Thursday 22 June 2023

Ayo Cari Tahu, Beda Makanan, Beda Pula Penyakitnya

          Makanan bisa menjadi komponen yang menentukan untuk membuat tubuh tetap sehat sekaligus komponen  untuk membuat tubuh jatuh sakit. Contohnya jengkol ( Archidendron pauciflorum), salah satu makanan yang umum dikonsumsi masyarakat Indonesia. Buah satu ini begitu dikenal dengan aromanya yang menyengat.

Konsumsi jengkol dalam jumlah banyak berpotensi memicu gangguan pada ginjal atau saluran kemih. Karena asam jengkolat pada jengkol mirip seperti asam urat yang dapat menyebabkan pembentukan kristal tajam di ginjal atau saluran kemih.

Akibatnya nyeri perut, terutama di perut bagian bawah. Nyeri pinggang dengan atau tanpa penyebaran ke perut bagian bawah dan selangkangan. Gangguan berkemih, yaitu nyeri saat berkemih, berkemih sedikit, atau tidak berkemih sama sekali. Tercium bau jengkol yang menyengat dari mulut dan urine.

Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan, kejengkolan biasanya terjadi 5 – 12 jam setelah mengonsumsi jengkol, dan dapat berlangsung selama beberapa hari. 


Para lansia yang sedang berkumpul untuk makan dan minum
( Sumber: foto pensiunan 49 ceria )

Jadi apa yang masuk ke dalam tubuh sangat mempengaruhi kesehatan.  Makanan yang sering dikonsumsi dapat memiliki pengaruh terhadap kemungkinan seseorang mengalami penyakit tertentu. 


Kumpul bersama sambil makan dan minum membuat lansia gembira
( Sumber : foto pensiunan 49 ceria)

Beberapa contoh makanan dan hubungannya dengan penyakit tertentu, antara lain:

🌵 Makanan olahan dan penyakit kardiovaskular

Konsumsi makanan olahan yang kaya akan lemak jenuh, garam, dan gula dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan gangguan kolesterol.

🌵 Makanan tinggi gula dan diabetes tipe 2

Mengonsumsi makanan yang kaya gula seperti minuman bersoda, permen, dan makanan manis lainnya secara berlebihan dapat meningkatkan risiko mengembangkan diabetes tipe 2.

🌵 Makanan tinggi lemak dan obesitas

Makanan yang tinggi lemak, terutama lemak jenuh dan trans, dapat berkontribusi pada peningkatan berat badan dan obesitas. Obesitas, pada gilirannya, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan beberapa jenis kanker.

🌵 Makanan olahan dan risiko kanker

Konsumsi makanan olahan yang tinggi seperti daging olahan (sosis, ham, bacon) dan makanan kaleng tertentu telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker usus besar.

🌵 Makanan tinggi sodium dan tekanan darah tinggi

Mengonsumsi makanan yang kaya sodium (garam) secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan risiko penyakit hipertensi.

🌵 Makanan tinggi purin dan asam urat: 

Konsumsi makanan tinggi purin seperti daging merah, hati, dan beberapa jenis seafood tertentu dapat meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh dan berkontribusi pada serangan asam urat.

           💭 Untuk diingat bahwa tidak semua orang akan mengalami efek yang sama dari makanan yang sama. Faktor-faktor seperti genetika, gaya hidup secara keseluruhan, dan kebiasaan makan yang umum juga memainkan peran dalam pengembangan penyakit. 

           💬 Makanan olahan adalah makanan yang telah mengalami proses pengolahan lebih lanjut sebelum dikonsumsi. Proses pengolahan tersebut dapat melibatkan tambahan bahan kimia, pengawet, atau proses pemanasan yang lebih intensif. 

Beberapa contoh makanan olahan meliputi:

💢 Makanan kaleng:

Makanan yang dikemas dalam kaleng seperti sayuran kalengan, ikan kalengan, dan sup kalengan.

💢 Makanan beku: 

Makanan yang telah dibekukan seperti nugget ayam, pizza beku, atau makanan siap saji yang dapat dipanaskan.

💢 Makanan siap saji: 

Makanan yang telah diproses dan dikemas dalam kemasan siap saji, seperti mi instan, sosis, burger, atau makanan ringan.

💢 Makanan gorengan: 

Makanan yang digoreng dalam minyak panas seperti kentang goreng, nugget, atau ayam goreng.

💢 Makanan manis dan makanan ringan: 

Makanan yang tinggi gula seperti permen, cokelat, kue kering, atau makanan ringan seperti keripik kentang dan kue kering.

💢 Makanan yang diproses: 

Makanan yang telah mengalami proses pengolahan tambahan seperti daging olahan (sosis, ham, bacon), keju, roti, atau makanan yang mengandung bahan tambahan seperti pewarna, perasa, atau pengawet.

          💬 Makanan olahan sering mengandung tambahan bahan seperti garam, gula, lemak jenuh, dan bahan pengawet yang dapat meningkatkan risiko penyakit jika dikonsumsi secara berlebihan. Penting untuk memperhatikan jumlah konsumsi makanan olahan dan lebih memilih makanan segar, alami, dan minim pengolahan untuk menjaga kesehatan yang optimal.

         💭  Meskipun makanan olahan secara umum dikaitkan dengan risiko kesehatan yang lebih tinggi, ada beberapa makanan olahan yang relatif aman atau dapat dikonsumsi dengan bijak.

Beberapa makanan olahan yang lebih aman antara lain:

☝ Sereal sarapan: 

Beberapa jenis sereal sarapan yang diolah seperti oatmeal, granola yang rendah gula, atau sereal gandum utuh dapat menjadi pilihan yang baik. Namun, perlu diingat untuk memeriksa label dan menghindari sereal yang tinggi gula tambahan.

☝ Susu dan produk susu:

Susu dan produk susu seperti yogurt atau keju yang minim pemrosesan dapat menjadi pilihan yang baik untuk asupan kalsium dan protein. Pastikan untuk memilih varian rendah lemak atau rendah gula jika diperlukan.

☝ Makanan kaleng dengan bahan tunggal:

Beberapa makanan kaleng seperti kacang-kacangan, ikan tuna, atau sayuran tanpa tambahan gula atau garam yang berlebihan dapat menjadi pilihan yang lebih sehat.

☝ Bumbu dan rempah-rempah: 

Bumbu dan rempah-rempah seperti merica, kayu manis, atau adas yang dikemas dapat digunakan dengan bijak untuk memberikan rasa pada makanan tanpa menambahkan lemak atau garam berlebihan.

☝ Makanan kemasan yang alami: 

Ada beberapa jenis makanan kemasan yang menggunakan bahan-bahan alami dan minim pengawet, seperti makanan kemasan organik atau makanan kemasan yang hanya terdiri dari beberapa bahan baku seperti kacang-kacangan atau biji-bijian.

          💬 Penting untuk tetap memeriksa label dan memilih makanan olahan dengan bijaksana. Pastikan membaca dan memahami daftar bahan yang tercantum, memperhatikan jumlah tambahan gula, garam, lemak jenuh, serta mengonsumsinya dengan proporsi yang tepat dalam pola makan yang seimbang dan bergizi.

Beberapa makanan sehat yang direkomendasikan untuk lansia:

 🍂 Buah-buahan dan sayuran:

Makanan ini kaya akan serat, vitamin, dan mineral. Pilihlah berbagai jenis buah-buahan dan sayuran yang berwarna-warni untuk mendapatkan manfaat yang beragam. Contohnya, apel, pisang, jeruk, bayam, brokoli, wortel, dan kubis.

🍂 Sumber protein rendah lemak:

Lansia membutuhkan protein untuk mempertahankan massa otot. Pilihlah sumber protein yang rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulit, telur, kedelai, kacang-kacangan, dan produk susu rendah lemak seperti yoghurt dan keju rendah lemak.

🍂 Biji-bijian utuh: 

Gandum utuh, beras merah, quinoa, dan oatmeal adalah contoh biji-bijian utuh yang kaya serat dan nutrisi. Serat dalam biji-bijian utuh dapat membantu menjaga pencernaan yang sehat dan mengendalikan kadar gula darah.

🍂 Lemak sehat: 

Pilihlah sumber lemak sehat seperti minyak zaitun, alpukat, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Lemak sehat dapat membantu menjaga kesehatan jantung.

🍂 Susu rendah lemak atau alternatif non-susu: 

Jika mengonsumsi produk susu, pilihlah yang rendah lemak. Namun, beberapa lansia mungkin memiliki intoleransi laktosa atau alergi terhadap susu sapi. Dalam kasus tersebut, pilihlah susu nabati seperti susu almond, susu kedelai, atau susu oat yang diperkaya dengan kalsium.

🍂 Air: 

Penting bagi lansia untuk tetap terhidrasi dengan baik. Pastikan minum cukup air setiap hari untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.


                                             💪😏Makan makanan sehat, lansia hidup sehat.







Sumber:

https://www.hsph.harvard.edu/nutritionsource/disease-prevention/

https://www.nhs.uk/live-well/eat-well/how-to-eat-a-balanced-diet/what-are-processed-foods/

https://www.fda.gov/food/nutrition-education-resources-materials/new-nutrition-facts-label

https://www.healthhub.sg/live-healthy/1115/shopping-for-fruit-and-veggies




No comments:

Post a Comment