Wednesday, 27 September 2023

Perasaan Cemas Pada Lansia, Fobia Sosial.

        Fobia sosial adalah ketika seseorang merasa sangat cemas dan minder dalam situasi sosial sehari-hari. Orang dewasa yang lebih tua mungkin merasakan ketakutan yang intens, terus-menerus, dan kronis akan dihakimi oleh orang lain dan melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan rasa malu. 

Beberapa orang lanjut usia menderita fobia sosial karena mereka malu karena tidak dapat mengingat nama atau malu dengan penampilannya karena sakit. Gangguan kecemasan sosial membuat Anda sulit menjalin dan mempertahankan teman. 

Beberapa lansia memiliki fobia sosial.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Penderita fobia sosial mungkin berada di dekat orang lain, namun merasa cemas sebelumnya, sangat tidak nyaman selama pertemuan tersebut, dan, setelah itu, khawatir bagaimana mereka dihakimi. Gejala fisiknya bisa berupa wajah memerah, berkeringat banyak, gemetar, mual, dan kesulitan berbicara.

Malu dengan penampilannya karena sakit.
(Sumber: foto canva.com)

Perasaan malu dapat dialami oleh individu dari segala usia, termasuk lansia. Malu adalah perasaan tidak nyaman atau rasa tidak percaya diri yang muncul ketika seseorang merasa bahwa perilaku atau tindakan mereka dianggap tidak pantas atau salah oleh orang lain atau oleh norma sosial tertentu.

Dalam dunia medis yang umum digunakan untuk menggambarkan perasaan malu yang mengganggu adalah Sosial Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan Sosial) atau Social Phobia.  Ini adalah gangguan kecemasan yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang karena ketakutan yang berlebihan terhadap situasi sosial atau performa di depan orang lain. 

Individu dengan gangguan kecemasan sosial sering kali merasa sangat malu, gugup, dan cemas dalam situasi seperti berbicara di depan umum, berpartisipasi dalam pertemuan sosial, atau bahkan berinteraksi dengan orang lain.

Gejala umum dari Gangguan Kecemasan Sosial meliputi:

  • Ketakutan intens sebelum atau selama situasi sosial atau performa.
  • Perasaan malu atau rendah diri yang mendalam.
  • Menghindari situasi sosial atau performa.
  • Gejala fisik seperti keringat berlebihan, gemetar, detak jantung yang cepat, atau mual saat dalam situasi tersebut.

Gangguan Kecemasan Sosial adalah gangguan kesehatan mental yang serius dan dapat mengganggu kehidupan seseorang secara signifikan.

Beberapa alasan mengapa lansia mungkin mengalami perasaan malu meliputi:

πŸ’ͺ Ketidakmampuan Fisik: 

Lansia mungkin mengalami penurunan kemampuan fisik seiring bertambahnya usia, seperti kesulitan berjalan, kehilangan daya penglihatan atau pendengaran. Hal ini bisa membuat mereka merasa malu karena merasa kurang terampil atau bergantung pada bantuan orang lain.

Kesulitan berjalan membuat lansia malu dan cemas.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’ͺ Kehilangan Memori: 

Beberapa lansia mengalami penurunan daya ingat atau kebingungan, yang bisa membuat mereka merasa malu saat mereka lupa hal-hal yang sebelumnya dapat mereka ingat.

πŸ’ͺ Isolasi Sosial:

Lansia yang menghadapi isolasi sosial, seperti kehilangan teman atau kerabat yang dekat, bisa merasa malu karena merasa kesepian atau tidak memiliki dukungan sosial.

πŸ’ͺ Perubahan Dalam Penampilan: 

Perubahan dalam penampilan fisik, seperti keriput, rambut beruban, atau berat badan yang berubah, dapat menyebabkan perasaan malu pada beberapa lansia.

πŸ’ͺ Ketergantungan pada Orang Lain: 

Jika lansia menjadi lebih tergantung pada perawatan atau dukungan orang lain, mereka mungkin merasa malu karena merasa menjadi beban bagi orang lain.

Merasa malu karena menjadi beban orang lain.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’ͺ Perubahan dalam Peran Sosial:

Ketika lansia pensiun dari pekerjaan atau peran sosial lainnya, mereka mungkin mengalami perasaan kehilangan identitas atau perasaan tidak berguna.

           πŸ’¬ Perasaan malu adalah emosi manusia yang alami dan bisa dialami oleh siapa saja.

Dalam konteks kesehatan mental, perasaan malu atau ketidakpercayaan diri yang berkepanjangan dan berat dapat menjadi gejala dari berbagai gangguan psikologis, seperti:

😱 Gangguan Kecemasan Sosial: 

Ini adalah gangguan di mana seseorang mengalami perasaan cemas yang luar biasa dalam situasi sosial dan dapat merasa malu atau takut akan penilaian orang lain.

😱 Gangguan Makan: 

Individu dengan gangguan makan seperti anoreksia nervosa atau bulimia nervosa mungkin mengalami perasaan malu terkait dengan hubungan mereka dengan makanan, berat badan, atau penampilan fisik.

😱 Depresi:

Orang dengan depresi sering mengalami perasaan rendah diri yang mendalam dan dapat merasa malu terkait dengan perasaan ini.

😱 Gangguan Kecemasan Umum: 

Orang dengan gangguan kecemasan umum dapat merasa malu karena perasaan ketidakpastian atau kekhawatiran berlebihan.

😱 Gangguan Kepribadian:

Beberapa jenis gangguan kepribadian, seperti gangguan kepribadian menghindar atau gangguan kepribadian dependen, dapat dikaitkan dengan perasaan malu atau ketidakpercayaan diri yang kronis.

        Mengatasi perasaan malu pada lansia dapat menjadi tantangan, tetapi ada berbagai strategi yang dapat membantu mereka menghadapinya dengan lebih baik. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu lansia mengatasi rasa malu:

πŸ‘„ Berbicara dan Mendengarkan: 

Ajak lansia untuk berbicara tentang perasaan mereka. Dengarkan dengan penuh perhatian dan tanpa menghakimi. Terkadang, berbicara tentang perasaan dapat membantu mengurangi tekanan emosional.

πŸ‘„ Bantu Identifikasi Akar Masalah:

Cobalah untuk membantu lansia mengidentifikasi penyebab perasaan malu mereka. Apakah itu terkait dengan perubahan fisik, perubahan dalam peran sosial, atau pengalaman masa lalu? Identifikasi akar masalah dapat membantu dalam penanganan.

πŸ‘„ Jaga Dukungan Sosial:

Dukungan dari teman, keluarga, atau kelompok dukungan bisa sangat membantu. Pastikan lansia merasa didukung dan dicintai.

πŸ‘„ Promosikan Kesehatan Mental:

Dorong lansia untuk menjaga kesehatan mental mereka. Ini bisa termasuk berpartisipasi dalam aktivitas yang mereka nikmati, seperti seni, olahraga, atau musik. Terkadang terapi psikologis atau konseling juga diperlukan.

πŸ‘„ Latihan dan Perawatan Fisik:

Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu meningkatkan suasana hati dan rasa percaya diri. Ini juga dapat membantu mengatasi beberapa penyebab perasaan malu terkait dengan perubahan fisik.

πŸ‘„ Terapi dan Konseling: 

Jika perasaan malu bersifat kronis atau mengganggu, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari seorang profesional kesehatan mental, seperti seorang psikolog atau psikiater. Terapi kognitif perilaku (CBT) adalah salah satu bentuk terapi yang sering digunakan untuk mengatasi perasaan malu.

πŸ‘„ Edukasi: 

Edukasi tentang proses penuaan dan perubahan yang alami dalam tubuh dapat membantu lansia mengatasi perasaan malu terkait dengan perubahan fisik.

πŸ‘„ Latih Keterampilan Sosial:

Lansia mungkin merasa lebih percaya diri dalam berinteraksi sosial jika mereka memiliki keterampilan sosial yang baik. Program pelatihan keterampilan sosial dapat membantu dalam hal ini.

πŸ‘„ Rencana Perawatan: 

Jika perasaan malu terkait dengan masalah medis tertentu, pastikan lansia mendapatkan perawatan medis yang sesuai.

πŸ‘„ Pendekatan Positif:

Dorong lansia untuk fokus pada aspek-aspek positif dalam hidup mereka. Membuat daftar pencapaian, mengejar hobi, dan merencanakan aktivitas yang membuat mereka bahagia dapat membantu mengalihkan perhatian dari perasaan malu.

       Mengatasi perasaan malu bisa memerlukan waktu, dan tidak ada solusi instan. Dukungan dari orang-orang terdekat dan profesional kesehatan mental dapat sangat membantu lansia dalam mengatasi perasaan ini dan meningkatkan kesejahteraan mereka.






Sumber:

https://www.overcome.org.uk/programs/fear? 

https://www.aagponline.org/patient-article/anxiety-and-older-adults-overcoming-worry-and-fear/

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/14998739/

https://www.ncoa.org/article/anxiety-and-older-adults-a-guide-to-getting-the-relief-you-need

https://www.psychiatrist.com/pcc/anxiety/anxiety-disorders-in-older-patients/

Tuesday, 26 September 2023

Lemak Jenuh, Apakah Bahaya Untuk lansia

        Lemak jenuh adalah jenis lemak yang memiliki ikatan kimia tunggal antara atom-atom hidrogen dalam rantainya, yang berarti bahwa rantai karbon dalam lemak ini sepenuhnya "tersaturasi" dengan atom hidrogen. Lemak jenuh atau minyak jenuh adalah lemak yang pada suhu kamar berbentuk padat atau setidaknya lebih kental daripada lemak cair pada suhu tersebut.

Istilah medis untuk lemak jenuh adalah "saturated fat." Dalam bahasa medis dan ilmu gizi, lemak jenuh mengacu pada jenis lemak yang memiliki ikatan tunggal antara atom-atom hidrogen dalam rantai karbonnya. Hal ini menyebabkan rantai karbon dalam lemak tersebut "jenuh" dengan atom hidrogen.

Lemak jenuh bersifat padat pada suhu kamar, terkandung dalam makanan hewani dan beberapa makanan nabati. Lemak jenuh telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan masalah kesehatan lainnya, itulah sebabnya penting untuk membatasi konsumsi lemak jenuh dalam diet Anda.

Lemak jenuh banyak terdapat pada makanan hewani.
(Sumber: foto LPC- Lansia)

Produk  hewani banyak mengandung lemak jenuh, seperti daging merah, produk susu tinggi lemak, mentega, dan lemak trans yang dihasilkan dari hidrogenasi minyak sayuran. Makanan yang tinggi lemak jenuh cenderung memiliki rasa yang kaya dan gurih.

Lemak jenuh banyak ditemukan pada berbagai bahan makanan, terutama dalam produk-produk hewani dan beberapa produk makanan olahan. 

Beberapa contoh bahan makanan yang mengandung lemak jenuh:

πŸ„ Daging Merah: 

Daging sapi, domba, dan babi dapat mengandung lemak jenuh, terutama pada bagian-bagian yang berlemak.

πŸ„ Produk Susu Tinggi Lemak: 

Susu tinggi lemak, keju, krim asam, dan mentega mengandung lemak jenuh. Lebih baik memilih produk susu rendah lemak atau non-lemak.

πŸ„ Minyak Kelapa: 

Minyak kelapa adalah salah satu jenis minyak nabati yang tinggi lemak jenuh. Ini sering digunakan dalam masakan tertentu.

πŸ„ Minyak Sawit:

Minyak sawit adalah minyak nabati yang mengandung lemak jenuh. Ini digunakan dalam banyak produk makanan olahan dan dapat ditemukan dalam makanan ringan, camilan, dan makanan cepat saji.

Minyak sawit (minyak nabati) yang mengandung lemak jenuh.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ„ Daging Ayam dengan Kulit:

Kulit ayam mengandung lemak jenuh, sehingga menghilangkan kulit ayam dapat membantu mengurangi asupan lemak jenuh.

πŸ„ Minyak Nabati Terhidrogenasi (Minyak Trans):

Minyak nabati terhidrogenasi digunakan dalam beberapa produk makanan olahan dan mengandung lemak trans, yang juga termasuk dalam kategori lemak jenuh.

πŸ„ Camilan Krim dan Kue Kering: 

Kue kering, biskuit, dan camilan yang mengandung mentega atau minyak nabati terhidrogenasi biasanya mengandung lemak jenuh.

πŸ„ Makanan Cepat Saji: 

Makanan cepat saji, seperti kentang goreng dan makanan berlemak lainnya, seringkali digoreng dalam minyak yang mengandung lemak jenuh.

       Minyak jenuh, jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan lansia, sama seperti pada kelompok usia lainnya. 

Beberapa dampak kesehatan minyak jenuh pada lansia meliputi:

πŸ’™ Penyakit Jantung: 

Konsumsi tinggi lemak jenuh telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dalam darah, yang dapat menyebabkan penumpukan plak di arteri (aterosklerosis) dan meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

Konsumsi lemak jenuh tinggi meningkatkan risiko stroke.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’™ Obesitas: 

Konsumsi berlebihan lemak jenuh dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan obesitas, Banyak makanan berlemak tinggi seperti pizza, makanan yang dipanggang, dan gorengan memiliki banyak lemak jenuhnya. 

Makan terlalu banyak lemak dapat menambah kalori ekstra pada makanan dan menyebabkan berat badan bertambah. Semua lemak mengandung 9 kalori per gram lemak. Ini lebih dari dua kali lipat jumlah yang ditemukan pada karbohidrat dan protein . yang dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, termasuk diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung.

πŸ’™ Peradangan: 

Minyak jenuh dapat memicu peradangan dalam tubuh, yang dapat memengaruhi kesehatan lansia. Peradangan kronis telah dikaitkan dengan berbagai penyakit, termasuk arthritis dan penyakit autoimun.

πŸ’™ Resistensi Insulin:

Diet tinggi lemak jenuh telah dikaitkan dengan perkembangan resistensi insulin, yang merupakan faktor risiko diabetes tipe 2. Diabetes dapat menjadi masalah serius pada lansia dan memerlukan manajemen yang cermat.

πŸ’™ Kesehatan Jantung: 

Lansia umumnya memiliki risiko lebih tinggi terkena masalah kesehatan jantung. Konsumsi berlebihan lemak jenuh dapat memperburuk kondisi jantung yang sudah ada dan meningkatkan risiko komplikasi.

πŸ’™ Kesehatan Mental: 

Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara diet tinggi lemak jenuh dan risiko gangguan kesehatan mental, seperti depresi. Kesehatan mental lansia dapat dipengaruhi oleh pola makan mereka.

πŸ”ŽTakaran Konsumsi Lemak Jenuh.

Takaran mengonsumsi lemak jenuh yang disarankan untuk lansia serupa dengan panduan diet yang umumnya direkomendasikan untuk orang dewasa pada umumnya. Menurut banyak pedoman gizi dan kesehatan, termasuk panduan dari organisasi seperti Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Pengendalian Penyakit dan Pencegahan AS (CDC), rekomendasi umum untuk asupan lemak jenuh adalah sekitar 7-10% atau kurang dari total asupan kalori harian.

lansia harus menjaga jumlah asupan lemak jenuh.
(Sumber: foto canva.com)

Menghitung Konsumsi Lemak Jenuh.

Menghitung konsumsi lemak jenuh yang sehat pada manusia dapat melibatkan beberapa langkah sederhana. Perlu diingat bahwa rekomendasi asupan lemak jenuh akan bervariasi tergantung pada usia, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan kebutuhan kesehatan individu. 

Panduan umum untuk membantu Anda menghitung asupan lemak jenuh yang sehat:

🍳Tentukan Total Kebutuhan Kalori: 

Pertama-tama, Anda perlu menentukan total kebutuhan kalori harian Anda. Ini dapat dihitung berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan tujuan kesehatan Anda (misalnya, apakah Anda ingin menjaga berat badan, menurunkan berat badan, atau menaikkan berat badan). Banyak kalkulator online yang dapat membantu Anda menentukan kebutuhan kalori harian Anda.

🍳Batas Asupan Lemak Jenuh: 

Rekomendasi umum adalah bahwa asupan lemak jenuh harus kurang dari 10% dari total asupan kalori harian. Namun, beberapa organisasi kesehatan, seperti American Heart Association (AHA), merekomendasikan batasan lebih ketat, yaitu kurang dari 7% dari total kalori harian.

🍳Konversi Kalori menjadi Gram:

Lemak mengandung sekitar 9 kalori per gram. Jadi, jika Anda mengetahui total kalori harian yang Anda butuhkan dan ingin mematuhi batasan asupan lemak jenuh (misalnya, 10% dari 2.000 kalori), Anda dapat menghitung berapa gram lemak jenuh yang Anda perbolehkan per hari.

Contoh: Jika total kalori harian Anda adalah 2.000 kalori dan Anda ingin membatasi asupan lemak jenuh menjadi 10% dari total kalori, maka Anda dapat menghitung:

2.000 kalori x 0,10 (10%) = 200 kalori dari lemak jenuh per hari.

🍳Konversi Gram ke Porsi Makanan: 

Selanjutnya, Anda dapat mengonversi jumlah gram lemak jenuh ini menjadi porsi makanan yang mengandung lemak jenuh. Perhatikan bahwa berbagai sumber lemak jenuh memiliki jumlah lemak yang berbeda per porsi, jadi Anda perlu membaca label makanan atau merujuk pada tabel informasi gizi untuk mengidentifikasi jumlah lemak jenuh dalam makanan tertentu.

Contoh: Jika Anda ingin mengonsumsi tidak lebih dari 200 kalori lemak jenuh per hari, dan satu porsi makanan tertentu mengandung 5 gram lemak jenuh, maka Anda dapat mengonsumsi hingga 40 porsi makanan ini dalam sehari (200 kalori / 5 gram per porsi).

🍳Pantau Asupan: 

Penting untuk memantau asupan lemak jenuh Anda secara berkala dan memilih makanan yang sehat dan rendah lemak jenuh, seperti makanan tinggi serat, buah, sayuran, ikan berlemak, dan biji-bijian. Hindari makanan yang tinggi lemak jenuh seperti makanan cepat saji yang digoreng dalam minyak lemak jenuh, daging berlemak, dan produk susu tinggi lemak.

Membaca Label Nutrisi

Semua makanan kemasan memiliki label nutrisi yang mencantumkan kandungan lemak. Membaca label makanan dapat membantu melacak berapa banyak lemak jenuh yang Anda makan.

Periksa total lemak dalam satu porsi. Periksa juga jumlah lemak jenuh dalam satu porsi. Kemudian jumlahkan berapa porsi yang Anda makan.

Sebagai panduan, saat membandingkan atau membaca label:

  • 5% dari nilai harian dari lemak adalah rendah
  • 20% dari nilai harian dari lemak tergolong tinggi

Pilih makanan dengan jumlah lemak jenuh yang rendah.

       Konsultasikan dengan seorang ahli gizi atau profesional kesehatan untuk rekomendasi asupan lemak yang lebih spesifik sesuai dengan kebutuhan dan tujuan kesehatan Anda. Mengikuti panduan ini dapat membantu Anda menghitung dan menjaga asupan lemak jenuh yang sehat sesuai dengan kebutuhan Anda.




Sumber:

https://medlineplus.gov/ency/patientinstructions/000838.htm#:~:text=Saturated 

https://www.heart.org/en/healthy-living/healthy-eating/eat-smart/fats/saturated-fats

https://www.nhs.uk/live-well/eat-well/how-to-eat-a-balanced-diet/eat-less-saturated-fat/

https://en.wikipedia.org/wiki/Saturated_fat

Monday, 25 September 2023

Narsisistik Pada Lansia, Untuk Apa

      Orang yang berlebihan mencari pujian sering kali disebut sebagai "narcissist" atau "narsisistik." Narsisisme adalah karakteristik psikologis yang menggambarkan seseorang yang memiliki perasaan berlebihan akan kepentingan diri sendiri, perasaan superioritas, dan keinginan kuat untuk dipuji atau diakui oleh orang lain. 

Beberapa keluarga melaporkan bahwa perilaku kerabat mereka yang narsis semakin memburuk seiring bertambahnya usia. Seiring bertambahnya usia, semua membutuhkan lebih banyak perhatian dan dukungan dari orang-orang di sekitar. Seorang narsisis lanjut usia bergumul dengan gagasan untuk terlihat lemah atau bergantung pada orang lain. Dalam beberapa kasus, narsisisme bisa menjadi ciri kepribadian yang dominan dan mengganggu dalam hubungan inter personal.

Narsisisme bisa menjadi ciri kepribadian yang dominan.
(Sumber: foto LPC- Lansia

Ada dua jenis narsisisme yang umum dibahas dalam konteks ini:

πŸ‘‰ Narsisisme Naratif: 

Orang yang menderita narsisisme naratif cenderung bercerita tentang diri mereka sendiri secara berlebihan, mencari perhatian dengan menceritakan kisah-kisah yang mengesankan tentang diri mereka sendiri, dan berusaha agar orang lain memberikan pengakuan terhadap pencapaian atau karakteristik mereka.

πŸ‘‰ Narsisisme Grandiose: 

Orang dengan narsisisme grandiose memiliki perasaan yang sangat tinggi akan diri sendiri, merasa lebih unggul daripada orang lain, dan mencari pengakuan dan pujian sebagai cara untuk mempertahankan perasaan superioritas mereka.

Narsisisme memiliki perasaan yang sangat tinggi akan diri sendiri.
(Sumber: foto canva.com)

Narsisisme adalah ciri kepribadian kompleks dan dapat bervariasi dalam tingkat keparahan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku narsisistik, dan seseorang dapat mengalami kesulitan atau kesengsaraan yang signifikan akibat narsisisme.  

Beberapa ciri perilaku yang mungkin dapat diamati pada lansia yang memiliki kecenderungan untuk mencari pujian atau pengakuan:

πŸ’ Pencarian perhatian berlebihan: 

Mereka mungkin mencoba untuk menarik perhatian orang lain dengan cara yang mencolok atau mencari kesempatan untuk berbicara tentang diri mereka sendiri secara berlebihan.

πŸ’ Cerita-cerita berulang: 

Lansia yang mencari pujian mungkin sering kali mengulangi cerita atau pencapaian yang mengesankan dari masa lalu sebagai cara untuk mendapatkan pengakuan atau pujian dari orang lain.

πŸ’ Keinginan untuk diberi pujian: 

Mereka mungkin secara terbuka mengungkapkan keinginan mereka untuk dipuji atau diakui oleh orang lain atas apa yang mereka lakukan atau capai.

πŸ’ Perubahan dalam tingkat sosial:

Ada kemungkinan bahwa lansia yang lebih dulu introvert atau tidak terlalu mencari perhatian dapat mengalami perubahan dalam perilaku sosial mereka saat bertambahnya usia.

πŸ’ Isolasi sosial: 

Meskipun tidak semua lansia mencari pujian, beberapa mungkin mengalami isolasi sosial karena perubahan perilaku mereka atau kesulitan berinteraksi dengan orang lain.

πŸ’ Kecenderungan untuk mencela orang lain: 

Lansia yang mencari pujian dapat mencoba untuk mendapatkan pengakuan dengan mencela atau mengkritik orang lain.

       Perubahan perilaku pada lansia bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan fisik dan kognitif yang terjadi seiring bertambahnya usia, isolasi sosial, atau gangguan kesehatan mental. 

Beberapa faktor yang dapat memengaruhi seseorang, termasuk lansia, untuk berlebihan mencari pujian atau pengakuan :

πŸ‘ Kurangnya Perasaan Dihargai: 

Lansia mungkin merasa kurang dihargai atau tidak lagi mendapatkan perhatian yang mereka butuhkan dari orang lain. Ini bisa terjadi karena faktor-faktor seperti pensiun, kematian pasangan hidup, isolasi sosial, atau perubahan dalam dinamika hubungan. Meskipun gangguan kepribadian narsistik tampaknya menimbulkan tantangan bagi orang lanjut usia, tingkat narsisme yang lebih rendah tampaknya bertindak sebagai pertahanan terhadap kesepian. Orang lanjut usia dengan tingkat narsisme subklinis cenderung mencari lebih banyak peluang untuk berinteraksi sosial, sehingga menghasilkan kesehatan mental dan emosional yang lebih baik.

Lansia merasa kurang dihargai.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ‘ Kehilangan Identitas: 

Setelah pensiun atau perubahan besar dalam hidup, seseorang dapat mengalami kesulitan dalam menjaga rasa identitas mereka. Mencari pujian atau pengakuan dapat menjadi cara untuk mengisi kekosongan ini atau untuk merasa relevan dalam kehidupan sehari-hari.

πŸ‘ Perasaan Kesepian: 

Lansia yang menghadapi kesepian atau isolasi sosial mungkin mencari pujian sebagai cara untuk mendapatkan interaksi sosial atau merasa lebih terhubung dengan orang lain.

πŸ‘ Perubahan Kesehatan Mental:

Beberapa masalah kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan, dapat memengaruhi perilaku dan kebutuhan seseorang untuk mendapatkan perhatian positif. Orang yang merasa tidak aman atau cemas mungkin mencari pujian sebagai cara untuk mengurangi perasaan negatif tersebut.

πŸ‘ Perubahan Kesehatan Fisik: 

Kehilangan kesehatan fisik atau kemampuan fisik dapat membuat seseorang merasa tidak lagi memiliki nilai atau relevansi. Mencari pengakuan bisa menjadi cara untuk mengatasi perasaan ini.

πŸ‘ Kurangnya Aktivitas Sosial atau Hobi: 

Ketika seseorang kurang memiliki aktivitas sosial atau hobi yang memenuhi waktu luang mereka, mereka mungkin mencari pujian sebagai pengganti untuk mengisi waktu dan memberikan rasa makna.

πŸ‘ Perubahan Kognitif: 

Perubahan dalam fungsi kognitif atau penyakit seperti demensia dapat memengaruhi kontrol impuls dan perilaku seseorang, termasuk kebutuhan untuk mencari pujian.

       Menjadi gejala atau tanda penyakit mental atau kondisi lain yang mungkin memengaruhi seseorang, termasuk lansia. 

Beberapa kondisi yang mungkin berhubungan dengan perilaku berlebihan mencari pujian pada lansia, antara lain:

😰 Depresi: 

Depresi dapat memengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan dunia dan orang lain. Beberapa orang yang mengalami depresi dapat mencari pujian atau perhatian sebagai cara untuk mengatasi perasaan negatif yang mereka rasakan.

😰 Gangguan Kecemasan:

Gangguan kecemasan, seperti gangguan kecemasan sosial, dapat membuat seseorang mencari validasi dari orang lain untuk mengatasi perasaan cemas dan tidak aman.

😰 Gangguan Kepribadian Narsistik:

Meskipun narsisisme biasanya dikaitkan dengan perilaku berlebihan mencari pujian, ini bisa menjadi tanda dari gangguan kepribadian narsistik. Gangguan kepribadian narsistik adalah gangguan mental yang melibatkan keinginan yang kuat untuk dipuji dan perasaan superioritas yang berlebihan.

Narsistik memiliki keinginan kuat untuk dipuji.
(Sumber: foto canva.com)

😰 Perubahan Kognitif: 

Lansia dengan perubahan kognitif, seperti demensia, mungkin mengalami perubahan dalam perilaku sosial dan kebutuhan untuk mendapatkan perhatian. Ini bisa menjadi bagian dari perubahan kepribadian yang terkait dengan demensia.

Perilaku berlebihan mencari pujian pada lansia dapat memiliki berbagai penyebab, dan tidak selalu berkaitan dengan kondisi medis atau mental tertentu. 

       Perilaku narsisistik adalah karakteristik kepribadian yang kompleks dan bisa menjadi tantangan untuk diobati sepenuhnya. 

Beberapa pendekatan terapeutik dan strategi dapat membantu individu yang mengalami perilaku narsisistik, terutama jika perilaku tersebut mengganggu hubungan mereka atau kualitas hidup mereka. 

Beberapa pendekatan yang dapat dipertimbangkan:

πŸ“‘ Terapi Psikoterapi: 

Terapi psikoterapi adalah pendekatan yang umum digunakan dalam mengatasi perilaku narsisistik. Terapis dapat membantu individu untuk memahami perasaan, perilaku, dan motif di balik perilaku narsisistik mereka. Terapi kognitif perilaku (CBT), terapi dialektikal perilaku (DBT), terapi psikoanalitik, atau terapi kelompok adalah beberapa jenis terapi yang dapat efektif. Terapi dapat membantu individu:

  1. Mengidentifikasi pola perilaku narsisistik.
  2. Mempahami akar penyebab perilaku tersebut.
  3. Mengembangkan perasaan empati terhadap orang lain.
  4. Belajar mengelola emosi dan mengurangi tingkat kecenderungan narsistik.

πŸ“‘ Terapi Keluarga: 

Terapi keluarga dapat membantu memperbaiki hubungan antara individu narsisistik dan anggota keluarga mereka. Hal ini dapat membantu anggota keluarga belajar berkomunikasi lebih efektif, memahami perasaan mereka sendiri, dan membatasi perasaan kecemasan yang dapat muncul dalam hubungan dengan individu narsisistik.

πŸ“‘ Perubahan Gaya Hidup: 

Mengubah gaya hidup dengan fokus pada kesejahteraan fisik dan mental dapat membantu mengurangi perilaku narsisistik. Ini termasuk mengadopsi pola makan sehat, berolahraga secara teratur, dan mendapatkan cukup tidur. Perubahan ini dapat membantu individu merasa lebih sehat secara keseluruhan.

πŸ“‘ Dukungan Sosial: 

Mempertahankan hubungan sosial yang sehat dan mendukung dapat membantu mengimbangi perilaku narsisistik. Mendapatkan dukungan dari teman, keluarga, atau kelompok dukungan dapat membantu individu memahami perasaan mereka dan mengurangi perasaan isolasi.

πŸ“‘ Pendekatan Holistik: 

Pendekatan holistik yang mencakup perawatan fisik, mental, dan sosial dapat membantu individu narsisistik mencapai keseimbangan dalam hidup mereka. Ini dapat melibatkan berbagai spesialis kesehatan, seperti psikolog, psikiater, ahli gizi, dan pelatih kesejahteraan

       Individu dengan perilaku narsisistik sering kali tidak merasa ada yang salah dengan perilaku mereka, dan pengobatan mungkin memerlukan waktu dan kerja sama yang baik dari individu tersebut. Juga, pendekatan terapeutik yang paling sesuai dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan dan situasi individu. Konsultasikan dengan seorang profesional kesehatan mental untuk menilai situasi secara lebih mendalam dan merencanakan perawatan yang sesuai.





Sumber:

https://bluemoonseniorcounseling.com/narcissistic-personality-disorder-in-seniors 

https://mantracare.org/therapy/narcissistic/aging-narcissistic/

https://www.psychologytoday.com/us/blog/fulfillment-at-any-age/202306/what-is-life-like-for-the-aging-narcissist

https://christineschoenwald.medium.com/14-ways-narcissists-become-more-toxic-as-they-age-f7099c426f83

https://academic.oup.com/psychsocgerontology/article/78/9/1493/7142622