Tuesday, 10 October 2023

Meningitis, Peradangan Selaput Yang Melindungi Otak

       Meningitis adalah sebuah kondisi medis yang mengacu pada peradangan pada selaput yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang, yang dikenal sebagai selaput otak (meninges). Peradangan ini biasanya disebabkan oleh infeksi, baik oleh bakteri, virus, jamur, atau bahkan parasit. Meningitis dapat menjadi kondisi yang sangat serius dan bahkan mengancam jiwa jika tidak diobati dengan cepat.

Meningitis adalah penyakit mematikan dengan tingkat kematian yang tinggi, yang dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang yang serius. Banyak organisme yang dapat menyebabkan meningitis, termasuk bakteri, virus, jamur, dan parasit.

Meningitis bakterial menjadi perhatian khusus. Sekitar 1 dari 6 orang yang terkena meningitis jenis ini meninggal dan 1 dari 5 mengalami komplikasi parah.

Peradangan pada selaput otak mengancam jiwa.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Gejala umum dari meningitis meliputi:

  • Sakit kepala yang parah.
  • Demam tinggi.
  • Kaku kuduk (kesulitan menundukkan kepala ke depan karena kaku dan nyeri pada leher).
  • Mual dan muntah.
  • Sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia).
  • Kesulitan tidur atau kebingungan.
  • Ruam kulit (pada beberapa jenis meningitis).
Meningitis dapat terjadi pada semua kelompok usia, tetapi anak-anak dan orang dewasa muda memiliki risiko yang lebih tinggi. 

Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk mengembangkan meningitis. 

Beberapa faktor risiko utama meliputi:

👴Usia: 
Anak-anak di bawah usia 5 tahun dan orang dewasa muda, terutama mahasiswa yang tinggal dalam lingkungan berdekatan seperti asrama, memiliki risiko lebih tinggi terkena meningitis.

👴Paparan Terhadap Infeksi: 
Paparan terhadap orang yang telah terinfeksi oleh bakteri atau virus yang dapat menyebabkan meningitis dapat meningkatkan risiko. Misalnya, jika Anda tinggal atau bekerja di lingkungan di mana ada orang-orang dengan infeksi menular, seperti dalam kelompok yang padat, maka risiko Anda mungkin lebih tinggi.

👴Kondisi Medis Predisposisi: 
Beberapa kondisi medis dapat meningkatkan risiko meningitis. Misalnya, memiliki sistem kekebalan tubuh yang melemah karena HIV/AIDS, pengobatan immunosupresif, atau kondisi medis lainnya dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi.
Penyakit Infeksi Sebelumnya: Beberapa infeksi seperti sinusitis, otitis media, atau pneumonia, jika tidak diobati atau terkendali dengan baik, dapat menyebabkan penyebaran bakteri ke selaput otak dan meningitis.

👴Perjalanan ke Daerah dengan Risiko Tinggi:
Perjalanan ke daerah-daerah di mana meningitis lebih umum, terutama dalam keadaan wabah, dapat meningkatkan risiko tertularnya penyakit ini.

👴Kontak dengan Penderita Meningitis: 
Orang yang memiliki kontak dekat dengan seseorang yang telah didiagnosis menderita meningitis, terutama jika kontak tersebut bersifat jangka panjang dan dalam keadaan yang memungkinkan penularan, seperti dalam keluarga atau asrama, memiliki risiko lebih tinggi.
Kontak dengan orang terkena meningitis.
(Sumber: foto canva.com)
👴Kondisi Anatomis atau Medis Khusus: 
Beberapa kondisi medis atau anatomis, seperti kebocoran cairan serebrospinal (CSF) dari telinga atau hidung, dapat meningkatkan risiko infeksi yang menyebabkan meningitis.

👴Tidak Divaksinasi: 
Tidak mendapatkan vaksinasi yang direkomendasikan dapat meningkatkan risiko tertular meningitis. Vaksinasi melawan penyakit yang dapat menyebabkan meningitis, seperti vaksin meningokokus dan vaksin Hib, penting untuk mengurangi risiko.

        Mencegah meningitis adalah langkah yang sangat penting karena kondisi ini dapat sangat serius. 
Beberapa cara untuk mencegah meningitis:

👉Vaksinasi: 
Salah satu cara terbaik untuk mencegah meningitis adalah dengan mendapatkan vaksinasi yang direkomendasikan. Ada beberapa jenis vaksin yang dapat melindungi terhadap penyebab umum meningitis, termasuk:
  • Vaksin Meningokokus: Vaksin ini melindungi terhadap berbagai jenis bakteri meningokokus yang dapat menyebabkan meningitis. Ada beberapa jenis vaksin meningokokus yang disarankan, tergantung pada usia dan faktor risiko individu.
  • Vaksin Hib (Haemophilus influenzae tipe B): Vaksin ini melindungi terhadap jenis bakteri Haemophilus influenzae tipe B yang dapat menyebabkan meningitis pada anak-anak.
  • Vaksin Pneumokokus: Vaksin ini melindungi terhadap bakteri pneumokokus yang dapat menyebabkan jenis meningitis tertentu.
👉Hindari Kontak dengan Orang yang Terinfeksi:
Hindari kontak dekat dengan orang yang telah didiagnosis menderita meningitis, terutama jika Anda memiliki sistem kekebalan tubuh yang melemah atau faktor risiko lainnya.

👉Praktik Kebersihan yang Baik: 
Cuci tangan secara teratur dengan sabun dan air mengalir, terutama sebelum makan dan setelah menggunakan toilet. Ini adalah cara yang efektif untuk menghindari penyebaran infeksi.
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
(Sumber" foto canva.com)
👉Hindari Berbagi Barang Pribadi: 
Jangan berbagi barang pribadi seperti sikat gigi, handuk, atau peralatan makan dengan orang lain, terutama jika Anda tahu bahwa mereka sedang sakit.

👉Vaksinasi Anak-anak: 
Pastikan anak-anak Anda mendapatkan semua vaksin yang direkomendasikan sesuai dengan jadwal imunisasi. Ini akan membantu melindungi mereka dari beberapa jenis meningitis.

👉Hindari Perilaku Berisiko: 
Jika Anda berisiko tinggi tertular HIV, hindari perilaku berisiko yang dapat meningkatkan risiko infeksi, seperti berhubungan seks tanpa pengaman atau berbagi jarum suntik.

👉Jaga Kesehatan Umum: 
Dalam kasus beberapa jenis meningitis, menjaga kesehatan umum dapat membantu melindungi Anda. Ini termasuk tidur yang cukup, makan makanan sehat, dan menjalani gaya hidup yang sehat untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh yang kuat.

Meningitis adalah kondisi medis yang serius dan memerlukan pengobatan segera. Pengobatan meningitis tergantung pada penyebabnya, yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit. 

Berikut adalah panduan umum mengenai bagaimana meningitis biasanya diobati:

💧 Meningitis Bakteri:

Antibiotik:
Jika meningitis disebabkan oleh infeksi bakteri, pengobatan utama adalah dengan memberikan antibiotik. Antibiotik biasanya diberikan melalui infus intravena (IV) dalam waktu segera setelah diagnosis. Jenis antibiotik yang diberikan akan disesuaikan dengan jenis bakteri yang menyebabkan infeksi tersebut, yang dapat diketahui melalui pemeriksaan cairan serebrospinal (CSF).
Meningitis karena bakteri, pengobatan dengan antibiotik.
(Sumber: foto canva.com)
Meningitis Virus:
Pengobatan Supportif: Meningitis virus umumnya tidak diobati dengan antibiotik, karena antibiotik tidak efektif melawan virus. Pengobatan biasanya bersifat supportif dan fokus pada meredakan gejala, seperti nyeri dan demam. Istirahat yang cukup dan hidrasi penting untuk membantu tubuh melawan infeksi virus.

Meningitis Jamur atau Parasit:
Antijamur atau Antiparasit: Jika meningitis disebabkan oleh jamur atau parasit, pengobatan akan melibatkan obat antijamur atau antiparasit yang sesuai. Pilihan pengobatan akan tergantung pada jenis patogen yang menyebabkan infeksi.

💧 Pengobatan Gejala: 
Selain pengobatan yang ditargetkan pada penyebab meningitis, perawatan juga dapat mencakup pengobatan gejala. Ini dapat mencakup penggunaan obat penghilang nyeri untuk mengatasi sakit kepala dan nyeri tubuh serta obat penurun panas jika demam tinggi.

💧 Pemantauan Medis: 
Orang yang didiagnosis dengan meningitis biasanya akan dimonitor secara ketat oleh tim medis. Ini termasuk pemantauan tekanan intrakranial (tekanan di dalam tengkorak) dan tanda-tanda vital.

💧 Isolasi: 
Selama periode infeksi, pasien dengan meningitis bakteri sering diisolasi untuk mencegah penyebaran infeksi. Orang yang memiliki kontak dekat dengan pasien mungkin juga perlu menjalani profilaksis antibiotik untuk menghindari penularan.

      Meningitis adalah kondisi medis yang serius dan perlu ditangani oleh profesional medis. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala meningitis, seperti sakit kepala berat, demam tinggi, dan kaku kuduk, segera cari bantuan medis darurat. Diagnosa dan pengobatan yang cepat dapat mengurangi risiko komplikasi serius atau kematian akibat meningitis.




Sumber:






Monday, 9 October 2023

Penyakit Hati Berlemak, Gaya Hidup Tidak Sehat.

       Penyakit hati berlemak non-alkohol adalah istilah untuk berbagai kondisi yang disebabkan oleh penumpukan lemak di hati. Biasanya terlihat pada orang yang kelebihan berat badan atau obesitas.

Penyakit Hati Berlemak Non-Alkoholik (Non-Alcoholic Fatty Liver Disease atau NAFLD) adalah kondisi medis di mana lemak berlebihan menumpuk dalam sel-sel hati seseorang yang tidak disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan. NAFLD adalah salah satu masalah hati yang paling umum di dunia dan sering terkait dengan gaya hidup yang tidak sehat, seperti diet tinggi lemak dan kurangnya aktivitas fisik.

Ada dua bentuk utama dari NAFLD:

👉Steatosis Hepatis Non-Alkoholik (Non-Alcoholic Fatty Liver, atau NAFL): 

Ini adalah tahap awal NAFLD, di mana lemak menumpuk dalam hati, tetapi tidak ada peradangan atau kerusakan sel hati yang signifikan. Pada sebagian besar kasus, NAFL tidak menyebabkan gejala yang nyata.

👉Steatohepatitis Non-Alkoholik (Non-Alcoholic Steatohepatitis, atau NASH): 

Ini adalah tahap yang lebih serius dari NAFLD, di mana sel-sel hati mengalami peradangan dan kerusakan. NASH dapat mengakibatkan fibrosis (penggantian jaringan hati normal dengan jaringan parut), sirosis (kerusakan hati parah), dan bahkan kanker hati. NASH dapat menyebabkan gejala seperti kelelahan, nyeri abdomen, dan penurunan berat badan.

Penyakit hati pada lansia dapat memiliki gejala yang mirip dengan penyakit hati pada orang dewasa pada umumnya. Namun, karena proses penuaan dan potensi adanya penyakit lain yang menyertai, gejala penyakit hati pada lansia mungkin lebih kompleks.

Menghindari obesitas menjauhkan dari segala penyakit.
(Sumber: foto paguyuban kel.besar 49 JT)

Beberapa gejala umum penyakit hati pada lansia meliputi:

👀 Kelelahan: 

Lansia dengan penyakit hati mungkin mengalami kelelahan yang berlebihan, terutama setelah melakukan aktivitas fisik ringan.

👀 Kuning (jaundice): 

Kuningnya kulit dan mata (ikterus) dapat menjadi tanda penyakit hati. Ini terjadi ketika bilirubin, sebuah pigmen yang biasanya dikeluarkan oleh hati, tidak diolah dengan baik.

👀 Hilangnya nafsu makan:

Lansia dengan penyakit hati sering mengalami penurunan nafsu makan, yang dapat menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan.

👀 Mual dan muntah: 

Gejala ini sering terkait dengan gangguan pencernaan dan metabolisme yang disebabkan oleh penyakit hati.

Mual dan muntah gejala gangguan pencernaan.
(Sumber: foto canva.com)

👀 Perubahan urin dan feses: 

Perubahan dalam warna urin (misalnya, menjadi gelap) dan perubahan warna feses (misalnya, menjadi pucat) dapat menjadi tanda penyakit hati.

👀 Perut buncit:

Perut yang membesar karena penumpukan cairan (ascites) atau pembesaran hati dapat terjadi pada lansia dengan penyakit hati.

👀 Kembung dan nyeri perut:

Nyeri perut dan sensasi kembung bisa terjadi akibat peradangan atau tekanan pada area perut.

👀 Gangguan mental: 

Beberapa lansia dengan penyakit hati dapat mengalami gangguan mental seperti kebingungan, disorientasi, atau perubahan kepribadian.

👀 Gatal-gatal:

Gatal-gatal pada kulit dapat terjadi karena penumpukan zat beracun yang biasanya disaring oleh hati.

👀 Masalah perdarahan:

Lansia dengan penyakit hati mungkin cenderung mengalami masalah perdarahan lebih mudah karena hati juga memiliki peran dalam pembekuan darah.

💬 Gejala penyakit hati pada lansia dapat bervariasi, dan tidak semua lansia dengan penyakit hati akan mengalami gejala yang sama.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit hati pada lansia, meliputi:

👴 Penuaan: 

Proses penuaan alami dapat menyebabkan perubahan dalam struktur dan fungsi hati. Hati lansia mungkin tidak berfungsi sebaik hati pada orang muda.

Proses penuaan merobah struktur fungsi hati.
(Sumber: foto canva.com)

👴 Konsumsi Obat: 

Lansia sering memiliki lebih banyak masalah kesehatan yang memerlukan penggunaan obat-obatan. Beberapa obat dapat memengaruhi fungsi hati dan menyebabkan kerusakan hati.

👴 Penyakit Kronis:

Lansia lebih cenderung memiliki penyakit kronis seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung. Penyakit-penyakit ini dapat berkontribusi pada kerusakan hati.

👴 Obesitas dan Diabetes: 

Obesitas dan diabetes tipe 2 sering terkait dengan penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD) yang dapat berkembang menjadi NASH (steatohepatitis non-alkoholik), penyakit hati yang lebih serius.

👴 Kegemukan: 

Kegemukan adalah faktor risiko utama untuk penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD), dan lansia cenderung mengalami peningkatan berat badan seiring bertambahnya usia.

👴 Alkohol:

Meskipun NAFLD adalah penyakit hati yang tidak terkait dengan alkohol, konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hati pada lansia, terutama jika fungsi hati sudah melemah akibat usia.

👴 Hepatitis B atau C:

Lansia yang terinfeksi virus hepatitis B atau C di masa muda dapat mengalami perkembangan penyakit hati yang lebih serius seiring bertambahnya usia.

👴 Penggunaan Suplemen Herbal dan Diet:

Lansia cenderung menggunakan lebih banyak suplemen herbal dan diet tertentu yang mungkin memiliki efek samping terhadap hati.

👴 Kesehatan Gigi yang Buruk: 

Penelitian menunjukkan bahwa masalah kesehatan gigi yang buruk, yang lebih umum terjadi pada lansia, dapat meningkatkan risiko peradangan hati.

👴 Genetik: 

Faktor genetik juga dapat memainkan peran dalam risiko penyakit hati pada lansia.

       Mencegah penyakit hati pada lansia melibatkan perubahan gaya hidup yang sehat dan pengelolaan faktor risiko yang dapat memengaruhi kesehatan hati. 

Beberapa langkah yang dapat membantu mencegah penyakit hati pada lansia:

🌾 Pola Makan Sehat:

Konsumsi makanan sehat yang rendah lemak jenuh, gula, dan garam. Fokus pada diet yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, protein rendah lemak, dan lemak sehat seperti lemak tak jenuh tunggal dan poli. Batasi konsumsi makanan cepat saji dan makanan tinggi lemak trans.

🌾 Pertahankan Berat Badan yang Sehat:

Pertahankan berat badan yang sehat dan hindari obesitas. Kegemukan adalah faktor risiko utama untuk penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD).

Pertahankan berat badan sehat, jauhi obesitas.
(Sumber: foto canva.com)

🌾 Aktivitas Fisik:

Lakukan aktivitas fisik secara teratur. Olahraga membantu meningkatkan metabolisme, mengurangi risiko obesitas, dan meningkatkan kesehatan hati. Konsultasikan dengan profesional medis sebelum memulai program olahraga baru.

🌾 Hindari Konsumsi Alkohol Berlebihan: 

Jika Anda mengonsumsi alkohol, lakukan dengan batasan yang aman. Untuk lansia, rekomendasi umum adalah mengonsumsi alkohol dengan sangat hemat atau menghindarinya sama sekali.

🌾 Pengelolaan Penyakit Kronis: 

Jika Anda memiliki penyakit kronis seperti diabetes atau tekanan darah tinggi, penting untuk mengelolanya dengan baik. Kontrol gula darah dan tekanan darah Anda sesuai dengan anjuran dokter.

🌾 Hindari Penggunaan Obat-Obatan yang Berisiko:

Hindari penggunaan obat-obatan yang dapat merusak hati atau memerlukan hati untuk pemrosesan yang lebih keras. Jika Anda membutuhkan obat-obatan tertentu, konsultasikan dengan dokter Anda tentang potensi risiko terhadap hati.

🌾 Vaksinasi Hepatitis:

Pastikan Anda sudah divaksinasi terhadap hepatitis B, terutama jika Anda belum melakukannya sebelumnya. Vaksinasi adalah langkah penting dalam mencegah infeksi virus hepatitis B.

🌾 Jangan Merokok: 

Hindari merokok dan paparan asap rokok. Rokok dapat merusak hati dan meningkatkan risiko penyakit hati.

🌾 Periksa Kesehatan Secara Rutin:

Rutin menjalani pemeriksaan kesehatan dan tes laboratorium yang dianjurkan oleh dokter Anda, termasuk pemeriksaan fungsi hati, untuk mendeteksi masalah kesehatan hati sedini mungkin.

🌾 Hindari Risiko Terkontaminasi: 

Hindari konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi, terutama jika Anda bepergian ke daerah yang berisiko tinggi terhadap infeksi parasit atau virus yang dapat merusak hati.

🌾 Konsultasi dengan Dokter: 

Jika Anda memiliki riwayat keluarga atau faktor risiko tertentu untuk penyakit hati, konsultasikan dengan dokter Anda untuk mendiskusikan langkah-langkah pencegahan yang sesuai.

💬 Pencegahan penyakit hati pada lansia melibatkan perubahan gaya hidup yang sehat, perawatan kesehatan yang baik, dan kesadaran tentang faktor risiko yang ada. 

       Pengobatan penyakit hati pada lansia akan sangat tergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakit hati yang dimilikinya. Ada berbagai macam penyakit hati, termasuk penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD), hepatitis, sirosis, dan lain-lain, dan pengobatan akan disesuaikan dengan diagnosis spesifik dan keadaan kesehatan individu. 

Beberapa metode pengobatan umum untuk beberapa jenis penyakit hati:

👆 Penyakit Hati Berlemak Non-Alkoholik (NAFLD):

Perubahan Gaya Hidup: 

  • Peningkatan aktivitas fisik, penurunan berat badan, dan perbaikan pola makan dapat membantu mengatasi NAFLD, terutama pada tahap awal.

Pengendalian Penyakit Terkait:

  • Jika Anda memiliki diabetes atau tekanan darah tinggi, mengontrol kondisi-kondisi ini adalah bagian penting dari pengobatan NAFLD.

👆 Hepatitis:

Terapi Antivirus: 

  • Untuk beberapa jenis hepatitis (seperti hepatitis B dan C), terapi antivirus dapat digunakan untuk mengendalikan atau menyembuhkan infeksi.

Vaksinasi: 

  • Hepatitis A dan hepatitis B dapat dicegah dengan vaksinasi.

Penghindaran Zat Toksik: 

  • Hindari alkohol dan obat-obatan yang berbahaya bagi hati.

👆 Sirosis:

Manajemen Komplikasi: 

  • Sirosis adalah tahap lanjut dari kerusakan hati yang parah. Pengobatan bertujuan untuk mengelola komplikasi seperti ascites (penumpukan cairan di perut), ensefalopati (kerusakan fungsi otak), dan perdarahan.

Evaluasi Transplantasi Hati: 

  • Untuk beberapa kasus sirosis yang parah, transplantasi hati mungkin menjadi satu-satunya pilihan pengobatan yang efektif.

👆 Hemokromatosis

Untuk penyakit hemokromatosis (penumpukan besi dalam tubuh), pengobatan biasanya melibatkan pengambilan darah secara berkala (terapi pengeluaran darah) untuk mengurangi tingkat besi dalam tubuh.

👆 Penyakit Hati Autoimun: 

Pengobatan penyakit hati autoimun biasanya melibatkan obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh untuk menghentikan serangan terhadap hati.

👆 Penyakit Hati Alkoholik: 

Penting untuk menghindari konsumsi alkohol sepenuhnya jika Anda memiliki penyakit hati alkoholik. Pengobatan juga dapat melibatkan dukungan psikologis dan terapi.

        💬 Penting untuk mencari bantuan medis dari dokter spesialis hati (hepatologis atau gastroenterologis) untuk diagnosis yang tepat dan perencanaan pengobatan yang sesuai. Lansia juga mungkin membutuhkan perawatan yang lebih hati-hati dan perhatian khusus karena respons terhadap pengobatan dapat berbeda dari orang yang lebih muda.

Selain itu, menjaga gaya hidup sehat dengan diet yang baik, aktivitas fisik yang teratur, dan menghindari faktor risiko yang dapat merusak hati sangat penting dalam pengobatan dan pencegahan penyakit hati pada lansia. Konsultasikan dengan dokter untuk perawatan yang paling tepat sesuai dengan kondisi spesifik Anda.


Sumber:

https://www.nhs.uk/conditions/non-alcoholic-fatty-liver-disease 

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/nonalcoholic-fatty-liver-disease/symptoms-causes/syc-20354567

https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/nonalcoholic-fatty-liver-disease

https://www.niddk.nih.gov/health-information/liver-disease/nafld-nash


Sunday, 8 October 2023

Fraktur Panggul, Pemulihan Pada Lansia Memerlukan Waktu Yang Lama

        Fraktur panggul pada lansia adalah patah tulang pada daerah panggul, yang terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Fraktur panggul pada lansia adalah cedera serius yang umumnya terjadi akibat trauma, seperti jatuh. Kondisi ini dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan dan mobilitas lansia, dan sering memerlukan perawatan medis yang intensif.

Fraktur tulang panggul sering terjadi karena jatuh.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Tulang-tulang yang membentuk panggul, meliputi:

  • Sakrum (tulang besar berbentuk segitiga di dasar tulang belakang Anda).
  • Tulang ekor (tulang ekor).
  • Tulang pinggul, yang meliputi ilium, iskium dan pubis.

Bentuk tulang panggul.
(Sumber: foto canva.com)

Bersama-sama, tulang-tulang ini membentuk apa yang disebut cincin panggul. Panggul adalah struktur yang sangat stabil yang melindungi banyak saraf, pembuluh darah , dan organ penting, termasuk organ reproduksi internal, kandung kemih, dan bagian bawah saluran pencernaan. Ini juga bertindak sebagai jangkar bagi otot-otot kaki.

Fraktur panggul pada lansia dapat terjadi di berbagai bagian panggul, termasuk tulang panggul besar yang disebut tulang panggul (pelvis) atau di salah satu tulang paha (femur). Fraktur femur pada lansia, terutama yang terjadi di leher femur (fraktur leher femur), adalah jenis fraktur panggul yang umum.

Istilah medis untuk fraktur panggul adalah "fraktur pelvis" atau "pelvic fracture".  Mengacu pada patah tulang pada daerah panggul atau pelvis. Fraktur panggul dapat terjadi di berbagai bagian pelvis, termasuk tulang panggul besar (pelvic bones) atau bahkan di salah satu tulang paha (femur) yang melekat pada panggul. Fraktur panggul pada lansia umumnya mengacu pada patah tulang pada daerah panggul tersebut dan merupakan kondisi medis serius yang memerlukan perawatan segera.

Beberapa tanda dan gejala patah tulang panggul, antara lain:

  • Mengalami nyeri di selangkangan, pinggul dan/atau punggung bawah .
  • Mengalami nyeri yang lebih hebat saat berjalan atau menggerakkan kaki.
  • Mengalami mati rasa atau kesemutan di area selangkangan atau kaki.
  • Mengalami rasa sakit di perut Anda.
  • Susah buang air kecil.
  • Mengalami kesulitan berjalan atau berdiri.
Fraktur panggul pada lansia dapat memiliki konsekuensi yang serius, antara lain:

👴 Mobilitas Terbatas: 

Fraktur panggul sering menyebabkan lansia sulit untuk bergerak atau berjalan. Ini dapat membatasi kemandirian mereka dalam aktivitas sehari-hari.

Fraktur panggul menyulitkan mobilitas lansia.
(Sumber: foto canva.com)

👴 Risiko Komplikasi:

Lansia yang mengalami fraktur panggul memiliki risiko tinggi untuk mengalami komplikasi, seperti infeksi, trombosis vena dalam (DVT), emboli paru, atau pneumonia.

👴 Ketergantungan pada Perawatan Lain: 

Banyak lansia yang mengalami fraktur panggul akan memerlukan bantuan perawat atau anggota keluarga dalam perawatan sehari-hari dan rehabilitasi.

👴 Kematian: 

Fraktur panggul pada lansia dapat berujung fatal, terutama jika komplikasi serius terjadi atau jika kondisi medis yang sudah ada semakin memburuk.

        💬 Pengelolaan fraktur panggul pada lansia melibatkan perawatan medis segera, seperti operasi bedah atau tindakan lain untuk mengembalikan tulang ke posisi semula. Rehabilitasi dan perawatan jangka panjang mungkin diperlukan untuk membantu pemulihan dan mengembalikan mobilitas. Pencegahan jatuh pada lansia dan perawatan osteoporosis (jika ada) adalah langkah-langkah penting dalam mengurangi risiko fraktur panggul pada populasi lansia.

       Fraktur panggul dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dan penyebabnya sering kali melibatkan kombinasi beberapa faktor risiko.

Beberapa faktor penyebab fraktur panggul meliputi:

🏃 Jatuh: 

Jatuh adalah penyebab paling umum fraktur panggul, terutama pada lansia. Lansia cenderung memiliki keseimbangan yang kurang stabil dan kekuatan otot yang berkurang, sehingga lebih rentan terhadap jatuh.

🏃Osteoporosis: 

Osteoporosis adalah kondisi di mana kepadatan tulang menurun, membuat tulang menjadi lebih rapuh dan rentan terhadap patah tulang. Fraktur panggul sering terjadi pada individu dengan osteoporosis.

🏃Trauma: 

Selain jatuh, trauma lainnya seperti kecelakaan kendaraan bermotor atau kecelakaan lainnya dapat menyebabkan fraktur panggul.

Kecelakaan di rumah dapat menyebabkan fraktur panggul.
(Sumber: foto canva.com)

🏃Penyakit atau Kondisi Medis: 

Beberapa kondisi medis, seperti kanker tulang, infeksi tulang, atau osteogenesis imperfecta (penyakit tulang rapuh), dapat meningkatkan risiko fraktur panggul.

🏃Tingkat Kegiatan Fisik: 

Tingkat aktivitas fisik yang rendah atau kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan penurunan massa otot dan kekuatan tulang, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko fraktur panggul.

🏃Nutrisi yang Buruk: 

Kekurangan nutrisi, terutama defisiensi vitamin D dan kalsium, dapat memengaruhi kesehatan tulang dan meningkatkan risiko fraktur panggul.

🏃Umur: 

Lansia memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami fraktur panggul karena perubahan dalam struktur dan kekuatan tulang serta penurunan kekuatan otot yang biasanya terjadi seiring bertambahnya usia.

🏃Gender: 

Wanita memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami fraktur panggul dibandingkan dengan pria, terutama karena mereka cenderung memiliki kepadatan tulang yang lebih rendah dan juga lebih rentan terhadap osteoporosis.

🏃Penyakit Terkait: 

Beberapa kondisi medis seperti penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, atau gangguan keseimbangan dapat meningkatkan risiko jatuh dan oleh karena itu meningkatkan risiko fraktur panggul.

🏃Konsumsi Alkohol dan Merokok:

Konsumsi alkohol berlebihan dan merokok dapat merusak kesehatan tulang, meningkatkan risiko jatuh, dan berkontribusi pada fraktur panggul.

       Mencegah fraktur panggul pada lansia adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan mereka.

Beberapa langkah yang dapat membantu mencegah fraktur panggul pada lansia:

💪 Meningkatkan Keseimbangan dan Kekuatan Otot:

Melakukan latihan fisik yang teratur, terutama latihan kekuatan dan keseimbangan, dapat membantu memperkuat otot dan menjaga keseimbangan tubuh. Ini akan membantu lansia menghindari jatuh.

💪 Pemantauan Kesehatan Tulang:

Lansia yang memiliki risiko tinggi osteoporosis sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mengevaluasi kesehatan tulang mereka. Tes densitometri tulang dapat membantu dalam menilai kepadatan tulang.

💪 Asupan Kalsium dan Vitamin D:

Pastikan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup, karena kedua nutrisi ini penting untuk kesehatan tulang. Jika diperlukan, pertimbangkan suplemen di bawah pengawasan dokter.

💪 Penglihatan dan Pendengaran yang Baik:

Gangguan penglihatan dan pendengaran dapat meningkatkan risiko jatuh. Rutin memeriksa penglihatan dan pendengaran, serta menggunakan alat bantu jika diperlukan, adalah langkah penting.

💪 Perbaikan Keamanan Rumah:

Membuat rumah lebih aman dengan menghilangkan hambatan seperti tikar yang bergelombang, kabel yang tergeletak di lantai, atau permukaan licin dapat mengurangi risiko jatuh.

💪 Pemantauan Obat:

Lansia sebaiknya selalu berkonsultasi dengan dokter atau apoteker mengenai obat-obatan yang mereka konsumsi. Beberapa obat dapat menyebabkan pusing atau gangguan keseimbangan.

💪 Alkohol dan Merokok:

Membatasi konsumsi alkohol dan berhenti merokok adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan tulang dan mengurangi risiko jatuh.

💪 Penggunaan Alat Bantu:

Jika diperlukan, lansia dapat menggunakan alat bantu seperti tongkat atau walker untuk membantu menjaga keseimbangan dan mencegah jatuh.

💪 Pemantauan Kesehatan Umum:

Mempertahankan kesehatan umum dengan menjaga berat badan yang sehat, menghindari dehidrasi, dan mengelola kondisi medis seperti diabetes atau tekanan darah tinggi dapat membantu mencegah risiko jatuh.

💪 Edukasi dan Kesadaran:

Lansia dan keluarga mereka sebaiknya memahami risiko fraktur panggul dan tindakan pencegahan yang diperlukan. Kesadaran akan faktor risiko dapat membantu dalam mengambil langkah-langkah yang tepat.

         Perawatan fraktur panggul pada lansia melibatkan berbagai langkah medis dan rehabilitasi untuk memfasilitasi penyembuhan dan pemulihan. 

Pengobatan fraktur panggul pada lansia umumnya melibatkan tindakan-tindakan berikut:

🔛 Evaluasi Medis Awal:

Pasien dengan fraktur panggul harus segera menerima perawatan medis. Evaluasi awal oleh tim medis akan mencakup pemeriksaan fisik, radiografi, dan penilaian keseluruhan kondisi kesehatan.

🔛 Stabilisasi Tulang:

Jika fraktur panggul disebabkan oleh trauma berat atau patah tulang yang parah, perlu dilakukan tindakan bedah untuk mengembalikan tulang ke posisi semula dan memastikan stabilitasnya. Ini mungkin melibatkan pemasangan penahanan, seperti pin atau piring logam, untuk mempertahankan posisi tulang yang benar selama penyembuhan.

🔛 Pengelolaan Nyeri:

Nyeri adalah gejala umum pada fraktur panggul. Dokter akan meresepkan obat penghilang rasa sakit yang sesuai untuk mengatasi nyeri dan kenyamanan pasien.

🔛 Perawatan Bedah Tambahan:

Beberapa jenis fraktur panggul, seperti fraktur leher femur, mungkin memerlukan operasi tambahan untuk memperbaiki tulang yang rusak. Hal ini bergantung pada jenis dan tingkat keparahan fraktur.

🔛 Rehabilitasi dan Fisioterapi:

Setelah operasi atau perawatan awal, pasien akan menjalani sesi rehabilitasi fisioterapi. Fisioterapi membantu meningkatkan kekuatan otot, mobilitas, dan keseimbangan pasien. Tujuan rehabilitasi adalah untuk memungkinkan pasien dapat bergerak dengan lebih mandiri.

🔛 Pencegahan Komplikasi:

Pasien yang mengalami fraktur panggul berisiko tinggi untuk mengalami komplikasi seperti infeksi, trombosis vena dalam (DVT), emboli paru, atau pneumonia. Perawatan yang tepat dan perawatan medis lanjutan dapat membantu mengurangi risiko komplikasi ini.

🔛 Pemantauan dan Tindak Lanjut:

Pasien yang mengalami fraktur panggul akan memerlukan pemantauan jangka panjang oleh tim medis. Ini mencakup pemantauan penyembuhan tulang, pengelolaan nyeri, dan perawatan medis lanjutan sesuai kebutuhan.

🔛 Diet dan Suplemen:

Pemulihan yang cepat memerlukan nutrisi yang baik untuk mendukung penyembuhan tulang. Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi mengenai diet yang tepat dan mungkin juga suplemen kalsium dan vitamin D.

        Pengobatan fraktur panggul pada lansia harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan individu. Oleh karena itu, sangat penting untuk bekerja sama dengan tim medis yang kompeten dan mengikuti rekomendasi perawatan yang diberikan oleh mereka. Pemulihan dari fraktur panggul pada lansia bisa memerlukan waktu yang cukup lama, dan dukungan keluarga juga sangat penting selama proses ini.



Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6598730/

https://kinedarbois.fr/en/2023/06/18/pelvic-fracture-treatment-in-elderly/

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22176-pelvic-fractures

https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--conditions/pelvic-fractures/

https://patient.info/bones-joints-muscles/pelvic-fractures-leaflet