Saturday, 7 October 2023

Radang Otak, Mengenai Siapa Saja

         Radang otak, juga dikenal sebagai encephalitis, adalah kondisi medis yang ditandai oleh peradangan pada otak. Istilah medis yang digunakan untuk merujuk kepada radang otak adalah "encephalitis."  Istilah ini mengacu pada peradangan yang terjadi di otak dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi virus, bakteri, jamur, atau reaksi autoimun tubuh terhadap jaringan otaknya sendiri. 

Jika peradangan disebabkan oleh infeksi di otak, kondisi ini disebut encephalitis menular, dan bila penyakit ini disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang menyerang otak, kondisi ini dikenal sebagai encephalitis autoimun. Terkadang tidak diketahui penyebabnya.  Encephalitis adalah diagnosis medis yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ini dalam konteks perawatan kesehatan.

Encephalitis dapat disebabkan oleh infeksi atau kondisi autoimun di mana respons imun tubuh menyerang otak. Bahkan dengan pengujian ekstensif, penyebab spesifik encephalitis masih belum diketahui pada sekitar 30% –40% kasus.

Kasus encephalitis kemungkinan akan terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya penyebab autoimun yang diketahui. Munculnya infeksi seperti virus Zika, Chikungunya dan Powassan juga dapat berkontribusi terhadap tren ini.

Lansia menghindari dari virus zika, chikungunya dan powassan/
(Sumber: foto LPC- Lansia)

        Gejala radang otak atau encephalitis dapat bervariasi dari ringan hingga parah, tergantung pada tingkat peradangan otak dan penyebabnya. 

Beberapa gejala umum yang dapat muncul, antara lain:

😱Demam: 

Suhu tubuh yang tinggi adalah gejala umum radang otak.

😱Sakit kepala: 

Kepala terasa nyeri atau berdenyut.

😱Gangguan kesadaran:

 Ini bisa mencakup kebingungan, kesulitan berkonsentrasi, atau kehilangan kesadaran.

😱Kejang: 

Beberapa orang dengan encephalitis mengalami kejang.

Beberapa orang kejang karena radang otak.
(Sumber: foto canva.com)

😱Mual dan muntah:

Mual dan muntah bisa terjadi.

😱Gangguan neurologis: 

Ini termasuk kelumpuhan, kelemahan otot, kesulitan berbicara, atau masalah koordinasi.

😱Perubahan perilaku atau mental: 

Beberapa orang mungkin mengalami perubahan perilaku seperti iritabilitas, agresivitas, atau halusinasi.

😱Kelumpuhan otot wajah: 

Terkadang, encephalitis dapat menyebabkan kelumpuhan otot wajah, yang dapat mempengaruhi kemampuan berbicara atau menelan.

😱Sakit leher: 

Jika radang otak disebabkan oleh infeksi, bisa terjadi kaku leher dan ketidakmampuan untuk menundukkan kepala karena peradangan pada selaput otak.

😱Kelelahan: 

Encephalitis bisa membuat Anda merasa sangat lelah dan lemas.

       Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan radang otak (encephalitis). 

Beberapa faktor risiko utama radang otak, antara lain:

📌Infeksi Virus atau Bakteri:

Paparan virus atau bakteri tertentu dapat meningkatkan risiko terkena encephalitis. Contohnya, virus herpes simplex, virus cacar air, virus campak, dan bakteri seperti Streptococcus dan Mycoplasma pneumoniae dapat menyebabkan encephalitis.

Beberapa virus dapat berisiko terkena radang otak.
(Sumber: foto canva.com)

📌Usia: 

Beberapa jenis encephalitis, seperti encephalitis herpes simplex, cenderung lebih umum pada anak-anak dan orang dewasa muda.

📌Imunisasi: 

Beberapa vaksin dapat mengurangi risiko infeksi yang dapat menyebabkan encephalitis. Vaksinasi rutin, seperti vaksin MMR (campak, gondongan, rubella), dapat membantu melindungi terhadap penyakit yang dapat mengakibatkan encephalitis.

📌Musim dan Daerah Geografis:

Beberapa jenis encephalitis seperti encephalitis virus West Nile lebih umum terjadi di musim panas dan dapat berkembang di daerah tertentu.

📌Kondisi Medis yang Melemahkan Sistem Kekebalan Tubuh: 

Orang yang memiliki kondisi medis yang melemahkan sistem kekebalan tubuh mereka, seperti infeksi HIV atau penggunaan obat imunosupresif, mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena encephalitis.

📌Perjalanan atau Ekspose Lingkungan: 

Bepergian ke daerah dengan risiko tinggi infeksi tertentu atau terpapar lingkungan yang berisiko tinggi (seperti gigitan nyamuk di daerah dengan penyebaran virus tertentu) dapat meningkatkan risiko.

📌Riwayat Keluarga: 

Dalam beberapa kasus, faktor genetik atau riwayat keluarga tertentu dapat memengaruhi risiko seseorang terhadap encephalitis.

💬 Faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terkena encephalitis, tidak semua orang dengan faktor-faktor ini akan mengembangkan kondisi ini. Selain itu, encephalitis dapat disebabkan oleh berbagai agen penyebab yang berbeda, sehingga faktor risiko juga dapat bervariasi tergantung pada penyebabnya.

      Mencegah radang otak (encephalitis) sebagian besar berkaitan dengan mencegah infeksi yang dapat menjadi penyebabnya. 

Beberapa langkah yang dapat membantu mengurangi risiko terkena radang otak:

😏 Vaksinasi: 

Vaksinasi adalah salah satu cara terbaik untuk mencegah radang otak yang disebabkan oleh infeksi virus tertentu. Pastikan bahwa Anda dan keluarga Anda mendapatkan vaksinasi yang disarankan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh otoritas kesehatan. Ini termasuk vaksin MMR (campak, gondongan, rubella), vaksin HPV (human papillomavirus), vaksin influenza, dan vaksin lain yang sesuai untuk usia dan kondisi kesehatan Anda.

Vaksinasi cara terbaik mencegah radang otak.
(Sumber: foto canva.com)

😏 Praktik Kebersihan:

Mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air adalah cara yang efektif untuk mencegah penyebaran berbagai infeksi virus dan bakteri yang dapat menyebabkan radang otak.

😏 Penghindaran Gigitan Nyamuk: 

Beberapa jenis radang otak, seperti yang disebabkan oleh virus West Nile, dapat disebarkan melalui gigitan nyamuk. Gunakan perlindungan seperti pakaian lengan panjang dan celana panjang, serta repelan nyamuk saat berada di daerah yang berisiko.

😏 Kebersihan Makanan: 

Pastikan makanan Anda dimasak dengan baik, terutama daging dan produk hewani lainnya. Hindari makanan mentah atau setengah matang yang dapat mengandung bakteri atau parasit yang berpotensi menyebabkan infeksi.

😏 Praktik Seks Aman:

Untuk mengurangi risiko infeksi yang dapat menyebabkan radang otak, praktik seks aman adalah penting. Penggunaan kondom dapat membantu melindungi terhadap infeksi yang dapat disebarkan melalui hubungan seksual.

😏 Kontrol Lingkungan:

Jika Anda tinggal atau bepergian ke daerah dengan risiko tinggi infeksi tertentu (seperti demam kuning atau encephalitis virus West Nile), pertimbangkan tindakan perlindungan seperti vaksinasi khusus atau penggunaan perlindungan yang sesuai terhadap vektor penyakit (seperti gigitan nyamuk).

😏 Kekebalan Tubuh yang Sehat: 

Jaga sistem kekebalan tubuh Anda dengan cara menjaga pola makan yang seimbang, tidur yang cukup, dan gaya hidup yang sehat secara umum. Ini dapat membantu tubuh melawan infeksi dengan lebih efektif.

😏 Vigilans Saat Bepergian:

Jika Anda bepergian ke negara atau daerah yang memiliki risiko infeksi tertentu, cari informasi tentang tindakan pencegahan yang harus Anda ambil sebelum dan selama perjalanan, termasuk vaksinasi dan perlindungan lainnya.

💬 Tidak semua kasus radang otak dapat dihindari, tetapi tindakan pencegahan ini dapat membantu mengurangi risiko Anda. 

       Pengobatan radang otak (encephalitis) tergantung pada penyebab pasti encephalitis tersebut, tingkat keparahan, dan gejala yang dialami pasien. 

Pengobatan encephalitis biasanya melibatkan beberapa pendekatan, termasuk:

👳 Perawatan Rumah Sakit: 

Sebagian besar kasus radang otak memerlukan perawatan di rumah sakit, terutama jika gejalanya parah atau jika terdapat risiko komplikasi serius.

👳 Obat-Obatan:

Pengobatan dengan obat-obatan biasanya menjadi langkah utama dalam mengatasi radang otak. Pengobatan dapat mencakup:

  • Antivirus atau Antibiotik: Jika penyebab radang otak adalah infeksi virus atau bakteri, dokter mungkin akan meresepkan obat antivirus atau antibiotik yang sesuai untuk mengatasi infeksinya.
  • Obat Antiinflamasi: Untuk mengurangi peradangan dalam otak, dokter dapat meresepkan obat antiinflamasi seperti kortikosteroid.
  • Obat Antikonvulsan: Jika pasien mengalami kejang, dokter dapat meresepkan obat antikonvulsan untuk mengendalikan kejang.
  • Obat Penahan Nyeri dan Demam: Obat-obatan ini dapat digunakan untuk mengurangi gejala seperti sakit kepala dan demam.

👳 Perawatan Dukungan: 

Pasien dengan radang otak sering memerlukan perawatan dukungan untuk mengatasi gejala dan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Hal ini dapat melibatkan hidrasi intravena dan dukungan pernapasan jika diperlukan.

👳 Terapi Fisik dan Terapi Okupasi: 

Setelah fase akut penyakit berlalu, pasien mungkin memerlukan terapi fisik atau terapi okupasi untuk membantu pulih dari gangguan motorik atau neurologis yang mungkin timbul selama penyakit.

👳 Pemantauan: 

Pasien dengan radang otak akan dipantau secara ketat oleh tim medis untuk mengamati perkembangan penyakit dan mengatasi komplikasi yang mungkin muncul.

👳 Rehabilitasi:

Bagi mereka yang mengalami gangguan neurologis yang signifikan akibat radang otak, rehabilitasi jangka panjang mungkin diperlukan untuk memaksimalkan pemulihan dan kualitas hidup.

👳 Penanganan Penyebab Dasar:

Jika radang otak disebabkan oleh penyakit autoimun, pengobatan fokus pada mengendalikan respons autoimun. Pengobatan yang lebih lanjut mungkin diperlukan untuk mengelola kondisi autoimun tersebut.

       Pengobatan radang otak harus disesuaikan dengan kondisi individu pasien, dan rencana perawatan akan dibuat oleh tim medis yang merawat. Penting untuk segera mencari perawatan medis jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala yang mencurigakan radang otak, karena diagnosis dan pengobatan dini dapat meningkatkan peluang pemulihan.




Sumber:

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/encephalitis/symptoms-causes/syc-20356136

https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/encephalitis

https://www.nhs.uk/conditions/encephalitis/

https://www.medicalnewstoday.com/articles/168997

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/6058-encephalitis

https://en.wikipedia.org/wiki/Encephalitis



Fraktur Tulang Belakang, Penurunan Tinggi Tubuh.

         Vertebra adalah tulang-tulang di tulang belakang yang disatukan melalui artikulasi yang tidak hanya melindungi sumsum tulang belakang tetapi juga memungkinkan pembebanan aksial dan dukungan pada anggota badan. Tulang belakang terdiri dari 33 ruas tulang belakang.

Fraktur tulang belakang adalah kerusakan atau patahnya salah satu atau beberapa tulang di dalam tulang belakang manusia. Tulang belakang, juga dikenal sebagai vertebrae atau columna vertebralis, adalah rangkaian tulang yang membentuk bagian utama dari sistem tulang belakang atau spinal. Fraktur tulang belakang dapat terjadi karena berbagai penyebab, seperti cedera fisik, kecelakaan, atau kondisi medis tertentu. 

Tulang belakang manusia terbagi menjadi tiga bagian utama, yang semuanya dapat mengalami patah tulang belakang:

  • Fraktur tulang belakang leher: Patah tulang belakang di leher Anda.
  • Fraktur tulang belakang dada: Patahnya tulang belakang di punggung atas yang membentang dari bagian bawah leher hingga bagian bawah tulang rusuk.
  • Fraktur tulang belakang lumbal: Patah tulang belakang di punggung bawah Anda.

Fraktur tulang belakang dapat disebabkan oleh trauma dan penyakit metastasis, namun pada sebagian besar kasus, disebabkan oleh osteoporosis.  

Osteoporosis menimbulkan fraktur tulang belakang.
(Sumber: foto LPC- Lansia)

Istilah medis yang digunakan untuk merujuk kepada fraktur tulang belakang adalah "fraktur vertebra" atau "fraktur columna vertebralis". Fraktur ini mengacu pada kerusakan atau patahnya salah satu atau beberapa vertebra (tulang belakang) dalam sistem tulang belakang manusia. 

Istilah ini biasanya diikuti oleh nomor atau huruf yang merinci lokasi dan jenis fraktur, seperti "fraktur vertebra lumbal L1" yang mengindikasikan fraktur pada vertebra lumbal pertama (L1). Dalam beberapa kasus, istilah medis juga bisa lebih rinci untuk menggambarkan jenis fraktur, seperti "fraktur kompresi" jika tulang belakang terdesak ke dalam.

Ketika seorang individu mengalami fraktur tulang belakang, ini dapat mengakibatkan kerusakan pada sumsum tulang belakang atau saraf yang berjalan di sepanjang tulang belakang. Parahnya fraktur ini dapat memengaruhi fungsi tubuh dan dapat menyebabkan gangguan neurologis yang serius, seperti kelemahan, kesemutan, atau bahkan kelumpuhan, tergantung pada lokasi dan keparahannya.

Gejala fraktur tulang belakang pada lansia bisa bervariasi tergantung pada tingkat keparahan fraktur, lokasi fraktur, dan kondisi kesehatan umum individu. 

Beberapa gejala yang mungkin muncul pada fraktur tulang belakang pada lansia meliputi:

😰 Nyeri Punggung: 

Nyeri punggung adalah gejala yang paling umum pada fraktur tulang belakang. Nyeri ini dapat berkisar dari ringan hingga sangat parah dan dapat memburuk saat bergerak atau mengangkat benda.

😰 Ketidaknyamanan atau Kaku: 

Lansia dengan fraktur tulang belakang dapat merasa kaku atau tidak nyaman di daerah punggung yang terkena fraktur.

😰 Kehilangan Tinggi Tubuh: 

Terkadang, fraktur tulang belakang dapat menyebabkan penurunan tinggi tubuh karena kompresi tulang belakang. Hal ini bisa membuat seseorang menjadi lebih pendek.

Fraktur tulang belakang menyebabkan penurunan tinggi tubuh.
(Sumber: foto canva.com)

😰 Gangguan Fungsi Motorik: 

Fraktur tulang belakang yang parah dapat menyebabkan gangguan fungsi motorik seperti kelemahan, kesemutan, atau bahkan kelumpuhan pada bagian tubuh yang diinnervasi oleh saraf yang terkena.

😰 Masalah dengan Kandung Kemih dan Kepentingan:

Fraktur tulang belakang di daerah tertentu dapat memengaruhi kontrol kandung kemih dan fungsi usus, menyebabkan masalah inkontinensia urin dan tinja.

😰 Gangguan Pernapasan: 

Fraktur tulang belakang di bagian tinggi tulang belakang dapat memengaruhi pernapasan, terutama jika tulang rusak memengaruhi saraf yang mengendalikan pernapasan.

😰 Perubahan Bentuk Tubuh:

Pada beberapa kasus, fraktur tulang belakang dapat menyebabkan perubahan bentuk tubuh, seperti kifosis (punggung bungkuk) atau lordosis (punggung melengkung ke depan).

💬 Lansia mungkin tidak selalu mengeluhkan nyeri yang parah pada awalnya, atau mereka mungkin menganggapnya sebagai gejala penuaan alami. Oleh karena itu, perlu kehati-hatian ekstra dalam mengidentifikasi dan menangani fraktur tulang belakang pada lansia

       Mencegah fraktur tulang belakang pada lansia melibatkan beberapa langkah yang dapat membantu meminimalkan risiko kerusakan tulang belakang. 

Beberapa cara yang dapat membantu mengurang risiko kerusakan tulang belakang:

😀 Pertahankan Kesehatan Tulang: 

Konsumsi makanan yang kaya akan kalsium dan vitamin D, serta mempertahankan berat badan yang sehat, dapat membantu menjaga kesehatan tulang. Kalsium dan vitamin D sangat penting untuk menjaga kepadatan tulang.

😀 Berolahraga: 

Olahraga dengan beban seperti berjalan kaki, jogging ringan, atau latihan beban dapat membantu memperkuat otot dan tulang. Ini juga dapat membantu menjaga keseimbangan, yang dapat mencegah jatuh.

Olahraga ringan berjalan kaki, menjaga keseimbangan.
(Sumber: foto canva.com)

😀 Menghindari Kebiasaan Merokok dan Minum Alkohol Berlebihan: 

Merokok dan konsumsi alkohol berlebihan dapat merusak kesehatan tulang dan meningkatkan risiko fraktur.

😀 Pencegahan Jatuh:

Jatuh adalah penyebab umum fraktur pada lansia. Untuk mencegah jatuh, pastikan rumah Anda bebas dari hambatan, pasang pegangan di tempat-tempat yang berisiko seperti kamar mandi, gunakan alas kaki yang tepat, dan periksakan mata secara teratur untuk memastikan penglihatan tetap baik.

😀 Penggunaan Perlindungan Kepala: 

Jika Anda atau lansia yang Anda kenal berpartisipasi dalam aktivitas yang berisiko tinggi cedera kepala, seperti bersepeda atau bermain olahraga, pastikan untuk menggunakan helm yang sesuai untuk melindungi tulang belakang dan kepala dari cedera serius.

😀 Pertimbangkan Terapi Hormon:

Untuk wanita pasca-menopause, terapi hormon dapat membantu menjaga kepadatan tulang. Namun, penggunaan terapi hormon harus dibahas dengan dokter dan mempertimbangkan risiko dan manfaatnya.

😀 Konsultasikan dengan Dokter:

Lansia dengan faktor risiko tertentu, seperti riwayat fraktur tulang atau osteoporosis, harus berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi risiko dan tindakan pencegahan yang sesuai.

😀 Ketahui Obat-Obatan: 

Beberapa obat, seperti kortikosteroid, dapat melemahkan tulang. Jika Anda atau lansia yang Anda kenal sedang mengonsumsi obat-obatan ini, konsultasikan dengan dokter untuk mengelola risikonya.

💬 Pencegahan fraktur tulang belakang pada lansia melibatkan perawatan yang holistik untuk kesehatan tulang dan keselamatan umum. 

        Perawatan fraktur tulang belakang akan sangat bergantung pada jenis dan keparahan fraktur, serta kondisi kesehatan umum pasien. Fraktur tulang belakang dapat diobati melalui berbagai cara, baik secara bedah maupun non-bedah. 

Berikut adalah beberapa metode pengobatan yang mungkin digunakan:

👉Perawatan Konservatif (Non-Bedah):

Penyangga Tulang Belakang (Brace): 

Untuk fraktur tulang belakang yang stabil, dokter dapat merekomendasikan penggunaan penyangga tulang belakang (brace) untuk membantu menjaga posisi yang benar selama penyembuhan.

Dokter dapat merekomendasikan penggunaan penyangga.
(Sumber: foto canva.com)

Pengobatan Nyeri:

Obat penghilang rasa sakit seperti analgesik atau antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dapat digunakan untuk mengurangi nyeri.

Terapi Fisik: 

Program rehabilitasi fisik yang dipimpin oleh fisioterapis dapat membantu memperkuat otot-otot sekitar tulang belakang, meningkatkan fleksibilitas, dan mengembalikan mobilitas.

👉Prosedur Bedah:

Stabilisasi Tulang Belakang: 

Pada fraktur tulang belakang yang lebih parah atau tidak stabil, pembedahan mungkin diperlukan untuk mengembalikan dan menstabilkan tulang belakang. Ini dapat melibatkan penggunaan implan seperti paku atau plat.

Fusi Tulang Belakang (Spinal Fusion):

Dalam beberapa kasus, dokter dapat melakukan prosedur fusi tulang belakang untuk menggabungkan dua atau lebih vertebra yang rusak. Ini bertujuan untuk mengurangi pergerakan yang tidak normal di daerah tulang belakang yang rusak.

Pengangkatan Fragmen Tulang atau Diskus: 

Pada fraktur tulang belakang yang disertai dengan kerusakan pada diskus vertebralis, dokter dapat melakukan pengangkatan fragmen tulang atau diskus yang rusak.

        💬 Selama proses perawatan, pasien akan terus dimonitor oleh tim medis untuk memastikan pemulihan yang tepat. Dalam beberapa kasus, rehabilitasi fisik mungkin diperlukan untuk membantu pasien memulihkan mobilitas dan kekuatan otot. Pemulihan dari fraktur tulang belakang biasanya memerlukan waktu yang lama, dan rencana pemulihan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan fraktur dan respons individu pasien terhadap perawatan.

Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan metode pengobatan yang paling sesuai dengan kondisi Anda atau orang yang Anda kenal yang mengalami fraktur tulang belakang, karena setiap kasus dapat berbeda. Perawatan fraktur tulang belakang harus diarahkan oleh tim medis yang terampil dan berpengalaman dalam manajemen cedera tulang belakang.




Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK547673/

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17498-spinal-fractures

https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--conditions/fractures-of-the-thoracic-and-lumbar-spine/

https://www.aans.org/en/Patients/Neurosurgical-Conditions-and-Treatments/Vertebral-Compression-Fractures

https://en.wikipedia.org/wiki/Spinal_fracture


Friday, 6 October 2023

Kanker Kandung Empedu, Banyak Terjadi Pada Lansia

         Kanker kandung empedu adalah jenis kanker yang berkembang di dalam kandung empedu, organ kecil yang terletak di bawah hati. Kandung empedu adalah tempat di mana empedu disimpan sebelum dilepaskan ke dalam usus kecil untuk membantu dalam pencernaan makanan. Kanker ini dapat berkembang ketika sel-sel di dalam kandung empedu mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali dan menjadi ganas.

Kanker kandung empedu banyak terjadi pada lansia.
(Sumber: foto canva.com)
Pertumbuhan sel kanker ini dapat menyebar ke jaringan sekitarnya dan bahkan menyebar ke organ lain dalam tubuh melalui proses yang disebut metastasis. Kanker kandung empedu dapat menjadi sulit untuk dideteksi pada tahap awal karena gejalanya sering kali tidak muncul sampai kanker telah mencapai tahap yang lebih lanjut.

Ini adalah kanker langka yang diperkirakan berhubungan dengan penumpukan batu empedu, yang juga dapat menyebabkan pengapuran kandung empedu, suatu kondisi yang dikenal sebagai kandung empedu porselen . Kantung empedu porselen juga jarang ditemukan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang dengan kandung empedu porselen memiliki risiko tinggi terkena kanker kandung empedu

Istilah medis untuk kanker kandung empedu adalah "karsinoma kandung empedu" atau "karsinoma vesikula biliaris". Istilah ini mengacu pada kanker yang berasal dari sel-sel di dalam kandung empedu. Karsinoma kandung empedu dapat terjadi dalam berbagai jenis, termasuk adenokarsinoma (jenis paling umum), karsinoma sel-silinder, dan lainnya, tergantung pada jenis sel-sel yang terlibat dalam pertumbuhan kanker tersebut.

        Gejala kanker kandung empedu pada lansia tidak selalu berbeda dengan gejala yang muncul pada orang dewasa yang lebih muda. Namun, perlu diingat bahwa gejala kanker kandung empedu bisa tidak terlihat pada tahap awal atau muncul secara perlahan, sehingga bisa sulit dideteksi.

Beberapa gejala yang mungkin terjadi pada lansia dengan kanker kandung empedu termasuk:

👷Nyeri perut kanan atas:

Nyeri atau ketidaknyamanan di daerah perut kanan atas adalah salah satu gejala umum yang mungkin dirasakan. Nyeri ini bisa bersifat tumpul atau tajam.

👷Perasaan kenyang cepat saat makan:

Lansia dengan kanker kandung empedu mungkin merasa kenyang lebih cepat saat makan daripada biasanya.

👷Penurunan berat badan yang tidak diinginkan: 

Kehilangan berat badan yang tidak dapat dijelaskan oleh perubahan gaya hidup atau diet adalah gejala yang harus diperhatikan.

Penurunan berat badan yang tidak diingini.
(Sumber: foto canva.com)

👷Kulit dan mata kuning (ikterus):

Ini adalah gejala yang sering kali muncul ketika kanker kandung empedu telah mencapai tahap lanjut. Penyebabnya adalah penumpukan empedu yang tidak normal dalam tubuh.

👷Mual dan muntah:

Lansia dengan kanker kandung empedu juga dapat mengalami mual dan muntah, terutama jika pembukaan kandung empedu menjadi tersumbat oleh tumor.

💬 Gejala ini tidak selalu menunjukkan adanya kanker kandung empedu. Mereka juga dapat terkait dengan masalah kesehatan lainnya.

       Faktor penyebab kanker kandung empedu belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada beberapa faktor yang diyakini dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker kandung empedu. 

Beberapa faktor yang dapat berperan dalam risiko kanker kandung empedu:

👵Kelamin: 

Wanita memiliki risiko yang sedikit lebih tinggi daripada pria untuk mengembangkan kanker kandung empedu.

👵Usia: 

Risiko kanker kandung empedu meningkat seiring bertambahnya usia. Kanker ini lebih umum terjadi pada orang yang lebih tua.

Kanker kandung empedu banyak terjadi pada lansia.
(Sumber: foto canva.com)

👵Riwayat Keluarga: 

Jika ada anggota keluarga yang menderita kanker kandung empedu, risiko Anda dapat meningkat.

👵Masalah Kesehatan Kandung Empedu:

Batu empedu atau inflamasi kronis pada kandung empedu (kolesistitis kronis) dapat meningkatkan risiko kanker kandung empedu.

👵Infeksi Kuman Helicobacter bilis: 

Infeksi ini telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kandung empedu pada beberapa studi.

👵Paparan Zat Kimia Berbahaya: 

Paparan jangka panjang terhadap zat-zat kimia tertentu, seperti nitrosamin (yang dapat ditemukan dalam makanan tertentu) atau senyawa kimia dalam air minum yang terkontaminasi, telah dihubungkan dengan risiko kanker kandung empedu.

👵Pankreatitis Kronis: 

Pankreatitis kronis adalah kondisi di mana pankreas mengalami peradangan kronis. Ini juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kandung empedu.

👵Obesitas:

Orang yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kanker kandung empedu.

Obesitas risiko kanker kandung empedu.
(Sumber: foto canva.com)

👵Merokok:

Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara merokok dan peningkatan risiko kanker kandung empedu.

👵Pemakaian Alkohol:

Konsumsi alkohol yang berlebihan juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kandung empedu.

💬Memiliki satu atau beberapa faktor risiko ini tidak secara otomatis berarti Anda akan mengembangkan kanker kandung empedu.

       Mencegah kanker dan mengurangi risiko kanker pada lansia melibatkan berbagai tindakan sehat dan perubahan gaya hidup. 

Beberapa langkah yang dapat membantu dalam pencegahan kanker pada lansia:

🎈Hentikan Merokok: 

Jika seseorang masih merokok, sebaiknya segera berhenti. Merokok adalah faktor risiko utama untuk berbagai jenis kanker, termasuk kanker paru-paru, mulut, kerongkongan, dan banyak lainnya.

🎈Pola Makan Sehat:

Konsumsilah makanan yang sehat dan seimbang. Ini termasuk buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, ikan, dan protein sehat. Kurangi konsumsi makanan olahan, makanan tinggi lemak jenuh, dan gula tambahan. Diet yang sehat dapat membantu mengurangi risiko berbagai jenis kanker.

🎈Pertahankan Berat Badan Sehat:

Obesitas adalah faktor risiko utama untuk banyak jenis kanker. Cobalah untuk menjaga berat badan yang sehat dengan berolahraga secara teratur dan mengikuti diet seimbang.

🎈Aktivitas Fisik:

Lakukan aktivitas fisik secara teratur. Aktivitas fisik dapat membantu menjaga berat badan yang sehat dan juga memiliki manfaat langsung dalam mengurangi risiko beberapa jenis kanker.

🎈Batasi Konsumsi Alkohol:

Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan risiko berbagai jenis kanker. Jika Anda minum alkohol, lakukan dengan moderat atau pertimbangkan untuk menghentikan konsumsi alkohol.

🎈Paparan Matahari yang Aman:

Melindungi kulit dari sinar matahari berlebihan dengan mengenakan pelindung matahari dan menghindari paparan berlebihan pada matahari dapat membantu mencegah kanker kulit.

🎈Vaksinasi:

Pertimbangkan untuk mendapatkan vaksinasi yang sesuai, seperti vaksin HPV (human papillomavirus) untuk melindungi dari kanker serviks dan kanker orofaring.

🎈Pemeriksaan Kesehatan Rutin:

Lansia sebaiknya tetap menjalani pemeriksaan kesehatan rutin dan skrining yang disarankan oleh dokter mereka, termasuk pemeriksaan kanker tertentu yang sesuai dengan faktor risiko dan riwayat kesehatan individu.

🎈Hindari Paparan Karsinogenik:

Upayakan untuk menghindari paparan berbahaya seperti asap rokok, polusi udara, bahan kimia berbahaya, dan zat-zat karsinogenik lainnya di tempat kerja atau lingkungan sekitar.

🎈Jaga Kesehatan Mental: 

Stres kronis dapat memiliki dampak negatif pada sistem kekebalan tubuh dan kesehatan secara keseluruhan. Menjaga kesehatan mental dengan cara seperti meditasi, yoga, atau berbicara dengan seorang konselor dapat membantu menjaga keseimbangan emosi.

        💬Mencegah kanker melibatkan kombinasi dari berbagai faktor gaya hidup sehat. Setiap individu memiliki risiko kanker yang berbeda, tergantung pada faktor-faktor genetik dan lingkungan mereka. Konsultasikan dengan dokter atau profesional kesehatan untuk rekomendasi khusus berdasarkan situasi kesehatan Anda. Selain itu, perhatikan gejala yang mencurigakan dan segera konsultasikan dengan dokter jika Anda merasa perlu.

        Pengobatan kanker kandung empedu pada lansia akan sangat tergantung pada sejumlah faktor, termasuk tahap kanker, kesehatan umum pasien, dan preferensi pasien. Pengobatan kanker kandung empedu dapat mencakup berbagai pendekatan, dan sering kali perlu kombinasi dari beberapa metode.

Beberapa opsi pengobatan yang mungkin digunakan:

👌Operasi: 

Tindakan pembedahan sering kali menjadi pilihan utama untuk mengobati kanker kandung empedu, terutama jika kanker terdeteksi pada tahap awal. Pembedahan mungkin melibatkan pengangkatan sebagian atau seluruh kandung empedu dalam prosedur yang disebut kolesistektomi. Terkadang, pembedahan ini juga melibatkan pengangkatan sebagian dari saluran empedu atau jaringan di sekitarnya. Pasien lansia harus dievaluasi secara cermat oleh tim medis untuk menentukan apakah mereka cukup kuat untuk menjalani operasi.

👌Radioterapi:

Radioterapi menggunakan sinar-X tinggi energi untuk menghancurkan sel-sel kanker. Ini dapat digunakan sebelum atau setelah operasi, tergantung pada situasi kanker.

👌Kemoterapi: 

Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan khusus untuk membunuh sel-sel kanker. Ini sering digunakan ketika kanker telah menyebar ke bagian lain dari tubuh atau jika operasi tidak mungkin dilakukan.

👌Terapi Target:

Terapi target adalah jenis pengobatan yang ditujukan langsung ke sel-sel kanker berdasarkan karakteristik genetik atau molekuler mereka. Ini dapat menjadi pilihan untuk beberapa kasus kanker kandung empedu.

👌Terapi Ablasi: 

Terapi ablasif seperti ablasi frekuensi radio atau ablasi termal dapat digunakan untuk menghancurkan tumor pada kandung empedu.

👌Terapi Photodynamic:

Terapi photodynamic melibatkan penggunaan cahaya dan obat photosensitizer untuk menghancurkan sel-sel kanker.

👌Terapi Adjuvant: 

Terapi adjuvant adalah pengobatan yang diberikan setelah pengangkatan kandung empedu untuk memastikan bahwa sel-sel kanker yang mungkin tersisa dihilangkan.

💬Pengobatan yang tepat akan ditentukan oleh tim medis berdasarkan evaluasi komprehensif kondisi kesehatan lansia, stad kekankerannya, dan faktor-faktor lainnya. Penting untuk berbicara dengan tim perawatan medis Anda untuk memahami semua pilihan pengobatan yang tersedia dan mendiskusikan manfaat serta risikonya.

        Selain pengobatan konvensional, dukungan perawatan paliatif juga dapat sangat penting dalam merawat lansia dengan kanker kandung empedu untuk mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup. Perencanaan perawatan dan komunikasi terbuka antara pasien, keluarga, dan tim perawatan medis juga merupakan komponen penting dalam mengelola kanker pada lansia.




Sumber:

https://en.wikipedia.org/wiki/Gallbladder_cancer

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK442002/

https://atlasgeneticsoncology.org/solid-tumor/5275/gallbladder-carcinoma-of-the-gallbladder-and-extrahepatic-bile-ducts

https://www.kenhub.com/en/library/anatomy/liver-and-gallbladder

https://www.pathologyoutlines.com/topic/gallbladdercarcinoma.html