Sunday, 24 September 2023

Nokturia Pada Lansia, Sangat Mengganggu Tidur

       Nokturia adalah kondisi medis di mana seseorang sering terbangun dari tidur di malam hari untuk buang air kecil (kencing). Hal ini berarti seseorang harus bangun dari tidur lebih dari sekali selama malam untuk mengosongkan kandung kemih. Nokturia bisa mengganggu tidur dan kualitas hidup seseorang karena gangguan tidur dapat menyebabkan rasa lelah dan gangguan kesejahteraan secara umum.

Lansia berusia 60 hingga 70 tahun, prevalensi nokturia adalah antara 11% dan 50%. Bagi mereka yang berusia 80 tahun, prevalensinya meningkat antara 80% dan 90%, dengan hampir 30% mengalami dua atau lebih episode setiap malam. Gejala nokturia juga sering memburuk seiring bertambahnya usia.

Nokturia bisa mengurangi kualitas tidur.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Nokturia bisa menjadi gejala berbagai masalah kesehatan, seperti infeksi saluran kemih, pembesaran prostat pada pria (hiperplasia prostat jinak), diabetes, penyakit ginjal, dan masalah lainnya yang memengaruhi fungsi kandung kemih atau produksi urin. Nokturia bukanlah penyakit itu sendiri, tetapi gejala yang mengindikasikan adanya masalah kesehatan yang mendasarinya.

Frekuensi buang air kecil pada malam hari pada lansia dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya, dan apa yang dianggap "normal" dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk kesehatan umum, gaya hidup, dan faktor-faktor individu lainnya. Secara umum, sejumlah faktor seperti usia, jenis kelamin, dan kesehatan seseorang dapat memengaruhi seberapa sering mereka bangun untuk buang air kecil di malam hari. 

Beberapa panduan umum yang dapat digunakan sebagai pedoman adalah:

πŸ‘‰1-2 Kali per Malam: 

Sebagian besar orang, termasuk lansia, mungkin bangun untuk buang air kecil satu atau dua kali selama malam. Ini masih dianggap dalam kisaran normal asalkan tidak mengganggu tidur yang nyenyak dan tidak ada gejala yang mencurigakan.

πŸ‘‰Nokturia: 

Sering terbangun malam hari untuk kencing.
(Sumber: foto canva.com)

Ketika seseorang bangun untuk buang air kecil lebih dari dua kali selama malam secara teratur (biasanya lebih dari tiga kali), ini dapat dianggap sebagai nokturia. Nokturia bisa menjadi tanda masalah kesehatan yang mendasari dan mungkin memerlukan perhatian medis.

Istilah medis untuk nokturia adalah "nykturia." Nykturia digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana seseorang sering terbangun dari tidur di malam hari untuk buang air kecil. Istilah ini sering digunakan dalam dunia medis untuk merujuk kepada gejala seringnya buang air kecil pada malam hari, terutama ketika hal ini tidak sesuai dengan pola tidur yang normal.

Nokturia dapat memengaruhi orang dari berbagai kelompok usia, termasuk lansia. Namun, pada lansia, beberapa faktor kesehatan dan perubahan fisik yang terkait dengan penuaan dapat meningkatkan risiko terjadinya nokturia. 

Beberapa ciri yang mungkin terkait dengan lansia yang mengalami nokturia:

🌜 Frekuensi bangun malam: 

Lansia yang mengalami nokturia mungkin terbangun dari tidur di malam hari lebih sering daripada sebelumnya. Mereka mungkin harus buang air kecil beberapa kali selama malam.

Lansia lebih sering bangun malam hari
(Sumber: foto canva.com)

🌜 Berkurangnya kapasitas kandung kemih: 

Seiring bertambahnya usia, kapasitas kandung kemih dapat berkurang. Ini berarti kandung kemih mungkin tidak dapat menyimpan jumlah urin sebanyak ketika seseorang lebih muda, yang dapat menyebabkan seringnya buang air kecil.

🌜 Pembesaran prostat pada pria: 

Pada pria lansia, pembesaran prostat (hiperplasia prostat jinak) dapat menjadi penyebab nokturia. Prostat yang membesar dapat menekan uretra dan mempengaruhi aliran urin, menyebabkan seringnya buang air kecil.

🌜 Penurunan produksi hormon antidiuretik: 

Dalam beberapa kasus, produksi hormon antidiuretik oleh kelenjar hipofisis dapat menurun seiring bertambahnya usia. Hormon ini mengatur berapa banyak air yang dikeluarkan oleh ginjal dan dapat mempengaruhi produksi urin pada malam hari.

🌜 Konsumsi cairan yang tidak tepat: 

Lansia mungkin memiliki kebiasaan minum cairan sebelum tidur, dan ini dapat meningkatkan risiko nokturia jika mereka tidak dapat mengosongkan kandung kemih sepenuhnya sebelum tidur.

🌜 Gangguan tidur lainnya: 

Lansia juga cenderung mengalami gangguan tidur lainnya, seperti sleep apnea atau insomnia, yang dapat berkontribusi pada masalah nokturia.

       Nokturia pada lansia dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, baik yang berhubungan dengan penuaan maupun faktor-faktor kesehatan tertentu. 

Beberapa faktor penyebab nokturia pada lansia meliputi:

πŸ’£ Pembesaran Prostat (Hiperplasia Prostat Jinak): 

Pada pria lansia, pembesaran prostat adalah penyebab umum nokturia. Prostat yang membesar dapat menekan uretra dan mengganggu aliran urin, sehingga menyebabkan seringnya buang air kecil, terutama di malam hari.

πŸ’£ Penurunan Kapasitas Kandung Kemih: 

Seiring bertambahnya usia, kapasitas kandung kemih bisa berkurang. Ini berarti kandung kemih mungkin tidak dapat menyimpan jumlah urin sebanyak ketika seseorang lebih muda, sehingga seseorang akan sering merasa perlu untuk buang air kecil.

Penurunan kapasitas kandung kemih karena usia.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’£ Gangguan Hormonal: 

Perubahan hormonal yang terjadi seiring penuaan, termasuk penurunan produksi hormon antidiuretik, dapat memengaruhi pengaturan produksi urin pada malam hari. Hormon antidiuretik membantu mengurangi produksi urin saat tidur. Penurunan produksi hormon ini dapat menyebabkan produksi urin yang lebih banyak di malam hari.

πŸ’£ Gangguan Kesehatan Lainnya: 

Lansia lebih rentan terhadap berbagai masalah kesehatan yang dapat berkontribusi pada nokturia, seperti diabetes, gangguan ginjal, infeksi saluran kemih, dan penyakit jantung. Pengobatan untuk kondisi-kondisi ini atau gejala yang muncul sebagai akibat dari penyakit-penyakit tersebut juga dapat memengaruhi frekuensi buang air kecil.

πŸ’£ Konsumsi Cairan Tidak Tepat: 

Minum cairan dalam jumlah besar, terutama menjelang tidur, dapat meningkatkan produksi urin pada malam hari. Ini bisa terjadi jika seseorang minum banyak cairan sebelum tidur atau jika ada masalah dengan regulasi cairan tubuh.

πŸ’£ Gangguan Tidur: 

Gangguan tidur seperti sleep apnea atau insomnia juga dapat memengaruhi pola tidur dan menyebabkan seseorang bangun di malam hari untuk buang air kecil.

       Mencegah nokturia pada lansia melibatkan sejumlah strategi yang dapat membantu mengurangi risiko atau mengelola kondisi yang mungkin menyebabkan seringnya buang air kecil pada malam hari. 

Beberapa langkah yang dapat membantu mengurangi buang air kecil :

⛨ Kontrol Kesehatan Umum:

Pertahankan kesehatan secara keseluruhan dengan mengikuti pedoman gaya hidup sehat. Ini mencakup menjaga berat badan yang sehat, mengonsumsi makanan seimbang, berolahraga secara teratur, dan mengelola stres. Penyakit seperti diabetes, penyakit ginjal, dan penyakit jantung yang dapat menyebabkan nokturia dapat dikendalikan lebih baik dengan mengadopsi gaya hidup sehat.

⛨ Minum dengan Bijak: 

Hindari minum banyak cairan, terutama cairan berkafein atau alkohol, menjelang tidur. Batasi konsumsi cairan beberapa jam sebelum tidur untuk mengurangi risiko seringnya buang air kecil di malam hari.

⛨ Pengelolaan Obat-obatan: 

Jika Anda mengonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat menyebabkan nokturia sebagai efek samping, bicarakan dengan dokter Anda. Dokter mungkin bisa mengubah dosis atau obat yang diresepkan untuk mengurangi gejala nokturia.

⛨ Latihan Kegel: 

Latihan Kegel dapat membantu memperkuat otot panggul bawah dan kandung kemih, yang dapat membantu mengurangi inkontinensia urin dan gejala nokturia.

⛨ Pengelolaan Pembesaran Prostat:

Jika Anda adalah seorang pria yang mengalami nokturia akibat pembesaran prostat, bicarakan dengan dokter Anda tentang berbagai pilihan perawatan. Ini bisa termasuk pengobatan obat-obatan atau tindakan medis lainnya untuk mengatasi masalah prostat.

⛨ Perhatikan Rutin Tidur:

Cobalah menjaga rutinitas tidur yang baik. Ini dapat membantu menjaga pola tidur yang konsisten dan mengurangi gangguan tidur yang mungkin berkontribusi pada nokturia.

⛨ Hindari Makanan Pedas atau Asam: 

Makanan pedas atau asam tertentu bisa merangsang kandung kemih dan meningkatkan frekuensi buang air kecil. Hindari makanan ini, terutama menjelang tidur.

⛨ Konsultasikan dengan Dokter: 

Jika nokturia terus berlanjut atau memburuk, konsultasikan dengan dokter Anda. Dokter dapat melakukan evaluasi lebih lanjut, mungkin termasuk tes diagnostik, untuk mengidentifikasi penyebabnya dan merencanakan perawatan yang sesuai.

        Nokturia pada lansia sering kali merupakan gejala dari masalah kesehatan yang mendasarinya. Dengan konsultasi medis yang tepat dan perubahan gaya hidup yang sesuai, kondisi ini dapat dikelola atau dikurangi sehingga tidur malam yang lebih baik dapat dicapai.

Mengobati nokturia pada lansia melibatkan pengobatan penyebab yang mendasarinya. Nokturia adalah gejala dari masalah kesehatan tertentu, dan pengobatan akan bergantung pada apa yang menjadi penyebabnya. 

Beberapa langkah umum yang dapat diambil untuk mengobati nokturia pada lansia:

πŸ‘³ Konsultasi dengan Dokter:

Langkah pertama adalah berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan evaluasi medis yang komprehensif untuk mengidentifikasi penyebab nokturia. Hal ini mungkin melibatkan wawancara tentang riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tes darah atau urin.

πŸ‘³ Pengobatan Penyakit Mendasar:

Jika dokter menemukan bahwa nokturia disebabkan oleh penyakit atau kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes, penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, atau masalah prostat pada pria, pengobatan akan ditujukan pada kondisi tersebut. Ini mungkin melibatkan perubahan dalam pengobatan yang ada atau penambahan obat-obatan baru.

πŸ‘³ Perubahan Gaya Hidup:

Terkadang, perubahan gaya hidup dapat membantu mengatasi nokturia. Ini mungkin termasuk mengurangi konsumsi cairan pada malam hari, menjaga rutinitas tidur yang baik, atau menghindari makanan atau minuman tertentu yang dapat merangsang kandung kemih.

πŸ‘³ Latihan Kegel: 

Latihan Kegel dapat membantu memperkuat otot panggul bawah dan kandung kemih, yang dapat membantu mengurangi inkontinensia urin dan gejala nokturia.

πŸ‘³ Terapi Perilaku dan Fisioterapi:

Dalam beberapa kasus, terapi perilaku atau fisioterapi yang dipimpin oleh profesional medis dapat membantu mengatasi nokturia, terutama jika kondisi ini terkait dengan masalah kontrol kandung kemih atau gangguan struktural.

πŸ‘³ Intervensi Bedah:

Jika nokturia disebabkan oleh masalah prostat yang serius pada pria atau kondisi fisik lain yang memerlukan perbaikan bedah, dokter dapat merujuk pasien untuk tindakan bedah.

πŸ‘³ Obat-obatan: 

Terkadang, dokter dapat meresepkan obat-obatan yang bertujuan untuk mengurangi frekuensi buang air kecil di malam hari. Ini mungkin obat yang mempengaruhi produksi urin atau otot kandung kemih.

      Pengobatan nokturia pada lansia akan bervariasi tergantung pada penyebab spesifiknya. Oleh karena itu, penting untuk bekerja sama dengan dokter untuk menentukan pengobatan yang paling sesuai dengan kondisi Anda. Diskusikan gejala dan masalah tidur Anda secara terbuka dengan dokter agar dapat menerima perawatan yang tepat.




Sumber:

https://en.wikipedia.org/wiki/Nocturia

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3061378/#:~:text=Nocturia 

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/10641954/

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/14510-nocturia

Saturday, 23 September 2023

Urtikaria, Ruam Biduran, Buat Lansia Tidak Nyaman

      Urtikaria dikenal sebagai "ruam gatal" atau "ruam biduran," adalah kondisi kulit yang ditandai dengan munculnya bercak merah yang gatal dan meningkat menjadi bengkak. Urtikaria biasanya bersifat sementara dan dapat muncul secara tiba-tiba. Bercak-bercak ini disebut juga sebagai "urtika" atau "papula urtikaria."

Urtikaria atau ruam biduran bersifat sementara.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Urtikaria dibedakan sebagai berikut:

Urtikaria akut, jika ruam hilang sepenuhnya dalam waktu enam minggu (kebanyakan kasus berlangsung 24 hingga 48 jam)

Urtikaria kronis, dalam kasus yang jarang terjadi, di mana ruam tetap ada atau hilang timbul selama lebih dari enam minggu, sering kali selama bertahun-tahun

Urtikaria ditandai dengan kulit muncul bercak merah yang gatal.
(Sumber: foto canva.com)

Gejala utama dari urtikaria adalah:

πŸ‘‰ Ruam kulit: 

Bercak merah atau putih yang terasa gatal dan meningkat menjadi bengkak, biasanya berdiameter beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter. Bercak ini dapat muncul di berbagai bagian tubuh.

πŸ‘‰ Gatal: 

Gatal yang intens dapat menyertai urtikaria, dan rasa gatal ini dapat sangat mengganggu penderitanya.

Beberapa ciri urtikaria pada lansia:

πŸ‘† Bercak Merah yang Gatal: 

Lansia yang mengalami urtikaria akan mengalami munculnya bercak merah di kulit yang terasa gatal. Bercak ini dapat berbentuk seperti lepuh atau benjolan dan dapat muncul secara tiba-tiba.

πŸ‘† Bengkak: 

Bercak-barcak pada kulit biasanya akan meningkat menjadi bengkak. Bengkak ini dapat terjadi di berbagai bagian tubuh.

πŸ‘† Ruam Berpindah-pindah: 

Ciri khas urtikaria adalah ruam yang berpindah-pindah, artinya bercak-bercak dapat muncul di satu area kulit, menghilang, dan kemudian muncul di area kulit yang lain.

πŸ‘† Gatal Intens: 

Rasa gatal yang intens seringkali menyertai urtikaria. Gatal ini bisa sangat mengganggu dan dapat menyebabkan ketidaknyamanan.

πŸ‘† Durasi Bervariasi: 

Urtikaria bisa bersifat akut (berlangsung kurang dari 6 minggu) atau kronis (berlangsung lebih dari 6 minggu). Pada lansia, urtikaria bisa menjadi masalah yang berulang atau kronis, tetapi juga dapat terjadi secara akut.

Urtikaria dapat dipicu oleh berbagai faktor, dan seseorang yang rentan terhadap urtikaria mungkin mengalami reaksi akibat satu atau lebih faktor berikut:

πŸ’© Alergi: 

Alergen seperti makanan tertentu (contohnya, kacang, seafood, telur), obat-obatan (seperti antibiotik atau aspirin), serbuk sari, bulu hewan peliharaan, atau debu dapat menjadi pemicu urtikaria alergi. Ini adalah salah satu penyebab paling umum urtikaria.

Urtikaria karena alergi terhadap makanan tertentu.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’© Faktor Lingkungan:

Faktor lingkungan tertentu seperti cuaca panas dan lembap, suhu dingin, paparan sinar matahari, kelembaban, atau gigitan serangga tertentu (seperti nyamuk atau lebah) dapat memicu urtikaria.

πŸ’© Stres: 

Stres fisik atau emosional dapat menjadi pemicu urtikaria pada beberapa individu. Reaksi tubuh terhadap stres dapat menyebabkan pelepasan histamin, yang dapat mengakibatkan bercak kulit dan gatal.

πŸ’© Infeksi:

Beberapa jenis infeksi, seperti infeksi virus atau bakteri, dapat menyebabkan urtikaria. Ini termasuk infeksi seperti pilek, flu, atau infeksi saluran pernapasan atas lainnya.

πŸ’© Autoimun:

Urtikaria autoimun adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang dirinya sendiri dan dapat menyebabkan urtikaria kronis.

πŸ’© Fisik: 

Beberapa individu dapat mengalami urtikaria sebagai respons terhadap rangsangan fisik tertentu, seperti tekanan kulit (urtikaria dermografik), panas (urtikaria panas), atau dingin (urtikaria dingin). Getaran, misalnya akibat jogging atau penggunaan mesin pemotong rumput. Tekanan pada kulit, seperti dari ikat pinggang yang ketat

πŸ’© Makanan atau Minuman:

Beberapa makanan atau minuman tertentu, seperti alkohol, makanan pedas, makanan yang mengandung histamin (seperti anggur merah), atau makanan yang mengandung bahan tambahan tertentu, dapat memicu urtikaria pada beberapa individu.

Makanan tertentu dapat memicu urtikaria pada lansia.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’© Obat-obatan: 

Beberapa obat-obatan tertentu, seperti antibiotik, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), atau obat penurun tekanan darah, dapat menjadi pemicu urtikaria pada beberapa orang.

       Mencegah urtikaria pada lansia dapat melibatkan beberapa langkah untuk mengurangi risiko terjadinya reaksi alergi atau respons kulit yang berlebihan. 

Beberapa langkah yang dapat membantu mencegah urtikaria pada lansia:

✂ Identifikasi Pemicu: 

Jika seorang lansia memiliki riwayat urtikaria atau alergi tertentu, sangat penting untuk mengidentifikasi pemicu yang memicu reaksi alergi. Ini dapat mencakup makanan, obat-obatan, bahan kimia, atau faktor lingkungan tertentu. Dengan mengetahui pemicu, langkah-langkah dapat diambil untuk menghindarinya.

✂ Hindari Alergen:

Jika pemicu urtikaria telah diidentifikasi, usahakan untuk menghindari paparan terhadap alergen tersebut. Misalnya, jika seseorang alergi terhadap makanan tertentu, hindari makanan tersebut dalam diet mereka.

✂ Gunakan Obat-obatan dengan Hati-hati:

Jika seseorang memerlukan obat-obatan tertentu, seperti antibiotik atau obat lain yang diketahui dapat menyebabkan reaksi alergi pada mereka, berbicaralah dengan dokter atau apoteker tentang opsi pengganti yang lebih aman.

✂ Hindari Paparan Lingkungan Ekstrem:

Faktor lingkungan seperti suhu ekstrem, sinar matahari berlebihan, atau kelembapan yang tinggi dapat memicu urtikaria pada beberapa individu. Usahakan untuk menjaga kenyamanan lingkungan fisik lansia Anda dan hindari paparan yang dapat memicu reaksi.

✂ Kelola Stres: 

Stres fisik atau emosional dapat memicu urtikaria pada beberapa orang. Membantu lansia dalam mengelola stres dapat membantu mengurangi risiko munculnya urtikaria. Ini dapat mencakup teknik relaksasi, meditasi, atau olahraga yang ringan.

✂ Lakukan Perawatan Kulit yang Baik:

Menggunakan pelembap kulit secara teratur dapat membantu menjaga kulit tetap sehat dan mengurangi risiko iritasi yang dapat memicu urtikaria.

✂ Pantau Kesehatan:

Lansia yang rentan terhadap urtikaria atau memiliki riwayat alergi harus menjalani pemeriksaan rutin oleh dokter. Ini akan membantu dalam mengidentifikasi dan mengelola gejala secara dini.

       Mengobati urtikaria pada lansia melibatkan pendekatan yang sama seperti yang digunakan untuk mengobati urtikaria pada kelompok usia lainnya. Namun, perlu diperhatikan bahwa pengobatan pada lansia harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan mereka yang mungkin berbeda. 

Beberapa langkah umum dalam mengobati urtikaria pada lansia:

πŸ‘³ Konsultasikan dengan Dokter: 

Jika seorang lansia mengalami gejala urtikaria, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter atau profesional medis. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, menanyakan riwayat medis, dan mungkin melakukan tes untuk mengidentifikasi penyebab urtikaria.

πŸ‘³ Antihistamin: 

Obat antihistamin sering digunakan sebagai pengobatan pertama untuk mengatasi gejala urtikaria. Antihistamin bekerja dengan mengurangi pelepasan histamin dalam tubuh, yang merupakan penyebab utama gatal dan pembengkakan. Lansia harus mengikuti dosis yang diresepkan oleh dokter mereka, dan perhatikan efek samping yang mungkin terjadi, seperti mengantuk.

πŸ‘³ Kortikosteroid Topikal: 

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan krim atau salep kortikosteroid topikal untuk mengurangi peradangan dan gatal di kulit.

πŸ‘³ Obat-obatan Tambahan: 

Jika antihistamin tidak efektif dalam mengendalikan gejala atau jika urtikaria menjadi kronis, dokter mungkin meresepkan obat-obatan tambahan seperti kortikosteroid oral, antagonis reseptor leukotrien, atau obat imunosupresan dalam kasus yang lebih parah.

πŸ‘³ Penghindaran Pemicu: 

Jika pemicu urtikaria telah diidentifikasi, lansia harus menghindari paparan terhadap pemicu tersebut sebisa mungkin.

πŸ‘³ Pemantauan Rutin: 

Lansia yang mengalami urtikaria perlu dipantau secara rutin oleh dokter mereka untuk memastikan efektivitas pengobatan dan mengidentifikasi perubahan dalam kondisi mereka.

πŸ‘³ Perubahan Gaya Hidup:

Memperhatikan pola makan sehat, mengelola stres, dan menjaga kesehatan kulit dengan perawatan yang baik dapat membantu mengurangi risiko gejala urtikaria.

πŸ‘³ Edukasi dan Dukungan Psikologis: 

Memberikan edukasi kepada lansia tentang urtikaria dan memberikan dukungan psikologis penting untuk membantu mereka menghadapi kondisi ini secara emosional.

       Pengobatan urtikaria harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan riwayat medis individu lansia. Oleh karena itu, selalu penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan perawatan yang sesuai dan mengikuti petunjuk dokter dengan cermat. Jika gejala urtikaria berlanjut atau memburuk, segera konsultasikan dengan dokter untuk penyesuaian perawatan yang dibutuhkan.





Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4219970 

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/36649801/

https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S2213219823000685

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/chronic-hives/symptoms-causes/syc-20352719

https://www.nidirect.gov.uk/conditions/urticaria-hives

Friday, 22 September 2023

Lemak Trans, Menimbulkan Dampak Kesehatan Untuk Lansia

        Lemak adalah salah satu dari tiga jenis makronutrien yang esensial bagi tubuh manusia, yang lainnya adalah karbohidrat dan protein. Lemak adalah senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen. Molekul lemak terdiri dari rantai panjang asam lemak yang terikat pada gugus gliserol.  

Ada beberapa macam lemak yang dapat diidentifikasi berdasarkan struktur kimianya dan sifat-sifat fisikonya. 

Tiga kategori utama lemak adalah:

1. Lemak Jenuh (Saturated Fat):

Lemak jenuh memiliki ikatan tunggal antara atom-atom hidrogen dalam rantai karbonnya. Ini membuat lemak jenuh memiliki struktur yang padat pada suhu kamar. Lemak jenuh banyak ditemukan dalam produk hewani, seperti daging, susu, dan mentega. Konsumsi berlebihan lemak jenuh dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

2. Lemak Tak Jenuh (Unsaturated Fat): 

Lemak tak jenuh memiliki setidaknya satu ikatan rangkap antara atom-atom hidrogen dalam rantai karbonnya. Ada dua jenis utama lemak tak jenuh:

  • Lemak Tak Jenuh Tunggal (Monounsaturated Fat): Ini adalah lemak tak jenuh dengan satu ikatan rangkap dalam rantai karbonnya. Lemak tak jenuh tunggal banyak ditemukan dalam minyak zaitun, alpukat, dan kacang-kacangan. Mereka dianggap lebih sehat untuk jantung daripada lemak jenuh.
  • Lemak Tak Jenuh Ganda (Polyunsaturated Fat): Lemak tak jenuh ganda memiliki dua atau lebih ikatan rangkap dalam rantai karbonnya. Lemak tak jenuh ganda ditemukan dalam minyak ikan, minyak biji bunga matahari, dan minyak jagung. Mereka juga memiliki manfaat kesehatan, terutama karena mereka mengandung asam lemak esensial seperti omega-3 dan omega-6.

3. Lemak Trans (Trans Fat): 

Lemak trans adalah jenis lemak yang memiliki ikatan tunggal antara atom-atom hidrogen dalam rantai karbonnya, tetapi atom hidrogen tersebut berada dalam konfigurasi trans (berlawanan) satu sama lain. Lemak trans dapat ditemukan dalam produk makanan yang mengalami hidrogenasi parsial atau penuh, seperti margarin dan banyak makanan olahan. Lemak trans telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.

Lansia menghindari lemak trans untuk sehat.
(Sumber: foto LPC- Lansia)

      Dari semua lemak, lemak trans adalah yang terburuk bagi kesehatan. Terlalu banyak lemak trans dalam makanan meningkatkan risiko penyakit jantung dan masalah kesehatan lainnya. Lemak trans adalah jenis lemak yang memiliki struktur kimia yang tidak umum dalam alam. Ini terbentuk melalui proses hidrogenasi, di mana minyak cair berubah menjadi lemak padat atau semi-padat dengan menambahkan hidrogen ke minyak dalam kondisi tertentu. 

Lemak trans dapat ditemukan dalam berbagai produk makanan yang mengalami proses hidrogenasi parsial atau penuh, yang mengubah minyak cair menjadi lemak padat atau semi-padat. 

Beberapa contoh produk yang mengandung lemak trans meliputi:

πŸ” Margarin: 

Sebagian besar margarin yang diproduksi sebelumnya mengandung lemak trans, meskipun banyak produsen telah beralih ke formulasi yang lebih rendah lemak trans atau bebas lemak trans dalam beberapa tahun terakhir.

πŸ” Produk Roti Kering: 

Banyak jenis roti kering, seperti biskuit, kerupuk, dan camilan lainnya, dapat mengandung lemak trans, terutama jika mereka dibuat dengan menggunakan minyak nabati yang mengalami hidrogenasi.

πŸ” Makanan Cepat Saji: 

Makanan cepat saji sering kali digoreng dalam minyak yang mengandung lemak trans. Produk seperti kentang goreng, nugget ayam, dan makanan ringan sering kali mengandung lemak trans.

Makanan siap saji digoreng dengan minyak mengandung lemak trans.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ” Kue Kering dan Kue Krim:

Beberapa kue kering, kue, dan kue krim mengandung lemak trans dalam bahan seperti mentega atau margarin yang digunakan dalam pembuatan mereka.

πŸ” Produk Makanan Beku: 

Makanan beku tertentu, seperti pastry beku dan adonan untuk tart, bisa mengandung lemak trans jika mengandung margarin atau lemak hidrogenasi.

       Risiko konsumsi minyak trans terhadap lansia (orang tua) serupa dengan risiko yang terkait dengan konsumsi minyak trans pada kelompok usia lainnya. Oleh karena itu, orang lanjut usia juga berisiko mengalami dampak negatif kesehatan akibat konsumsi minyak trans. 

Beberapa dampak kesehatan yang dapat menjadi perhatian khusus bagi lansia:

πŸ’₯ Penyakit Jantung: 

Lansia memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung. Konsumsi minyak trans dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dengan meningkatkan kadar kolesterol LDL dalam darah dan menyebabkan peradangan yang dapat merusak pembuluh darah.

πŸ’₯ Obesitas: 

Konsumsi minyak trans yang berlebihan dapat berkontribusi pada peningkatan berat badan dan risiko obesitas, yang dapat memperburuk masalah kesehatan lainnya, termasuk masalah persendian, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung.

πŸ’₯ Peningkatan Kolesterol: 

Minyak trans telah dikaitkan dengan peningkatan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan penurunan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik). Peningkatan kadar kolesterol LDL dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

πŸ’₯ Peradangan: 

Konsumsi minyak trans dapat menyebabkan peradangan dalam tubuh, yang dapat memperburuk gejala penyakit seperti arthritis atau kondisi inflamasi lainnya yang umum terjadi pada lansia.

Konsumsi minyak trans timbul peradangan dalam tubuh.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’₯ Kesehatan Mental:

Beberapa penelitian telah menghubungkan diet tinggi lemak trans dengan peningkatan risiko gangguan kesehatan mental, seperti depresi. Gangguan mental dapat memengaruhi kualitas hidup lansia.

       Menghindari konsumsi minyak trans pada lansia adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan mereka. 

Beberapa cara untuk menghindari atau meminimalkan konsumsi minyak trans:

πŸ“‹ Baca Label Makanan: 

Ketika berbelanja makanan, perhatikan label nutrisi pada kemasan produk. Cari kata-kata seperti "lemak trans" atau "minyak nabati terhidrogenasi" dalam daftar bahan. Produk yang mengandung minyak trans biasanya harus dihindari.

πŸ“‹ Hindari Makanan Olahan:

Makanan olahan, seperti makanan cepat saji, camilan, makanan ringan, kue kering, dan makanan beku, sering mengandung minyak trans. Sebisa mungkin, hindari atau batasi konsumsi makanan jenis ini.

πŸ“‹ Pilih Produk yang Menggunakan Minyak Sehat: 

Ketika membeli produk seperti margarin atau produk yang mengandung minyak, pilih yang menggunakan minyak sehat, seperti minyak zaitun, minyak kanola, atau minyak bunga matahari yang tidak mengandung minyak trans. Produk dengan minyak nabati terhidrogenasi parsial biasanya mengandung minyak trans.

πŸ“‹ Masak Sendiri: 

Lebih baik memasak makanan di rumah daripada membeli makanan siap saji atau makanan cepat saji. Dengan memasak sendiri, Anda dapat mengontrol jenis minyak yang digunakan dalam proses memasak.

πŸ“‹ Pilih Makanan yang Sehat:

Pilih makanan yang lebih sehat yang mengandung lemak sehat, seperti lemak tak jenuh tunggal dan ganda. Ini termasuk ikan berlemak (seperti salmon dan sarden), kacang-kacangan, biji-bijian, alpukat, dan minyak zaitun.

πŸ“‹ Konsultasi dengan Ahli Gizi:

Jika Anda tidak yakin tentang makanan atau produk tertentu, konsultasikan dengan ahli gizi atau profesional kesehatan. Mereka dapat memberikan panduan yang lebih khusus sesuai dengan kebutuhan kesehatan individu Anda.

πŸ“‹ Perhatikan Portion Control: 

Meskipun mungkin aman sesekali mengonsumsi makanan yang mengandung minyak trans dalam jumlah kecil, pastikan untuk membatasi asupan ini dan menjaga kontrol porsi.

Merebus makanan adalah metode memasak yang sehat.
(Sumber: foto canva.com)

Masak Makanan Direbus.

       Makanan yang direbus adalah metode memasak yang sehat, terutama jika Anda ingin menghindari minyak trans dan lemak jenuh tambahan. Ini adalah cara yang baik untuk memasak sayuran, kentang, pasta, dan sebagian besar makanan lainnya tanpa penambahan lemak berlebihan. Merebus makanan adalah cara sehat untuk memasak tanpa memerlukan penggunaan minyak trans.

Beberapa kiat untuk merebus makanan agar enak dan tanpa minyak trans:

🌾 Pilih Bahan yang Berkualitas: 

Mulailah dengan bahan yang segar dan berkualitas baik. Bahan yang berkualitas baik cenderung memiliki rasa yang lebih baik daripada bahan yang sudah tua atau rusak.

🌾 Potong dengan Benar: 

Potong bahan makanan dengan ukuran yang sesuai. Ini akan membantu memastikan bahwa semuanya matang dengan merata dan sesuai dengan waktu yang diinginkan.

🌾 Gunakan Kaldu atau Air Bersih: 

Untuk merebus makanan, Anda bisa menggunakan kaldu yang rendah lemak atau hanya air bersih. Kaldu yang rendah lemak akan memberikan rasa tambahan, tetapi jika Anda ingin benar-benar menghindari minyak trans, air bersih adalah pilihan yang baik.

🌾 Tambahkan Rasa dengan Bumbu:

 Untuk memberikan rasa pada makanan yang direbus, gunakan bumbu dan rempah-rempah seperti garam, lada, bawang putih, bawang merah, jahe, dan herba segar seperti peterseli atau rosemary. Bumbui sesuai dengan selera Anda.

🌾 Jangan Terlalu Lama Merebus: 

Jangan merebus makanan terlalu lama, karena ini dapat membuat tekstur makanan menjadi terlalu lembek dan kehilangan nutrisi. Pastikan untuk mengikuti waktu merebus yang tepat sesuai dengan jenis bahan makanan yang Anda masak.

🌾 Gunakan Api yang Tepat: 

Gunakan api yang cukup besar untuk mendidihkan air atau kaldu, tetapi setelah bahan makanan masuk, ubah api menjadi sedang hingga kecil untuk menjaga agar makanan matang dengan merata tanpa terlalu cepat.

🌾 Cicipi dan Koreksi Rasa: 

Selalu cicipi makanan Anda saat memasak untuk memeriksa rasa. Anda bisa menyesuaikan bumbu sesuai dengan selera Anda. Pastikan untuk tidak menambahkan garam berlebihan.

🌾 Simpan Kaldu: 

Jika Anda menggunakan kaldu, simpan sisa kaldu untuk digunakan kembali dalam masakan lain atau sebagai dasar sup atau saus. Ini dapat meningkatkan rasa hidangan lain tanpa menambahkan minyak trans.

        Dengan mengikuti kiat ini, Anda dapat merasakan manfaat dari makanan yang direbus yang enak, sehat, dan tanpa minyak trans. Anda juga dapat mengkreasikan berbagai resep berbasis rebusan yang sesuai dengan preferensi rasa Anda.





Sumber:

https://medlineplus.gov/ency/patientinstructions 

https://www.health.com/food/the-22-worst-foods-for-trans-fat

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/high-blood-cholesterol/in-depth/trans-fat/art-20046114

https://health.clevelandclinic.org/why-trans-fats-are-bad-for-you/

https://en.wikipedia.org/wiki/Trans_fat