Kepercayaan suasana hati yang buruk berhubungan dengan kejadian. (Sumber: foto LPC- lansia) |
- Perubahan Hormon: Perubahan hormon pada lansia, seperti penurunan hormon serotonin dan dopamin, dapat mempengaruhi suasana hati dan membuat mereka lebih rentan terhadap perasaan cemas atau khawatir.
- Kesehatan Fisik: Penyakit kronis, rasa sakit, atau kondisi kesehatan lainnya dapat mempengaruhi suasana hati dan menyebabkan perasaan tidak nyaman yang mungkin diinterpretasikan sebagai firasat.
- Penurunan Kognitif: Penurunan fungsi kognitif dapat mempengaruhi cara lansia menginterpretasikan perasaan mereka dan dapat meningkatkan perasaan cemas atau takut yang dikaitkan dengan firasat.
- Pengalaman Hidup: Lansia mungkin memiliki lebih banyak pengalaman hidup yang membuat mereka lebih peka terhadap perubahan atau tanda-tanda yang mereka anggap sebagai firasat.
- Trauma Masa Lalu: Pengalaman traumatis di masa lalu dapat mempengaruhi suasana hati dan menyebabkan mereka lebih peka terhadap perasaan cemas atau firasat.
- Kesepian dan Isolasi: Kesepian atau isolasi sosial dapat memperburuk suasana hati dan membuat lansia lebih rentan terhadap perasaan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
- Stres Lingkungan: Lingkungan yang tidak stabil atau adanya peristiwa kehidupan yang menegangkan dapat menyebabkan bad mood dan perasaan firasat.
- Dukungan Sosial: Kurangnya dukungan sosial atau jaringan sosial yang lemah dapat memperburuk perasaan cemas dan firasat pada lansia.
- Kepercayaan Budaya: Beberapa budaya atau keyakinan pribadi lebih menekankan pentingnya firasat atau intuisi, yang dapat mempengaruhi cara lansia menafsirkan bad mood mereka.
- Spiritualitas: Tingkat spiritualitas atau keagamaan seseorang dapat mempengaruhi keyakinan mereka tentang firasat dan tanda-tanda dari perasaan internal.
- Rutinitas yang Berubah: Perubahan dalam rutinitas sehari-hari atau kehilangan rasa tujuan setelah pensiun dapat menyebabkan bad mood dan perasaan firasat.
- Ketergantungan pada Orang Lain: Perasaan kehilangan kendali atau ketergantungan pada orang lain untuk perawatan sehari-hari dapat menyebabkan kecemasan dan bad mood yang dikaitkan dengan firasat.
- Intuisi: Intuisi sering digambarkan sebagai proses berpikir yang cepat dan tanpa sadar yang dapat memberikan perasaan atau "firasat" tentang situasi tertentu. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa intuisi dapat didasarkan pada pengalaman sebelumnya dan informasi yang diproses di bawah sadar.
- Ketidaksadaran: Pikiran bawah sadar dapat memproses informasi yang tidak disadari oleh pikiran sadar, yang kadang-kadang dapat muncul sebagai firasat atau intuisi. Misalnya, jika seseorang merasa tidak nyaman tentang situasi tertentu, mungkin ada tanda-tanda halus yang telah diproses oleh otak mereka tanpa mereka sadari.
- Interaksi Emosi dan Kognisi: Emosi dan kognisi saling mempengaruhi. Suasana hati yang buruk dapat mempengaruhi cara seseorang memproses informasi dan membuat keputusan. Ini bisa membuat mereka lebih peka terhadap potensi ancaman atau masalah, yang kemudian mereka interpretasikan sebagai firasat.
- Bias Negatif: Ketika seseorang berada dalam suasana hati yang buruk, mereka cenderung lebih fokus pada informasi negatif dan mengabaikan informasi positif. Ini bisa membuat mereka merasa lebih waspada atau memiliki firasat tentang hal-hal buruk yang mungkin terjadi.
- Neurotransmiter: Ketidakseimbangan neurotransmiter seperti serotonin dan dopamin dapat mempengaruhi suasana hati dan persepsi. Suasana hati yang buruk mungkin meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman atau masalah yang diinterpretasikan sebagai firasat.
- Respon Stres: Ketika seseorang mengalami stres atau kecemasan, tubuh mereka melepaskan hormon stres seperti kortisol. Ini dapat meningkatkan kewaspadaan dan membuat mereka lebih peka terhadap lingkungan mereka, yang mungkin diinterpretasikan sebagai firasat.
- Pengalaman Hidup: Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi bagaimana seseorang menafsirkan suasana hati mereka saat ini. Jika seseorang pernah mengalami kejadian buruk setelah merasa bad mood, mereka mungkin menghubungkan kedua hal tersebut di masa depan.
- Kepercayaan Pribadi dan Budaya: Keyakinan budaya dan pribadi tentang firasat dan intuisi dapat mempengaruhi bagaimana seseorang menafsirkan suasana hati mereka. Dalam beberapa budaya, firasat dianggap penting dan dapat mempengaruhi bagaimana seseorang memandang pengalaman emosional mereka.
- Mekanisme Pertahanan: Dari perspektif evolusioner, perasaan cemas atau tidak nyaman mungkin berfungsi sebagai mekanisme pertahanan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi ancaman.
- Konsultasi Medis: Periksakan kesehatan secara rutin untuk memastikan tidak ada kondisi fisik yang mendasari bad mood.
- Olahraga Teratur: Aktivitas fisik dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi stres.
- Pola Makan Sehat: Diet seimbang dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik secara positif.
- Tidur yang Cukup: Pastikan mendapat tidur yang berkualitas untuk mengurangi kelelahan dan memperbaiki suasana hati.
- Terapi Bicara: Konseling atau terapi kognitif-behavioral (CBT) dapat membantu lansia memahami dan mengelola perasaan mereka.
- Mindfulness dan Meditasi: Teknik ini dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kesejahteraan emosional.
- Pengelolaan Stres: Latihan relaksasi seperti yoga atau teknik pernapasan dalam dapat membantu mengatasi stres.
- Jaringan Dukungan: Menjaga hubungan dengan keluarga dan teman dapat memberikan dukungan emosional yang penting.
- Kelompok Dukungan: Bergabung dengan kelompok dukungan atau komunitas lansia dapat membantu berbagi pengalaman dan mengurangi rasa kesepian.
- Aktivitas Sosial: Partisipasi dalam kegiatan sosial atau hobi dapat membantu menjaga kesejahteraan mental dan memberikan rasa tujuan.
- Kegiatan Spiritual: Partisipasi dalam kegiatan keagamaan atau spiritual dapat memberikan kenyamanan dan mengurangi kecemasan.
- Ritual Budaya: Mengikuti ritual atau tradisi budaya yang memberikan rasa nyaman dan keakraban.
- Lingkungan yang Mendukung: Ciptakan lingkungan yang nyaman dan mendukung di rumah.
- Rutinitas yang Terstruktur: Menjaga rutinitas harian yang teratur dapat memberikan rasa stabilitas.
- Pelibatan dalam Kegiatan Bermakna: Terlibat dalam kegiatan yang memberikan rasa tujuan dan makna dapat membantu meningkatkan suasana hati.
- Psikolog atau Psikiater: Konsultasi dengan profesional kesehatan mental untuk evaluasi dan intervensi yang tepat.
- Pelatihan Keterampilan Coping: Profesional dapat mengajarkan keterampilan coping untuk mengelola perasaan cemas dan firasat yang negatif.
- Pendidikan tentang Kesehatan Mental: Memahami tentang kesehatan mental dan bagaimana mengelola emosi dapat membantu mengatasi bad mood.
- Penulisan Jurnal: Menulis perasaan dan pengalaman dapat membantu lansia memahami dan mengelola perasaan mereka.
Sumber:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7484115/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5003566/
https://psychcentral.com/anxiety/feeling-of-impending-doom
https://www.healthline.com/health/feeling-of-impending-doom
https://www.verywellmind.com/sense-of-impending-doom-symptom-4129656