Saturday, 6 May 2023

Jangan Bilang Tuli,Ini Penyebabnya

     

Ilustrasi gangguan pendengaran 
(canva.com)

      Berdasarkan informasi World Health Organization (WHO), melaporkan bahwa lebih dari 25% orang yang berusia di atas 65 tahun mengalami gangguan pendengaran. 

Gangguan pendengaran pada lansia dapat bervariasi dari gangguan pendengaran ringan hingga kehilangan pendengaran yang signifikan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk penuaan, paparan suara bising, infeksi telinga, atau penggunaan obat-obatan tertentu. 

      Penurunan kemampuan pendengaran atau kehilangan pendengaran secara bertahap adalah bagian dari proses penuaan yang normal dan dapat mempengaruhi hampir semua orang di atas usia 65 tahun.

 Kondisi ini dikenal sebagai presbycusis  (prez-buh-KYOO-sis),penyebab gangguan pendengaran pada lansia dapat bervariasi, termasuk paparan suara yang berlebihan selama bertahun-tahun, infeksi telinga, masalah kesehatan seperti diabetes atau tekanan darah tinggi, dan efek samping dari obat-obatan tertentu.

Gangguan pendengaran juga bisa disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, kondisi jantung, stroke, cedera kepala, dan tumor. Selain itu, faktor genetik juga dapat berperan dalam kehilangan pendengaran pada lansia.

       Kondisi ini dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia karena dapat menyebabkan isolasi sosial, kesulitan berkomunikasi, kesulitan dalam aktivitas sehari-hari, dan bahkan depresi. Oleh karena itu, sangat penting bagi lansia untuk melakukan pemeriksaan pendengaran secara teratur dan mencari perawatan jika mengalami gejala kehilangan pendengaran. 

Gangguan pendengaran yang tidak diobati dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan mental dan fisik lansia, termasuk peningkatan risiko depresi, kesepian, dan isolasi sosial. Oleh karena itu, sangat penting bagi lansia untuk memeriksakan pendengaran mereka secara teratur dan memperoleh perawatan yang tepat jika diperlukan.

Faktor risiko , banyak pekerja konstruksi, petani, musisi, pekerja bandara, penata taman, dan orang-orang di militer mengalami gangguan pendengaran bahkan di usia muda dan menengah akibat paparan suara keras.  

Catatan:

Presbycusis, atau gangguan pendengaran terkait usia, menyebabkan perubahan pada telinga bagian dalam seiring bertambahnya usia yang mengakibatkan gangguan pendengaran yang lambat namun stabil. Pada orang tua, gangguan pendengaran sering dikacaukan dengan, atau memperumit, kondisi seperti demensia

      Meskipun gangguan pendengaran pada lansia tidak dapat sepenuhnya dihindari, beberapa tindakan  untuk membantu mencegah atau memperlambat kehilangan pendengaran pada lansia, antara lain:

  • Hindari paparan suara yang berlebihan, seperti suara musik terlalu keras atau mesin pabrik yang bising.
  • Gunakan alat pelindung pendengaran seperti headphone atau earplug ketika bekerja atau berada di lingkungan yang bising.
  • Jaga kesehatan telinga dengan membersihkannya secara teratur, tetapi hindari menggunakan cotton bud atau benda-benda tajam yang dapat merusak telinga.
  • Jaga kesehatan tubuh secara umum dengan mengonsumsi makanan sehat, berolahraga secara teratur, dan menghindari rokok dan minuman beralkohol.
  • Hindari penggunaan obat-obatan tertentu yang diketahui dapat menyebabkan kehilangan pendengaran atau mengonsumsi obat sesuai dengan dosis yang tepat.
  • Lakukan pemeriksaan pendengaran secara teratur dan segera mencari perawatan jika mengalami gejala kehilangan pendengaran.
  • Menggunakan alat bantu dengar jika diperlukan.

Beberapa jenis makanan tertentu diketahui dapat membantu menjaga kesehatan pendengaran, terutama pada lansia, antara lain:  

🙋Ikan laut

Ikan laut seperti salmon, sarden, dan tuna mengandung asam lemak omega-3 yang baik untuk kesehatan pembuluh darah dan jaringan saraf di telinga.

🙋 Kacang-kacangan dan biji-bijian: 

Kacang-kacangan seperti almond, kenari, dan kacang-kacangan lainnya, serta biji-bijian seperti biji labu, mengandung magnesium yang dapat membantu melindungi sel-sel pendengaran di telinga.

🙋 Buah dan sayuran: 

Buah-buahan dan sayuran yang kaya akan vitamin C, seperti jeruk, stroberi, mangga, paprika, dan brokoli, dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah di telinga dan memperbaiki kerusakan sel-sel pendengaran.

🙋 Makanan yang mengandung antioksidan: 

Antioksidan seperti vitamin E dan beta-karoten yang terdapat pada makanan seperti wortel, bayam, ubi jalar, dan alpukat, dapat membantu melindungi sel-sel pendengaran dari kerusakan akibat radikal bebas.

🙋Teh hijau: 

Teh hijau mengandung senyawa anti-inflamasi dan antioksidan yang dapat membantu melindungi sel-sel pendengaran.

        Meskipun konsumsi makanan tersebut dapat membantu menjaga kesehatan pendengaran, tetapi tetap disarankan untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan dengan mengonsumsi makanan sehat dan berolahraga secara teratur.

Upaya yang diperlukan bila sudah kena gangguan pendengaran adalah pakai alat bantu dengar.

      Alat bantu dengar adalah instrumen elektronik yang dikenakan di dalam atau di belakang telinga ,dapat sangat bermanfaat bagi lansia yang mengalami gangguan pendengaran atau kehilangan pendengaran. 

Kehilangan pendengaran pada lansia dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka, termasuk kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, menikmati aktivitas yang disukai, dan bahkan dapat menyebabkan rasa isolasi sosial dan depresi.

 Alat bantu dengar dapat membantu memperbaiki kemampuan pendengaran dan memungkinkan lansia untuk berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari dan menjalani kehidupan secara mandiri. Ada berbagai jenis alat bantu dengar yang tersedia, termasuk alat bantu dengar dalam-kuping dan luar-kuping, serta alat bantu dengar implant. 

Namun, penting untuk diingat bahwa alat bantu dengar tidak dapat sepenuhnya menggantikan pendengaran yang normal dan perlu diatur dan disesuaikan oleh profesional kesehatan yang berkualitas. Oleh karena itu, sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau ahli audiologi untuk memilih alat bantu dengar yang paling sesuai untuk kebutuhan lansia.






Sumber:

https://betterhearing.org/your-hearing-health/how-hearing-works/  

https://www.asha.org/publications/      

https://www.hearingloss.org/hearing-help/hearing-loss-basics/       

https://rnid.org.uk/hearing-research/preventing-hearing-loss/    

https://www.ndcs.org.uk/information-and-support/first-diagnosis/people-you-may-meet/  

https://www.nidcd.nih.gov/health/age-related-hearing-loss     

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/deafness-and-hearing-loss



Tuesday, 2 May 2023

Celaka ! Tidak Bisa Bedakan Depresi,Kecemasan Dan Demensia

    

Kumpul keluarga besar,baik untuk lansia mengatasi Depresi

Silaturahmi,memperpanjang umur

      Menurut badan Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 20% orang dewasa berusia 60 tahun ke atas menderita gangguan mental atau neurologis dan 6,6% dari semua kecacatan di antara orang berusia di atas 60 tahun dikaitkan dengan gangguan mental dan neurologis.   

Gangguan mental dan neurologis pada lansia adalah dua jenis kondisi kesehatan yang berbeda namun dapat saling terkait.  

Perbedaan utama antara gangguan mental dan neurologis

Gangguan mental pada lansia melibatkan gangguan pada kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan demensia, Jadi lebih banyak berhubungan dengan gangguan kesehatan mental atau emosional. Gangguan mental pada lansia cenderung mempengaruhi perasaan, suasana hati, dan perilaku seseorang

Gangguan neurologis pada lansia melibatkan gangguan pada sistem saraf dan fungsi otak, seperti Parkinson, stroke, dan penyakit Alzheimer. Jadi lebih banyak berkaitan dengan fungsi saraf dan otak yang terganggu. Gangguan neurologis pada lansia cenderung mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berjalan, berbicara, atau berpikir.

Pemahaman depresi, kecemasan dan demensia pada gangguan mental

Depresi

Sebuah kondisi kesehatan mental yang ditandai oleh perasaan sedih, kehilangan minat atau kegembiraan, kurang energi, dan gangguan tidur atau nafsu makan. Depresi dapat mempengaruhi cara seseorang merasakan, berpikir, dan bertindak, dan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menjalani kehidupan sehari-hari.      

Faktor -faktor penyebab depresi,  seperti perubahan kimia dalam otak, stres, kecemasan, dan masalah hubungan atau pekerjaan. Faktor risiko termasuk riwayat keluarga dengan depresi, perubahan hormon, dan penggunaan obat-obatan tertentu.

Gejala depresi dapat bervariasi dari satu orang ke orang lainnya, namun beberapa gejala umum meliputi:

  • Perasaan sedih atau tidak bahagia
  • Kehilangan minat atau kegembiraan dalam kegiatan yang biasanya disukai
  • Kelelahan atau kekurangan energi
  • Gangguan tidur atau perubahan dalam pola tidur
  • Kehilangan nafsu makan atau peningkatan nafsu makan
  • Kesulitan berkonsentrasi atau mengambil keputusan
  • Perasaan bersalah atau tidak berharga
  • Pikiran tentang kematian atau bunuh diri

Kecemasan 

Sebuah kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan perasaan takut atau khawatir yang intens, berlebihan, dan berkelanjutan. Kecemasan dapat mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasa, dan bertindak, dan dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Faktor-faktor penyebab kecemasan, perubahan kimia dalam otak, stres, trauma, kecemasan masa lalu, dan masalah hubungan atau pekerjaan. Faktor risiko termasuk riwayat keluarga dengan kecemasan, kondisi medis yang mendasar, dan penggunaan obat-obatan tertentu. 

Beberapa gejala umum kecemasan meliputi:

  • Perasaan gelisah atau cemas
  • Kesulitan berkonsentrasi
  • Gangguan tidur atau perubahan dalam pola tidur
  • Keringat berlebihan atau gemetar
  • Nyeri perut atau mual
  • Kepala pusing atau sesak napas
  • Detak jantung yang cepat atau palpitasi
  • Pikiran tentang kemungkinan bahaya atau kekhawatiran yang berlebihan

Catatan:

       Depresi dan Kecemasan dapat diobati dengan berbagai cara, seperti terapi psikologis dan obat-obatan. Terapi dapat membantu seseorang mempelajari cara mengatasi stres dan kekhawatiran serta mengelola emosi. Obat-obatan seperti obat anti-kecemasan atau antidepresan dapat membantu mengurangi gejala depresi dan kecemasan dengan memengaruhi kimiawi otak yang terkait dengan perasaan dan suasana hati. Selain itu, penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan dan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.

Demensia

Sebuah kondisi kesehatan yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir, mengingat, dan menjalani aktivitas sehari-hari. Demensia disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel otak yang mempengaruhi fungsi kognitif, termasuk memori, pemikiran abstrak, dan bahasa.

      Demensia dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti Alzheimer, Parkinson, atau gangguan sirkulasi otak. Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami demensia meliputi usia, riwayat keluarga dengan kondisi ini, penyakit jantung atau stroke, serta gaya hidup yang tidak sehat. 

Gejala demensia bervariasi dari satu orang ke orang lainnya, namun beberapa gejala umum meliputi:

  • Kesulitan mengingat nama orang atau objek tertentu
  • Kesulitan berbicara atau mengekspresikan diri dengan jelas
  • Kesulitan memahami instruksi atau informasi tertulis
  • Kesulitan menjalankan tugas-tugas yang biasanya mudah dilakukan
  • Perubahan suasana hati atau kepribadian yang tidak wajar
  • Kehilangan minat dalam kegiatan yang biasanya disukai
  • Kesulitan dalam berpikir abstrak atau menyelesaikan masalah

Tidak ada obat atau pengobatan yang dapat menyembuhkan dementia, namun terapi dan perawatan dapat membantu seseorang mengelola gejala dan mempertahankan fungsi kognitif sebanyak mungkin. Terapi yang direkomendasikan termasuk terapi kognitif dan terapi perilaku, serta perawatan kesehatan secara umum untuk kondisi medis yang mendasar yang dapat memperburuk gejala dementia.

Manfaat Berkumpul Bersama Keluarga Besar

     Arisan keluarga dan silatuhrami  (mengikat persahabatan dan persaudaraan) dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan lansia. Arisan keluarga dan silahturahmi dapat membantu meningkatkan interaksi sosial dan kegiatan sehari-hari bagi lansia, yang dapat membantu meningkatkan suasana hati dan mengurangi risiko depresi dan kecemasan. Lansia dapat terlibat dalam kegiatan yang bermanfaat secara sosial dan psikologis, seperti berbicara dengan orang lain, berbagi cerita, dan membangun hubungan yang positif dengan anggota keluarga dan teman-teman. Membantu lansia merasa dihargai dan diakui, yang dapat meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri.

 Manfaat kebersamaan untuk lansia, antara lain:

👉 Meningkatkan kesehatan mental:  

Berkumpul dengan keluarga dapat memberikan dukungan emosional dan meningkatkan kesejahteraan mental lansia, dapat membantu mengurangi risiko depresi dan kecemasan.

👉 Meningkatkan kualitas hidup:    

Berkumpul dengan keluarga dapat memberikan kesempatan bagi lansia untuk mengalami kebahagiaan, kebersamaan, dan rasa nyaman. Hal ini dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.

👉 Meningkatkan dukungan sosial:    

Berkumpul dengan keluarga dapat memberikan dukungan sosial yang penting bagi lansia, mengurangi rasa kesepian dan meningkatkan kesejahteraan sosial lansia.

👉 Meningkatkan kesehatan fisik:   

Berkumpul dengan keluarga juga dapat memberikan manfaat kesehatan fisik, seperti membantu mendorong lansia untuk tetap aktif dan melakukan kegiatan fisik yang bermanfaat.

👉 Meningkatkan hubungan keluarga: 

Berkumpul dengan keluarga dapat membantu meningkatkan hubungan keluarga dan mempererat ikatan keluarga, lansia merasa lebih dekat dengan anggota keluarganya dan merasa lebih terhubung.  Mari berkumpul bersama keluarga besar, beri semangat untuk meningkatkan kesehatan mental orang tua yang sudah lansia. Selagi mereka masih ada dan hadir di tengah-tengah keluarga Anda, mungkin ini salah satu makna silaturahmi memperpanjang umur.              

      Namun jika lansia mengalami masalah kesehatan mental yang serius, seperti depresi atau kecemasan yang mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya segera berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental atau dokter.

 





Sumber

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mental-health-of-older-adults   

https://www.nimh.nih.gov/health/topics/bipolar-disorder        

https://www.samhsa.gov/serious-mental-illness      

https://www.aagponline.org/                 

https://mhanational.org/living-mentally-healthy



Sunday, 23 April 2023

Berkeliaran,pembunuh no.1 di Indonesia

 

Illustrasi orang terserang stroke
(canva.com)

      Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Indonesia, stroke memang menjadi penyebab kematian nomor 1 di Indonesia. Data ini dirilis pada tahun 2018, menunjukkan stroke menyumbang sekitar 14,3 persen dari total kematian di tanah air. Kondisi ini sangat memprihatinkan betapa pentingnya upaya pencegahan dan penanganan stroke di Indonesia.                                                          Stroke adalah kondisi medis yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau terhenti, sehingga sel-sel otak tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk berfungsi dengan baik. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sel-sel otak dan bahkan kematian.

Stroke disebabkan oleh dua hal, yaitu:

👉 Stroke Iskemik:

Terjadi ketika pembuluh darah yang menuju ke otak tersumbat oleh gumpalan darah atau bekuan darah (emboli) sehingga pasokan darah ke otak terhenti.

👉 Stroke Hemoragik:

Terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah, sehingga darah mengalir ke dalam otak dan merusak jaringan otak.

      Kejadian kedua jenis stroke ini dapat menyebabkan gejala yang sama, seperti kesulitan berbicara, kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh, serta kehilangan keseimbangan atau koordinasi. Stroke merupakan kondisi medis yang serius dan membutuhkan penanganan segera untuk mengurangi risiko kerusakan otak dan komplikasi yang mungkin terjadi.Stroke memang sering menyerang lansia. Faktanya, risiko terkena stroke meningkat seiring bertambahnya usia seseorang. Selain itu, beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami stroke, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, merokok, dan penyakit jantung, juga lebih umum terjadi pada lansia.

Perhatikan tabel Prevalensi stroke di bawah ini

Sumber: Kemenkes


Berdasarkan tabel di atas, stroke tidak hanya terjadi pada lansia. Orang dari segala usia dapat mengalami stroke. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk mengetahui gejala stroke dan faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke, serta mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat.Stroke dapat terjadi pada orang dari segala usia, namun risiko terkena stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Data menunjukkan bahwa sekitar 75 persen dari semua kasus stroke terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun.

Perbandingannya, orang yang berusia di atas 55 tahun memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena stroke dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Namun, stroke juga dapat terjadi pada orang yang lebih muda, terutama jika mereka memiliki faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, merokok, obesitas, atau riwayat keluarga dengan stroke, karena itu, penting bagi setiap orang, terlepas dari usia, untuk mengambil tindakan pencegahan yang tepat untuk mengurangi risiko terkena stroke, seperti menjaga pola makan sehat, rutin berolahraga, tidak merokok, serta mengontrol tekanan darah, kolesterol, dan gula darah. 

     Tanda-tanda seseorang mengalami stroke dapat bervariasi tergantung pada area otak yang terkena dan seberapa parah kerusakan otak yang terjadi.    

Beberapa gejala stroke yang umum terjadi, antara lain:

💥 Kesulitan berbicara atau bicara tidak jelas

💥 Kesulitan memahami pembicaraan orang lain

💥 Kelumpuhan atau kelemahan pada wajah, lengan, atau kaki, biasanya pada satu sisi tubuh

💥 Kehilangan keseimbangan atau koordinasi

💥 Kesulitan melihat dengan satu atau kedua mata

💥 Pusing atau perasaan melayang

💥 Nyeri kepala yang parah dan tiba-tiba

💥 Mual atau muntah

     Jika Anda atau orang di sekitar Anda mengalami gejala stroke, segera hubungi nomor darurat atau langsung ke rumah sakit terdekat. Setiap detik sangat berharga dalam penanganan stroke, dan penanganan segera dapat membantu mengurangi risiko kerusakan otak dan memperbaiki peluang pemulihan. 

🚑Ingat, cepat bertindak dapat menyelamatkan hidup! 🚑

Beberapa cara untuk mencegah stroke, antara lain:

💁 Mengontrol tekanan darah: 

Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko utama stroke. Anda dapat mengontrol tekanan darah dengan menjaga berat badan yang sehat, mengikuti pola makan yang sehat, rutin berolahraga, dan menghindari konsumsi alkohol yang berlebihan.

💁 Berhenti merokok: 

Merokok dapat meningkatkan risiko stroke. Berhenti merokok adalah salah satu cara terbaik untuk mengurangi risiko stroke.

💁 Rutin berolahraga:

Olahraga teratur dapat membantu menjaga kesehatan jantung dan meningkatkan sirkulasi darah. Sebaiknya lakukan aktivitas fisik selama minimal 30 menit setiap hari.

💁 Mengikuti pola makan yang sehat: 

Makanan yang sehat dan seimbang dapat membantu menjaga kesehatan jantung dan mengurangi risiko stroke. Konsumsilah makanan yang kaya akan serat, vitamin, dan mineral, serta hindari makanan yang tinggi lemak jenuh, garam, dan gula.

💁 Mengontrol diabetes: 

Diabetes dapat meningkatkan risiko stroke. Anda dapat mengontrol diabetes dengan menjaga pola makan yang sehat, rutin berolahraga, dan mengikuti perawatan yang direkomendasikan oleh dokter.

     Bila ada orang di sekitar Anda mengalami gejala stroke, segera hubungi nomor darurat atau langsung ke rumah sakit terdekat atau kalau ingin lengkap ke RS PON yang telah mengembangkan penanganan stroke secara komprehensif dan terpadu oleh tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu, yaitu dimulai dari penanganan pra hospital, hospital (Unit Gawat Darurat, Unit Stroke) sampai perawatan pasca hospital atau home care setelah pasien dipulangkan, termasuk upaya promotif dan preventif.Semoga kita semua terhindar dari bahaya stroke.

  


Catatan:


Rs PON   

Alamat:  MT Haryono No. Kav.11.RT 1/RW 6,Cawang,Kramat Jati,Jakarta timur,Jakarta 13630








Sumber:

https://www.stroke.org/en/healthy-living/healthy-eating/eat-smart       

https://www.world-stroke.org/about-wso/annual-reports       

https://www.ninds.nih.gov/health-information/disorders/stroke#toc-who-is-more-likely-to-have-a-stroke-             

https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf       

https://www.rspon.co.id/   

https://www.cdc.gov/stroke/risk_factors.htm