Thursday, 8 August 2024

Sambal dan Lansia: Ada Efek Buruk yang Perlu Diperhatikan

        Sambal dalam kuliner Indonesia adalah saus atau pasta yang dibuat dari campuran cabai yang dihaluskan dengan berbagai bahan lainnya seperti garam, terasi (pasta udang fermentasi), bawang putih, bawang merah, gula, dan jeruk limau. Sambal sering digunakan sebagai bumbu, pelengkap, atau saus untuk berbagai hidangan.

Beberapa lansia memiliki kegemaran makan sambal.
(Sumber: foto Rozali)

        Capsaicin adalah senyawa kimia yang ditemukan dalam cabai yang menghasilkan "rasa panas" yang kita rasakan saat kita makan makanan pedas. Saat Anda makan cabai, capsaicin mengikat golongan reseptor nyeri yang disebut TRPV1 yang ditemukan di mulut, di permukaan lidah, dan di seluruh saluran pencernaan.

Tubuh Anda juga akan berusaha menghilangkan capsaicin dengan meningkatkan produksi lendir, air mata, dan air liur, yang mengakibatkan hidung meler, mata berair, dan bahkan meneteskan air liur
Sambal memiliki banyak variasi, tergantung pada daerah dan bahan yang digunakan. 

Sambal terasi yang pedas dan  enak.
(Sumber: foto canva.com)
Beberapa jenis sambal yang populer di Indonesia antara lain:

Sambal Oelek: Sambal dasar yang dibuat dari cabai yang dihaluskan dan garam, bisa digunakan sebagai dasar untuk sambal lainnya.

Sambal Terasi: Sambal yang dibuat dengan tambahan terasi, memberikan rasa yang kuat dan khas.

Sambal Matah: Sambal dari Bali yang segar dan dibuat dari bahan-bahan mentah seperti cabai, bawang merah, serai, dan daun jeruk.

Sambal Bajak: Sambal yang dimasak dengan berbagai rempah, gula merah, dan terasi, biasanya memiliki rasa yang lebih manis dan kaya.

Sambal Kecap: Sambal yang dibuat dengan campuran kecap manis, cabai, dan bawang merah.

Sambal adalah bagian integral dari masakan Indonesia dan bisa bervariasi dari sangat pedas hingga manis, tergantung pada preferensi dan resep.

       Konsumsi sambal oleh lansia perlu diperhatikan dengan cermat, mengingat kondisi kesehatan yang mungkin lebih sensitif dibandingkan orang yang lebih muda. 

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

Tingkat Kepedasan: Cabai yang menjadi bahan utama sambal mengandung capsaicin, yang dapat menyebabkan iritasi pada lambung, terutama bagi mereka yang memiliki masalah pencernaan seperti maag atau gastritis. Kepedasan yang tinggi juga bisa menyebabkan ketidaknyamanan seperti mulas atau diare pada beberapa lansia.

Masalah Pencernaan: Seiring bertambahnya usia, sistem pencernaan sering kali menjadi lebih sensitif. Sambal yang terlalu pedas atau berminyak bisa memicu gangguan pencernaan, terutama jika lansia memiliki kondisi seperti refluks asam, irritable bowel syndrome (IBS), atau masalah lambung lainnya.

Tekanan Darah: Beberapa sambal mengandung garam dalam jumlah yang cukup tinggi. Konsumsi garam berlebihan dapat berdampak buruk bagi lansia yang memiliki tekanan darah tinggi atau masalah kardiovaskular.

Kandungan Gula: Sambal tertentu, seperti sambal bajak, mengandung gula. Konsumsi gula berlebihan bisa berdampak negatif bagi lansia yang memiliki diabetes atau risiko tinggi terhadap penyakit tersebut.

       Mengkonsumsi sambal, terutama dalam jumlah besar atau dengan tingkat kepedasan tinggi, dapat memperburuk atau memicu beberapa kondisi kesehatan pada lansia. 

Tingkat kepedasan yang aman untuk lansia sangat bervariasi tergantung pada kondisi kesehatan individu dan sensitivitas terhadap makanan pedas. 

Pedoman umum untuk lansia:

1. Tingkat Kepedasan Rendah
  • Deskripsi: Rasa pedas yang sangat ringan, yang hanya memberikan sedikit sensasi panas di lidah tanpa menyebabkan ketidaknyamanan.
  • Contoh: Sambal dengan hanya sedikit cabai atau dicampur dengan banyak bahan non-pedas seperti tomat atau kacang.
  • Cocok untuk: Lansia dengan kondisi pencernaan yang sensitif atau yang belum terbiasa dengan makanan pedas.
2. Tingkat Kepedasan Moderat
  • Deskripsi: Rasa pedas yang lebih terasa tetapi masih dalam batas toleransi kebanyakan orang, tanpa menyebabkan iritasi lambung yang signifikan.
  • Contoh: Sambal dengan cabai yang tidak terlalu banyak, atau sambal yang sudah dicampur dengan bahan-bahan lain seperti kecap atau kelapa.
  • Cocok untuk: Lansia yang masih dapat menoleransi pedas dan tidak memiliki masalah pencernaan atau jantung yang serius.
3. Tingkat Kepedasan Tinggi (Tidak Disarankan)
  • Deskripsi: Rasa pedas yang sangat kuat dan panas, yang dapat menyebabkan iritasi pada mulut, tenggorokan, dan lambung.
  • Contoh: Sambal dengan banyak cabai rawit atau cabai merah keriting yang kuat.
  • Cocok untuk: Umumnya tidak disarankan untuk lansia, terutama yang memiliki masalah pencernaan, hipertensi, atau penyakit jantung.

Beberapa penyakit atau kondisi yang dapat dipengaruhi oleh konsumsi sambal:

1. Gastritis (Radang Lambung) dan Tukak Lambung
  • Deskripsi: Gastritis adalah peradangan pada dinding lambung, sedangkan tukak lambung adalah luka pada dinding lambung atau usus.
  • Pengaruh Sambal: Capsaicin dalam cabai dapat mengiritasi dinding lambung dan memperburuk kondisi ini, menyebabkan nyeri perut, mual, dan ketidaknyamanan.
2. Refluks Gastroesofageal (GERD)
  • Deskripsi: GERD adalah kondisi di mana asam lambung naik ke esofagus, menyebabkan sensasi terbakar di dada (heartburn).
  • Pengaruh Sambal: Makanan pedas seperti sambal dapat memicu refluks asam dan memperburuk gejala GERD, terutama pada lansia yang sudah memiliki kondisi ini.
3. Irritable Bowel Syndrome (IBS)
  • Deskripsi: IBS adalah gangguan pencernaan kronis yang menyebabkan kram, sakit perut, kembung, dan perubahan kebiasaan buang air besar.
  • Pengaruh Sambal: Makanan pedas sering kali menjadi pemicu gejala IBS, menyebabkan ketidaknyamanan usus yang lebih parah pada lansia yang menderita IBS.
4. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
  • Deskripsi: Hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah dalam arteri meningkat secara kronis.
  • Pengaruh Sambal: Beberapa sambal mengandung garam dalam jumlah tinggi, yang dapat meningkatkan tekanan darah dan memperburuk kondisi hipertensi.
5. Hemoroid (Wasir)
  • Deskripsi: Hemoroid adalah pembengkakan pembuluh darah di sekitar anus yang bisa menyebabkan nyeri, gatal, dan pendarahan.
  • Pengaruh Sambal: Makanan pedas dapat mengiritasi saluran pencernaan, memperparah gejala hemoroid seperti nyeri dan peradangan.
6. Diare
  • Deskripsi: Diare adalah kondisi di mana seseorang mengalami buang air besar dengan feses yang encer lebih dari biasanya.
  • Pengaruh Sambal: Makanan pedas, termasuk sambal, dapat mempercepat proses pencernaan, menyebabkan diare pada beberapa orang, terutama lansia yang mungkin lebih sensitif terhadap makanan pedas.
7. Alergi dan Intoleransi Makanan
  • Deskripsi: Beberapa orang mungkin memiliki intoleransi atau alergi terhadap bahan-bahan tertentu dalam sambal, seperti cabai atau terasi.
  • Pengaruh Sambal: Konsumsi sambal bisa memicu reaksi alergi atau intoleransi, menyebabkan gejala seperti gatal, ruam, sesak napas, atau gangguan pencernaan.
8. Masalah Jantung 
  • Deskripsi: Lansia yang memiliki penyakit jantung perlu berhati-hati terhadap makanan yang dapat mempengaruhi tekanan darah atau menyebabkan stres berlebihan pada sistem kardiovaskular.
  • Pengaruh Sambal: Makanan pedas bisa meningkatkan detak jantung sementara, yang bisa menambah beban pada jantung yang sudah lemah.
Lansia yang ingin tetap mengonsumsi sambal sebaiknya melakukannya dengan porsi kecil dan memperhatikan respon tubuh mereka. Berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi juga dianjurkan untuk menyesuaikan pola makan sesuai dengan kondisi kesehatan individu.

Kiat Aman untuk Lansia yang Mengonsumsi Sambal:
  • Kepedasan Ringan: Pilih sambal dengan tingkat kepedasan yang ringan atau moderat.
  • Sambal Segar: Sambal seperti sambal matah, yang terbuat dari bahan segar tanpa dimasak dan minim minyak, mungkin lebih mudah dicerna.
  • Porsi Kecil: Mengonsumsi sambal dalam porsi kecil bisa membantu mencegah efek samping yang tidak diinginkan.
  • Pantau Respon Tubuh: Lansia sebaiknya memantau bagaimana tubuh mereka bereaksi setelah mengonsumsi sambal dan menyesuaikan konsumsi mereka sesuai dengan kebutuhan.






Sumber:

https://www.earth.com/news/spicy-food-dementia/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9795841/

https://www.uhhospitals.org/blog/articles/2022/06/spicy-food-challenges-harmful-or-healthy

https://www.healthline.com/nutrition/is-hot-sauce-good-for-you



Wednesday, 7 August 2024

Cara Menghindar lansia dari Penipuan Melalui WhatsApp

        Penipu sering kali memanfaatkan kebutuhan emosional lansia, seperti keinginan untuk tetap terhubung dengan keluarga atau keinginan untuk membantu orang lain. Penipuan yang meminta bantuan finansial atau mengklaim adanya darurat keluarga bisa sangat efektif terhadap lansia. Banyak lansia yang tidak menyadari metode penipuan online.

Kebutuhan emosional pada lansia seringkali dimanfaatkan penipu.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)
Lansia (lanjut usia) sering kali menjadi target empuk penipuan di WhatsApp karena beberapa alasan berikut:

Kurangnya Pengetahuan Teknologi:
Lansia mungkin tidak terbiasa dengan teknologi dan cara kerja aplikasi seperti WhatsApp, sehingga mereka lebih rentan terhadap penipuan. Mereka mungkin tidak menyadari tanda-tanda peringatan dari pesan yang mencurigakan atau tautan berbahaya​. 

Kurangnya Kesadaran tentang Penipuan Online:
Banyak lansia yang tidak menyadari metode penipuan online yang umum digunakan oleh penipu. Mereka mungkin tidak terbiasa dengan konsep phishing, malware, atau rekayasa sosial yang sering digunakan dalam penipuan WhatsApp.​  

Ketergantungan pada Komunikasi Digital:
Lansia sering kali menggunakan WhatsApp untuk tetap terhubung dengan keluarga dan teman, terutama selama masa isolasi atau pandemi. Hal ini membuat mereka lebih mungkin untuk percaya pada pesan yang tampaknya berasal dari orang yang mereka kenal​.

Kurangnya Verifikasi:
Lansia mungkin tidak memverifikasi identitas pengirim pesan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh pengguna yang lebih muda. Mereka mungkin lebih cenderung mempercayai pesan yang mereka terima tanpa memeriksa lebih lanjut.

Kebutuhan Emosional:
Penipu sering kali memanfaatkan kebutuhan emosional lansia, seperti keinginan untuk tetap terhubung dengan keluarga atau keinginan untuk membantu orang lain. Penipuan yang meminta bantuan finansial atau mengklaim adanya darurat keluarga bisa sangat efektif terhadap lansia​.

Penggunaan Bahasa yang Sederhana:
Penipu sering menggunakan bahasa yang sederhana dan pendekatan langsung yang dapat dengan mudah dimengerti oleh lansia. Hal ini membuat penipuan tersebut lebih meyakinkan bagi mereka​.

Beberapa jenis penipuan WhatsApp yang sering terjadi di Indonesia:

Penipuan dengan Tautan Berbahaya:
Penipu mengirim tautan yang mengarahkan pengguna ke situs web phishing yang meminta informasi pribadi atau mengunduh malware ke perangkat pengguna, dalam bentuk undangan pernikahan, surat pemberitahuan berformat  Apk ((Android Package Kit)

Penipuan Undian Berhadiah:
Pengguna menerima pesan yang mengklaim mereka telah memenangkan hadiah besar dan diminta untuk membayar biaya administrasi atau memberikan informasi pribadi untuk mengklaim hadiah tersebut. Ini adalah skema penipuan yang umum di Indonesia.

Penipuan Kode OTP:
Penipu mencoba mendapatkan kode OTP (One-Time Password) yang dikirim ke ponsel pengguna untuk mengambil alih akun WhatsApp atau akun lainnya yang terkait dengan nomor telepon tersebut.

Penipuan Impersonasi:
Penipu berpura-pura menjadi teman atau anggota keluarga dan meminta bantuan finansial dengan alasan darurat. Mereka sering menggunakan foto profil dan informasi pribadi yang dicuri untuk membuat akun palsu.

Penipuan Investasi:
Pesan yang menawarkan peluang investasi yang tampaknya menguntungkan, tetapi sebenarnya adalah penipuan yang dirancang untuk mencuri uang dari korban. Ini termasuk skema Ponzi atau investasi palsu.

Penipuan Pekerjaan Palsu:
Pengguna menerima pesan yang menawarkan pekerjaan dengan gaji tinggi tanpa persyaratan yang jelas. Mereka kemudian diminta untuk membayar biaya pelatihan atau administrasi.

Penipuan Pembajakan Akun:
Penipu memperoleh akses ke akun WhatsApp pengguna dengan mendapatkan kode verifikasi yang dikirim ke ponsel korban, seringkali melalui serangan voicemail atau social engineering.

Penipuan Donasi Palsu:
Penipu meminta sumbangan untuk tujuan amal atau bantuan bencana, tetapi sebenarnya uang tersebut masuk ke rekening penipu.

 Cara melindungi diri dari penipuan ini, pengguna WhatsApp di Indonesia disarankan untuk:
  • Tidak mengklik tautan yang tidak dikenal atau mencurigakan.
  • Tidak membagikan kode OTP atau informasi pribadi kepada siapa pun.
  • Memverifikasi identitas pengirim sebelum mengirim uang atau informasi sensitif.
  • Mengaktifkan verifikasi dua langkah di WhatsApp.
  • Melaporkan dan memblokir nomor yang mencurigakan.
Dengan memahami jenis-jenis penipuan ini dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat, pengguna dapat mengurangi risiko menjadi korban penipuan di WhatsApp.

       Jika seorang lansia tertipu di WhatsApp, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi kerugian dan melindungi diri di masa depan:

Hentikan Kontak dengan Penipu:
  • Segera berhenti berkomunikasi dengan penipu. Jangan membalas pesan atau telepon dari mereka.
Blokir dan Laporkan Penipu:
  • Blokir nomor telepon penipu di WhatsApp. Anda juga bisa melaporkan nomor tersebut ke WhatsApp agar mereka dapat mengambil tindakan lebih lanjut.
Laporkan ke Pihak Berwenang:
  • Laporkan insiden tersebut ke polisi atau pihak berwenang setempat. Di Indonesia, Anda dapat melaporkan penipuan siber melalui situs resmi Kepolisian Republik Indonesia atau Badan Reserse Kriminal (Bareskrim).
Laporkan ke Bank atau Penyedia Layanan Keuangan:
  • Jika Anda telah memberikan informasi keuangan atau melakukan transfer uang, segera hubungi bank atau penyedia layanan keuangan Anda untuk menghentikan transaksi dan memantau aktivitas mencurigakan di akun Anda.
Ganti Password dan Aktifkan Verifikasi Dua Langkah:
  • Ganti password akun yang mungkin telah diakses oleh penipu. Aktifkan verifikasi dua langkah di WhatsApp dan akun penting lainnya untuk menambah lapisan keamanan.
Pantau Aktivitas Akun:
  • Pantau aktivitas akun keuangan dan media sosial Anda secara berkala untuk memastikan tidak ada aktivitas yang mencurigakan.
Edukasi dan Kesadaran:
  • Pelajari tentang tanda-tanda penipuan dan cara melindungi diri di masa depan. Berbagi pengalaman ini dengan keluarga dan teman untuk meningkatkan kesadaran tentang penipuan serupa.
Cari Dukungan:
  • Jika merasa perlu, cari dukungan dari keluarga, teman, atau profesional untuk mengatasi dampak emosional dari penipuan ini.

       Langkah-langkah ini dapat membantu lansia mengurangi kerugian dan mencegah penipuan serupa di masa depan. Edukasi dan dukungan berkelanjutan sangat penting untuk melindungi kelompok rentan dari ancaman penipuan online.





Sumber:

https://ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/info-terkini/Pages/Satgas-PASTI-Menghentikan-Kegiatan-Penawaran-Investasi-Penghimpunan-dan-Pengelolaan-Dana-Masyarakat-Tanpa-Izin.aspx

https://djppi.kominfo.go.id/news/antisipasi-penipuan-online-laporkan-melalui-aduan-nomor

https://patrolisiber.id/


Sunday, 4 August 2024

Apa Gejala Normal Jantung yang Buat Lansia Cemas.

        Jantung adalah otot kuat yang memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung orang dewasa yang sehat dan normal berukuran sebesar kepalan tangan.  Bagian-bagian jantung yang berbeda memiliki fungsi yang berbeda:
  • Sisi kanan memompa darah ke paru-paru untuk mengambil oksigen.
  • Sisi kiri menerima darah kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya melalui arteri ke seluruh tubuh. 
  • Sistem kelistrikan dalam jantung mengendalikan detak jantung (detak jantung atau denyut nadi) dan mengoordinasikan kontraksi ruang atas dan bawah jantung.
Beberapa kegiatan jantung normal namun lansia cemas.
(Sumber : foto Dwipatri club)
Saat ini, lebih dari sebelumnya, para peneliti memahami dampak penuaan terhadap jantung dan pembuluh darah, serta bagaimana penuaan dan faktor-faktor lain memengaruhi risiko penyakit kardiovaskular.  

Mereka mempelajari lebih lanjut mengenai pengaruh aktivitas fisik, pola makan, dan faktor gaya hidup lainnya terhadap laju penuaan pada jantung dan arteri. Proses penuaan pada sistem organ lain, termasuk otot, ginjal, dan paru-paru, juga kemungkinan berkontribusi terhadap penyakit kardiovaskular.
       
       Beberapa kegiatan atau gejala jantung yang sebenarnya normal tetapi seringkali membuat lansia khawatir termasuk:

Palpitasi: Sensasi detak jantung yang cepat, berdebar-debar, atau tidak teratur. Meskipun ini bisa menakutkan, palpitasi sering kali tidak berbahaya dan bisa disebabkan oleh stres, kafein, atau olahraga.

Perasaan Denyut Jantung yang Kuat: Kadang-kadang, denyut jantung yang kuat dapat dirasakan terutama saat berbaring atau setelah aktivitas fisik. Ini biasanya normal dan tidak perlu dikhawatirkan.

Detak Jantung yang Lambat (Bradykardia): Lansia mungkin mengalami denyut jantung yang lebih lambat dari biasanya. Ini sering kali normal, terutama jika mereka dalam kondisi fisik yang baik atau sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Nyeri Dada Ringan: Nyeri dada ringan yang datang dan pergi, terutama setelah makan besar atau saat berbaring, seringkali disebabkan oleh refluks asam atau gangguan pencernaan, bukan masalah jantung.

Sesak Napas Ringan: Sedikit sesak napas setelah aktivitas fisik bisa normal, terutama jika lansia tersebut tidak terbiasa berolahraga secara teratur.

Perubahan Tekanan Darah: Fluktuasi tekanan darah yang ringan sepanjang hari bisa normal, terutama saat bangun tidur, setelah makan, atau saat beraktivitas.

Meskipun gejala-gejala ini bisa normal, penting bagi lansia untuk tetap berkonsultasi dengan dokter jika mereka mengalami gejala yang mengganggu atau jika ada perubahan signifikan dalam kesehatan mereka. Pemeriksaan rutin dapat membantu memastikan bahwa gejala-gejala tersebut memang normal dan bukan tanda masalah yang lebih serius.

       Mengatasi rasa khawatir tentang gejala jantung yang normal pada lansia memerlukan pendekatan yang melibatkan edukasi, dukungan emosional, dan manajemen kesehatan yang baik. 

Beberapa langkah yang bisa diambil:

Edukasi dan Informasi:
  • Konsultasi Rutin dengan Dokter: Mengatur kunjungan rutin ke dokter untuk memantau kesehatan jantung dan mendiskusikan gejala yang muncul. Dokter dapat memberikan penjelasan yang meyakinkan bahwa gejala tersebut normal.
  • Membaca Sumber yang Tepercaya: Lansia dan keluarganya bisa mencari informasi dari sumber medis yang tepercaya mengenai gejala jantung yang normal dan yang tidak. Pengetahuan yang lebih baik dapat membantu meredakan kecemasan.
Manajemen Stres dan Kecemasan:
  • Teknik Relaksasi: Melatih teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, meditasi, atau yoga dapat membantu mengurangi kecemasan.
  • Aktivitas Fisik Ringan: Olahraga ringan seperti berjalan kaki, berenang, atau senam lansia dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung dan mengurangi stres.
  • Hobi dan Kegiatan Sosial: Terlibat dalam hobi dan kegiatan sosial dapat mengalihkan perhatian dari kekhawatiran dan memberikan rasa kebahagiaan.
Dukungan Emosional:
  • Dukungan Keluarga dan Teman: Membangun jaringan dukungan dari keluarga dan teman-teman dapat memberikan rasa aman dan mengurangi rasa khawatir.
  • Kelompok Dukungan: Bergabung dengan kelompok dukungan untuk lansia yang memiliki masalah serupa dapat memberikan ruang untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan emosional.
Perubahan Gaya Hidup Sehat:
  • Diet Seimbang: Mengonsumsi makanan sehat yang rendah lemak jenuh, garam, dan gula dapat membantu menjaga kesehatan jantung.
  • Hindari Kafein dan Alkohol Berlebihan: Kafein dan alkohol dapat memicu palpitasi atau gejala lain yang membuat khawatir.
  • Tidur yang Cukup: Tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk kesehatan jantung dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Penggunaan Teknologi:
  • Monitor Kesehatan: Menggunakan perangkat yang dapat memantau detak jantung dan tekanan darah di rumah dapat memberikan data yang akurat dan meyakinkan mengenai kesehatan jantung.
Konseling atau Terapi:
  • Terapi Psikologis: Jika rasa khawatir sangat mengganggu, berkonsultasi dengan psikolog atau konselor bisa membantu mengelola kecemasan.
  • Obat-obatan: Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat untuk membantu mengelola kecemasan atau gejala fisik yang mengganggu.
Mengatasi rasa khawatir memang memerlukan waktu dan usaha. Dukungan dari keluarga dan tenaga medis sangat penting dalam membantu lansia merasa lebih tenang dan percaya diri mengenai kesehatan jantung mereka.





Sumber:

https://www.nia.nih.gov/health/heart-health/heart-health-and-aging

https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/anxiety-and-heart-disease

https://www.ncoa.org/article/anxiety-and-older-adults-a-guide-to-getting-the-relief-you-need

https://mhanational.org/anxiety-older-adults

https://www.griswoldcare.com/blog/normal-heart-rate-for-elderly-adults/

https://medlineplus.gov/ency/article/004006.htm