Thursday, 21 March 2024

Risiko Medis Lansia, Saat Defisiensi Vitamin Multipel.

        Seiring bertambahnya usia, massa tubuh tanpa lemak dan laju metabolisme menurun. Pada gilirannya, tubuh tidak lagi efektif menyerap mineral dan vitamin tertentu. Karena orang lanjut usia memiliki nafsu makan yang lebih kecil dan kebutuhan kalori yang lebih rendah, mereka mungkin memerlukan lebih banyak nutrisi daripada sebelumnya.

Kebanyakan lansia tidak mengonsumsi makanan sehat setiap hari. Defisiensi vitamin ringan sangat umum terjadi pada lansia, dan khususnya pada lansia yang lemah dan berada di rumah sakit. Misal: Anemia, gangguan kognitif, peningkatan kecenderungan terjadinya infeksi, dan penyembuhan luka yang buruk merupakan beberapa gejala yang terkait dengan kekurangan vitamin ringan pada lansia. 

kebanyakan lansia tidak mengkonsumsi makanan sehat setiap hari.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

Walaupun defisiensi vitamin tunggal memang terjadi, biasanya defisiensi vitamin multipel terlihat pada malnutrisi umum. Kekurangan vitamin yang parah dapat menyebabkan kerusakan organ yang tidak dapat diperbaiki.

Vitamin jenis nutrisi utama yang dibutuhkan tubuh untuk bertahan hidup dan tetap sehat. Vitamin membantu tubuh tumbuh dan bekerja sebagaimana mestinya. Ada 13 vitamin penting,yaitu: vitamin A, C, D, E, K, dan vitamin B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, B6 , B12 , dan folat).

       Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil untuk menjaga kesehatan dan kinerja tubuh yang optimal. Vitamin tidak diproduksi oleh tubuh secara alami atau hanya diproduksi dalam jumlah yang terbatas, sehingga harus diperoleh melalui makanan atau suplemen. Vitamin terbagi menjadi dua kelompok: vitamin larut dalam lemak (seperti vitamin A, D, E, dan K) dan vitamin larut dalam air (seperti vitamin C dan semua jenis vitamin B). 

Beberapa nama vitamin, manfaat, dan sumber makanan yang mengandung vitamin tersebut:

Vitamin A (Retinol):

  • Manfaat: Mendukung kesehatan mata, kulit, dan sistem kekebalan tubuh.
  • Sumber: Wortel, bayam, ubi jalar, hati, telur.

Vitamin B1 (Tiamin):

  • Manfaat: Diperlukan untuk metabolisme karbohidrat dan fungsi saraf yang sehat.
  • Sumber: Kacang-kacangan, biji-bijian, daging, sereal, kentang.

Vitamin B2 (Riboflavin):

  • Manfaat: Penting untuk metabolisme energi, pertumbuhan sel, dan kesehatan kulit.
  • Sumber: Susu, yogurt, daging, sayuran hijau, biji-bijian.

Yogurt sumber riboflavin (vitamin B2)
(Sumber: foto canva.com)

Vitamin B3 (Niacin):

  • Manfaat: Berperan dalam metabolisme energi, sintesis DNA, dan kesehatan kulit.
  • Sumber: Daging, ikan, kacang-kacangan, kentang, sereal gandum.

Vitamin B5 (Asam Pantotenat):

  • Manfaat: Mendukung metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
  • Sumber: Daging, unggas, telur, kacang-kacangan, sayuran hijau.

Vitamin B6 (Piridoksin):

  • Manfaat: Diperlukan untuk metabolisme protein, produksi neurotransmitter, dan fungsi sistem kekebalan tubuh.
  • Sumber: Ayam, ikan, kacang-kacangan, biji-bijian, pisang.

Vitamin B7 (Biotin):

  • Manfaat: Mendukung kesehatan kulit, rambut, dan kuku, serta metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein.
  • Sumber: Telur, kacang-kacangan, sereal, hati, sayuran hijau.

Vitamin B9 (Asam Folat):

  • Manfaat: Penting untuk produksi sel darah merah, sintesis DNA, dan kesehatan janin selama kehamilan.
  • Sumber: Sayuran hijau, kacang-kacangan, buah jeruk, hati, sereal.

Vitamin B12 (Kobalamin):

  • Manfaat: Mendukung fungsi saraf, produksi sel darah merah, dan metabolisme energi.
  • Sumber: Daging, ikan, produk susu, telur, makanan laut.

Vitamin C (Asam Askorbat):

  • Manfaat: Berperan sebagai antioksidan, mendukung sistem kekebalan tubuh, dan membantu dalam penyembuhan luka.
  • Sumber: Buah jeruk, stroberi, paprika, brokoli, tomat.

Vitamin D (Kalsiferol):

  • Manfaat: Penting untuk kesehatan tulang, penyerapan kalsium, dan fungsi sistem kekebalan tubuh.
  • Sumber: Paparan sinar matahari, ikan berlemak, telur, produk susu.

Vitamin E (Tokoferol):

  • Manfaat: Melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan oksidatif, mendukung kesehatan jantung dan kulit.
  • Sumber: Minyak nabati, kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran hijau.

Vitamin K (Fitomenadion):

  • Manfaat: Diperlukan untuk pembekuan darah yang sehat, kesehatan tulang, dan fungsi saraf.
  • Sumber: Sayuran hijau, minyak sayur, hati, produk fermentasi.

💬 Vitamin dari makanan sehat adalah cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Beberapa penyakit atau kondisi yang dapat timbul akibat kekurangan vitamin pada lansia:

Osteoporosis (kekurangan vitamin D dan kalsium): 
Penyakit di mana tulang menjadi rapuh dan rentan patah karena kehilangan massa tulang. Kekurangan vitamin D dan kalsium dapat menyebabkan penipisan tulang.

Osteoporosis mengakibatkan tulang rapuh dan rentan patah.
(Sumber: foto canva.com)
Anemia (kekurangan vitamin B12 dan asam folat):
Kondisi di mana jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin dalam darah di bawah normal. Kekurangan vitamin B12 dan asam folat dapat menyebabkan produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.

Beri-beri (kekurangan vitamin B1): 
Penyakit yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B1 (thiamine), yang dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf dan jantung.

Pelagra (kekurangan vitamin B3): 
Kekurangan vitamin B3 (niacin) yang menyebabkan gejala seperti kulit kering, diare, gangguan pencernaan, dan masalah mental.

Defisiensi imun (kekurangan vitamin C dan D): 
Penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh karena kekurangan vitamin C dan D, yang dapat meningkatkan risiko infeksi dan penyakit.

Penyakit jantung (kekurangan vitamin B6, B12, dan E): 
Penyakit yang melibatkan gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Kekurangan vitamin B6, B12, dan E dapat berkontribusi pada perkembangan penyakit jantung.

Gangguan penglihatan (kekurangan vitamin A): 
Gangguan pada mata seperti kebutaan malam atau xerophthalmia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin A.
Gangguan mata karena kekurangan vitamin A.
(Sumber: foto canva.com)
Pernicious anemia (kekurangan vitamin B12): 
Jenis anemia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12, yang sering kali terkait dengan gangguan penyerapan vitamin B12 dari makanan.

Depresi (kekurangan vitamin B6, B12, dan D): 
Gangguan suasana hati yang disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kekurangan vitamin B6, B12, dan D.

Demensia (kekurangan vitamin B6, B12, dan D): 
Penurunan kemampuan kognitif yang signifikan yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kekurangan vitamin B6, B12, dan D.

Keguguran (kekurangan asam folat): 
Kekurangan asam folat dapat meningkatkan risiko keguguran pada wanita hamil dan berkontribusi pada perkembangan janin yang tidak sempurna.

Neuropati perifer (kekurangan vitamin B12): 
Neuropati perifer adalah gangguan pada saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang, yang dapat disebabkan oleh kekurangan vitamin B12.

Diabetes tipe 2 (kekurangan vitamin D): 
Kekurangan vitamin D telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 atau memperburuk kontrol gula darah pada penderita diabetes.

Hipertensi (kekurangan vitamin D): 
Kekurangan vitamin D telah dikaitkan dengan peningkatan risiko hipertensi atau tekanan darah tinggi.

Gangguan tiroid (kekurangan yodium dan selenium):
Kekurangan yodium dan selenium dapat mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid, menyebabkan gangguan seperti hipotiroidisme atau pembesaran kelenjar tiroid (gondok).

Kram otot (kekurangan magnesium dan potassium): 
Kekurangan magnesium dan potassium dapat menyebabkan kram otot yang menyakitkan dan kejang.

Sistem pencernaan yang buruk (kekurangan vitamin B12): 
Kekurangan vitamin B12 dapat mengganggu penyerapan nutrisi di saluran pencernaan, menyebabkan gangguan pencernaan dan masalah lainnya.

Gangguan kulit seperti dermatitis (kekurangan vitamin B2): 
Kekurangan vitamin B2 atau riboflavin dapat menyebabkan gangguan pada kulit seperti dermatitis atau peradangan kulit.

Gangguan sistem saraf seperti tremor (kekurangan vitamin B6): 
Kekurangan vitamin B6 dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf, termasuk tremor atau getaran tidak terkontrol.

Gangguan penglihatan malam atau xerophthalmia (kekurangan vitamin A): 
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan gangguan penglihatan seperti kesulitan melihat dalam kegelapan atau xerophthalmia, yaitu mata kering dan teriritasi.

Masalah periodontal (kekurangan vitamin C): 
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan masalah periodontal seperti peradangan gusi, pendarahan gusi, dan bahkan penyakit gusi yang parah seperti periodontitis.

Pelunakan tulang (kekurangan vitamin K): 
Kekurangan vitamin K dapat mengganggu proses pembentukan tulang yang kuat, meningkatkan risiko patah tulang, dan mengakibatkan pelunakan tulang atau osteomalasia.

Masalah tulang rawan dan otot (kekurangan vitamin A): 
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan gangguan pada tulang rawan dan otot, seperti kerusakan pada tulang rawan dan penurunan massa otot.

Penyakit gusi (kekurangan vitamin C): 
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan penyakit gusi seperti gusi berdarah, peradangan gusi, dan gingivitis.

Penyakit hati (kekurangan vitamin D): 
Kekurangan vitamin D telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit hati, termasuk hepatitis dan sirosis.

Gangguan perkembangan janin pada ibu hamil (kekurangan asam folat): 
Kekurangan asam folat pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan perkembangan janin, termasuk cacat tabung saraf dan risiko keguguran.

Gangguan pembekuan darah (kekurangan vitamin K): 
Kekurangan vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah dan meningkatkan risiko perdarahan yang berlebihan.

Infeksi saluran pernapasan (kekurangan vitamin D): 
Kekurangan vitamin D telah dikaitkan dengan peningkatan risiko infeksi saluran pernapasan, termasuk infeksi pernapasan atas dan pneumonia.

Gangguan sistem saraf pusat (kekurangan vitamin B12):
Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusat, termasuk gejala seperti kelemahan, kesemutan, dan masalah kognitif.

Gangguan fungsi ginjal (kekurangan vitamin D): 
Kekurangan vitamin D dapat mengganggu fungsi ginjal dan meningkatkan risiko gangguan ginjal, termasuk penyakit ginjal kronis.
 
Kekurangan vitamin tidak selalu menyebabkan penyakit secara langsung, tetapi dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi medis tersebut. Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk diagnosis dan perawatan yang tepat jika Anda mencurigai kekurangan vitamin pada diri sendiri atau seseorang yang Anda kenal.



Sumber:

https://www.nia.nih.gov/health/vitamins-and-supplements/vitamins-and-minerals-older-adults

https://www.uspharmacist.com/article/vitamin-deficiencies-in-seniors 

https://westhartfordhealth.com/news/senior-health/dietary-deficiencies/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8469089/

https://aperioncare.com/blog/6-common-dietary-deficiencies-in-older-adults/

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2405457723005387


Wednesday, 20 March 2024

Defisiensi Mineral, Sumber Penyakit pada Lansia.

        Populasi global mengalami penuaan dan banyak lansia menderita malnutrisi terkait usia, termasuk defisiensi mikronutrien. Asupan gizi yang cukup sangat penting agar lansia dapat terus hidup mandiri, serta mencegah penurunan status kesehatan. 

Mikronutrien adalah nutrien yang diperlukan oleh organisme dalam jumlah sangat kecil, tetapi tetap sangat penting untuk menjaga fungsi tubuh yang optimal. Ini termasuk mineral, yang dikenal karena peran pentingnya dalam menjaga kesehatan dan kinerja tubuh. Meskipun dibutuhkan dalam jumlah kecil, mikronutrien sangat penting untuk berbagai proses biologis, termasuk metabolisme, pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi sistem kekebalan tubuh. 

Mikronutrien sangat dibutuhkan lansia untuk menjaga kesehatan dan kinerja tubuh.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Kekurangan mikronutrien dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan penyakit. Beberapa mineral bekerja bersama dengan bantuan hormon sesuai dengan kebutuhannya pada organ tertentu. Mineral baik sebagian atau dalam kombinasi dengan vitamin menunjukkan fungsi utama yang dibutuhkan sel dan kekurangannya menunjukkan efek samping yang merugikan meskipun tidak bersifat keturunan. 

Mineral mayor adalah jenis mineral yang diperlukan oleh organisme dalam jumlah besar untuk menjaga kesehatan dan fungsi tubuh yang optimal. Istilah "mayor" digunakan untuk membedakan mereka dari mineral minor atau mineral jejak, yang dibutuhkan dalam jumlah yang jauh lebih kecil. Mineral mayor sering kali merupakan komponen utama dalam struktur tubuh. Mineral digolongkan menurut kebutuhannya antara lain fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan belerang (S).

Mineral minor, juga dikenal sebagai mineral jejak atau mineral mikro, adalah jenis mineral yang diperlukan oleh organisme dalam jumlah sangat kecil, biasanya kurang dari 100 miligram per hari, tetapi tetap penting untuk kesehatan dan fungsi tubuh yang optimal. Meskipun jumlahnya kecil, mineral-mineral ini memainkan peran yang krusial dalam berbagai proses biologis, seperti pembentukan enzim, regulasi metabolisme, dan menjaga keseimbangan elektrolit, contoh mineral minor Boron (B), klorin (Cl) , kromium (Cr), fluorida (F), yodium (I), besi (Fe), mangan (Mn), molibdenum (Mo), nikel (Ni), selenium (Se), natrium (Na), vanadium (V) dan seng (Zn).

Berikut penyakit karena kekurangan mineral mayor :

Kekurangan Fosfor (P):
  • Penyakit: Osteomalasia (penyakit tulang lunak) dan gangguan pertumbuhan pada anak-anak.
  • Sumber mineral: Daging, ikan, telur, produk susu, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Kekurangan Kalium (K):
  • Penyakit: Hipokalemia, yang dapat menyebabkan kelemahan otot, gangguan irama jantung, dan kejang.
  • Sumber mineral : Pisang, kentang, tomat, jeruk, sayuran hijau, dan kacang-kacangan.
Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan kelemahan otot.
(Sumber: foto canva.com)
Kekurangan Kalsium (Ca):
  • Penyakit: Osteoporosis (kerapuhan tulang), kejang, dan peningkatan risiko patah tulang.
  • Sumber mineral: Susu dan produk susu, kubis, brokoli, ikan berlemak, dan tahu.
Kekurangan Magnesium (Mg):
  • Penyakit: Kelemahan otot, kram, aritmia jantung, dan osteoporosis, mineral ini penting untuk mengatur kadar glukosa dan tekanan darah dalam tubuh.
  • Sumber mineral: Kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran hijau, dan cokelat hitam.
Kekurangan Belerang (S):
  • Penyakit: Jarang terjadi pada manusia secara langsung, tetapi defisiensi belerang bisa berkontribusi pada gangguan metabolisme sulfur, yang dapat memengaruhi kesehatan kulit, rambut, dan kuku.
  • Sumber mineral: Protein hewani seperti daging, telur, dan susu, serta sayuran seperti bawang putih, bawang bombay, dan kubis.
Beberapa penyakit karena Kekurangan mineral minor:

Anemia Defisiensi Besi (Kekurangan Zat Besi (Fe)):
  • Penyakit: Anemia, yang ditandai dengan kelelahan, pusing, pucat, dan penurunan kinerja fisik dan kognitif.
  • Sumber mineral: Daging merah, unggas, ikan, kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran berdaun hijau gelap, dan sereal yang diperkaya zat besi.
Gangguan Kognitif (Kekurangan Iodin (I)):
  • Penyakit: Gondok (pembengkakan kelenjar tiroid) dan gangguan kognitif, terutama pada anak-anak.
  • Sumber mineral: Garam beriodium, makanan laut, dan produk-produk susu.
Kekurangan Seng (Zinc (Zn)):
  • Penyakit: Penurunan sistem kekebalan tubuh, gangguan pertumbuhan, luka lambat sembuh, dan gangguan fungsi reproduksi.
  • Sumber mineral: Daging, unggas, kerang, kacang-kacangan, biji-bijian, dan susu.
Kekurangan seng (Zn) luka lambat sembuh.
(Sumber: foto canva.com)
Kekurangan Kromium (Chromium (Cr)):
  • Penyakit: Resistensi insulin dan gangguan metabolisme glukosa, meningkatkan risiko diabetes.
  • Sumber mineral: Daging, ikan, biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, dan produk-produk biji-bijian utuh.
Kekurangan Mangan (Manganese (Mn)):
  • Penyakit: Gangguan pertumbuhan, gangguan tulang, gangguan reproduksi, dan gangguan metabolisme karbohidrat.
  • Sumber mineral: Kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran berdaun hijau, teh, dan makanan laut.
Kekurangan Boron (B):
  • Penyakit: Penurunan fungsi otak, gangguan kognitif, dan kerusakan tulang.
  • Sumber mineral: Buah-buahan seperti apel, pir, dan anggur; sayuran seperti brokoli, kubis, dan kacang polong; serta kacang-kacangan dan biji-bijian.
Kekurangan Klorin (Cl):
  • Penyakit: Gangguan keseimbangan cairan tubuh, kelelahan, dan gangguan pencernaan.
  • Sumber mineral: Biasanya disediakan oleh garam dapur (natrium klorida) dan juga dapat ditemukan dalam sayuran berdaun hijau dan makanan laut.
Kekurangan Fluorida (F):
  • Penyakit: Risiko tinggi terhadap kerusakan gigi, seperti karies.
  • Sumber mineral: Air minum yang difluorida, seperti air keran yang telah difluorida oleh pemerintah, dan beberapa jenis teh.
Kekurangan Molibdenum (Mo):
  • Penyakit: Gangguan metabolisme sulfur, anemia, dan gangguan pertumbuhan.
  • Sumber mineral: Daging, kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran berdaun hijau, dan produk-produk gandum.
Kekurangan Nikel (Ni):
  • Penyakit: Belum diketahui secara pasti, tetapi kekurangan nikl dapat menyebabkan gangguan reproduksi dan kulit.
  • Sumber mineral: Daging, kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran, dan cokelat.
Kekurangan Selenium (Se):
  • Penyakit: Gangguan sistem kekebalan tubuh, risiko tinggi terhadap penyakit jantung, dan gangguan fungsi tiroid.
  • Sumber mineral: Kacang-kacangan, biji-bijian, daging, unggas, ikan, telur, dan produk-produk susu.
Kekurangan Natrium (Na):
  • Penyakit: Hiponatremia (konsentrasi natrium darah yang rendah), yang dapat menyebabkan kelemahan, kebingungan, dan bahkan koma.
  • Sumber mineral: Garam dapur, makanan olahan, dan makanan laut.
Kekurangan Natrium dapat menyebabkan kebingungan.
(Sumber: foto canva.com)
Kekurangan Vanadium (V):
  • Penyakit: Belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa penelitian menunjukkan kaitannya dengan gangguan metabolisme glukosa.
  • Sumber mineral: Sayuran hijau, biji-bijian, daging, ikan, dan makanan laut.

Kekurangan mineral-mineral ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang serius jika tidak diatasi melalui konsumsi makanan yang kaya akan mineral tersebut atau suplementasi yang sesuai. 



Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7230219/

https://westhartfordhealth.com/news/senior-health/dietary-deficiencies/

https://www.reanfoundation.org/most-common-nutrient-deficiencies-in-older-adults/

https://www.healthline.com/health/mineral-deficiency

https://www.intechopen.com/chapters/73735

Tuesday, 19 March 2024

Tanda-tanda Tahap Akhir kehidupan pada Lansia

        Kematian bukanlah hal yang tabu untuk dibicarakan. Perbincangan kematian dengan terbuka membantu mengurangi stigma dan ketakutan yang terkait dengan topik ini. Hal ini memungkinkan individu untuk mempersiapkan diri secara mental dan emosional, merencanakan akhir hidup dengan bijaksana, dan memberikan dukungan emosional kepada orang-orang yang mereka sayangi. 

Kematian adalah proses yang asing bagi banyak orang. Meskipun ini adalah bagian kehidupan yang tidak bisa dihindari, hanya sedikit orang yang tahu bagaimana memberikan dukungan yang dibutuhkan saat orang yang dicintai memasuki tahap akhir kehidupan.

Proses kematian biasanya dimulai jauh sebelum kematian terjadi. Merupakan hal yang umum untuk melewati tahapan akhir kehidupan tertentu yang mengikuti garis waktu umum. Namun, tidak ada satu pun proses tersebut yang pasti atau dapat diterapkan pada semua orang. Perjalanan menuju kematian mempunyai beberapa tahapan, namun tidak semua orang berhenti pada semuanya.

Proses kematian biasanya dimulai jauh sebelum kematian terjadi.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Tahapan kematian dapat terlihat berbeda pada setiap orang karena berkaitan dengan gejala dan jangka waktunya.  Keluarga harus siap menghadapi transisi ini dengan memahami cara perawatan yang sesuai agar membuat orang yang Anda cintai lebih nyaman. 

Tiga Tahapan Utama Kematian 

       Umumnya tahapan kematian ditentukan berdasarkan gejala tahap awal, tengah, dan terakhir. Tahapan ini ditandai dengan perubahan daya tanggap dan fungsi tubuh. Ada banyak tanda untuk setiap tahap , dan pengalaman individu dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk penyakit, pengobatan, dan kondisi fisik. 

Tahapan kematian berbeda-beda, untuk sebagian orang, proses kematian dapat berlangsung berminggu-minggu. Pada kasus ini, gejala tahap awal dapat dengan cepat berkembang menjadi gejala tahap terakhir. Sementara dalam kasus yang lain, prosesnya lebih bertahap dengan gejala yang berkepanjangan di setiap tahap.

Tahap Awal 
Tahap awal dapat berlangsung dari beberapa bulan hingga beberapa hari, tergantung individunya. 

Beberapa tanda pada tahap awal ini, antara lain:
  • Nafsu makan menurun, menunjukkan kurangnya minat makan dengan penurunan berat badan yang nyata.
Nafsu makan menurun dan berat badan berkurang.
(Sumber: foto canva.com)

  • Meningkatnya rasa kantuk.
  • Peningkatan rasa sakit dan mual.
  • Peningkatan risiko infeksi.
  • Pasien mungkin menjadi lebih menarik diri, kurang aktif, kurang komunikatif, dan bahkan mungkin lebih mawas diri selama masa ini.

Pada tahap ini, tubuh sedang menghemat energi dan tidak membutuhkan banyak nutrisi. Yakinlah bahwa asupan makanan dan air yang lebih rendah umumnya tidak menyebabkan rasa sakit atau penderitaan. 

Tahap Tengah.
Tergantung pada orangnya, tahap tengah dapat berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari

Beberapa tanda pada tahap tengah, antara lain:

  • Perubahan penampilan fisik.
  • Keinginan yang lebih besar untuk tidur.
Keinginan untuk tidur lebih besar.
(Sumber: foto canva.com)

  • Respons yang lebih lambat terhadap lingkungan sekitar.
  • Meningkatnya kegelisahan dan kebingungan.
  • Penurunan asupan atau pasien mungkin berhenti makan.
  • Berjuang untuk berbicara atau bergerak.

Selama tahap ini, mereka mungkin masih mengalami gejala-gejala yang tercantum pada tahap pertama. Saat mereka berkembang ke tahap tengah, sirkulasi dalam tubuh melambat, sehingga darah disimpan untuk membantu fungsi organ dalam utama.

Tahap Terakhir 
Pada tahap akhir, yang dapat berlangsung dari beberapa hari hingga beberapa jam, orang yang Anda sayangi : 

Beberapa tanda pada tahap terakhir, antara lain:

  • Peningkatan disorientasi, kegelisahan, atau tidak responsif.
  • Peningkatan tidur atau perubahan pola tidur.
Peningkatan tidur pada pasien.
(Sumber: foto canva.com)

  • Tidak ingin makan dan minum.
  • Hilangnya kendali atas fungsi tubuh mereka.
  • Pernafasan dangkal dan tidak teratur.
  • Kemacetan dada.
  • Cairan menumpuk di tenggorokan menyebabkan “derak maut.”
  • Peningkatan halusinasi atau penglihatan yang mungkin melibatkan orang-orang terkasih yang telah meninggal.
  • Penurunan suhu tubuh dan tekanan darah.
  • Kaki dan atau tangan dingin yang tampak lebih gelap, kulit di lutut, kaki, dan tangan berubah menjadi bintik-bintik ungu kebiruan (seringkali dalam 24 jam terakhir)

Banyak dari gejala-gejala ini disebabkan oleh tubuh yang bersiap menghadapi kematian. Penurunan sirkulasi darah dapat mempengaruhi fungsi ginjal dan usus serta menyebabkan organ-organ utama, seperti paru-paru, kehilangan kekuatan untuk membersihkan cairan. Otot yang rileks dapat menyebabkan inkontinensia.

        Beberapa penelitian dan pengalaman klinis menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus, orang yang sangat sakit atau sekarat masih dapat memiliki indra pendengaran yang cukup baik. Beberapa orang yang merawat pasien di tahap akhir kehidupan melaporkan pengalaman bahwa pasien bereaksi terhadap suara atau ucapan yang diucapkan di sekitar mereka, bahkan jika mereka tidak sadar secara klinis. Ini bisa termasuk reaksi terhadap suara-suara yang dikenali atau suara-suara yang membawa kenangan emosional.

Respons seseorang terhadap rangsangan pendengaran mungkin bervariasi berdasarkan kondisi medis, tingkat kesadaran, dan faktor-faktor lainnya. Sementara beberapa orang mungkin masih dapat mendengar atau merespons, yang lain mungkin tidak.

Dalam keadaan seperti ini, memberikan dukungan dan kenyamanan kepada orang yang sedang sekarat, termasuk berbicara dengan lembut dan mengungkapkan cinta dan dukungan, dapat menjadi tindakan yang berarti bagi pasien dan keluarga mereka.

 


Sumber:

https://www.verywellhealth.com/the-journey-towards-death-1132504

https://resources.amedisys.com/what-are-the-different-stages-of-dying

https://www.crossroadshospice.com/hospice-resources/end-of-life-signs/terminal-restlessness/

https://www.webmd.com/palliative-care/journeys-end-active-dying

https://www.traditionshealth.com/blog/what-are-the-3-stages-of-dying/

https://www.crossroadshospice.com/hospice-resources/end-of-life-signs/end-of-life-timeline/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1279248/