beberapa langkah yang dapat membantu mencegah urtikaria pada lansia:

✂ Identifikasi Pemicu: 

Jika seorang lansia memiliki riwayat urtikaria atau alergi tertentu, sangat penting untuk mengidentifikasi pemicu yang memicu reaksi alergi. Ini dapat mencakup makanan, obat-obatan, bahan kimia, atau faktor lingkungan tertentu. Dengan mengetahui pemicu, langkah-langkah dapat diambil untuk menghindarinya.

✂ Hindari Alergen:

Jika pemicu urtikaria telah diidentifikasi, usahakan untuk menghindari paparan terhadap alergen tersebut. Misalnya, jika seseorang alergi terhadap makanan tertentu, hindari makanan tersebut dalam diet mereka.

✂ Gunakan Obat-obatan dengan Hati-hati:

Jika seseorang memerlukan obat-obatan tertentu, seperti antibiotik atau obat lain yang diketahui dapat menyebabkan reaksi alergi pada mereka, berbicaralah dengan dokter atau apoteker tentang opsi pengganti yang lebih aman.

✂ Hindari Paparan Lingkungan Ekstrem:

Faktor lingkungan seperti suhu ekstrem, sinar matahari berlebihan, atau kelembapan yang tinggi dapat memicu urtikaria pada beberapa individu. Usahakan untuk menjaga kenyamanan lingkungan fisik lansia Anda dan hindari paparan yang dapat memicu reaksi.

✂ Kelola Stres: 

Stres fisik atau emosional dapat memicu urtikaria pada beberapa orang. Membantu lansia dalam mengelola stres dapat membantu mengurangi risiko munculnya urtikaria. Ini dapat mencakup teknik relaksasi, meditasi, atau olahraga yang ringan.

✂ Lakukan Perawatan Kulit yang Baik:

Menggunakan pelembap kulit secara teratur dapat membantu menjaga kulit tetap sehat dan mengurangi risiko iritasi yang dapat memicu urtikaria.

✂ Pantau Kesehatan:

Lansia yang rentan terhadap urtikaria atau memiliki riwayat alergi harus menjalani pemeriksaan rutin oleh dokter. Ini akan membantu dalam mengidentifikasi dan mengelola gejala secara dini.

       Mengobati urtikaria pada lansia melibatkan pendekatan yang sama seperti yang digunakan untuk mengobati urtikaria pada kelompok usia lainnya. Namun, perlu diperhatikan bahwa pengobatan pada lansia harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan mereka yang mungkin berbeda. 

Beberapa langkah umum dalam mengobati urtikaria pada lansia:

πŸ‘³ Konsultasikan dengan Dokter: 

Jika seorang lansia mengalami gejala urtikaria, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter atau profesional medis. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, menanyakan riwayat medis, dan mungkin melakukan tes untuk mengidentifikasi penyebab urtikaria.

πŸ‘³ Antihistamin: 

Obat antihistamin sering digunakan sebagai pengobatan pertama untuk mengatasi gejala urtikaria. Antihistamin bekerja dengan mengurangi pelepasan histamin dalam tubuh, yang merupakan penyebab utama gatal dan pembengkakan. Lansia harus mengikuti dosis yang diresepkan oleh dokter mereka, dan perhatikan efek samping yang mungkin terjadi, seperti mengantuk.

πŸ‘³ Kortikosteroid Topikal: 

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan krim atau salep kortikosteroid topikal untuk mengurangi peradangan dan gatal di kulit.

πŸ‘³ Obat-obatan Tambahan: 

Jika antihistamin tidak efektif dalam mengendalikan gejala atau jika urtikaria menjadi kronis, dokter mungkin meresepkan obat-obatan tambahan seperti kortikosteroid oral, antagonis reseptor leukotrien, atau obat imunosupresan dalam kasus yang lebih parah.

πŸ‘³ Penghindaran Pemicu: 

Jika pemicu urtikaria telah diidentifikasi, lansia harus menghindari paparan terhadap pemicu tersebut sebisa mungkin.

πŸ‘³ Pemantauan Rutin: 

Lansia yang mengalami urtikaria perlu dipantau secara rutin oleh dokter mereka untuk memastikan efektivitas pengobatan dan mengidentifikasi perubahan dalam kondisi mereka.

πŸ‘³ Perubahan Gaya Hidup:

Memperhatikan pola makan sehat, mengelola stres, dan menjaga kesehatan kulit dengan perawatan yang baik dapat membantu mengurangi risiko gejala urtikaria.

πŸ‘³ Edukasi dan Dukungan Psikologis: 

Memberikan edukasi kepada lansia tentang urtikaria dan memberikan dukungan psikologis penting untuk membantu mereka menghadapi kondisi ini secara emosional.

       Pengobatan urtikaria harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan riwayat medis individu lansia. Oleh karena itu, selalu penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan perawatan yang sesuai dan mengikuti petunjuk dokter dengan cermat. Jika gejala urtikaria berlanjut atau memburuk, segera konsultasikan dengan dokter untuk penyesuaian perawatan yang dibutuhkan.





Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4219970 

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/36649801/

https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S2213219823000685

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/chronic-hives/symptoms-causes/syc-20352719

https://www.nidirect.gov.uk/conditions/urticaria-hives